DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO
|
|
- Liana Darmali
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang bertujuan untuk memperoleh hasil pembangunan yang secara merata dirasakan oleh semua masyarakat, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antardaerah, dan struktur perekonomian yang seimbang. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari pembangunan ekonomi. Guna mempercepat pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Industrialisasi yang dilakukan di Indonesia sejak Pelita I telah menimbulkan terjadinya transformasi struktural. Perkembangan dan pertumbuhan secara sektoral mengalami pergeseran. Awalnya sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai kontribusi besar. Seiring dengan berkembang pesatnya industrialisasi serta didukung kebijakan dari pemerintah dalam mempermudah masuknya modal asing ke Indonesia maka sektor manufaktur ini mengalami peningkatan sehingga mulai menggeser sektor pertanian (Kuncoro, 2007) Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di sektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Definisi yang digunakan BPS, industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang, industri kecil dan rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, dan industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang sampai 4 orang. Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi dengan industrialiasasi adalah terbukanya lapangan kerja. Meski mustahil dicapai, kondisi unemployment, di mana seluruh factor produksi (tenaga kerja) terserap oleh pasar tenaga kerja, namun kondisi ideal mendekati unemployment berusaha dicapai. Banyak ekonom menyebutkan bahwa idealnya, hanya 3-5% tenaga kerja yang tidak terserap pasar tenaga kerja atau disebut pengangguran. Indikator yang umumnya digunakan untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Indikator ini dapat digunakan untuk mengindikasikan seberapa besar penawaran kerja yang tidak dapat terserap dalam pasar kerja di suatu wilayah, baik wilayah nasional, regional (provinsi) maupun sektoral, kabupaten atau kota. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TPT di Indonesia pada periode Februari 2013 mencapai 5,92% yang berarti mengalami penurunan jika dibandingkan dengan TPT pada periode Agustus 2012 yaitu sebesar 6,14% dan TPT periode Februari 2012 sebesar 6,32%. Residu perkembangan perekonomian berupa pengangguran juga dialami oleh daerah, baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. TPT di Provinsi Jawa Timur pada periode Februari 2013 sebesar 4% atau mengalami penurunan sekitar 0,12% dibandingkan keadaan pada periode Agustus 2012 sebesar 4,12 Kondisi yang terjadi pada tingkat Nasional maupun Provinsi sedikit banyak juga dialami oleh Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan data yang dirilis Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Sidoarjo, TPT Kabupaten Sidoarjo sedikit di atas angka TPT Provinsi walaupun tetap masih berada di bawah angka TPT Nasional. Pada tahun 2012, berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Jawa Timur, angka TPT Provinsi Jawa Timur sebesar 4,14% tetapi angka TPT Kabupaten
2 Sidoarjo di tahun yang sama mencapai 5,21%. Roda perekonomian yang bergerak semakin cepat di Kabupaten Sidoarjo yang ditandai dengan meningkatnya jumlah industri dan investasi nyatanya tidak memberikan pengaruh langsung terhadap masyarakat. Jumlah pengangguran di Kabupaten Sidoarjo bukannya menurun seiring dengan peningkatkan industri dan investasi, malah cenderung meningkat, khususnya tahun Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka diperlukan suatu penelitian guna menggali permasalahan angka TPT di Kabupaten Sidoarjo yang cukup tinggi dan dapat dikategorikan spesifik. Faktor-faktor penyebab tingginya angka TPT di Kabupaten Sidoarjo juga perlu dicarikan solusi. Dengan demikian maka penelitian DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO ini menjadi penting untuk dilakukan. Maksud dan Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Memperoleh gambaran peran industri di Kabupaten Sidoarjo dalam menyerap tenaga kerja; b. Memperoleh identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja oleh industri di Kabupaten Sidoarjo; c. Memperoleh rumusan langkah-langkah peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh industri yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Hasil Di Kabupaten Sidoarjo, industri-industri tersebut tersebar di 18 kecamatan yang sebagian besar industri berada di empat kecamatan utama, yaitu Kecamatan Taman, Waru, Gedangan, dan Buduran. Pada empat kecamatan tersebut berdiri 158 perusahaan besar dari 243 perusahaan besar, dan 248 dari 561 perusahaan menengah. Yang menarik, Kecamatan Candi justru memiliki perusahaan menengah cukup besar, yaitu mencapai 