Bab 2. Landasan Teori. Dalam sub bab ini secara umum akan membahas mengenai teori yang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 5. Ringkasan. Terjemahan merupakan penghubung antar bangsa-bangsa di dunia yang berbeda

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa memungkinkan sesama manusia berkomunikasi satu sama lain begitu

Bab 2. Landasan Teori. Bagan 2.1. Pembagian Hinshi( 品詞 )

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Okutsu (1990:13) yang dimaksud dengan meishi ( 名詞 ) adalah 名詞は自立 語である 文の構造には主題となったっり 補足語となったり 述語となった

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Hinshi Definisi hinshi yang dikemukakan oleh Masuoka dan Takubo (1990:9) adalah: 文中での動き ( 統語的機能 ) に基づいて語を分類したものを 品詞 という

Bab 3. Analisis Data. tingkat kelas kata yaitu dari kata benda bahasa Jepang menjadi kata sifat bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

Bab 2. Landasan Teori. buku penerjemahan. Menurut Larson (1989:3) yang dimaksud menerjemahkan itu

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 2. Landasan Teori. Menurut James (1:1998), analisis kesalahan merupakan suatu proses kejadian yang

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. aspek belajar mengajar. Dalam setiap proses pembelajaran dan pengajaran komponen

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Definisi bahasa menurut Kridalaksana (2001 : 27) adalah sistem lambang

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

BAB 2. Landasan Teori

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

Bab 3. Analisis Data. dalam BSu yaitu bahasa Jepang yang merujuk pada kata kerja: Doutaidoushi 動態動詞, Jyoutaidoushi 状態動詞, Jidoushi 自動詞, Tadoushi 他動詞,

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam sub bab ini akan membahas mengenai teori yang berhubungan dengan

Bab 2. Landasan Teori

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Penulis akan membagi teori yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 5 bagian, yaitu: 2.1 Teori Pragmatik

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik.sintaksis berasal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dari berbagai negara memiliki ciri universal dan ciri khusus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Haseigo Menurut Masuoka dan Takubo (2000:10) yang dimaksud dengan haseigo adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau kaidah-kaidah yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 3. Analisis Data

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. 2.1 Aspek Dalam Bahasa Jepang Berdasarkan Konsep Ken Machida

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini, penulis membagi landasan teori yang digunakan menjadi lima sub-bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. Landasan Teori

DIKTAT KULIAH. Penjelasan Pemakaian Tata Kalimat 日本語研究者教材開発室

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

BJ システムについて Mengenai BJ System

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

Bab 1. Pendahuluan. sarana yang dipakai oleh manusia dalam berkomunikasi, sehingga bahasa itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

BAB II GAMBARAN UMUM. kalimat sangat bervariasi dan tidak ada aturan-aturan khusus. Predikat dalam

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai definisi hinshi beserta

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki ciri khas atau karakteristik tersendiri. Setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penerjemahan Dalam sub bab ini secara umum akan membahas mengenai teori yang berhubungan penerjemahan. 2.1.1 Pengertian Penerjemahan Menurut Simatupang (2000: 2) menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dan mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran. Ada banyak pengertian mengenai penerjemahan yang dapat ditemukan dalam setiap buku mengenai penerjemahan. Menurut Catford (1965:1) menerjemahkan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam bahasa: proses mengganti teks dari suatu bahasa ke teks dalam bahasa lain (Catford, 1965:1). Ia juga mengatakan bahwa "Menerjemahkan adalah mengganti kata-kata dari suatu bahasa (BSu) ke bahasa lain (BSa) dengan susunan material yang ekuivalen". Forster dalam Nida (1964: 192) menggaris bawahi bahwa penerjemahan yang bagus adalah "Penerjemahan yang memenuhi tujuan yang sama seperti dalam teks bahasa sumber". Knox dalam Nida (1964: 164) juga mengemukakan bahwa penerjemahan yang bagus adalah penerjemahan yang dapat dibaca dengan ketertarikan dan kenikmatan yang sama seperti yang ditemukan dalam bentuk aslinya. 7

