PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI SERTA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI SERTA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

pemberdayaan koperasi dan usaha mikro di kabupaten Lamongan Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kabupaten Lamongan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI SERTA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BAB I. Pendahuluan. Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

STRATEGI PENGUATAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MELALUI KERJASAMA KEMITRAAN POLA CSR. I Wayan Dipta *)

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA).

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Urata, 2000). Akterujjaman (2000) menyatakan bahwa UKM di seluruh

Strategi UKM Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

Oleh Dwi Prasetyo Hadi ABSTRAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 10. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Transkripsi:

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga kontribusi UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Pada tahun 2006, kontribusi UMKM dalam produk domestik bruto (PDB) cukup besar yaitu 53,3 persen dengan laju pertumbuhan PDB UMKM pada tahun yang sama adalah sebesar 5,5 persen. Jumlah unit usaha UMKM yang mencapai 99,9 persen atau sebesar 48,9 juta unit usaha pada tahun 2006 telah menyerap tenaga kerja UMKM sebanyak 85,4 juta pekerja. Sementara itu, jumlah koperasi pada tahun 2006 telah mencapai 140 ribu unit yang tersebar di seluruh propinsi, dengan anggota sebanyak 28,6 juta orang. Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM menjadi sangat penting dan akan secara langsung memajukan kesejahteraan sebagian besar rakyat Indonesia. Selama tahun 2007, upaya pemberdayaan UMKM telah banyak dilakukan dalam berbagai kegiatan yaitu antara lain: (l) pembahasan RUU tentang UMKM antara pemerintah dan DPR; (2) paket kebijakan melalui Inpres 6 tahun 2007 terkait dengan aspek peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahaan dan SDM, peningkatan peluang pasar produk UMKM, dan reformasi regulasi; (3) penjaminan kredit yang dilaksanakan melalui Kemeneg KUKM sebesar 53,3 miliar dan penambahan modal pemerintah kepada PT Askrindo dan PT Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) sebesar Rp. 1,4 triliun, untuk meningkatkan kapasitas pelayanan penjaminan kredit kedua perusahaan tersebut dalam mendukung investasi kredit UMKM yang kekurangan persyaratan jaminan; (4) kegiatan bantuan sertifikasi tanah kepada 13.000 UKM untuk digunakan sebagaiagunan pinjaman kredit; (5) fasilitasipembiayaan alternatif melaluidana berguliq seperti program pembiayaan produktif bagi koperasi dan usaha mikro pola konvensional dan syariah, program pemberdayaan perempuan keluarga sehat dan sejahtera, dan program kredit usaha mikro dan kecil dari dana surat utang pemerintah (SUP-005);(6) pengembangan model klaster dengan pola kemitraan; (7) perintisan Trading House di dua lokasi sasaran pasar non tradisional, yaitu Bulgaria untuk wilayah Eropa dan Jedang untuk Timur Tengah dan Afrika; (8) pelaksanaan program sarjana pencipta kerja mandiri (Prospek Mandiri) di 8 propinsi dan 19 koperasi; (9) pelaksanaan kegiatan program keluarga sehat dan sejahtera (Perkassa) kepada 247 unitkoperasi di seluruh Indonesia; (10) bantuan penyediaan sarana dan prasarana kepada usaha mikro melalui 1.052 pedagang kaki lima (PKL);(l l) pelaksanaan klasifikasi koperasi, pendidikan dan pelatihan perkoperasian, serta penepapan akuntabilitas koperasi; dan (12) persiapan pembentukan pusat inovasi UMKM. Kemudian pada tahun 2008, pemberdayaan koperasi dan UMKM diharapkan dapat dilaksanakan melalui kegiatan prioritas antara lain: (l) pelaksanaan skim penjaminan kredit ILt9- I