45 perusahaan. Kondisi demikian seharusnya menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, karena keberadaan industri tidak merata sehingga akan berdampak pada ketidakmerataan ekonomi di berbagai kecamatan di Sidoarjo. Dampak berikutnya adalah tidak tersedianya lapangan kerja di banyak kecamatan, terutama yang berada jauh dari Kota Sidoarjo-Surabaya. Penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Taman, misalnya, mencapai Selanjutnya Kecamatan Waru, jumlah tenaga kerja di industri besar dan sedang mencapai , dan di Kecamatan Gedangan mencapai Kondisi ini sangat timpang jika dibandingkan dengan kecamatan di selatan-timur Sidoarjo seperti Kecamatan Porong, Krembung, Jabon, dan Tulangan. Di Kecamatan Jabon, misalnya, jumlah tenaga kerja di industri hanya 717 orang, dan di Porong hanya orang. Dari sisi jenis usahanya, industri di Kabupaten Sidoarjo juga sangat beragam. Meski demikian, terdapat tiga jenis industri yang sangat dominan di Sidoarjo. Pertama adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi makanan, minuman, dan tembakau (rokok). Jumlahnya mencapai 275 perusahaan atau 34,2% dari total perusahaan besar/sedang di Sidoarjo. Kedua adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi pupuk, bahan kimia, barang karet, dan plastic. Jumlahnya mencapai 154 perusahaan atau sekitar 20% dari total perusahaan di Sidoarjo. Berikutnya adalah perusahaan yang bergerap dalam usaha tekstil, barang kulit, dan alas kaki yang jumlahnya 87 atau 10,82% dari total perusahaan besar/sedang di Kabupaten Sidoarjo. Sementara itu, tingkat pengangguran penduduk usia 15 tahun yang dalam periode relatif cukup besar (selalu di atas 8%), pada tahun 2011 mengalami penurunan yang signifikan (tinggal 4,75%). Pertumbuhan ekonomi yang pesat di sector perdagangan (9,26%) dan membaiknya kinerja sektor industri diduga menjadi penyebab turunnya tingkat pengangguran di wilayah ini. Pada
3 penyerapan tenaga kerja (TK) per sektor, hanya terjadi sedikit pergeseran dari ketiga kelompok sektoral : primer (pertanian, pertambangan & penggalian), sekunder (industri, konstruksi, listrik, gas, air bersih) & tersier (perdagangan, angkutan, keuangan, jasa). Sektor sekunder yang pada 10-6 tahun yang lalu selalu mendominasi dengan penyerapan TK tertinggi, sejak 5 tahun terakhir posisinya sudah dilampaui oleh sektor tersier. Sektor sekunder yang pada Th mampu menyerap TK sebanyak 44,34%, tingkat penyerapannya terus menurun hingga tinggal 37,82% (2009) dan 39,51% (2011). Sebaliknya, penyerapan TK di sektor tersier terus mengalami peningkatan, dari 47,53% (2005) menjadi 51,84% (2011). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Sidoarjo relative tinggi. Pada tahun 2008, TPT mencapai 11,9% dan menurun menjadi 10,19% tahun Tren penurunan itu terus terjadi tahun 2010 menjadi 8,35% dan menjadi 4,75% pada tahun Namun, tahun 2012, TPT Kabupaten Sidoarjo naik lagi menjadi 5,21%. Kenaikan TPT ini tidak seharusnya terjadi, karena pada saat yang sama industri di Sidoarjo masih terus berkembang dan bertambah. Sehingga, seharusnya pertambahan industri ini diikuti dengan penurunan TPT. Capaian TPT Kabupaten Sidoarjo sedikit di atas angka TPT Provinsi walaupun masih berada di bawah angka TPT Nasional. Hal ini tentunya cukup memprihatinkan, sebab keberadaan industri yang cukup banyak di Kabupaten Sidoarjo ternyata tidak membuat angka TPT menjadi turun. Pada tahun 2012, berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Jawa Timur, angka TPT Provinsi Jawa Timur sebesar 4,14% tetapi angka TPT Kabupaten Sidoarjo di tahun yang sama mencapai 5,21%. Data terkait dengan jumlah industri yang ada di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2011 tercatat sebanyak 857 perusahaan dengan rincian 248 perusahaan merupakan industri besar sedangkan sisanya 609 perusahaan merupakan industri sedang. Yang perlu dicermati, angka TPT yang tinggi ternyata didominasi oleh kota seperti Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kota Madiun, Kota Malang, dan Kota Kediri. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di kota-kota yang cukup pesat tidak dinikmati secara signifikan oleh warga kota, karena justru menjadikan banyak warga kota tidak memperoleh pekerjaan atau menganggur. Dengan demikian, ini harus menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, mengingat Sidoarjo merupakan kabupaten penyanggah kota Surabaya yang secara langsung menerima dampak dari urbanisasi kota Surabaya dan segala permasalahannya, termasuk pengangguran. Pertumbuhan industri di Kabupaten Sidoarjo yang cukup bagus tidak dinikmati oleh warga Sidoarjo, sehingga justru banyak warga Sidoarjo yang tidak memperoleh pekerjaan yang dibuktikan dengan tingginya angka TPT. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai industri di Kabupaten Sidoarjo, diperoleh jawaban bahwa ada tiga hal yang menyebabkan pertumbuhan investasi dan industri di Kabupaten Sidoarjo tidak secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Ketiganya adalah: a. Industri Padat Modal Industri yang tumbuh di Sidoarjo lebih banyak berbasis modal dengan mengandalkan mesin/mekanik, bukan tenaga kerja manusia. Di sini, terdapat beberapa penyebab, yaitu: a) Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) yang terus naik jauh melebihi kenaikan inflasi. Seperti diketahui, UMK di Kabupaten Sidoarjo sudah sangat tinggi, yaitu Rp 1,7 juta atau rata-rata sekitar Rp 2 juta per bulan (termasuk THR dan jamsostek), b) Kualitas dan produktivitas tenaga kerja Indonesia relatif rendah, sehingga menjadikan perusahaan kurang efisien dan memiliki daya saing dengan asing, c) Perusahaan enggan menanggung beban masa depan yang besar dengan memiliki karyawan, d) Teknologi dan mesin yang lebih efisien terus ditemukan sehingga membuat efisiensi yang sangat besar disbanding penggunaan tenaga manusia, dan e) Kebutuhan tenaga kerja industri tidak sesuai dengan SDM yang ada di Sidoarjo. Menurut para informan, kurang ada link and
4 match antara kebutuhan industri dan skill/kecakapan tenaga kerja yang ada. Sekolah kejuruan dan berbagai macam lembaga kursus dan training belum memberikan jaminan mutu kualitas SDM Sidoarjo yang siap bekerja di perusahaan-perusahaan yang banyak berdiri dan berkembang di Sidoarjo. b. Industri Memilih Merekrut TK dari Luar Sidoarjo Industri lebih banyak merekrut tenaga kerja yang berasal dari luar Sidoarjo. Umumnya, menurut pengakuan para informan, perusahan-perusahaan tidak membedakan antara warga Sidoarjo dan non-sidoarjo dalam merekrut tenaga kerja. Karena itu, sebagian besar pekerja di perusahaanperusahaan di Sidoarjo justru berasal dari luar daerah Sidoarjo seperti Pasuruan, Mojokerto, Jombang, Kediri, Gresik, Lamongan, dan berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur serta sekitar Jawa Timur. c. Faktor demografi Salah satu penyebab mengapa pertumbuhan industri tidak inheren dengan penurunan TPT adalah tumbuhnya usia produktif yang pesat yang mengakibatkan job seeker (pencari kerja) naik cukup signifikan. Dalam tahun 2011, misalnya, pencari keja di Sidoarjo yang tercatat di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemkab Sidoarjo mencapai orang. Di antara pencari kerja tersebut, yang terserap hanya 854 atau 39,50% dari pencari kerja. Persentase penduduk usia 16 tahun ke atas sangat dominan di Sidoarjo. Rata-rata di setiap kecamatan, penduduk berusia 16 tahun ke atas mencapai 77% dari total jumlah penduduk yang mencapai orang. Hal itu membuat pencari kerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang mencari kerja, sebagai dasar dari perhitungan tingkat pengangguran terbuka menjadi cukup besar. Dengan melihat data dan hasil wawancara serta analisis di atas, maka dapat ditentukan langkah-langkah untuk memaksimalkan peran industri dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran di Sidoarjo. Langkah-langkah tersebut adalah: Jangka Pendek a. Memberi insentif bagi industri padat modal. Ini penting, karena saat ini UMK di Sidoarjo sangat tinggi dan memberatkan industri. Untuk itu, insentif agar industri mau menggunakan tenaga kerja sangat berarti di tengah rendahnya daya saing industri Indonesia. b. Membuat kebijakan khusus agar industri mengutamakan tenaga kerja asal Sidoarjo. Hal ini penting dilakukan, mengingat selama ini yang menikmati kue investasi dan industri justru banyak dari luar Sidoarjo. Jangka Panjang a. Pemerintah membuat kebijakan industri untuk diarahkan pada industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Berdasarkan data dan analisis, diketahui industri tersebut di antaranya adalah industri kertas, percetakan dan penerbitan; furniture kayu, karet, dan plastic; dan logam serta turunannya. b. Pemerintah mengembangkan infrastuktur industri di daerah-daerah atau kecamatan menurut master plan adalah kawasan pengembangan industri. Jika infrastruktur di sini baik, maka hal tersebut akan menumbuhkan industri yang akan menyerap banyak tenaga kerja dari daerah sekitarnya. c. Pemerintah daerah menyiapkan SDM dan mengkomunikasikannya dengan kebutuhan industri sehingga ada link and match antara pendidikan dan industri di Kabupaten Sidoarjo. Langkah tersebut di atas perlu dilakukan, mengingat tidak semua industri memerlukan tenaga kerja yang besar. Berdasarkan data tahun 2010, diketahui bahwa industri makanan, minuman, dan tembakau member kontribusi paling besar terhadap jumlah tenaga kerja industri di Surabaya. Ini seperti tampak pada table di bawah ini:
