HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA. Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keharmonisan keluarga dengan rasa percaya diri siswa di SMP Negeri 3 Kota

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB V HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Item

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Total 202 orang 100 %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. a. Di mulai dengan perumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Periode

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bungah No.1 Bungah Gresik yang berdiri sejak tahun 1998 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PERSAHABATAN PADA REMAJA AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN BERSEKOLAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Doplang, yang beralamat di jalan Bangklean

Hubungan Kelekatan Orangtua-Remaja dengan Kemandirian pada Remaja di Smkn 1 Denpasar

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Di mulai dengan perumusan masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan populasi di SLB A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

Transkripsi:

1 HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah ada hubungan positif antara kelekatan terhadap orang tua dengan otonomi pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara kelekatan terhadap orang tua dengan otonomi pada remaja. Semakin tinggi kelekatan terhadap orang tua yang dimiliki, maka semakin tinggi pula otonomi yang dimiliki oleh remaja. Sebaliknya, semakin rendah kelekatan terhadap orang tua yang dimiliki, maka semakin rendah pula otonomi yang dimiliki. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahisiswi Universitas Islam Indonesia dari berbagai fakultas. Subjek yang diambil berstatus belum menikah, dan berusia antara 17 sampai 24 tahun., subjek masih berstatus mahasiswa aktif. Subjek penelitian berjumlah 100 orang, dengan subjek laki-laki sebanyak 36 orang, dan subjek perempuan sebanyak 64 orang. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode angket, yang terdiri atas skala otonomi pada remaja, dan skala kelekatan terhadap orang tua. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi product moment Pearson dengan program SPSS 12.0 for windows. Hasil analisis korelasi product momen pearson menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,215 dengan p= 0,016 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima. Ada hubungan yang positif antara kelekatan terhadap orang tua dengan otonomi pada remaja. Kata kunci: otonomi, kelekatan terhadap orang tua.

2 I. PENGANTAR Remaja atau adolescence adalah waktu dimana seorang individu mulai untuk memisahkan diri mereka dari orangtuanya, membangun identitas baru mereka, dan mengambil tanggung jawab baru (http://www.scienzeformazione.unipa). Masa remaja sendiri terbagi atas remaja awal, remaja tengah, dan akhir. Saat memasuki masa remaja seseorang akan memasuki fase baru, yang memiliki banyak hal yang harus dipelajari, dan dikembangkan. Salah satunya adalah otonomi atau kemandirian. Kemandirian sendiri mencakup pengertian dari beberapa istilah, yaitu autonomy, independency, dan self reliance. Menurut Steinberg (2002), dalam bukunya Adolescence, ada tiga tipe otonomi, yaitu emotional autonomy, behavioral autonomy, dan value autonomy. Emotional autonomy atau otonomi emosional, berhubungan dengan emosi, personal feelings, dan bagaimana cara berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Behavioral autonomy berhubungan dengan tindakan. Tipe otonomi ini lebih merujuk pada kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, dan bertindak sesuai dengan keputusan yang telah diambil tadi. Value autonomy atau otonomi nilai memiliki arti memiliki tingkah laku yang mandiri, dan kepercayaan dalam spiritual, politik, dan moral (http://www.nebguide.com). Dengan memiliki otonomi, remaja dapat berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Remaja adalah proses perkembangan dari anak-anak menuju dewasa. Apabila dari