Proses merubah bentuk tulisan maupun lisan dari satu bahasa ke bahasa lain disebut translation. Proses yang dimaksud disini adalah langkah dalam menerjemahkan. Oleh karena itu, penerjemah maupun pembelajar bahasa asing diharapkan mengenal setiap langkah yang harus dikerjakan dalam merubah tulisan (teks) dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa target (BSa). Itulah yang disebut dengan membuat terjemahan atau menerjemahkan menurut Newmark (1981: 89). Langkah-langkah dalam menerjemahkan teks menjadi kegiatan setiap orang yang ingin menyampaikan pesan dari satu bahasa ke bahasa lain. Maka dari itu, sebagai seorang penerjemah perlu untuk memperhatikan bentuk teks dalam bahasa sumber karena translation adalah kegiatan merubah bentuk kalimat bahasa sumber ke bentuk kalimat bahasa target dengan memperhatikan struktur semantik. Makna adalah satu-satunya hal yang harus tetap dijaga dan tidak boleh berubah dari bahasa sumber. Bagaimanapun juga, yang boleh berubah dalam translation hanyalah bentuk kalimat (Larson, 1984: 3). Oleh karena itu, seorang penerjemah harus mengetahui bahwa dalam menerjemahkan bukan hanya masalah pengertian/makna yang harus diperhatikan. Akan tetapi bentuk bahasa juga perlu diperhatikan untuk mendapatkan pengertian/makna yang ekuivalen dan bentuk bahasa dalam bahasa target seperti yang dikatakan Nida dalam Lie (2005): Translation consists of reproducing in the receptor language the clostest natural equivalent to the message of the (original) language, first in terms of meaning and secondly in terms of style. By natural, we mean that the equivalent meaning forms should not be 'foreign' either in form or meaning. 8

Terjemahan: Menerjemahkan adalah mereproduksi bahasa sumber ke bahasa target dengan pengertian yang alami yang memiliki pengertian yang semirip mungkin. Pertama adalah makna, dan kedua adalah gaya. Yang dimaksud menerjemahkan dengan alami adalah bahwa makna yang ekuivalen tidak boleh asing baik dalam bentuk kalimat maupun makna menurut kaidah BSa Yang dimaksud dengan source language (bahasa sumber) dan receptor language (bahasa target) yang disebut diatas menurut Nida dalam Lie (2005) adalah; source language adalah bahasa yang akan diterjemahkan, sedangkan yang dimaksud dengan receptor language adalah bahasa hasil terjemahan. Berdasarkan pengertian tersebut, penulis akan memfokuskan pada analisis teks bahasa Jepang sebagai bahasa sumber dan bahasa Indonesia sebagai bahasa target. Menerjemahkan bukanlah suatu kegiatan yang sederhana (Larson, 1984: 22). Karena bukan hanya bahasa yang berbeda, tetapi setiap bahasa memiliki kode dan peraturan yang berbeda satu sama lain. Seperti yang kita ketahui, dalam bahasa Indonesia tidak mengenal tenses, tetapi dalam bahasa Jepang mengenal tenses. Selain itu, Jepang dan Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat berbeda yang mungkin tidak akan dapat diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya. Sehingga penerjemahan tidak bisa dilakukan hanya dengan menerjemahkan secara harafiah. Setelah mengemukakan beberapa pengertian tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa menerjemahkan adalah merubah bahasa sumber ke bahasa target tanpa merubah pengertian. Dan itu berarti bahwa sebelum menerjemahkan, seorang penerjemah harus mengenal target pembaca hasil terjemahannya. Penerjemahan yang baik adalah penerjemahan yang memberikan kepuasan bagi pembacanya seperti 9

