Revitalisasi produktivitas pada sektor manufaktur Indonesia Forum Kebijakan Ketenagakerjaan Indonesia Diskusi Meja Bundar Kedua 16 Juni 2014
RINGKASAN PRESENTASI 1. Mengapa manufaktur penting untuk pertumbuhan, pemerataan kemakmuran dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik? 2. Bagaimana kinerja sektor manufaktur di Indonesia? 3. Apa saja kendala utama terhadap pertumbuhan produktivitas pada sektor manufaktur? 4. Pelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman dan kebijakan negara-negara lain?
Mengapa manufaktur penting untuk pertumbuhan, pemerataan kemakmuran dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik?
Pangsa Industri dalam total NT pada 2012 Manufaktur adalah kunci industrialisasi di Asia Pasifik Timur dan Asia Selatan Pangsa Manufaktur vs Industri dalam Nilai Tambah (NT) 50 45 40 INDONESIA 35 30 R² = 0.5296 25 20 15 10 5 0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 Pangsa Manufaktur dalam total NT pada 1990
Pertumbuhan pendapatan per kapita 1990-2012 Negara dengan sektor manufaktur yang besar telah mencatat pertumbuhan pendapatan per kapita yang lebih tinggi 12 Pangsa Manufaktur dalam PDB vs pertumbuhan pendapatan per kapita 10 8 6 4 INDONESIA 2 R² = 0.4066 0-2 -4 0 5 10 15 20 25 30 35 Pangsa manufaktur dalam PDB (rata-rata 1990-2012)
Pengeluaran Litbang sebagai % dari PDB (2012) Litbang, yang merupakan kunci bagi inovasi, daya saing dan penciptaan lapangan kerja yang lebih baik, berkorelasi positif dengan sektor manufaktur 4 Pangsa Manufaktur dalam PDB dan Biaya LitBang 3.5 3 2.5 2 1.5 1 R² = 0.1748 0.5 0-0.5 0 5 10 15 20 25 30 35 Pangsa manufaktur dalam PDB (sekitar 2012) INDONESIA
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Namun pangsa manufaktur dalam PDB di Asia telah menurun selama dekade terakhir, selain Korea dan China. 35 Manufaktur (% nilai tambah) 30 25 20 15 Indonesia Turkey China Philippines Malaysia Vietnam Korea, Rep. Singapore 10
0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 12,000 13,000 14,000 15,000 % Manufaktur dalam PDB Apakah perlambatan manufaktur terlalu cepat terjadi pada Indonesia? 40 Pangsa Manufaktur dalam PDB dan Pembangunan 35 30 China Thailand 25 Indonesia Malaysia 20 15 Filipina Vietnam India 10 PDB per kapita dalam USD PPP
Bagaimana kinerja sektor manufaktur di Indonesia?
Sektor manufaktur telah menjadi kunci transformasi ekonomi Indonesia Kini mempekerjakan lebih dari 15 juta pekerja (13,4% dari total pekerja), dan menyumbang 24% terhadap total PDB Pangsa sektor ekonomi utama dalam PDB % 50.0 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 Manufaktur Pertanian Total industri Total jasa Namun kontribusinya terhadap jumlah PDB telah melambat sejak tahun 2004
Sektor manufaktur semakin padat modal dan berbasis sumber daya alam sejak awal tahun 1990-an semakin pentingnya sektor berbasis sumber daya alam seperti tembakau, pupuk, bahan kimia dan karet pentingnya peralatan transportasi, permesinan dan perlengkapan juga semakin meningkat sejalan dengan waktu penurunan pentingnya sektor-sektor padat karya, seperti tekstil, sepatu dan bahan kulit, dan kayu dan produk kayu Pergeseran ini umumnya didorong oleh permintaan dalam negeri, yang terutama mencatat peningkatan pada bidang logam dasar, bahan pangan, bahan kimia dan suku cadang otomotif
Manufaktur telah menjadi lebih formal secara bertahap 67% pekerja bidang manufaktur adalah pegawai dengan gaji tetap 37% dari seluruh jumlah pekerja adalah pegawai dengan gaji tetap 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 14% 15% 14% 56% Status Pekerjaan di Sektor Manufaktur 10% 8% 13% 12% 3% 63% 12% 9% 4% 67% Pekerja keluarga/tak dibayar Berusaha dibantu buruh Berusaha sendiri Pekerja bebas Buruh/karyawan/pegawai 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% Status Pekerjaan (seluruh sektor) 19% 16% 26% 20% 25% Pekerja keluarga/tak dibayar 25% Berusaha dibantu buruh 17% Berusaha sendiri 19% 20% 10% Pekerja bebas 7% Buruh/karyawan/pegawai 28% 29% 37% 0% 1990 2001 2013 0% 1990 2001 2013