3 masa remaja sudah memiliki otonomi, maka ketika dewasa, remaja tadi akan menjadi orang dewasa yang memiliki otonomi, dan mampu menjalankan tugasnya sebagai manusia dewasa dengan baik. Oleh karena itu, otonomi merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh remaja, sebagai kunci menuju otonomi lebih lanjut pada masa dewasa. Perkembangan otonomi sendiri merupakan suatu proses yang panjang. Proses ini dapat berlangsung sekitar 10 sampai 15 tahun. Perkembangan otonomi berbeda-beda pada tiap orang. Sebagai contoh, tidak semua remaja yang berumur sama memiliki tingkat otonomi yang sama pula. Adapun salah satu tipe otonomi mungkin saja dapat berkembang lebih cepat dari pada tipe otonomi yang lainnya. Harapan mengenai waktu yang tepat bagi seorang remaja untuk mulai berkembangnya otonomi berbeda-beda dalam tiap kebudayaan, dan tergantung juga dari orang tua dan tentunya remaja itu sendiri. Sebagai contoh, harapan tumbuh dan berkembangnya otonomi pada remaja kulit putih biasanya lebih awal dibandingkan dengan remaja Amerika-Asia atau latin (Santrock, 2003). Otonomi pada remaja sering disalah persepsikan sebagai suatu bentuk pemberontakan. Menjadi seorang remaja yang memiliki otonomi biasanya diartikan dengan pemecahan atau pemisahan diri dari keluarganya (Steinberg, 2002). Menurut Havirgust (1972) seorang remaja yang mandiri akan mampu mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua, ia juga dapat mengatur perekonomiannya dengan baik. Seorang remaja yang mandiri juga memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya, memiliki kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain, dan tidak

4 tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Seorang remaja yang mandiri akan dapat mengurus dirinya sendiri dengan baik, tanpa harus bergantung dan tergantung pada orang tuanya ataupun orang lain. Namun, bukan berarti memecahkan atau memisahkan diri dari orang tua dan keluarganya (http://www.epsikologi.com). Di Indonesia, menurut catatan buletin Al-falah pada oktober 1999, data pengguna narkoba pada juli 1999 menunjukkan jumlah pemuda yang mengkonsumsi narkoba berjumlah 4 juta orang dengan omset per harinya 780 milyar. Di rumah sakit Denpasar, menunjukkan bahwa kasus kedatangan remaja untuk menggugurkan bayinya mencapai 60 % dari jumlah seluruh pengunjung (Hartini, 1999). Contoh kasus yang terjadi pada remaja diatas menunjukkan bahwa masih banyak remaja yang tidak mampu memperhitungkan resiko yang ia ambil dari tindakannya. Sebagai contoh, terjadi banyak aborsi akibat dari kehamilan yang tidak dikehendaki. Remaja juga banyak yang terlibat narkoba karena ikut-ikutan teman saja, tanpa bisa memutuskan sendiri mana yang baik dan buruk bagi dirinya (http://www.google.com/remajamandiri). Padahal jika saja remaja tadi sudah memiliki otonomi dalam dirinya, tentunya ia dapat memutuskan sendiri mana yang baik, mana yang buruk untuk dirinya, tanpa harus terpengaruh atau sekedar ikut-ikutan teman. Remaja yang otonomi juga dapat memperhitungkan resiko yang ia ambil dari setiap tindakannya.

5 Melihat kenyataan tersebut, ternyata tidak semua remaja dapat mencapai otonominya. Dalam pencapaian otonomi pada remaja ternyata juga tidak tergantung pada umur remaja tersebut, karena seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa remaja yang memiliki umur yang sama pun belum tentu memiliki otonomi yang sama. Sesuai dengan penjelasan dalam buku Adolescence, dari Steinberg, bahwa otonomi pada remaja terkait dengan hubungan, kelekatan antara remaja tadi dengan orang tuanya, juga pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya. Selain orang tua, otonomi pada remaja juga dipengaruhi oleh hubungan dengan saudaranya (sibling relationship), hubungan dengan teman sebaya (peer), dan juga termasuk hubungan dengan orang lain di lingkungannya, seperti guru, dan orang dewasa lain yang ada di sekitarnya (Steinberg, 2002). Dari beberapa hal tersebut, sepertinya peran keluarga, dalam hal ini orang tua, memiliki keterkaitan yang cukup erat dalam pembentukan otonomi pada remaja. Orang tua sebagai lingkungan terdekat bagi remaja, memberi sumbangan besar dalam perkembangan seorang remaja, termasuk dalam hal otonomi. Kelekatan anak pada orang tua, dirasa mempengaruhi otonomi pada serang remaja. Kelekatan seorang remaja pada orang tua yang seperti apa yang akan memberi pengaruh pada otonominya, dalam hal ini perlu dipahami bagaimana sebenarnya kelekatan seorang anak atau remaja pada orang tua tersebut, dan bagaimana hal tersebut memberi efek pada otonomi pada remaja yang bersangkutan. Menurut Armsden & greenberg (1987) kelekatan anak pada orang tua sebenarnya adalah hal yang positif, selama kelekatan tersebut adalah kelekatan