membaca teks aslinya. Menurut Hoed (1992:4) penerjemahan adalah suatu kegiatan mengalihkan amanat dari satu bahasa, yaitu bahasa sumber (disingkat BSu) ke dalam bahasa lain yaitu bahasa sasaran (disingkat BSa). Dengan demikian, dalam penerjemahan selalu terlibat dua bahasa. Bila suatu teks tertulis dalam BSu, akan disebut teks sumber (disingkat TSu), dan bila suatu teks tertulis dalam BSa, akan disebut teks sasaran (disingkat TSa). Menurut Finlay dalam Simatupang (2002: 2) idealnya, hasil penerjemahan seharusnya memberikan rasa yang sama seperti membaca teks aslinya yang membuat pembaca tidak menyadari bahwa dia sedang membaca suatu terjemahan. 2.1.2 Pergeseran Penerjemahan Berdasarkan konsep kesetaraan penerjemahan, tidak semua elemen dari satu bahasa sama dengan elemen yang ada di bahasa yang lain. Pergeseran penerjemahan terjadi pada beberapa poin dan level teks. Pergeseran penerjemahan terjadi ketika tidak ada kesesuaian suatu ekspresi dari teks bahasa sumber untuk direalisasikan secara ekuivalen dalam bahasa sasaran. Pergeseran penerjemahan, sebuah konsep yang diasosiasikan oleh Catford dalam Machali (1998: 12) sebagai bentuk berbeda yang dihasilkan oleh orang yang berbeda, Larson (1989: 20) menyebutnya sebagai ketidaksesuaian struktur, dan Newmark (1989: 9) mengartikannya sebagai konsep perubahan. Menurut Halliday dalam Machali (1998: 150), ada dua jenis pergeseran penerjemahan yang bisa terjadi. Yang pertama adalah obligartory shift atau pergeseran tetap yang bisa berupa pergeseran struktur gramatikal, kohesi, dan pengucapan. Sedangkan yang kedua adalah optional shift atau 10

pergeseran pilihan. Optional shift bisa berupa pergeseran makna, referensi, interpersonal, dan tekstual. Penelitian ini termasuk dalam obligartory shift atau pergeseran tetap secara gramatika. Dalam Sudjianto dan Dahidi (2004: 134), gramatika sering diartikan sebagai aturan-aturan menyusun bentuk satuan bahasa tertentu. Yang dimaksud bahasa tertentu disini yaitu bahasa alami tertentu bisa bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan sebagainya, lalu yang disebut bentuk satuan bahasa biasanya mengacu pada kata, klausa, kalimat, wacana, dan sebagainya. Sehingga dalam penelitian ini, yaitu pergeseran penerjemahan kata kerja bahasa Jepang menjadi kata sifat bahasa Indonesia yang merupakan pergeseran kelas kata termasuk dalam pergeseran tetap atau obligartory shift secara gramatika dimana kelas kata tersebut merupakan bagian dari gramatika. Pergeseran penerjemahan ini terjadi karena penerjemah tidak bisa menemukan bentuk yang benar-benar sama dengan teks bahasa sumber, sehingga perlu direalisasikan ke dalam bahasa sasaran. Hal ini dilakukan untuk membuat teks ini dapat diterima dalam masyarakat bahasa sasaran. Sehingga dapat memberikan kepuasan yang sama seperti sewaktu membaca teks bahasa sumbernya. Dalam penerjemahan, pergeseran atau shift rank merupakan hal yang wajar terjadi sebagaimana Vinay and Darbelnet's dalam Newmark (1989:10) yang mencontohkan beberapa shift rank, yaitu: 1. Kata kerja dalam BSu menjadi kata benda dalam BSa 2. Kata hubung dalam BSu menjadi kata kerja tidak beraturan dalam BSa 3. Klausa dalam BSu menjadi sekumpulan kata benda dalam BSa 4. Sekumpulan kata kerja dalam BSu menjadi kata kerja dalam BSa 11

