BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga kontribusi UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Pada tahun 2006, kontribusi UMKM dalam produk domestik bruto (PDB) cukup besar yaitu 53,3 persen dengan laju pertumbuhan PDB UMKM pada tahun yang sama adalah sebesar 5,5 persen. Jumlah unit usaha UMKM yang mencapai 99,9 persen atau sebesar 48,9 juta unit usaha pada tahun 2006 telah menyerap tenaga kerja UMKM sebanyak 85,4 juta pekerja. Sementara itu, jumlah koperasi pada tahun 2006 telah mencapai 140 ribu unit yang tersebar di seluruh propinsi, dengan anggota sebanyak 28,6 juta orang. Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM menjadi sangat penting dan akan secara langsung memajukan kesejahteraan sebagian besar rakyat Indonesia. Selama tahun 2007, upaya pemberdayaan UMKM telah banyak dilakukan dalam berbagai kegiatan yaitu antara lain: (l) pembahasan RUU tentang UMKM antara pemerintah dan DPR; (2) paket kebijakan melalui Inpres 6 tahun 2007 terkait dengan aspek peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahaan dan SDM, peningkatan peluang pasar produk UMKM, dan reformasi regulasi; (3) penjaminan kredit yang dilaksanakan melalui Kemeneg KUKM sebesar 53,3 miliar dan penambahan modal pemerintah kepada PT Askrindo dan PT Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) sebesar Rp. 1,4 triliun, untuk meningkatkan kapasitas pelayanan penjaminan kredit kedua perusahaan tersebut dalam mendukung investasi kredit UMKM yang kekurangan persyaratan jaminan; (4) kegiatan bantuan sertifikasi tanah kepada 13.000 UKM untuk digunakan sebagaiagunan pinjaman kredit; (5) fasilitasipembiayaan alternatif melaluidana berguliq seperti program pembiayaan produktif bagi koperasi dan usaha mikro pola konvensional dan syariah, program pemberdayaan perempuan keluarga sehat dan sejahtera, dan program kredit usaha mikro dan kecil dari dana surat utang pemerintah (SUP-005);(6) pengembangan model klaster dengan pola kemitraan; (7) perintisan Trading House di dua lokasi sasaran pasar non tradisional, yaitu Bulgaria untuk wilayah Eropa dan Jedang untuk Timur Tengah dan Afrika; (8) pelaksanaan program sarjana pencipta kerja mandiri (Prospek Mandiri) di 8 propinsi dan 19 koperasi; (9) pelaksanaan kegiatan program keluarga sehat dan sejahtera (Perkassa) kepada 247 unitkoperasi di seluruh Indonesia; (10) bantuan penyediaan sarana dan prasarana kepada usaha mikro melalui 1.052 pedagang kaki lima (PKL);(l l) pelaksanaan klasifikasi koperasi, pendidikan dan pelatihan perkoperasian, serta penepapan akuntabilitas koperasi; dan (12) persiapan pembentukan pusat inovasi UMKM. Kemudian pada tahun 2008, pemberdayaan koperasi dan UMKM diharapkan dapat dilaksanakan melalui kegiatan prioritas antara lain: (l) pelaksanaan skim penjaminan kredit ILt9- I
investasi UKM, terutama agribisnis dan industri; (2) sertifikasi tanah UKM; (3) pengembangan jaringan antar LKM/I(SP; (3) penyelesaian peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penjaminan kredit koperasi, dan UMKM; (4) pengembangan pemasuran produk dan jaringan usaha KUKM; (5) fasilitasi pengembangan UKM berbasis teknologi; (6) Penyediaan dana melalui koperasi untuk pengadaan sarana produksi bersama anggota; (7) penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan poia bagi hasil/syariah dan konvensional termasuk perempuan pengusaha; (8) bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola LKM/IGP; (9) pelatihan fasilitator budaya/motivasi usaha dan teknis manajeman usaha mikro melalui koperasi; (10) rintisan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal/perbatasan; (11) fasilitasi pengembangan pemasaran usaha mikro melalui koperasi; dan (12) memulai tahap implementasi pusat inovasi UMKM. Upaya pemberdayaan masih perlu dilanjutkan pada tahun 2009, karena UMKM masih perlu mengatasi permasalahan mendasar dan menghadapi tantangan sebagai berikut. Berbagai masalah yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif masih dihadapi UMKM seperti ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur per\zinan yang mengakibatkan besarnya biaya transaksi; panjangnya proses perijinan dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi; dan praktik bisnis serta persaingan usaha yang tidak sehat. Tantangan utama ke depan adalah penyelesaian berbagai produk turunan dari UU yang terkait dengan UMKM. Masih rendahnya produktivitas UMKM dapat mengakibatkan kesenjangan yang sangat lebar antar pelaku UMKM dan usaha besar. Masih rendahnya tingkat produktivitas UMKM ini disebabkan antara lain oleh rendahnya kualitas dan kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia. Tantangan ke depan adal ah bagaimana menumbuhkan wirausaha yang berbasis pengetahuan dan teknologi, serta inovasi. Di sisi lain, UMKM masih menghadapi kendala keterbatasan kepada akses sumber permodalan, produksi, teknologi dan pemasaran. Keadaan ini menambah