Namun kontribusi sektor manufaktur terhadap penciptaan lapangan kerja telah menurun setengahnya selama dekade yang lalu Jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan Perdagangan, resto, hotel 30.5 28.4 Manufaktur Konstruksi 16.4 14.8 Keuangan Transport 2.7 7.7 2001-2012 1990-1997 Pertambangan 3.3 Listrik, gas, air 0.5 Pertanian -4.3-60 -50-40 -30-20 -10 0 10 20 30 40 50 60
Kapasitas penciptaan lapangan kerja perusahaan berproduktivitas tinggi telah melambat Stayers (panil penuh 1990-2011) Ukuran perusahaan berdasarkan kuntil produktivitas pada 1990 Seluruh perusahaan Ukuran perusahaan berdasarkan quintil produktivitas tiap tahun 900 900 800 800 700 600 500 400 300 200 all q1 q2 q3 q4 q5 700 600 500 400 300 200 all q1 q2 q3 q4 q5 100 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 100-1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Pangsa tenaga kerja dari sub-sektor berproduktivitas tinggi masih tetap rendah Produktivitas pekerja: PDB per pekerja (juta Rp/pekerja) 600 500 Pertambangan kecuali minyak & gas 400 Agen keuangan lain Pasokan air Kehutanan Pupuk, kimia dan karet Kertas & percetakan Penyulingan minyak- 300 200 100 Logam & baja dasar -100 Kayu 0 Komunikasi Listrik dan gas kota Peralatan Permesinan & Perlengkapan Transportasi Penggalian Perbankan Konstruksi Perikanan Sewa gedung & jasa usaha Perdagangan besar Pertanian & perburuan Transportasi Jasa swasta lainnya Hotel & restoran Tekstil, kulit & sepatu Layanan umum pemerintah Pangan, Minuman & Perorangan & rumah tangga % jumlah pekerja 0 Semen 5 10 15 20 25 30 35
Akibatnya, pertumbuhan produktivitas sektor manufaktur tersendat ketika dibandingkan dengan pertanian dan sektor industri lainnya Pertumbuhan produktivitas rata-rata berdasarkan lapangan usaha 20 15 1992-1997 2001-2006 2007-2012 16.0 10 5 0-5 -10 4.2 4.4 3.5-3.1-5.0-6.6 4.8 4.7 0.2 5.7-8.6 8.1 2.6 1.7 1.0 7.6 5.2 4.0 0.7 0.4 6.8-0.7 0.9-4.1 2.0-0.6 4.8 3.8 3.4
Nilai tambah per pekerja (dolar AS tahun 2005) Dan tingkat produktivitas tertinggal ketika dibandingkan dengan negara lain 25,000 Produktivitas Tenaga Kerja per Sektor tahun 2011: Membandingkan Indonesia dengan Negara Tetangga di Asia Timur Indonesia Malaysia Philippines Thailand 20,000 Vietnam 15,000 10,000 5,000 0 Agriculture, hunting, forestry, fishing Manufacturing Construction Wholesale and retail trade, restaurants and hotels Transport, storage and communications Other Activities Total
Sub-sektor manufaktur dengan produktivitas tinggi pada pertengahan tahun 1990-an tidak mampu melanjutkan peningkatan produktivitas 350 300 Juta Rp./pekerja 2010-2012 2007-2009 Rata-rata pertumbuhan produktivitas tenaga kerja 3 tahunan 250 2004-2006 2001-2003 200 1998-2000 150 100 1995-1997 Total 2010-2012 Total 1995-1997 50 0 Transport Equipment Machinery & Apparatus Fertilizers, Chemicals & Rubber Paper & Printing Food, Beverage & Tobacco Petroleum-gas refinery and other manufacturing products Textile, Leather Products & Footwear Cement & Nonmetallic Mineral Iron & Basic Steel Wood & Wood Products
Juta Rp Di antara sektor jasa: komunikasi, perbankan & keuangan, dan sewa gedung masih lebih produktif daripada kebanyakan sub-sektor manufaktur 350 300 250 200 150 100 2010-2012 2007-2009 2004-2006 2001-2003 1998-2000 1995-1997 Total 2010-2012 Total 1995-1997 50 0
