Solo. Reza Febriano, S.IP,ST,MT. Arie Irianto, ST,MT. Kepala Seksi Perencanaan Teknik. Staf Madya Divisi Pembangunan. Surabaya, November 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS

KATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

Perencanaan Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong


Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA , DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT dan BLACKSITE) PADA JALAN TOL JAGORAWI

BAB III METODOLOGI III-1

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BATAS DELI SERDANG DOLOK MASIHUL-BATAS TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun Oleh : ATIKA DARA PRAHITA L2A TITIN ENY NUGRAHENI L2A

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN. (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road)

BAB III LANDASAN TEORI

2.1 ANALISA JARINGAN JALAN

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERENCANAAN LANDSIDE BANDAR UDARA WIRASABA PURBALINGGA. Disusun Oleh :

BAB II STUDI PUSTAKA

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan manusia adalah salah satunya dengan menyediakan

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM

PERENCANAAN JALAN LINGKAR UTARA KOTA WONOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB 3 METODOLOGI. a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian.

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

Tinggi mata pengeraudi merupakan faktor utaraa

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

KAJIAN TEKNIS BENTUK INTERCHANGE RUAS JALAN TOL KRIAN LEGUNDI BUNDER DAN SURABAYA MOJOKERTO TERHADAP JARINGAN JALAN WARINGIN ANOM KABUPATEN GRESIK

AUDIT KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN (STUDI KASUS GEOMETRIK JALAN M.T. HARYONO KOTA SAMARINDA)

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

Tugas Akhir D4 TPJJ 2013 BAB I PENDAHULUAN

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LAPORAN AKHIR RINGKASAN VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA GRESIK STA STA KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR - SRENGAT (STA STA ) DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR SRENGAT STA SAMPAI STA DENGAN METODE AASHTO TUGAS AKHIR

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN MUARA BELITI TEBING TINGGI STA STA PROVINSI SUMATERA SELATAN LAPORAN AKHIR

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA PALEMBANG BANYUASIN JAKABARING PROVINSI SUMATERA SELATAN STA STA 5+250

BAB I 1.1 Latar Belakang

EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI - PEJAGAN

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1

Transkripsi:

Kajian Kecepatan Rencana yang Optimal pada Jalan Tol Semarang-Solo Solo Reza Febriano, S.IP,ST,MT. Kepala Seksi Perencanaan Teknik & Arie Irianto, ST,MT. Staf Madya Divisi Pembangunan Konferensi Regional Teknik Jalan Ke-10 Surabaya, 10-13 November 2008

LATAR BELAKANG (1) Jalan Tol Semarang Solo merupakan bagian dari Trans Java Toll Road System. Pembangunan Jalan Tol Semarang Solo sepanjang 76 km diperkirakan membutuhkan dana secara keseluruhan sebesar 7 Trilyun Rupiah. Pada Tahun 2004 telah dilakukan penyusunan Basic Design Jalan Tol Semarang Solo oleh Pemprov Jawa Tengah & tahun 2006 dilanjutkan dengan pembuatan Rencana Teknik Akhir Ruas Jalan Tol Semarang Bawen. Saat ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk sedang melakukan pekerjaan penyusunan ROW Plan & Detailed Engineering Desain (DED) untuk ruas Jalan Tol Bawen Solo. Salah satu hal terpenting pada awal proses pekerjaan tersebut adalah penetapan kecepatan rencana. 1/23

LATAR BELAKANG (2) Mempertimbangkan adanya keterbatasan kondisi keuangan perusahaan dan tingkat kelayakan finansial dari pembangunan jalan tol tersebut, maka diupayakan agar tingkat kesalahan dalam proses pengambilan keputusan untuk menetapkan kecepatan rencana dapat dikurangi seminal mungkin. Penetapan kecepatan rencana tanpa melalui proses pengkajian terhadap berbagai faktor seperti tinjauan basic design, aspek hukum, keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, keterkaitan dengan ruas jalan tol lain, serta kondisi lingkungan dapat berakibat fatal. Penetapan kecepatan rencana akan berpengaruh terhadap penentuan parameter geometrik jalan, landai maksimal, perancangan alinyemen horizontal dan vertikal dari suatu desain jalan tol. 2/23