5. Sekumpulan kata benda dalam BSu menjadi kata benda dalam BSa 6. Kalimat rumit dalam BSu menjadi kalimat biasa dalam BSa Adapun yang ingin penulis analisis lebih lanjut adalah pergeseran penerjemahan yang terjadi dari kata kerja dalam bahasa Jepang (BSu) menjadi kata sifat dalam bahasa Indonesia (BSa) dengan menggunakan manga atau komik Jepang sebagai korpus data karena shift rank atau pergeseran juga berlaku dalam penerjemahan manga. Di Indonesia, kontribusi manga juga termasuk besar. Banyak manga yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, salah satunya manga Hikaru no Go karya Yumi Hotta yang diterbitkan di Indonesia oleh PT Elex Media Komputindo dengan judul Hikaru s Go. Salah satu contoh pergeseran penerjemahan kata sifat dalam TSu yaitu bahasa Jepang yang diterjemahkan menjadi kata benda dalam TSa yaitu bahasa Indonesia yang dapat ditemukan dalam manga Hikaru No Go: TSu: タイトルを取るのも手間がかかる (Hotta, 2000: 198) Taitoru o toru no ga tema ga kakaru. TSa: Merebut gelar darinya sangat berat. Dalam bahasa Jepang kata kerja tema ga kakaru 手間がかかる diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 'sangat berat' yang merupakan kata sifat. Dengan adanya pergeseran tersebut dalam penerjemahan, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai pergeseran penerjemahan kata kerja bahasa Jepang berdasarkan klasifikasi kata kerja menurut jenisnya menjadi kata sifat dalam bahasa Indonesia dengan 12

menggunakan manga Hikaru No Go karya Yumi Hotta yang diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo menjadi Hikaru s Go sebagai korpus data. 2.2 Definisi Doushi 動詞 dan Keiyoshi 形容詞 Dalam sub bab ini penulis akan membahas mengenai teori yang berhubungan dengan kata kerja 動詞 dan kata sifat 形容詞 bahasa Jepang. 2.2.1 Definisi Doushi 動詞 dan Jenis-jenis Doushi 動詞 Dalam sub bab berikut ini penulis akan menjelaskan terlebih dahulu definsi Doushi 動詞 dan setelah itu akan membahas mengenai jenis-jenis Doushi 動詞. 2.2.1.1 Definisi Doushi 動詞 Menurut Nomura dalam Dahidi (1992: 158) doushi 動詞 adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan ajektiva-i dan ajektiva-na menjadi salah satu jenis hyougen 表現. Menurut Masuoka (1993: 12), sifat doushi adalah sebagai berikut: 動詞の基本的な性格は 単独で述語の働きをし 文中での働きの違いに応じて活用することである Terjemahan: Sifat dasar dari kata kerja yaitu berfungsi sebagai predikat, dan mempunyai kegunaan yang berbeda di dalam suatu kalimat. 13

Menurut Masuoka dan Takubo (2002: 12) sifat doushi 動詞 biasa berubah bentuk tergantung pada perbedaan fungsinya di dalam suatu kalimat. Misalnya: お母さんはケーキを作る (Ibu membuat kue.), bisa diubah menjadi: a) お母さんはケーキを作っています (Ibu sedang membuat kue.) b) お母さんはケーキを作りました (Ibu telah membuat kue.) Pada kalimat di atas kata tsukuru 作る adalah doushi 動詞 dalam bentuk kamus yang berarti membuat. Sedangkan doushi 動詞 pada (a) adalah tsukutte imasu 作っています yang menyatakan bahwa Ibu sedang membuat kue. Kemudian doushi 動詞 pada (b) adalah tsukurimashita 作りました yang menunjukkan bahwa Ibu telah membuat kue. Sehingga kita bisa mengetahui dari sebuah kalimat bahasa Jepang waktu dari kejadian tersebut, apakah termasuk kegiatan yang sedang berlangsung, lampau maupun akan terjadi di masa yang akan datang dari hanya melihat dari bentuk doushi tersebut. Yang berkaitan dengan tense 2.2.1.2 Jenis-jenis Doushi 動詞 Menurut Masuoka (1993: 12), doushi 動詞 bisa dibagi menjadi bermacam-macam dilihat dari titik tinjauannya. Berdasarkan jenisnya, keenam doushi 動詞 tersebut yaitu doutaidoushi 動態動詞, jyoutaidoushi 状態動詞, jidoushi 14