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Penurunan berlaku khususnya untuk produk manufaktur berteknologi tinggi 70 60 Ekspor berteknologi tinggi (% ekspor manufaktur) 50 Malaysia 40 30 Korea, Rep. 20 China Thailand 10 0 Indonesia
1960 1964 1968 1972 1976 1980 1984 1988 1992 1996 2000 2004 2008 2012 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 % Kesimpulan: Lambatnya pertumbuhan produktivitas pada sektor manufaktur membebani diversifikasi ekonomi dan daya saing Indonesia Ekonomi Indonesia menjadi semakin tidak berorientasi pada ekspor 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Ekspor barang dan jasa sebagai % dari PDB Korea, Rep. China Thailand Indonesia 2 1.5 1 0.5 0-0.5-1 sebelum mencapai diversifikasi yang lebih besar US Indeks Kompleksitas Ekonomi Malaysia Indonesia Korea, Rep. China Thailand
Apa saja kendala utama terhadap pertumbuhan produktivitas pada sektor manufaktur?
Central gov. Subnational gov. Total gov. SOE Private Total Kendala utama adalah rendahnya investasi infrastruktur Spending on public infrastructure as % of GDP 10 Average (1995-97) 8 Average (2008-11) 6 4 2 0 Kapasitas infrastruktur tumbuh ratarata 3% per tahun antara 2001-2011, sedangkan PDB tumbuh 5,3% Pertumbuhan infrastruktur yang lambat menyebabkan masalah logistik dan kendala listrik yang mempengaruhi biaya produksi dan distribusi sektor manufaktur Ini juga mempengaruhi pertumbuhan PDB, menghambat pertumbuhan pasar dan investasi berpotensi di Indonesia
Akibatnya, biaya logistik dan konektivitas tinggi Singapura (5) Malaysia (25) WB Logistic Perception Index 3.59 4 LPI menguruk persepsi terhadap kualitas infrastruktur, layanan, dan institusi yang terlibat urusan logistik China (28) Thailand (35) Vietnam (48) Indonesia (53) Filipina (57) Kamboja (83) Laos (131) Myanmar (145) 3.53 3.43 3.15 3.08 3 2.74 2.39 2.25 0 1 2 3 4 5 2010 2012 2014 LPI Indonesia sedikit naik: sekarang Indonesia peringkat 53 dari 160 negara Namun, peringkat Indonesia masih lebih rendah dari pesaingnya di ASEAN Ini berarti persepsi perbaikan infrastruktur di Indonesia lebih lambat daripada di negara lain di ASEAN
Akses terbatas ke pelabuhan mengurangi frekuensi pengiriman dan RoI peralatan transportasi Container shipping from Cikarang to Tanjung Priok (Indonesia) Shipping from Pasir Gudang to Tanjung Pelepas (Malaysia) Distance: 55.4 Km Estimated transport cost: US$600/container Time: 4-8 hours Distance: 56.4 Km Estimated transport cost: US$450/container Time: 1-2 hours Source: interviews of freight forwarders
Kendala lainnya: naiknya biaya satuan tenaga kerja di sektor manufaktur terhadap keseluruhan ekonomi 200 2001 = 100 for all indicators Real GDP and Real wages ref. year: 2007 180 160 140 120 100 80 60 40 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Productivity (Total) Productivity (Manufacturing) Real wages (Total) Real wages (Manufacturing) Unit labor cost (total) Unit labor cost (Manufacturing) Definitions: Productivity = GDP/Employment; Unit labor cost= Average wage/worker productivity
Kendala tambahan: Tenaga kerja berketerampilan rendah: Hanya 4,4% pekerja sektor manufaktur memiliki ijazah universitas (dibandingkan 9% keseluruhan ekonomi) Pertumbuhan TFP sebagian besar berasal dari perusahaan besar (di atas 100 pekerja), yang mengekspor dan dimiliki asing; namun 67% pekerjaan terkonsentrasi di perusahaan mikro, kecil dan menengah (di bawah 20 pekerja) Keterbatasan akses keuangan membatasi potensi UKM produktif untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja dan menggunakan teknologi baru Iklim hubungan industri tidak kondusif untuk terciptanya dialog konstruktif mengenai perbaikan keterampilan tenaga kerja dan produktivitas
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman dan kebijakan negara-negara lain?