investasi UKM, terutama agribisnis dan industri; (2) sertifikasi tanah UKM; (3) pengembangan jaringan antar LKM/I(SP; (3) penyelesaian peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penjaminan kredit koperasi, dan UMKM; (4) pengembangan pemasuran produk dan jaringan usaha KUKM; (5) fasilitasi pengembangan UKM berbasis teknologi; (6) Penyediaan dana melalui koperasi untuk pengadaan sarana produksi bersama anggota; (7) penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan poia bagi hasil/syariah dan konvensional termasuk perempuan pengusaha; (8) bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola LKM/IGP; (9) pelatihan fasilitator budaya/motivasi usaha dan teknis manajeman usaha mikro melalui koperasi; (10) rintisan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal/perbatasan; (11) fasilitasi pengembangan pemasaran usaha mikro melalui koperasi; dan (12) memulai tahap implementasi pusat inovasi UMKM. Upaya pemberdayaan masih perlu dilanjutkan pada tahun 2009, karena UMKM masih perlu mengatasi permasalahan mendasar dan menghadapi tantangan sebagai berikut. Berbagai masalah yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif masih dihadapi UMKM seperti ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur per\zinan yang mengakibatkan besarnya biaya transaksi; panjangnya proses perijinan dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi; dan praktik bisnis serta persaingan usaha yang tidak sehat. Tantangan utama ke depan adalah penyelesaian berbagai produk turunan dari UU yang terkait dengan UMKM. Masih rendahnya produktivitas UMKM dapat mengakibatkan kesenjangan yang sangat lebar antar pelaku UMKM dan usaha besar. Masih rendahnya tingkat produktivitas UMKM ini disebabkan antara lain oleh rendahnya kualitas dan kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia. Tantangan ke depan adal ah bagaimana menumbuhkan wirausaha yang berbasis pengetahuan dan teknologi, serta inovasi. Di sisi lain, UMKM masih menghadapi kendala keterbatasan kepada akses sumber permodalan, produksi, teknologi dan pemasaran. Keadaan ini menambah ketidakberdayaan UMKM dalam meningkatkan kapasitas dan daya saing produk. Sebagian besar UMKM masih mengalami hambatan akses kepada lembaga perbankan, karena ketidakcukupan jaminan meskipun usahanya layak secara ekonomi. Oleh karena itu, tantangan akses permodalan ke depan adalah diperlukan akselerasi pemanfaatan dana bergulir dari pemerintah, kredit usaha rakyat dan pelaksanaan penjaminan kredit. Sementara itu tantangan untuk akses ke produksi, teknologi, dan pemasaran adalah dengan percepatan meningkatkan fasilitasi pelayanan teknologi produksi dan informasi peluang pasar. Kinerja lembaga koperasi yang diharapkan berperan sebagai wadah gerakan ekonomi rakyat belum juga menunjukkan perbaikan kualitas berkoperasi yang signifikan. Selain itu, masih banyak UMKM yang belum memahami prinsip-prinsip dan praktek-praktek yang benar dalam berkoperasi. Bersamaan masalah koperasi ini, tantangan ke depan adalah meningkatkan pembinaan perkoperasian agar koperasi yang melaksanaka nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi semakin meningkat. Selain itu, perkembangan UMKM ke depan akan semakin bersifat lintas sektor atau multidimensi. Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM memerlukan upaya yang dilakukan secara sistematis/melembaga dan terarah. Di samping itu, pemberdayaan koperasi dan Ir.tg - 2

REPUBLIK lndonesia UMKM juga akan menghadapi tantangan untuk berperan lebih'besar dalam mengatasi persoalan sosibl ekonomi, seperti penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9 Pada tahun 2009 pemberdayaan koperasi dan UMKM diarahkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut: l. Meningkatnya produktivitas dan ekspor usaha kecil dan menengah dengan cukup tinggi didukung dengan kelembagaan usaha yang makin mapan; 2. Meningkatnya kapasitas pengusaha mikro, khususnya yang mendukung peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin; 3. Terselenggaranya sistem pengembangan UKM inovatif yang berbasis iptek semakin mapan; 4. Meningkatnya jumlah koperasi yang berkualitas sesuai dengan nilai-nilai dan prinsipprinsip koperasi. C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHTIN 2OO9 Berdasarkan permasalahan dan tantangan serta sasaran tersebut diatas, maka kebijakan umum pada tahun 2009 diarahkan terutama untuk mendukung pelaksanaan prioritas pembanguna nasional melalui: (l) peningkatan ekonomi lokal dengan mengembangkan usaha skala mikro dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah; dan (2) peningkatan produktifitas dan akses UKM kepada sumberdaya produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk ekonomi daerah sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah melalui peningkatan ekonomi lokal, kota dan perdesaan, pemberdayaan usaha mikro difokuskan untuk mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, yaitu melalui kegiatan prioritas seperti: (l) meningkatkan kapasitas dan memperluas jangkauan lembaga keuangan mikro (LKM) baik dengan pola bagi hasil maupun konvensional, termasuk melalui dana bergulir; (2) meningkatkan kemampuan pengusaha mikro dalam aspek manajemen usaha dan teknis produksi; (3) meningkatkan fasilitasi pengeml,ingan sarana dan prasarana usaha mikro; (4) meningkatkan fasilitasi pembinaan sentra-sentra produksi tradisional dan usaha ekonomi produktif di daerah terisolir dan daerah tertinggal/ perbatasan. Dalam kaitannya dengan peningkatan akses UMKM kepada sumberdaya produktif, arah kebijakannya meliputi: (l) meningkatkan akses modal UMKM kepada lembaga keuangan dengan mendorong pemanfaatan skim penjaminan kredit dan kredit usaha rakyat (KUR), khususnya untuk investasi produktif di sektor agribisnis dan industri; (2) meningkatkan kemampuan UMKM dalam pengajuan investasi usaha dengan skim penjaminan kredit melalui pembinaan oleh lembaga layanan usaha (BDS-P);(3) meningkatkan fasilitas pemasaran dan promosi ekspor produk-produk UKM dan koperasi; dan (4) meningkatkan ri.l9-3

akses teknologi dan inovasi dengan menyediakan fasilitas layanan teknologi dan pusat inovasi. Seiring dengan peningkatan akses tersebut, pemberdayaan UMKM juga diarahkan untuk meningkatkan wirausaha yang tangguh dan kompetitif, serta berwawasan iptek dan inovasi. Arah kebijakan penting lainnya yang mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi UMKM, meliputi: (l) menyelesaikan penyusunan turunan peraturan pelaksanaan RUU tentang UMKM dan koperasi; (2) meningkatkan formalisasi badan usaha UMKM; (3) memberikan rekomendasi perbaikan kebijakan dan regulasi yang menghambat usaha dan investasi pada sektor maupun di daerah. Sementara itu, arah kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi, meliputi: (l) meningkatkan pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan penilaian perkoperasian; dan (2) pelatihan dan pemasyarakatan praktek-praktek koperasi terbaik, sekaligus bimbingan teknis penerapan akuntabilitas koperasi. ll.l9-4