自動詞, tadoushi 他動詞, ishidoushi 意志動詞 dan muishidoushi 無意志 動詞. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Doutaidoushi 動態動詞, merupakan kata kerja yang menunjukkan adanya pergerakan, seperti: taberu 食べる, hashiru 走る, hanasu 話す dan lain-lain. 2. Jyoutaidoushi 状態動詞 merupakan kata kerja yang menunjukkan suatu keadaan, seperti: 1) kata aru ある, iru いる menunjukkan kepemilikkan atau kepunyaan; 2) kata dekiru できる menunjukkan arti potensial atau kemampuan; 3) kata iru 要る menunjukkan sebuah kepentingan; 4) kata kotonaru 異なる, chigau 違う menunjukkan sebuah pendapat, dan lain-lain. 3. Jidoushi 自動詞, merupakan kata kerja yang tidak menggunakan subjek. Contohnya: Doa ga aku. ドアが開く (pintu terbuka) 4. Tadoushi 他動詞, merupakan kata kerja yang menggunakan subjek yang bersifat sebagai formalitas, yang berstruktur [meishi + partikel wo]. Contohnya: Doa o akeru. ドアを開ける (membuka pintu) 5. Ishidoushi 意志動詞, merupakan kata kerja yang menunjukkan kegiatan yang disengaja, misalnya dalam kata nomu 飲む, asobu 遊ぶ, manabu 学ぶ dan lain-lain. 15

6. Muishidoushi 無意志動詞, merupakan kata kerja yang tidak disengaja, misalnya dalam kata taoreru 倒れる, oiru 老いる, ushinau 失う dan lain-lain. Suatu kata kerja dapat termasuk dua jenis kata kerja pada satu waktu, misalnya Ojisan wa kaisha e iku おじさんは会社へ行く selain dapat digolongkan dalam doutaidoushi 動態動詞 dapat digolongkan pula dalam ishidoushi 意志動詞 karena si paman dengan sengaja pergi ke kantor, bukan secara tidak sengaja. Contoh lainnya ialah pada kalimat mado ga shimaru 窓が閉まる, selain dapat digolongkan dalam jidoushi 自動詞 dapat juga digolongkan dalam muishidoushi 無意志動詞 karena jendela tertutup tanpa disengaja, bukan merupakan sesuatu yang dikehendaki. 2.2.2 Definisi Keiyoushi 形容詞 dan Jenis-jenis Keiyoushi 形容詞 Dalam sub bab berikut ini penulis akan menjelaskan terlebih dahulu definisi Keiyoushi 形容詞 dan setelah itu akan membahas mengenai jenis-jenis Keiyoushi 形容詞. 2.2.2.1 Definisi Keiyoushi 形容詞 Menurut Masuoka dan Takubo (2002: 21) yang dimaksud dengan keiyoushi 形容詞 adalah sebagai berikut: 形容詞は 何からの状態を表し 述語の働きと名詞の修飾語の働きをする また 文中での働きの違いに応じて活用する 例 : 16

1. この地域は寒い 2. 寒い地域 Terjemahan: Kata sifat adalah kata-kata yang menunjukkan suatu kondisi, berfungsi sebagai predikat dan berfungsi sebagai pemberi keterangan pada kata benda. Selain itu kata sifat dalam kalimat mengalami konjugasi. Contoh: 1. Daerah ini dingin 2. Daerah yang dingin Menurut Masuoka dan Takubo (2002: 21) keiyoushi 形容詞 menunjukkan karakter dari manusia maupun benda, atau emosi dan perasaan manusia. 2.2.2.2 Jenis-jenis Keiyoushi 形容詞 Menurut Masuoka dan Takubo (2002: 21) berdasarkan fungsinya keiyoushi 形容詞 bisa dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Zokusei keiyoushi 属性形容詞, ialah kata sifat yang menunjukkan karakteristik. Misalnya: tsuyoi 強い, nagai 長い, osoi 遅い dan sebagainya. 2. Kandou keiyoushi 感動形容詞, ialah kata sifat yang melibatkan perasaan emosi. Misalnya: hoshii ほしい, natsukashii なつかしい, kayui かゆい dan sebagainya. Menurut bentuknya, keiyoushi 形容詞 bisa dibagi menjadi dua, yaitu: 1. i-keiyoushi イ 形容詞, seperti: atsui 暑い, samui 寒い, hayai 早い dan sebagainya 17

