Analisis Produktivitas Perawatan Mesin dengan Metode TPM (Total Productive Maintenance) Pada Mesin Mixing Section

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB II LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

PENGUKURAN MANAJEMEN PERAWATAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Evaluasi Efektivitas Mesin Filter Press

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

Analisis Efektivitas Mesin Batching Plant 1 dan Mesin Batching Plant 2 dengan Overall Equipment Effectiveness Pada PT. X

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab ini, akan dibahas hasil kesimpulan dan saran dari peneilitian yang telah dilakukan.

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Industrial Management Analisis Overall Equipment Effectiveness (OEE) dalam Meminimalisir Six Big Losses Pada Mesin Produksi di UD.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN PRODUKSI PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CARDING COTTON DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (Studi Kasus: PT. EASTERNTEX - PANDAAN)

BAB II KERANGKA TEORITIS

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN STRATEGI PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

BAB I PENDAHULUAN. menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari. Persaingan yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 3 LANDASAN TEORI

Analisa Kinerja Mesin AMP (Asphalt Mixing Plan) dengan Metode OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada PT Dua Putri Kedaton

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PADA MESIN WELDING DENGAN PENERAPAN KONSEP TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (Studi kasus: PT Arthawenasakti Gemilang, Malang)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II LANDASAN TEORI

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

Universitas Widyatama I -1

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PTP.N II PABRIK RSS TANJUNG MORAWA KEBUN BATANG SERANGAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

USULAN PENINGKATANOVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESINTAPPING MANUAL DENGAN MEMINIMUMKAN SIX BIG LOSSES *

RANCANGAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN SPINNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN GREY FMEA DI PT XYZ

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

Transkripsi:

Malikussaleh Journal of Mechanical Science and Technology ISSN : 2337-6945 Vol. 4. No. 2 (2016) 10-13 Analisis Produktivitas Perawatan Mesin dengan Metode TPM (Total Productive Maintenance) Pada Mesin Mixing Section Iswardi* dan M.Sayuti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, 24351 Indonesia *Corresponding Author: iswardmohda@gmail.com Abstrak Perkembangan teknologi yang digunakan pada sebuah perusahaan semakin maju dan komplek sesuai dengan perkembangan zaman, dengan demikian produktivitas perawatan harus selalu diperhatikan untuk kelancaran proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas perawatan mixing section pada PT. X dengan menggunakan metode Total Productive Maintenance. PT. X adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan pakan ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa availability rate kelima mesin masih berada dibawah standar JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance) 90%, performance rate kelima mesin berada dibawah standar JIPM 95% dan rate of quality kelima mesin juga berada dibawah standar JIMP 99% dan untuk overall equipment effectiveness juga masih berada dibawah JIPM yaitu 85%. Untuk itu perawatan mesin perlu ditingkatkan untuk kelancaran produksi. Tindakan perbaikan yang diusulkan adalah menyiapkan perlengkapan autonomous maintenance, memberikan training bagi operator dan teknisi maintenance serta melakukan pengawasan terhadap operator tentang kebersihan tempat kerja. Keywords: Availability Rate, Performance Rate, Rate Of Quality, Overall Equipment Effectiveness. 1 Pendahuluan Teknologi yang digunakan dalam sebuah perusahaan akan semakin maju dengan berkembangnya zaman, dimana teknologi tersebut melibatkan mesin-mesin produksi yang handal untuk kelancaran proses produksi. Untuk itu mesin yang memiliki peran penting dalam proses produksi ini harus dipelihara dengan baik. Penurunan kondisi dan produktivitas mesin dapat berpengaruh besar terhadap proses produksi di perusahaan tersebut. Kegiatan perawatan mesin sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kegiatan perawatan mesin (maintenance) itu sendiri merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya memperbaiki atau mempertahankan kondisi mesin agar tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Total productive maintenance (TPM) merupakan suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan efesiensi penggunaan mesin dalam rangka mendukung total preventive maintenance system yang melibatkan partisipasi semua departemen dan setiap orang di perusahaan mulai dari lantai produksi hingga top management. Total Productive maintenance merupakan filosofi yang bertujuan memaksimalkan Manuscript received september 2016, revised oktober 2016 efekfektivitas dari fasilitas yang digunakan di dalam industri, yang tidak hanya dialamatkan pada perawatan saja tapi pada semua aspek dari operasi dan instalasi dari fasilitas produksi termasuk juga didalamnya peningkatan kinerja dari orang orang yang bekerja dalam perusahaan itu. Komponen dari TPM secara umum terdiri dari atas 3 bagian, yaitu : 1. Total Approach: semua orang ikut terlibat, bertanggung jawab dan menjaga semua fasilitas yang ada dalam pelasksanaaan TPM. 2. Productive Action: sikap proaktif dari seluruh karyawan terhadap kondisi dan operasi dari fasilitas produksi. 3. Maintenance: pelaksanaaan peawatan dan peningkatan efektivitas dari fasilitas dan kesatuan operasi produksi. PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi pakan ternak. Perusahaan ini memiliki 8 seksi untuk proses produksinya yaitu pengeringan (drying), penggilingan (milling), pencampuran (mixing), pembutiran (pelleting), pendinginan (cooling), penghancuran (crumbling), pengayakan (screening), dan pengemasan (packing). Dari kedelapan seksi tersebut yang paling beresiko apabila mengalami downtime