Strategi pembangunan Korea Selatan: 1950an 1960an 1970an-1980an Strategi substitusi impor Ekspor produk primer Subsidi ekspor yang tinggi oleh pemerintah Pertumbuhan berbasis ekspor untuk tekstil dan produk industri ringan di sektor padat karya Namun: - Membutuhkan kontrol politik kuat dan peraturan sumber daya manusia yang ketat - Menghukum pengembangan UKM - Menyebabkan ketimpangan urban-rural yang tinggi Industrialisasi berbasis ekspor oleh pemerintah, memprioritaskan perkapalan, otomotif, bahan kimia, industri berat, elektronik, dan semikonduktor Investasi dalam R&D, pendidikan iptek dan keterampilan (sekolah teknik) Insentif pajak dan perlindungan perdagangan untuk perusahaan teknologi Administrasi pajak nasional yang kuat, korupsi rendah
Kebijakan peningkatan produktivitas dan daya saing di Malaysia: The Second Industrial Master Plan (1996-2005) mengidentifikasi ICT dan biotechnology sebagai area kunci untuk membentuk perekonomian berbasis pengetahuan The Eighth Malaysia Plan (2001-2005) menekankan pentingnya peningkatan total factor productivity (TFP) dan juga fasilitasi pembentukan perekonomian berbasis pengetahuan dengan cara: Relaksasi peraturan investasi untuk sektor manufaktur, sehingga mengizinkan 100% modal asing untuk investasi proyek manufaktur baru Membentuk Malaysian Intellectual Property Corporation Meningkatkan investasi di ilmu pengetahuan teknologi, dengan target pengeluaran R&D nasional setidaknya 1.5% PDB The Ninth Malaysia Plan (2006-2010) bertujuan untuk menumbuhkan sektor manufaktur menuju aktivitas dengan nilai tambah tinggi dengan cara: Menumbuhkan UKM berbasis inovasi untuk berkompetisi di pasar global; Memperkuat integrasi strategis dengan ekonomi global, khususnya melalui Free Trade Agreement di industri bernilai tambah tinggi dan berteknologi tinggi; Insentif pajak dan hibah penelitian untuk perusahaan bioteknologi
Pilihan kebijakan dan pertanyaan diskusi: Pilihan perbaikan infrastruktur Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastrukur dalam 5 tahun ke depan (contohnya, sebesar 2% PDB); Memperbaiki insentif fiskal kepada pemerintah daerah untuk memperbaiki dan merawat infrastruktur, tidak hanya membangun infrastruktur baru Memberi kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mencari sumber pembiayaan komersil untuk proyek infrastruktur (contohnya, melalui Public Private Partnership) Memperbaiki format koordinasi antara lembaga pemerintah dalam pemilihan prioritas proyek dan persiapan implementasi Apakah comparative advantage Indonesia bisa diandalkan untuk revitalisasi sektor manufaktur, atau Indonesia harus belajar untuk memproduksi hal baru? Bagaimana memfasilitasi perusahaan manufaktur produktif (baik besar maupun UKM) untuk masuk ke pasar dan tumbuh?
Terima Kasih