6 yang sehat, dalam batas yang wajar, dan tidak berlebihan, kelekatan yang aman. Kelekatan pada orang tua yang sehat dapat menumbuhkan rasa percaya diri, membuat anak mudah beradaptasi, mampu mengembangkan hubungan antar sesama, displin dan juga mendukung pertumbuhan intelektual serta psikologis. Keterikatan atau kelekatan pada orang tua dalam masa remaja bisa memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial, seperti yang dicerminkan dalam beberapa ciri, seperti harga diri, penyesuaian emosi dan kesehatan fisik (Santrock, 2003). Remaja dengan hubungan kelekatan yang aman dan wajar dengan orang tua mereka mempunyai harga diri yang lebih tinggi dan kesejahteraan emosi yang lebih baik. Keterikatan atau kelekatan yang aman dengan orang tua dapat membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Santrock, 2003). Namun bila kelekatan pada orang tua ini terlalu berlebihan dan tidak masuk kelekatan yang aman lagi, malah sebaliknya, akan dapat menimbulkan dampak negatif pada anak tersebut. Melihat penjelasan diatas, sepertinya otonomi pada remaja terkait dengan kelekatan terhadap orang tua. Apakah ada hubungan antara kelekatan terhadap orang tua dengan kemandirian pada remaja?

7 II. METODE PENELITIAN Subjek penelitian diambil dari mahasiswa Universitas Islam Indonesia, yang terdiri dari beberapa fakultas, yaitu Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran Umum, dan Fakultas Ilmu Komunikasi. Subjek berstatus mahasiswa aktif, berjenis kelamin pria dan wanita, usia 17 24 tahun. Subjek yang diambil berstatus belum menikah. Subjek berdomisili di daerah yogyakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala. Skala digunakan ada dua. yaitu untuk mengukur tingkat otonomi yang dimiliki oleh subjek, dan skala yang lainnya digunakan untuk mengukur tingkat kelekatan terhadap orang tua yang dimiliki subjek. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis ststistik. Alasan yang mendasari adalah pertimbangan bahwa ststistik melakukan perhitungan dengan angka-angka, sehingga sifatnya objektif. Selain itu, juga bersifat universal, yaitu dapat digunakan hampir dalam setiap bidang penelitian (Hadi, 1995). Analisis data penelitian hubungan antara otonomi pada remaja dengan kelekatan terhadap orang tua ini, dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12.0 Dilakukan uji Normalitas sebaran dengan One-Sample Kolmogorov- Smirnov test. Dilakukan juga uji Linieritas hubungan dengan Anova. Terakhir dilakukan uji Hipotesis penelitian dengan Bivariate correlations Pearson.

8 III. HASIL PENELITIAN a. Uji Asumsi Normalitas Uji normalitas sebaran dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa penyebaran skor pada kedua variabel mengikuti distribusi normal. Dengan nilai K-SZ pada variabel otonomi pada remaja sebesar 1,002 dengan p= 0,268 (p>0,05). Untuk variabel kelekatan terhadap orang tua memiliki nilai K-SZ sebesar 0,690 dengan p= 0,728 (p>0,05). b. Uji Asumsi Liniaritas Uji Liniar menunjukkan nilai F= 5,067 dengan p=0,029 (p<0,05). Sedangkan nilai deviation from linearity menunjukkan nilai F= 1,137 dengan p= 0,329 (p>0,05). Hal ini berarti hubungan anatar variabel linier. c. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan korelasi product momen dengan bantuan program SPSS 12.0. Dari hasil uji hipotesis didapat nilai koefesien korelasi sebesar 0,215 dengan p= 0,016 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima. Ada hubungan yang positif antara kelekatan terhadap orang tua dengan otonomi pada remaja. d. Uji Tambahan Uji tambahan pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan otonomi pada remaja dilihat dari perbedaan usia, jenis kelamin, dan fakultas. Uji tambahan dilakukan dengan menggunakan Test of homogeneity of variances, dengan bantuan program SPSS 12.0. Hasil uji tambahan untuk

