Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

Mengenal Xylitol Gula Langka yang Menyehatkan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB 5 HASIL PENELITIAN

SKEMA ALUR FIKIR. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang utuh dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

: Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien tentang. Juni-Juli 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dyah Ismi anifatun *)., Sri Puguh Kristiyawati **), Achmad Solechan ***) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

Transkripsi:

Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol) A. Pengertian 1. Retriksi caira Salah satu komplikasi berat dari GGK yaitu terjadinya Gagal Ginjal Terminal (GGT). Penderita GGT hanya dapat memproduksi sedikit urin atau bahkan tidak sama sekali karena ginjal tidak dapat lagimembuang limbah sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari tubuh. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh penderita mengalami pembengkakan karena penumpukan cairan, sesak nafas dan bertambahnya berat badan sehingga pasien perlu mendapat terapi hemodialisa dan pembatasan cairan (Kresnawan, 2007). 2. Xylitol Xylitol adalah gula alkohol lima-karbon non-kariogenik, yang digunakan sebagai pemanis untuk mengganti sukrosa dalam industry makanan, permen, coklat, permen karet dan produk-produk lain (Restidkk, 2008). Xylitol merupakan pemanis alaminon kariogenik yang banyak ditemukan tanaman, contohnya plum, stroberi, kembangkol, rasberi, serat kayu pohon birch yang banyak ditemukan di Finlandia. Xylitol juga diproduksi dalam tubuh manusia. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa xylitol sulitifermentasioleh S. Mutans karena memiliki rantai karbon yang lebih pendek dibandingkan pemanis lainnya misalnya sorbitol (Restidkk., 2008)

B. Landasan Teori 1. Retriksi cairan Klien yang menjalani terapi hemodialisa yaitu tindakan yang diberikan untuk menggantikan tugas ginjal. Pada umumnya klien mengeluh mengalami mulut kering. Keadaan mulut kering (xerostomia) merupakan hal yang umum terjadi pada klien yang sedang menjalani terapi hemodialisa karena gagal ginjal kronik. Keadaan mulut kering karena sekresi saliva yang berkurang diperkirakan terjadi pada 70-97% klien hemodialisa. Hal initerjadi karena pembatasan asupan cairan yang dianjurkan pada klien hemodialisa agar terhindar dari berbagai gangguan kesehatan(pray, 2005). Pembatasan cairan seringkali sulit dilakukan oleh pasien, terutama jika mereka mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membran mukosa kering seperti diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan pasien berusaha untuk minum. Hal ini karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan makanan (Potter & Perry, 2008). Pada pasien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan cairan maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di rongga perut disebut ascites. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung (YGDI, 2008). Selain itu, penumpukan cairan juga akan masuk ke paru paru sehingga membuat pasien mengalamisesak nafas. Secara tidak langsung berat badan pasien juga akan mengalami

peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Oleh karena itulah pasien gagal ginjal kronik harus mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh (YGDI, 2008). 2. Xylitol Keadaan xerostomia merupakan hal yang umum terjadi pada pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa karena gagal ginjal kronik. Keadaan mulut kering karena sekresi saliva yang berkurang diperkirakan terjadi pada 70-97% pasien hemodialisa. Hal ini diestimasi berdasarkan studi terhadap laporan klinis mengenai xerostomia selama 20 tahun dari Index Medicus. Salah satu cara untuk merawat mulut kering (dry mouth) adalah mengunyah dengan baik sehingga merangsang kelenjar saliva untuk bekerja lebih baik, konsumsi makanan yang membutuhkan pengunyahan yang banyak, permen karet yang tidak manis bisa merangsang kelenjar saliva (Jensendan Lanberg 1997 dalam wikipedia, 2008). Barorotul melakukan penelitian tentang pengaruh mengunyah permen karet xylitol terhadap perubahan rasa haus pada pasien chronic kidney disease (ckd) dengan hemodialisis di unit hemodialisa rsud ungaran pada 14 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh mengunyah permen karet xylitol terhadap perubahan rasa haus pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisis p=0,000

yang berarti nilai p<α (0,05). Dari hasil penelitian yang dilakukakan oleh Yahrini (2009) dengan sampal 40 orang tentang pengaruh mengunyah permen karet rendah gula terhadap peningkatan sekresi saliva pada pasien yang menjalani hemodialisa. Hasil uji korelasi terdapat adanya perbedaan bermakna antara jumlah sekresi saliva pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sebelum dan setelah pemberian tindakan mengunyah permen karet rendah gula dengan nilai p = 0,000 (nilai p <0,05). Efektifitas mengunyah permen karet sebagai cara mengatasi xerostomia telah dibuktikan pada penelitian yang melibatkan 65 pasien yang melakukan terapi hemodialisa dan diberikan permen karet selama 2 minggu telah menunjukkan penurunan gejala xerostomia dan rasa haus dari skor 29,9 menjadi 28,1 diakhirstudi (Boots, dkk, 2005). Estimasi yang sama dikemukakan oleh Veermandan kolega (2005) bahwa mengunyah permen karet merupakan terapi alternatif yang dapat diberikan sebagai untuk merangsang kelenjar ludah atau terapi paliatif pada pasien yang menjalanihemodialisa. Pasien hemodialisa yang mengeluh mengalami mulut kering atau xerostomia dan dianjurkan untuk mengunyah permen karet ditemukan lebih banyak mengalami pengurangan rasa haus (60%) dibandingkan yang mendapat terapi saliva pengganti (15%). Melihat kedua hasil penelitian di atas, diketahui bahwa masih jarang data yang mencatat tentang kuantitas saliva yang dihasilkan pasien hemodialisa, sebelum dan sesudah mendapat tindakan

