PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA



dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

MODEL PARTISIPASI PEMILIH MASYARAKAT KABUPATEN DHAMASRAYA PADA PEMILU 2014 DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BAYESIAN

ANALISIS REGRESI TERSEGMEN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-NEWTON

PENDUGAAN PARAMETER DISTRIBUSI BETA DENGAN METODE MOMEN DAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD

AUTOKORELASI PADA BAGAN KENDALI

REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN

PENAKSIRAN PARAMETER REGRESI LINIER DENGAN METODE BOOTSTRAP MENGGUNAKAN DATA BERDISTRIBUSI NORMAL DAN UNIFORM

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

ANALISIS ESTIMASI PARAMETER REGRESI KUANTIL DENGAN METODE BOOTSTRAP

PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI

ANALISIS REGRESI LOGISTIK DENGAN METODE PENDUGA BAYES UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LINIER BERGANDA DENGAN TEKNIK BOOTSTRAP

PERBANDINGAN KUASA WILCOXON RANK SUM TEST DAN PERMUTATION TEST DALAM BERBAGAI DISTRIBUSI TIDAK NORMAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur

MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

ANALISIS REGRESI KUANTIL

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

REGRESI LINIER BERGANDA

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

PENERAPAN BAGAN KENDALI T 2 HOTELLING DAN ANALISIS KEMAMPUAN PROSES DALAM PRODUKSI SEMEN PPC (PORTLAND POZZOLLAND CEMENT ) DI PT.

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN TEKANAN DARAH

Bab 1 PENDAHULUAN. Secara umum persamaan regresi linier dengan k variabel bebas dinyatakan dengan :

PEMBUATAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT T 2 -HOTELLING UNTUK PROSES PERKULIAHAN Studi Kasus : IPK dan Lama Studi Lulusan Matematika Universitas Andalas

Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal ISSN : c Jurusan Matematika FMIPA UNAND

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara dua variabel yang terdiri dari variabel tak bebas (Y ) dengan

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE

BAB III PEMBAHASAN. Metode kriging digunakan oleh G. Matheron pada tahun 1960-an, untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

KONSEP DASAR SAMPLING

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

PERBANDINGAN METODE BLACK SCHOLES DAN SIMULASI MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA OPSI EROPA

HETEROSKEDASTISITAS DALAM ANALISIS REGRESI LINIER SKRIPSI. Oleh: YOGIE DANA INSANI NIM

PERBANDINGAN BAGAN KENDALI T 2 HOTELLING KLASIK DENGAN T 2 HOTELLING PENDEKATAN BOOTSTRAP PADA DATA BERDISTRIBUSI NON-NORMAL MULTIVARIAT

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM MENAKSIR PARAMETER REGRESI UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS

BAB X OLAH DATA: DENGAN EVIEWS

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2 INDONESIA (SUMATERA)

Analisis Heteroskedastisitas Pada Data Cross Section dengan White Heteroscedasticity Test dan Weighted Least Squares

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

Kata Kunci: Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Metode Kuadrat Terkecil, Metode Newey West

LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK ( ) = ( + ) Kata kunci: regresi linear ganda, multikolinearitas, regresi gulud.

PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS

ANALISIS PENGARUH KURS RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTED LAG MODEL

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan atau berpengaruh satu sama lain. Ilmu statistika

PENGENDALIAN PROSES VARIABILITAS MULTIVARIAT MELALUI VEKTOR RAGAM (STUDI KASUS : IPK DAN LAMA STUDI LULUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS)

Kata Kunci: Bagan kendali nonparametrik, estimasi fungsi kepekatan kernel

OLEH : Riana Ekawati ( ) Dosen Pembimbing : Dra. Farida Agustini W, M.S

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

PENJADWALAN KULIAH DENGAN ALGORITMA WELSH-POWELL (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNAND)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN :

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Studi Kasus pada Industri Percetakan Koran)

PENAKSIRAN RATAAN DAN VARIANSPOPULASI PADA SAMPEL ACAK TERSTRATIFIKA DENGAN AUXILIARY VARIABLE

BAB II LANDASAN TEORI

Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

SIFAT-SIFAT DASAR FUNGSI KARAKTERISTIK

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN TEKNIK SEM

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

MENENTUKAN MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA BARAT

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

1. PENDAHULUAN PADA PRODUKSI JAGUNG DI JAWA TENGAH

Kata Kunci: Bagan kendali Multivariat np, karakteristik kecacatan, tahap start-up stage, tahap pengendalian proses