Analisis Produktivitas Perawatan Mesin dengan Metode TPM (Total Productive Maintenance) Pada Mixing Section Pada PT. X 11 mesin adalah pada seksi pencampuran (mixing), karena pada seski tersebut dilalui oleh proses produksi semua produk. Ada beberapa mesin pada lini utama seksi ini, antara lain adalah mixer, chain conveyor, screwconveyor, bin raw material, dan timbangan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas perawatan mesin dengan menggunakan metode Total productive maintenance (TPM). 2 Metode Penelitian Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini dikarenakan mempunyai mesin/peralatan, maka selalu berusaha untuk tetap dapat mempergunakan mesin/peralatan sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Dalam usaha untuk dapat menggunakan mesin/peralatan terus menerus agar kontinuitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang meliputi kegiatan pengecekan, meminyaki (lubrication), perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada [1,2]. Total ProductiveMaintenance adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan organisasi produksi secara menyeluruh bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi, mengurangi weast, mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance mencakup lima elemen yaitu sebagai berikut [3]: 1. TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM) untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan. 2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin/peralatan secara keseluruhan (overall effectiveness). 3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian produksi, bagian maintenance. 4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi hingga para karyawan/operator lantai produksi. 5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM melalui manajemen motivasi. TPM merupakan sistem manajemen dalam perawatan peralatan, mesin, utility dengan sasaran tercapainya zero breakdown, zero defect dan zero accident. Zero breakdown berarti peralatan tidak pernah rusak, zero defect berarti tidak ada produk yang rusak saat dibuat, dan zero accident berarti tidak adanya kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka pada manusia maupun kerusakan alat/mesin [4,5]. TPM sebagai suatu pendekatan yang inovatif dalam perawatan dengan cara mengoptimasi keefektifan peralatan, mendadak (breakdown), dan melakukan perawatan mandiri oleh operator [7]. Penerapan TPM sebagai perubahan dan adopsi dalam organisasi yang berkaitan dengan masalah manusia yaitu dengan pelatihan dan pendidikan yang menjadi faktor penting untuk membangun suksesnya implementasi TPM [5,6]. Didalam melaksanakan TPM, TPM memiliki parameter yaitu OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang mencakup tiga faktor yaitu Quality (mutu produk), Availibility (ketersediaan/lamanya mesin bisa dipakai), dan Performance (kinerja dari mesin dalam menghasilkan produk). Dengan mengetahui nilai OEE maka akan banyak mamfaat yang bisa diperoleh antara lain [5,6,7]: 1. Menjadi dasar pertimbangan apakah perlu membeli mesin baru atau tidak. 2. Menjadi patokan kecepatan mesin yang kita tuntut dari penjual mesin. 3. Menghindari pembelian mesin yang tidak tepat 4. Saat mesin baru yang dibeli sedang commisioning, maka data OEE bisa menjadi patokan apakah mesin itu sudah sesuai permintaan kita. 5. Mengetahui apakah produktivitas di pabrik sudah optimal atau belum. Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan efektifitas peralatan secara keseluruhan untuk mengevaluasi seberapa capaian performance dan reliability peralatan. OEE juga digunakan sebagai kesempatan untuk memperbaiki produktivitas sebuah perusahaan yang pada akhirnya sebagai langkah pengambilan keputusan. Penyebab rendahnya nilai dari OEE antara lain karena kurang tindakan preventive, corrective maintenance, dan tingginya tingkat defect and speed [9]. Menurut Achmad Said dan Joko Susetyo (2008), OEE memiliki standar world class untuk semua indikator sebagai berikut: 1. Avaibility rate 90% atau lebih 2. Performance rate 95% atau lebih 3. Quality rate 99% atau lebih 4. OEE 85% atau lebih OEE ini mengukur apakah peralatan produksi tersebut dapat bekerja dengan normal atau tidak. OEE menghighlights 6 kerugian utama (the six big losses) penyebab peralatan produksi tidak beroperasi dengan normal yaitu [8,9]: 1. Startup loss, dikatagorikan sebagai quality loss karena adanya scrab/reject saat startup produksi yang di sebabkan oleh kekeliruan setup mesin, warm-up yang kurang, dan sebagainya. 2. Setup/adjusment loss, dikatagorikan sebagai donwtime loss karena adanya waktu yang tercuri akibat waktu setup yang lama yang disebabkan oleh chengeover produk. Malikussaleh Journal of Mechanical Science and Technology