mengunyah permen karet. Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarikuntuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh mengunyah permen karet rendah gula terhadap peningkatan sekresi saliva pada pasien yang menjalani hemodialisa. C. Tujuan Inovasi Mencegah terjadinya kelebihan cairan yang beresiko menyebabkan klien mengalami penambahan berat badan, edema, peningkatan tekanan darah, sesak nafas serta gangguan jantung (Pray, 2005). D. Manfaat Inovasi 1. Pengaruh xylitol yang terbukti secara klinis adalah menghambat plak gigisebesar 80%, menghambat demineralisasi email gigi, meningkatkan flow dan ph saliva, memproduksi remineralisasi enamel gigi, produksi air liur meningkat sehingga dapat meredakan xerostomia, gula untuk penderita diabetes, mengurangi infeksi di mulut dan nasopharynx (Pierini, 2008). 2. Pemberian permen karet yang mengandung xylitol mempunyai efek menstimulasi produksi saliva, komposisi dari saliva berubah dan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat dan kalsium. Perubahan dari komposisi ini mestimulasi peningkatan kemampuan saliva untuk mencegah penurunan ph dan meningkatkan kemampuan perumbuhan kristal hidroksiapatit. Peningkatan volume saliva cenderung

membersihkan gula dan asam dari gigi. Permen karet bebas gula adalah cara yang sangat praktis untuk merangsang saliva setelah memakan makanan yang mengandung gula. Banyak penelitian di dunia yang mendukung tentang efek pengunyahan permen karet bebas gula (Holgeston, 2007). E. Metodologi Menurut Barorotul Kamalia (2013) alternative yang ditawarkan untuk membantu mengatasi rasa haus pada klien dengan CKD yaitu: a. Mengunyah permen karet merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada klien hemodialisis yang merasakan haus. Permen karet xylitol terbukti mampu meningkatkan kuantitas saliva lebih tinggi dibanding permen karet non-xylitol. b. Menghindari terjadinya bibir kering dengan cara kumur-kumur, dan menggosok gigi. c. Hindari makanan dengan rasa asin dan pedas. Rasa asin dan pedas akan meningkatkan rasa haus, sedangkan rasa asin akan cenderung meningkatkan tekanan darah. Pemberian permen karet xylitol diberikan bila klien merasakan haus untuk mencegah klien mengkonsumsi cairan yang berlebih, tiga sampai empat kali perhari minimal lima menit setelah makan untuk menghambat akumulasi plak dan menghambat demineralisasi (Burt, 2006). Pemberian permen karet mengandung xylitol sesudah makan

makanan yang mengandung karbohidrat, mempunyai efek menurunkan akumulasi plak dan meningkatkan buffer saliva. Refrensi Barorotul Kamalia, (2013). Pengaruh Mengunyah Permen KaretXylitol Terhadap Perubahan Rasa Haus Pada Pasien Chronic Kidney Disease (Ckd) Dengan Hemodialisis Di Unit Hemodialisa Rsud Ungaran. Burt, B.A.2006. The Use of Sorbitol and Xylitol Sweetened Chewing Gum in Caries Control.JADAVol 137 Holgerson, Penilla Lif.(2007). Xylitol and Its Effect on Oral Ecology, (online)(http://umu.divaportal.org/smash/get/diva2:145297/fulltext01 Pray, J.J., Pray, W.S., (2005). Tinnitus: When The Ears Ring. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/506920. [Accessed 18 may 2015] Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental KeperawatanKonsep, Proses, danpraktik. Volume1. Edisi4.jakarta :EGC Pierini C. Xylitol: A sweet Alternative. Dikutip pada tanggal 18 Mei 2015 darihttp://www.iprogressivemed.com/misc/xylitol_a_sweet_alternative.pdf Resti,dkk. (2008) Pengaruh Pasta Gigi Mengandung Xylitol Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutansserotipe E (in vitro). Indonesian Journal of Dentistry 15 (1):15-22 Universitas Indonesia. Yahrini, (2009). Pengaruh Mengunyah Permen Karet Rendah Gula terhadap Peningkatan Sekresi Saliva pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Kota Langsa YGDI, (2008). Penyakit Ginjal Kronik, Epidemi Global Baru. Jakarta: EGC