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA

Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda

OBSERVER UNTUK SISTEM KONTROL LINIER KONTINU

PENERAPAN METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI HASIL PRODUKSI ROTI DI USAHA ROTI MEYZA BAKERY, PADANG SUMATERA BARAT

BAB III PARTIAL ADJUSTMENT MODEL (PAM) Pada dasarnya semua model regresi mengasumsikan bahwa hubungan

Pengaruh Outlier Terhadap Estimator Parameter Regresi dan Metode Regresi Robust

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 26 34 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA NADIA UTIKA PUTRI, MAIYASTRI, HAZMIRA YOZZA Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Indonesia, utika.nadiya@gmail.com, hyozza@gmail.com Abstrak. Pada analisis regresi linier sederhana model yang terbentuk harus memenuhi beberapa asumsi yang dikenal dengan asumsi linier klasik. Dalam asumsi linier klasik dinyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antar galat yang disebut autokorelasi. Bila autokorelasi terjadi pada model regresi linier sederhana maka pengaruhnya terlihat pada penduga parameter yang tidak lagi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu penduga tidak bias dan linier, namun tidak lagi memiliki ragam yang minimum. Pengaruh autokorelasi juga dilihat menggunakan simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo menggunakan nilai bias dan Kuadrat Tengah Galat (KTG) dengan berbagai ukuran sampel dan koefisien autokorelasi yang bervariasi. Hasil simulasi menunjukkan semakin besar ukuran sampel maka bias dan KTG semakin kecil dan semakin besar nilai koefisien autokorelasi maka bias dan KTG semakin besar. Kata Kunci: Autokorelasi, BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), Bias, Kuadrat Tengah Galat (KTG). 1. Pendahuluan Analisis regresi merupakan teknik statistika yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Pada analisis regresi terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi yang dikenal dengan asumsi linier klasik yang menyatakan bahwa galat ε i,i = 1, 2,..., n merupakan suatu peubah acak yang saling bebas yang menyebar menurut sebaran normal dengan nilai tengah nol dan ragam σ 2. Dengan kata lain, ε ibsi ˆ N(0, σ 2 ). Salah satu pelanggaran asumsi linier klasik yaitu terdapat serial korelasi antar galat yang dinamakan autokorelasi. Autokorelasi terjadi pada data runtun waktu. Jika autokorelasi terjadi pada model regresi linier maka hal yang menarik untuk diteliti adalah pengaruh autokorelasi tersebut terhadap model regresi linier. Pengaruh autokorelasi terhadap model dapat diteliti melalui berbagai pendekatan. Pendekatan secara teori biasanya dilakukan untuk tipe autokorelasi yang paling sederhana yaitu tipe autokorelasi tingkat satu pada galat. Sedangkan untuk tipe autokorelasi yang lebih bervariasi seperti nilainya yang semakin besar dan ukuran sampel yang berbeda-beda pengaruh autokorelasi terhadap model dapat menggunakan Simulasi Monte Carlo. 26