PETA JARINGAN TOL PULAU JAWA 3/23

PETA LOKASI BAWEN SOLO

MAKSUD & TUJUAN Kajian tersebut diperlukan untuk mendapatkan kecepatan rencana yang optimal dan direkomendasikan untuk digunakan sebagai acuan di dalam perencanaan geometrik. Sebagai dasar untuk melakukan kajian kecepatan rencana pada ruas dimaksud, maka digunakan tinjauan terhadap Basic Design yang telah disusun pada tahun 2004. 5/23

TINJAUAN BASIC DESIGN JALAN TOL BAWEN SOLO (ALINYEMEN HORIZONTAL) Sebagian besar koridor rencana Jalan Tol Bawen Solo berada pada lahan terbuka yaitu perkebunan & persawahan. Pada alinyemen horisontal diperhitungkan seberapa besar radius tikungan yang dapat diterapkan di lapangan & seberapa panjang lengkung peralihan dapat dipasang. Dampak lingkungan yang mungkin timbul yaitu digunakannya tipe konstruksi khusus seperti timbunan tinggi dan galian dalam. Dampak sosial yang mungkin ditemui di lapangan adalah kemungkinan rencana trase melewai SUTT, makam keramat, bangunan peribadatan, sekolah, pemukinan, dan lainnya. 6/23

PLAN BAWEN SOLO (1)

PLAN BAWEN SOLO (2)

PLAN BAWEN SOLO (3)

PLAN BAWEN SOLO (4)

PLAN BAWEN SOLO (5)

PLAN BAWEN SOLO (6)

KECEPATAN RENCANA BERDASARKAN RADIUS TIKUNGAN 13/23

TINJAUAN BASIC DESIGN JALAN TOL BAWEN SOLO (ALINYEMEN VERTIKAL) Kondisi eksisting permukaan tanah pada rencana koridor Jalan Tol Bawen Solo bervariasi mulai dari bergunung, berbukit sampai dengan datar dengan kemiringan lereng melintang > 25%. Pada alinyemen vertikal untuk gradien yang sama dengan kecepatan rencana yang berbeda akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya galian & timbunan. Dari alinyemen vertikal dilakukan simulasi kebutuhan lajur pendakian (climbing lane). Ternyata kebutuhan lajur pendakian untuk kecepatan rencana 100 km/jam lebih besar dari kebutuhan lajur pendakian untuk kecepatan rencana 80 km/jam. Tentunya semakin tinggi timbunan atau dalam galiannya membutuhkan biaya konstruksi yang semakin besar 14/23

KEBUTUHAN PANJANG LENGKUNG VERTIKAL 15/23

ASPEK HUKUM Kajian kecepatan rencana perlu mempertimbangkan aspek hukum agar penetapan kecepatan rencana yang digunakan di dalam desain tidak bertentangan dengan ketentuan dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Kepmen Kimpraswil No. 353/KPTS/M/2001 Pasal 7 Ayat (3) disebutkan bahwa Kecepatan Rencana Jalan Tol harus memenuhi kriteria : a. Daerah datar yang mempunyai lereng melintang rata-rata antara 0% s.d 2,9% adalah 120 km/jam di luar kota, dan 80 km/jam di dalam kota; b. Daerah perbukitan yang mempunyai lereng melintang rata-rata antara 3% s.d 24,9% adalah 100 km/jam di luar kota dan 80 km/jam di dalam kota; c. Daerah pegunungan yang mempunyai lereng melintang rata-rata 25% atau lebih adalah 80 km/jam di luar kota, dan 60 km/jam di dalam kota. 16/23

FAKTOR KESELAMATAN & KENYAMANAN PENGGUNA JALAN Pengalaman terjadinya kecelakaan-kecelakaan pada suatu ruas jalan tol menunjukkan adanya hubungan antara keselamatan lalu lintas dengan penentuan batas kecepatan kendaraan Kecepatan yang aman sangat tergantung pada kondisi topografi, komponen-komponen desain, kondisi jalan, volume lalu lintas, kondisi cuaca, pengembangan road side, jarak antar simpang susun (interchange), kondisi lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. Intensitas terjadinya kecelakaan lebih banyak terjadi pada lengkung cembung dan cekung terutama yang berhubungan dengan gradien menurun. 17/23