5 Sementara itu, jenis industri yang banyak memerlukan tenaga kerja tampak bahwa jenis usaha kertas, cetakan, dan penerbitan membutuhkan tenaga kerja paling besar, yaitu rata-rata 381 per perusahaan, diikuti oleh industri barang lainnya dan furniture kayu, logam dan plastic (224 naker/perusahaan), dan pupuk, kimia, barang karet dan plastic 213 tenaga kerja/perusahaan, dan Semen dan barang galian non logam. Dengan memperhatikan jenis industri yang menyerap tenaga kerja, maka persoalan pengangguran akan lebih cepat teratasi, sehingga di masa yang akan datang tingkat pengangguran terbuka akan terus menurun, meski tidak pada titik 0 atau kondisi yang diidamidamkan dalam perekonomian, yaitu full employment. Keberadaan industri di Kabupaten Sidoarjo masih terkonsentrasi di kawasan pengembangan industri tertentu, yaitu di Kecamatan Taman, Waru, Gedangan, dan Buduran. Kawasan pengembangan industri baru sesuai Rencana Tata Ruang dan Wilayah untuk kawasan industri seperti Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Jabon, dan Kecamatan Krian masih belum maksimal. Penyerapan tenaga kerja masih didominasi Industri besar, meski dari segi jumlah hanya sedikit. Industri kertas,cetakan, dan penerbitan serta furniture kayu, logam, dan plastik merupakan bidang usaha industri yang membutuhkan karyawan paling besar, yaitu masing-masing 381 dan 224 karyawan per perusahaan sehingga perlu memperoleh perhatian khusus.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciDAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciTABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil
Lebih terperinciPerkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA
Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016
NO. 55/08/33 TH. X, 1 AGUSTUS 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II tahun 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017
NO. 55/08/33 TH. XI, 1 AGUSTUS 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II tahun 2017
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016
NO. 76/11/33 TH. X, 1 NOVEMBER 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan III tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2015
NO. 55/08/33 TH. IX, 3 AGUSTUS 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, ULAN II TAHUN 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL ULAN II TH 2015 NAIK 4,02 PERSEN
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Nilai proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2013
NO. 65/11/33 TH. VII, 1 NOVEMBER 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TH 2013 TURUN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE
KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi Indonesia telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara terus
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016
NO. 32/05/33 TH. X, 2 MEI 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I tahun 2016 Provinsi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVI, 3 Februari 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2014
NO. 11/02/33 TH. IX, 2 FEBRUARI 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, ULAN IV TAHUN 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL ULAN IV TH 2014 NAIK 2,15 PERSEN
Lebih terperinciTABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017
NO. 32/05/33 TH. XI, 2 MEI 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I tahun 2017 Provinsi
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016
NO. 11/02/33 TH. XI, 1 FEBRUARI 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan IV tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2015
NO. 34/05/33 TH. IX, 4 MEI 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TH 2015 NAIK 2,04 PERSEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV TAHUN 2015
No. 10/02/72/Th. XIX, 01 Februari 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV TAHUN A. PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) Pertumbuhan produksi Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu
Lebih terperinciRingkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional
Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara pasti akan melakukan pembangunan ekonomi, begitupun dengan negara berkembang. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negaranegara berkembang diarahkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2016
No. 45/08/72/Th. XIX, 01 Agustus PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN A. PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) Pertumbuhan produksi Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TIMUR
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 12/02/35/Th. X, 1 Februari 2012 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2011 Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Jawa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 54/08/21/Th. VIII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat
Lebih terperinciKESIAPAN SKKNI UNTUK TENAGA KERJA INDUSTRI YANG KOMPETEN