2. Analisis Regresi Linier Permasalahan Autokorelasi Pada Analisis Regresi Linier Sederhana 27 2.1. Metode Kuadrat Terkecil Pada Analisis Regresi Linier Sederhana [2] Menurut [2], analisis regresi linier sederhana adalah analisis regresi yang dilakukan untuk data dengan satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Model regresi linier sederhana suatu populasi dapat dinyatakan sebagai y i = β 0 + β 1 x i + ε i ; i = 1, 2,..., n (2.1) dengan y i merupakan nilai variabel terikat untuk pengamatan ke-i, x i merupakan nilai variabel bebas untuk pengamatan ke-i, β 0, β 1 merupakan parameter regresi dan ε i merupakan nilai galat untuk pengamatan ke-i. Metode kuadrat terkecil adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menduga parameter pada model regresi linier sederhana dengan meminimumkan jumlah kuadrat simpangan sehingga diperoleh ˆβ 0 = ȳ ˆβ 1 x ˆβ 1 = n i=1 xiyi ( n n i=1 xi i=1 yi)/n n n i=1 x2 i ( i=1 n = (xi x)(yi ȳ) i=1 xi)2 /n n i=1 (xi x)2 2.2. Bias dan Kuadrat Tengah Galat Terdapat dua sifat yang harus dipenuhi sehingga penduga tersebut dapat dikatakan pendug terbaik yaitu penduga yang tak bias dan memiliki ragam minimum. Penduga tak bias adalah penduga yang memiliki nilai harapan yang sama dengan parameter regresi yang akan diduga. Jika ada dua penduga yang tak bias maka penduga dengan ragam yang minimum menjadi penduga yang lebih baik. Namun jika penduga tidak memenuhi kedua kriteria tersebut secara bersamaan, maka dapat dilihat dari kriteria berikut: Bias. Jika ˆβ adalah penduga bagi β, maka bias didefinisikan sebagai Bias = E( ˆβ) β Kuadrat Tengah Galat (Mean Square Error). MSE = E( ˆβ β) 2 Dari kedua kriteria di atas penduga yang baik adalah penduga yang memiliki bias terkecil atau kuadrat tengah galat terkecil. 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur dan Simulasi Monte Carlo dengan program Minitab 14. Berikut adalah langkah-langkah simulasi yang dilakukan :

28 Nadia Utika dkk. (1) Dengan menggunakan model regresi linier sederhana y i = β 0 +β 1 x+ε tetapkan nilai untuk β 0 dan β 1 dari model regresi. (2) Bangkitkan model regresi linier sederhana [6] y i = β 0 + β 1 x i + ε i ; i = 1, 2,..., n dengan nilai sisaan e i yang memiliki sifat autokorelasi. Namun, asumsi linier klasik yang lain dipenuhi yaitu nilai tengah adalah nol dan ragam konstan. Pembangkitan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : (a) Tetapkan n (b) Tetapkan data x i = 1, 2,..., n (c) Untuk melihat pengaruh autokorelasi, nilai sisaan dibangkitkan melalui model autoregresif tingkat satu (first-order autoregressive), yaitu e i = ρe i 1 + δ i, untuk i = 1, 2, 3,..., n. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : i. Tetapkan ρ ii. Bangkitkan secara acak n nilaiδ i dar sebaran normal dengan nilai tengah nol dan ragam dua, δ i N(0, 2). iii. Tetapkan e 0 = 1 iv. Hitung e i = ρe i 1 + δ i ; i = 1, 2, 3,..., n. Jadi sudah diperoleh nilai sisaan yang memiliki sifat autokorelasi tingkat satu. (d) Hitung data y i = β 0 + β 1 x i + ε i. (e) Dari data X i dan Y i. Duga β 0 dan β 1 yaitu b 0 dan b 1. (f) Ulangi sebanyak T ulangan sehingga diperoleh b 0,t dan b 1,t dengan t = 1, 2, 3,..., T. (3) Tentukan b 0 dan b 1. b 0 = T T t=1 b0,t t=1 T, b 1 = b1,t T (4) Hitung bias untuk masing-masing parameter regresi 1 Untuk β 0 ; bias = b 0 β 0 2 Untuk β 1 ; bias = b 1 β 1 (5) Hitung kuadrat tengah galat, MSE = (bias)2 T (6) Lakukan untuk beberapa skenario berikut: n 1 = 10, n 2 = 15, n 3 = 20, n 4 = 25, n 5 = 30, n 6 = 50, n 7 = 75, dan n 8 = 100 dengan nilai ρ sebagai berikut: ±0, 1, ±0, 3, ±0, 5, ±0, 7, ±0, 9. 4. Analisis dan Pembahasan Autokorelasi adalah penyimpangan pada asumsi linier klasik dimana terjadi korelasi antara galat pengamatan ke i dengan pengamatan ke j. Pada model regresi linier sederhana untuk data sampel atau dengan bentuk matriks y i = β 0 + β 1 x i + ε i (4.1) Y = X β + e (4.2)