KETERKAITAN DENGAN RUAS JALAN TOL LAIN Ruas jalan tol lainnya selain Jalan Tol Semarang Bawen yang telah terlebih dahulu direncanakan adalah ruas Jalan Tol Solo Kertosono. Ruas Jalan Tol Semarang Bawen dirancang dengan kecepatan rencana 80 km/jam, sedangkan ruas Jalan Tol Solo Kertosono dirancang dengan kecepatan rencana 120 km/jam. Antara ruas Jalan Tol Bawen Solo dan Solo Kertosono ini dibatasi oleh Kartasuro junction yang dirancang dengan kecepatan rencana 80 km/jam. Bila ditinjau dari aspek ini, maka kecepatan rencana ruas Jalan Tol Bawen Solo seharusnya mengikuti ruas Jalan Tol Semarang Bawen dan Solo Kertosono yaitu 80 km/jam. 18/23

FAKTOR LINGKUNGAN Galian tanah yang dalam dapat menimbulkan gangguan terhadap stabilitas lereng dan geohidrologi yang ditandai dengan turunnya/terputusnya aliran air tanah yang akan menyebabkan terhentinya distribusi air bersih untuk keperluan rumah tangga dan pertanian. Berdasarkan AMDAL Basic Desain Jalan Tol Semarang Solo terdapat Dampak Besar dan Penting yang harus dikelola dan dipantau (monitor) selama tahap konstruksi yaitu terganggunya lapisan lapisan akuifer yang cukup potensial terdapat air tanah pada Sta. 36 s.d Sta. 40 dengan debit aliran sekitar 10 lt/detik dan pada Sta. 56 s.d Sta. 63 dengan debit 100 lt/detik. Akibat terkupasnya lapisan yang berpotensi memiliki air tanah, maka akan berdampak pada peningkatan debit air yang keluar dari dalam tanah (semula mencapai 100 liter per detik akan menjadi lebih besar). 19/23

KAITAN ANTARA KECEPATAN RENCANA DENGAN KELAYAKAN SUATU PROYEK Pada alinyemen horisontal akan diperhitungkan seberapa besar radius tikungan yang dapat diterapkan di lapangan dan seberapa panjang lengkung peralihan dapat dipasang dengan tetap memperhitungkan kemudahan pelaksanaan, biaya konstruksi serta dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan. Pada alinyemen vertikal untuk gradien yang sama dengan kecepatan rencana yang berbeda akan berpengaruh pada tinggi atau rendahnya galian dan timbunan karena panjang lengkungnya (Lv) berbeda. Dari alinyemen vertikal dapat diketahui kebutuhan lajur pendakian untuk kecepatan rencana 100 km/jam lebih besar dari kebutuhan lajur pendakian untuk kecepatan rencana 80 km/jam. Tentunya peningkatan biaya (cost) proyek akibat ketidakcermatan didalam penetapan kecepatan rencana akan mempengaruhi tingkat kelayakan finansial ruas Jalan Tol Semarang Solo secara keseluruhan. 20/23

KESIMPULAN & REKOMENDASI (1) Mengacu pada KEPMEN KIMPRASWIL No. 353/KPTS/M/2001 pada Pasal 7 ayat (3) yang mengatur pembatasan kecepatan rencana berdasarkan kondisi permukaan tanah dasar, maka kecepatan rencana yang disarankan untuk jalan tol luar kota dengan kemiringan lereng melintang > 25% adalah 80 km/jam; Sesuai kajian AMDAL yang telah dilakukan sebelumnya disebutkan bahwa adanya lapisan aquifer pada Sta. 36 s.d Sta. 40 & pada Sta. 56 s.d Sta. 63. Galian yang dalam beresiko mengganggu stabilitas lereng dan geohidrologi yang ditandai dengan turunnya/terputusnya aliran air tanah yang akan menyebabkan terhentinya distribusi air bersih untuk keperluan rumah tangga dan pertanian; Kondisi tersebut memaksa perencana untuk menerapkan kecepatan rencana minimal yaitu 80 km/jam dengan tujuan untuk mendapatkan lereng pendakian maksimal, sehingga bisa meminimalkan volume pekerjaan galian dan timbunan; 21/23

KESIMPULAN & REKOMENDASI (2) Kondisi permukaan tanah eksisting pada rencana ruas Jalan Tol Bawen Kertosono tidak berbeda dengan kondisi permukaan tanah eksisting ruas Jalan Tol Semarang Bawen. Oleh sebab itu kecepatan rencana ruas Bawen Kertosuro juga seharusnya mengikuti kecepatan rencana pada ruas jalan tol terkait yaitu 80 km/jam. 22/23

23/23