Direktorat Industri Elektronika dan Telematika Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian KESIAPAN SKKNI UNTUK TENAGA KERJA INDUSTRI YANG KOMPETEN Disampaikan pada Sosialisasi SKKNI Kementerian Komunikasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 13/02/21/Th. VII, 1 Februari 2012 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur
Lebih terperinciI. PERTUMBUHAN (q to q) PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2015 DI JAWA TENGAH
NO. 12/02/33 TH. X, 1 FEBRUARI 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2015 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan IV tahun 2015
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2014
NO. 49/08/33 TH. VIII, 4 AGUSTUS 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, ULAN II TAHUN 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL ULAN II TH 2014 NAIK 9,28 PERSEN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2015
NO. 77/11/33 TH. IX, 2 NOVEMBER 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, ULAN III TAHUN 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL ULAN III TH 2015 TURUN 0,89 PERSEN
Lebih terperinciSURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011
No.59/11/33/Th. V, 01 November 2011 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011 PERTUMBUHAN PRODUKSI MIKRO DAN KECIL TRW-III TH 2011 NAIK 2,44 PERSEN DARI TRW-II TH
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2014
NO. 28/05/33 TH. VIII, 2 MEI 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, ULAN I TAHUN 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL ULAN I TH 2014 TURUN 1,70 PERSEN DARI
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS A. Keadaan Geografi Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, terletak diantara 4 Kabupaten yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2011
NO. 11/02/33 TH. VI, 1 FEBRUARI 2012 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2011 PERTUMBUHAN PRODUKSI MIKRO DAN KECIL TRW-IV TH 2011 NAIK 5,65 PERSEN DARI TRW-III TH
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciINDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL
III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2014
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 26/05/34/Th.XV, 2 Mei 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO
ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR
Lebih terperinciBAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO
BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO 3.1. Perkiraan Kondisi Ekonomi Tahun 2006 Stabilitas perekonomian merupakan syarat untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pemerintah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT
BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting
Lebih terperinciKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 46/08/12/Thn. XX, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI IBS SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017 TURUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014 Pertumbuhan produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 66/10/21/Th.VI, 1 Nopember 2011 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang ingin dijadikan kenyataan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TIMUR
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.54/08/35/Th.XIII, 3 Agustus 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN II TAHUN 2015 JAWA TIMUR Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Jawa
Lebih terperincikesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI Aceh TRIWULAN IV TAHUN 2011
No. 08 /02/12/Th II, 01 Februari 2012 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI Aceh TRIWULAN IV TAHUN 2011 Produksi Industri Manufaktur Besar Sedang di Provinsi
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu
Lebih terperinciPertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan III Provinsi Riau
Hasil Survei Industri Manufaktur Besar Sedang dan Industri Manufaktur Menengah Kecil No.50/11/14/Th.XX, 1 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah
BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 10/02/12/Thn. XX, 01 Februari 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI IBS SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016 TURUN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVII, 2 Februari 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014 Pertumbuhan produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 31/05/21/Th.VIII, 1 Mei 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses
Lebih terperinciSektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian
Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010** (1) (2) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86
Lebih terperinci