Permasalahan Autokorelasi Pada Analisis Regresi Linier Sederhana 29 autokorelasi terjadi bila terdapat kondisi dimana cov(e i, e j ) 0 i j Penyebab terjadinya autokorelasi diantara galat adalah Inersia atau kelembaman, bias dalam spesifikasi, keterlambatan (Lag), manipulasi data. 4.1. Pengaruh Autokorelasi Suatu model regresi linier harus memenuhi asumsi linier klasik. Untuk memenuhi asumsi tersebut autokorelasi harus dihindari. Pada sub bab ini akan dipaparkan pengaruh autokorelasi terhadap penduga. Pada model autoregresif tingkat satu (first-order autoregressive) yang memiliki persamaan sebagai berikut e i = ρe i 1 + δ i 1 < ρ < 1 (4.3) Nilai ρ pada Persamaan (4.4) merupakan koefisien autokorelasi. Jika ρ mendekati -1 atau 1, maka sifat autokorelasi semakin substansial. Komponen δ i memenuhi asumsi model regresi linier klasik berikut: E(δ i ) = 0 ; V ar(δ i ) = σ 2 δ cov(δ i, δ j ) = 0 i j untuk semua i Asumsi di atas merupakan model autoregresif tingkat pertama AR(1) yang menunjukkan bahwa e i yang bergantung pada e i 1. Bentuk lengkap dari AR(1) adalah: maka, sehingga, e i = ρe i 1 + δ i e i 1 = ρe i 2 + δ i 1 e i 2 = ρe i 3 + δ i 2.. e i r = ρe i (r+1) + δ i r e i = ρ(ρe i 2 + δ i 1 ) + δ i. = ρ 2 e i 2 + ρδ i 1 + δ i = ρ 2 (ρe i 3 + δ i 2 ) + ρδ i 1 + δ i = ρ 3 e i 3 + ρ 2 δ i 2 + ρδ i 1 + δ i = δ i + ρδ i 1 + ρ 2 δ i 2 + ρ 3 δ i 3 +... e i = ρ r δ i r (4.4) Dari Persamaan (9) maka nilai tengah, ragam dan koragam dari galat berkorelasi sebagai berikut:

30 Nadia Utika dkk. (1) Nilai Tengah E(e i ) = E( ρ r δ i r ) = ρ r E(δ i r ) Diketahui E(δ i ) = 0 untuk semua t, maka E(δ i r ) = 0, maka (2) Ragam karena cov(δ i, δ j ) = 0, maka jadi, ragam adalah : E(e i ) = 0. E(e 2 i ) = E( ρr δ i r ) 2 E(e 2 i ) = = (ρ r ) 2 E(δ i r ) 2 ρ 2r σδ 2 = σ 2 δ(1 + ρ 2 + ρ 4 + ) σ 2 e = σ2 δ 1 ρ 2 (3) Koragam E(e i e i 1 ) = E({δ i +ρδ i 1 +ρ 2 δ i 2 + }{δ i 1 +ρδ i 2 +ρ 2 δ i 3 + }) Karena cov(δ i, δ j ) = 0 = E(δ i {δ i 1 + ρδ i 2 + ρ 2 δ i 3 + } + ρ(δ i 1 + ρδ i 2 + ) 2 ) ; i j, maka E(e i e i 1 ) = ρe((δ i 1 + ρδ i 2 + ) 2 ) = ρe(δ 2 i 1 + ρ 2 δ 2 i 2 + ) = ρ(e(δ 2 i 1) + ρ 2 E(δ 2 i 2) + ) = ρ(σ 2 δ(1 + ρ 2 + ρ 4 + )) = ρ σ2 δ 1 ρ 2 = ρσ 2 e Dengan cara yang sama, diperoleh E(e i e i 2 ) = ρ 2 σ 2 e E(e i e i 3 ) = ρ 3 σ 2 e. E(e i e i s ) = ρ s σ 2 e untuk s i.