9 usia didapat hasil F= 1,144 untuk jenis kelamin F=0,050 dan untuk fakultas F= 1,010. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada perbedaan otonomi pada remaja berdasarkan usia, jenis kelamin dan fakultas. IV. PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kelekatan terhadap orang tua dengan otonomi pada remaja. Semakin tinggi kelekatan terhadap orang tua yang dimiliki oleh subjek, maka semakin tinggi pula otonomi yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, bila semakin rendah kelekatan terhadap orang tua yang dimiliki oleh remaja tersebut, maka semakin rendah pula otonomi yang dimilikinya.hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Santrock, dalam bukunya Adolescence, remaja dengan orang tua yang terlalu lekat dan memegang kendali penuh atas anak remaja mereka, cenderung tidak memiliki otonomi yang diharapkan. Tetapi orang tua yang mampu melepas kendali tertentu atas anak mereka dan mampu membina kelekatan yang aman, cenderung memiliki remaja dengan otonomi yang lebih baik. (Santrock, 2003) Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ainsworth, bahwa salah satu indikasi kelekatan terhadap orang tua adalah availibility atau ketersediaan orang tua bagi anaknya. Apabila anak kurang merasakan availability dari orang tua sebagai figur kelekatan, biasanya anak tidak berminat mengambil resiko untuk mengeksplor dunia, mereka memilih untuk tetap berada sedekat mungkin dengan orang tuanya. (Ainsworth, 1967). Hal ini berarti bahwa jika anak tidak merasakan adanya atau tersedianya orang tua sebagai salah satu indikasi kelekatannya terhadap orang tua,

10 maka anak menjadi takut, dan tidak bisa mencapai otonominya. Jika hal ini terjadi dan berlangsung samapi remaja, maka remaja tersebut akan menjadi remaja yang tidak memiliki otonomi yang baik. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kelekatan terhadap orang tua dengan otonomi pada remaja. VI. SARAN Berdasarkan penalitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti memberikan saran pada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema serupa. Saran dari peneliti adalah agar dapat meminimalisasikan bias dalam menjawab skala oleh subjek. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghilangkan piliha jawaban tengah, yaitu tidak tahu, pada skala yang dibuat. Sehingga subjek dipaksa memilih dari empat pilihan jawaban saja. Pada intinya diharapkan peneliti selanjutnya dapat membuat alat ukur yang lebih baik, mulai dari pilihan jawaban yang disediakan, juga kalimat dan bahasa yang digunakan.

11 DAFTAR PUSTAKA Beyers.W; Goossens.L; Vansant.I; Moors.E. 2003. A Structural Model of Autonomy in Middle and Late Adolescence: Connectedness, Separation, detachment, and Agency. Proquest Journal Coco.L.A; Ingoglia.S; Pace Ugo; Zappulla.C. 2004. Autonomy and Intimacy Toward Parents in adolescence Girls; the Relation With Empathic Concern and Psychological well Being. Jurnal. University of Palermo. http://www.scizoformazione.unipa.itingoglia. 22/04/06 Fleming Manuela. 2006. Gender in Adolescent Autonomy: Distinction Between Boys and Girls Accelerates at 16 Years of Age. University of Porto. http://www.electronicjournal. 25/04/06 Hadi.S.Prof.Drs,MA.1995. Metodologi Riset. Yogyakarta: ANDI. Hartini. N. 1999. Remaja dan Lingkungan Sosialnya. Anima: Indonesian Psychological Journal. Vol.15, No. 1, 76-82. http://www.balipost.co.id http://www.dudung.netindex http://www.google.com/remajamandiri http://www.nebguide.com http://www.scienzeformazione.unipa Santrock.J.W. 2003. Adolescence, Perkembangan Remaja, edisi ke-6. Jakarta: Erlangga. Steinberg.L. 2002. Adolescence 6 th edition. Boston: Mc graw hill.

12 IDENTITAS PENULIS NAMA: Nadia Indah Permatasari ALAMAT : Jakal, km.14,5 Lodadi No.48 Yogyakarta No. TELEPON : 0274-898533