2. na-keiyoushi ナ 形容詞, seperti: anzen 安全, benri 便利, kirei きれい dan sebagainya Menurut Kaneko (1999:56) keiyoushi 形容詞 bisa diubah bentuknya menjadi negatif, lampau maupun negatif lampau. Tabel 2.1 Perubahan Keiyoushi 形容詞 Menjadi Keiyoushi 形容詞 Bentuk Negatif, Bentuk Lampau dan Bentuk Negatif Lampau Bentuk Biasa Bentuk Negatif Bentuk Lampau Bentuk Negatif Lampau 暑 い 暑 くない 暑 かった 暑 くなかった 便利 便利 じゃない 便利 だった 便利 じゃなかった 2.3 Definisi Kata Kerja dan Kata Sifat Dalam sub bab ini akan membahas mengenai teori yang berhubungan dengan kata kerja dan kata sifat bahasa Indonesia. 2.3.1 Definisi dan Jenis-jenis Kata Kerja Menurut Widjono (2008: 133) verba atau kata kerja adalah salah satu jenis kata 18

yang menunjukkan aktivitas dan keadaan atau situasi. Secara morfologis, verba dapat dibedakan menjadi: (1) Verba dasar, misalnya: makan, pergi, minum, duduk dan tidur (2) Verba turunan, dibagi menjadi lima yaitu: a) Verba dasar + afiks(wajib): menduduki, mempelajari,menyanyi b) Verba dasar + afiks (tidak wajib): (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci c) Verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib): bertemu, bersua, mengungsi d) Reduplikasi atau bentuk ulang: berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais e) Majemuk: cuci mata, naik haji, belai kasih 2.3.2 Definisi dan Jenis-jenis Kata Sifat Menurut Alwi (2003: 171) kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Kata sifat yang memberikan keterangan terhadap nomina dalam kalimat. Menurut Moeliono (2003: 194) kata sifat dalam bahasa Indonesia jika di beri afiks seperti: meng-, meng- -kan, ter- dan ber- bisa menjadi kata kerja. Contoh: 1. Afiks meng-: menarik, memukau, memikat dan lain-lain. 2. Afiks meng- -kan: menggembirakan, memalukan, menakutkan dan lain-lain. 3. Afiks ter-: terkenal, terharu, terkejut dan lain-lain. 4. Afiks ber-: beruntung, berbahaya, berkembang dan lain-lain. Menurut Alwi (2003: 172) kata sifat menunjukkan adanya dua tipe pokok: 1. Kata sifat bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas. Yang termasuk kata sifat bertaraf yaitu: aman, bersih, berat, merah, lambat, jauh, bangga, lembut dan 19

sebagainya. 2. Kata sifat tak bertaraf mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. Kata sifat tak bertaraf menempatkan acuan nomina yang diwatasinya di dalam kelompok atau golongan tertentu. Kehadirannya di dalam lingkungan itu tak dapat bertaraf-taraf, seperti: mutlak, tentu, kekal, ganda, dan sebagainya. Ada beberapa kata sifat yang dapat dipakai sebagai kata sifat bertaraf dan sebagai kata sifat tak bertaraf sekaligus. Hal itu bergantung pada makna yang akan disampaikan. Ambillah sebagai contoh kata sifat sadar. Pada frasa 'rakyat yang sadar' kata sadar termasuk adjektiva bertaraf dengan makna 'insaf akan keadaan sosial politik'. Rakyat itu dapat bertaraf-taraf kesadarannya sehingga dapat dikatakan lebih sadar, kurang sadar, sangat sadar. Namun, pada kalimat 'Pasien itu hingga sekarang belum sadar' kata sadar merupakan adjektiva tak bertaraf yang bermakna 'keadaan ingat akan dirinya'. Pada pemakaian seperti itu orang hanya dapat dikatakan sadar atau tidak sadar, dan karena itu tidak mungkin ada pewatasan kualitas atau intensitas. 20