Permasalahan Autokorelasi Pada Analisis Regresi Linier Sederhana 31 Jika ragam dan koragam disusun dalam bentuk matriks maka diperoleh : 1 ρ ρ 2 s ρ n 1 Eee T = V = σe 2 ρ 1 ρ s ρ n 2..... ρ n 1 ρ n 2 ρ n 3 s 1 (4.5) Penduga yang diperoleh memiliki karakteristik bersifat linier dan tidak bias. Hal ini dibuktikan pada bagian berikut : Pertama akan diduga bahwa penduga tersebut bersifat linier. Berdasarkan persamaan (4.2) diperoleh : β = (X T X 1 )(X T Y ) = (X T X 1 )X T (Xβ + e) = (X T X 1 )X T X b + (X T X 1 )X T e = β + (X T X 1 )X T e Dari persamaan (4.6) terlihat bahwa β berifat linier terhadap e, jadi β bersifat linier. Selanjutnya dengan nilai sisaan yang berkorelasi diperoleh: E( β) = E[β + (X T X) 1 X T e] = E(β) + (X T X) 1 X T E(e) = β dari persamaan (4.7) terlihat bahwa β penduga tak bias dari β. Selanjutnya akan ditunjukkan untuk nilai sisaan yang berkorelasi tidak memiliki ragam minimum. Apabila ragam dari β memiliki nilai sisaan yang berkorelasi maka Berdasarkan persamaan (4.2) diperoleh V ar( β) = E[{ β E( β)}{ β E( β)} T ]. V ar( β) = E[(X T X) 1 X T ee T X(X T X) 1 ] Jadi, berdasarkan Persamaan (4.5) diperoleh = (X T X) 1 X T E(ee T )X(X T X) 1. V ar( β) = (X T X) 1 X T V X(X T X) 1 Untuk pembuktian selanjutnya, akan dilakukan transformasi variabel Y i dan X i dengan model regresi linier sederhana. menjadi dengan Y i = β 0 + β 1 X i + e i, (4.6) y i = β 1 x i + e i, (4.7) y i = Y i Ŷ x i = X i X.

32 Nadia Utika dkk. Ragam untuk Persamaan (4.7) yang memiliki nilai sisaan yang berkorelasi adalah V ar( β) = (X T X) 1 X T V X(X T X) 1 1 ρ ρ 2 ρ n 1 x 1 1 = n σ 2 ( ) ρ 1 ρ ρ n 2 x 2 i=1 x2 e x1 x 2 x n i...... ρ n 1 ρ n 2 ρ n 3 1 x n n 1 i=1 x ix i+1 = σ2 e n [1 + 2ρ i=1 ( n i=1 x2 i )2 + 2ρ2 n 2 i=1 x ix i+2 ( n + s + x 1 x n i=1 x2 i )2 2ρn 1 ( n 1 n i=1 x2 i i=1 x2 i )2 ] yang selanjutnya dinotasikan dengan V ar( β) AR(1) yaitu ragam bila galat berkorelasi dengan model autoregresif tingkat pertama. Sehingga diperoleh V ar( β) AR(1) > V ar( β) (4.8) Ragam pada penduga metode kuadrat terkecil dengan galat yang berkorelasi bukan ragam yang minimum lagi. 4.2. Hasil Simulasi Pengaruh autokorelasi dilihat dengan menggunakan Simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo menggunakan nilai bias dan MSE (mean squared error) dengan berbagai ukuran sampel (n), nilai koefisien autokorelasi (ρ) dan ulangan (T ) yang ditampilkan pada gambar-gambar berikut ini : Gambar 1. Nilai bias dari β 0 dan β 1 dengan ukuran sampel yang berbeda Gambar 1 menunjukkan nilai bias dari β 0 dan β 1 dengan ukuran sampel yang berbeda dan masing-masing garis adalah untuk nilai koefisien autokorelasi (ρ) yang berbeda. Untuk nilai bias dari β 0 secara umum terlihat masing-masing garis bergerak untuk ukuran sampel yang semakin besar, hal yang sama juga ditunjukkan untuk nilai bias dari β 1 dimana terlihat masing-masing garis juga bergerak untuk ukuran sampel yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran sampel, garis menuju ke satu nilai yaitu nol yang berarti bahwa semakin besar ukuran sampel maka bias semakin kecil. Gambar 2 menunjukkan nilai MSE dari β 0 dan β 1 dengan ukuran sampel yang berbeda dan masing-masing garis adalah untuk nilai koefisien autokorelasi (ρ) yang berbeda. Pada Gambar 2 terlihat diagram garis menunjukkan hasil yang hampir