ketidakberdayaan UMKM dalam meningkatkan kapasitas dan daya saing produk. Sebagian besar UMKM masih mengalami hambatan akses kepada lembaga perbankan, karena ketidakcukupan jaminan meskipun usahanya layak secara ekonomi. Oleh karena itu, tantangan akses permodalan ke depan adalah diperlukan akselerasi pemanfaatan dana bergulir dari pemerintah, kredit usaha rakyat dan pelaksanaan penjaminan kredit. Sementara itu tantangan untuk akses ke produksi, teknologi, dan pemasaran adalah dengan percepatan meningkatkan fasilitasi pelayanan teknologi produksi dan informasi peluang pasar. Kinerja lembaga koperasi yang diharapkan berperan sebagai wadah gerakan ekonomi rakyat belum juga menunjukkan perbaikan kualitas berkoperasi yang signifikan. Selain itu, masih banyak UMKM yang belum memahami prinsip-prinsip dan praktek-praktek yang benar dalam berkoperasi. Bersamaan masalah koperasi ini, tantangan ke depan adalah meningkatkan pembinaan perkoperasian agar koperasi yang melaksanaka nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi semakin meningkat. Selain itu, perkembangan UMKM ke depan akan semakin bersifat lintas sektor atau multidimensi. Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM memerlukan upaya yang dilakukan secara sistematis/melembaga dan terarah. Di samping itu, pemberdayaan koperasi dan Ir.tg - 2
REPUBLIK lndonesia UMKM juga akan menghadapi tantangan untuk berperan lebih'besar dalam mengatasi persoalan sosibl ekonomi, seperti penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9 Pada tahun 2009 pemberdayaan koperasi dan UMKM diarahkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut: l. Meningkatnya produktivitas dan ekspor usaha kecil dan menengah dengan cukup tinggi didukung dengan kelembagaan usaha yang makin mapan; 2. Meningkatnya kapasitas pengusaha mikro, khususnya yang mendukung peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin; 3. Terselenggaranya sistem pengembangan UKM inovatif yang berbasis iptek semakin mapan; 4. Meningkatnya jumlah koperasi yang berkualitas sesuai dengan nilai-nilai dan prinsipprinsip koperasi. C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHTIN 2OO9 Berdasarkan permasalahan dan tantangan serta sasaran tersebut diatas, maka kebijakan umum pada tahun 2009 diarahkan terutama untuk mendukung pelaksanaan prioritas pembanguna nasional melalui: (l) peningkatan ekonomi lokal dengan mengembangkan usaha skala mikro dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah; dan (2) peningkatan produktifitas dan akses UKM kepada sumberdaya produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk ekonomi daerah sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah melalui peningkatan ekonomi lokal, kota dan perdesaan, pemberdayaan usaha mikro difokuskan untuk mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, yaitu melalui kegiatan prioritas seperti: (l) meningkatkan kapasitas dan memperluas jangkauan lembaga keuangan mikro (LKM) baik dengan pola bagi hasil maupun konvensional, termasuk melalui dana bergulir; (2) meningkatkan kemampuan pengusaha mikro dalam aspek manajemen usaha dan teknis produksi; (3) meningkatkan fasilitasi pengeml,ingan sarana dan prasarana usaha mikro; (4) meningkatkan fasilitasi pembinaan sentra-sentra produksi tradisional dan usaha ekonomi produktif di daerah terisolir dan daerah tertinggal/ perbatasan. Dalam kaitannya dengan peningkatan akses UMKM kepada sumberdaya produktif, arah kebijakannya meliputi: (l) meningkatkan akses modal UMKM kepada lembaga keuangan dengan mendorong pemanfaatan skim penjaminan kredit dan kredit usaha rakyat (KUR), khususnya untuk investasi produktif di sektor agribisnis dan industri; (2) meningkatkan kemampuan UMKM dalam pengajuan investasi usaha dengan skim penjaminan kredit melalui pembinaan oleh lembaga layanan usaha (BDS-P);(3) meningkatkan fasilitas pemasaran dan promosi ekspor produk-produk UKM dan koperasi; dan (4) meningkatkan ri.l9-3
akses teknologi dan inovasi dengan menyediakan fasilitas layanan teknologi dan pusat inovasi. Seiring dengan peningkatan akses tersebut, pemberdayaan UMKM juga diarahkan untuk meningkatkan wirausaha yang tangguh dan kompetitif, serta berwawasan iptek dan inovasi. Arah kebijakan penting lainnya yang mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi UMKM, meliputi: (l) menyelesaikan penyusunan turunan peraturan pelaksanaan RUU tentang UMKM dan koperasi; (2) meningkatkan formalisasi badan usaha UMKM; (3) memberikan rekomendasi perbaikan kebijakan dan regulasi yang menghambat usaha dan investasi pada sektor maupun di daerah. Sementara itu, arah kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi, meliputi: (l) meningkatkan pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan penilaian perkoperasian; dan (2) pelatihan dan pemasyarakatan praktek-praktek koperasi terbaik, sekaligus bimbingan teknis penerapan akuntabilitas koperasi. ll.l9-4