Permasalahan Autokorelasi Pada Analisis Regresi Linier Sederhana 33 Gambar 2. Nilai MSE dari β 0 dan β 1 dengan ukuran sampel yang berbeda sama dengan Gambar 1. Untuk nilai MSE dari β 0 secara umum terlihat masingmasing garis bergerak untuk ukuran sampel yang semakin besar, hal yang sama juga ditunjukkan untuk nilai MSE dari β 1 dimana terlihat masing-masing garis juga bergerak untuk ukuran sampel yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran sampel, garis menuju ke satu nilai yaitu nol yang berarti bahwa semakin besar ukuran sampel maka MSE semakin kecil. Selanjutnya akan ditunjukkan diagram garis dari tabel T = 1000 yang ditampilkan pada Gambar 3 dan Gambar 4 berikut ini. Gambar 3. Nilai bias dari β 0 dan β 1 dengan nilai (ρ) yang berbeda Gambar 3 menunjukkan nilai bias dari β 0 dan β 1 dengan nilai koefisien autokorelasi (ρ) yang bernilai positif yang berbeda dan masing-masing garis adalah untuk ukuran sampel yang berbeda. Pada gambar terlihat bahwa garis mengikuti nilai koefisien autokorelasi yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien autokorelasi adalah 0,1 masing-masing garis menujukkan bias yang kecil dan bergerak untuk nilai koefisien autokorelasi yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa untuk nilai koefisien autokorelasi (ρ) positif yang semakin besar maka maka nilai bias semakin besar. Hal yang sama juga ditunjukkan untuk nilai koefisien autokorelasi yang bernilai negatif yang berbeda. Gambar 4 menunjukkan hasil yang hampir sama dengan Gambar 3. Gambar 4 menunjukkan nilai MSE dari β 0 dan β 1 dengan nilai koefisien autokorelasi (ρ) yang bernilai positif yang berbeda dan masing-masing garis adalah untuk ukuran sampel yang berbeda. Pada gambar terlihat bahwa garis mengikuti nilai koefisien autokorelasi yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien autokorelasi adalah 0,1 masing-masing garis menunjukkan MSE yang kecil dan bergerak untuk nilai koefisien autokrelasi yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa untuk

34 Nadia Utika dkk. Gambar 4. Nilai MSE dari β 0 dan β 1 dengan nilai (ρ) yang berbeda nilai koefisien autokorelasi (ρ) positif yang semakin besar maka maka nilai MSE semakin besar. Hal yang sama juga ditunjukkan untuk nilai koefisien autokorelasi yang bernilai negatif yang berbeda. 5. Kesimpulan Autokorelasi pada model regresi linier sederhana akan mengakibatkan penduga koefisien regresi masih linier dan masih tidak bias namun ragam penduga koefisien regresi (varb) memiliki ragam yang lebih besar dari ragam penduga koefisien regresi pada model regresi linier sederhana yang tidak memiliki autokorelasi. Jadi, model regresi linier yang memiliki autokorelasi bukan merupakan penduga terbaik. Simulasi Monte Carlo menunjukkan semakin tinggi nilai koefisien autokorelasi (ρ) maka nilai bias dan MSE semakin besar yang berarti bahwa semakin tinggi nilai koefisien autokorelasi pengaruh autokorelasi semakin substansial. Selain itu, untuk ukuran contoh yang semakin besar (n) maka nilai bias dan MSE semakin kecil. 6. Ucapan Terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing ibu Dr.Maiyastri dan ibu Hazmira Yozza M.si atas bimbingannya dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada ibu Izzati Rahmi H.G M.Si, ibu Dr. Susila Bahri dan Bapak Budi Rudianto M.Si yang telah memberikan masukan dan saran sehingga paper ini dapat diselesaikan dengan baik. Daftar Pustaka [1] Bain, L.J and Max Engelhardt. 1987. Introduction To Probability and Mathematical Statistics Second Edition. Duxbury Press, California [2] Draper,N dan Smith. 1992. Analisis Regresi Terapan Edisi Ke-2. Gramedia, Jakarta. [3] Gujarati, D.N. 1997. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta [4] Lains, A. 2003. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Jilid Satu. Pustaka LP3ES, Jakarta. [5] Montgomery, D.C. 1992. Introduction To Linear Regression Analysis Second Edition. John Wiley And Son,Inc, New York