12 Iswardi* dan M.Sayuti / Vol. 4. No. 2 (2016) 10-13 3. Cycle time loss, dikatagorikan sebagai speed loss karena adanya penurunan kecepatan proses yang disebabkan beberapa hal, misal: mesin sudah aus, mesin dibawah kapasitas yang tertulis pada nameplate-nya, mesin dibawah kapasitas yang diharapkan, dan ketidak efesienan operator. 4. Chokotei loss (unplanned idling and minor stops), dikatagorikan sebagai speed loss karena adanya minor stoppage yaitu mesin yang berhenti cukup sering dengan durasi tidak lama biasanya tidak lebih dari lima menit dan tidak membutuhkan personel maintenance. 5. Breakdown loss, dikatagorikan sebagai downtime loss karena adanya kerusakan mesin dan peralatan, perawatan tidak terjadwal, dan sebagainya. 6. Defect loss, dikatagorikan sebagai quality loss karena adanya reject selama produksi berjalan. Untuk menentukan nilai OEE, makan dapat menggunakan formula sebagai berikut: Dimana, availability, Performance dan Quality dapat dihitung dengan enggunakan formula 2 dan 3. 3 Hasil dan Pembahasan Avaibility Rate. Berdasarkan data pengamatan kinerja mesin pada PT. X selama periode 2014 maka diperoleh hasil yang diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil perhitungan Avaibility Rate Periode Mixer 2014 Convey or (4) (1) (2) (3) Timbangan Januari 93,93 94,20 75,46 89,05 92,75 Februari 89,05 83,13 79,15 91,57 89,05 Maret 91,57 87,40 89,76 92,43 93,36 April 92,43 98,25 89,05 94,17 82,82 Mei 94,17 86,78 91,57 92,75 64,20 Juni 91,78 92,75 92,43 89,05 89,05 Juli 94,44 88,75 94,17 93,36 81,12 Agustus 93,36 88,68 78,19 82,82 94,17 September 93,36 84,26 81,12 94,20 96,16 Oktober 87,72 95,94 86,26 89,05 92,75 November 94,18 92,82 78,64 81,12 89,01 Desember 93,06 91,76 66,16 94,17 93,36 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai availability rate kelima mesin pada mixing section masih ada yang berada dibawah standar Japanese Institute Of Plant Maintenance (JIPM). Nilai JIPM untuk availability rate adalah 90%. Performance Rate.Berdasarkan data pengamatan kinerja mesin pada PT. X selama periode 2014 maka diperoleh hasil yang diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil perhitungan Performance Rate Periode Mixer 2014 Timbangan Januari 79,12 76,30 72,35 82,10 76,10 Februari 78,78 50,60 69,62 78,78 86,93 Maret 64,66 50,86 41,53 64,66 51,09 April 76,23 67,19 59,96 74,48 63,87 Mei 56,86 64,21 45,77 58,20 51,43 Juni 48,87 38,62 43,08 47,75 31,39 Juli 86,78 74,43 88,83 81,39 78,29 Agustus 60,73 58,57 66,28 60,73 58,57 September 71,76 47,18 71,76 73,45 47,18 Oktober 72,05 56,68 72,04 72,04 56,67 November 83,58 67,28 83,57 85,54 67,28 Desember 53,50 51,46 53,50 57,04 51,46 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai Performance Ratekelima mesin pada mixing section masih berada dibawah standar JIPM. Nilai JIPM untuk performance rate adalah 95%. Quality Rate. Berdasarkan data pengamatan kinerja mesin pada PT. X selama periode 2013 maka diperoleh hasil yang diperlihatkan pada Tabel 3.Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai Rate of Quality kelima mesin pada mixing section masih berada dibawah standar JIPM. Nilai JIPM untuk rate of quality adalah 99%. Overall Equipment Effectiveness (OEE). Berdasarkan data pengamatan kinerja mesin pada PT. X selama periode 2014 maka diperoleh hasil yang diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 3. Hasil perhitungan Quality Rate Periode Mixer 2014 Timba ngan Januari 97,03 97,03 97,03 97,03 97,03 Februari 96,74 96,74 96,74 96,74 96,74 Maret 96,03 96,03 96,03 96,03 96,03 April 96,63 96,63 96,63 96,63 96,63 Mei 95,59 95,59 95,59 95,59 95,59 Juni 94,74 94,74 94,74 94,74 94,74 Juli 97,11 97,11 97,11 97,11 97,11 Agustus 96,13 96,13 96,13 96,13 96,13 September 96,50 96,50 96,50 96,50 96,50 Oktober 96,44 96,44 96,44 96,44 96,44 November 96,99 96,99 96,99 96,99 96,99 Desember 95,60 95,60 95,60 95,60 95,60 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai OEE kelima mesin pada mixing section berada dibawah standar JIPM. Nilai JIPM untuk OEE adalah 85%. Nilai OEE<65% tidak dapat diterima, 65-75% cukup baik dengan hanya Malikussaleh Journal of Mechanical Science and Technology

Analisis Produktivitas Perawatan Mesin dengan Metode TPM (Total Productive Maintenance) Pada Mixing Section Pada PT. X 13 ada kecenderungan adanya peningkatan tiap kuartalnya, dan 75-85% berarti sangat bagus untuk terus ditingkatkan hingga world class. Tabel 4. Hasil perhitungan Overall Equipment Effectiveness Periode 2014 Mixer Timbangan Januari 68,56 69,74 52,97 70,93 68,49 Februari 67,86 40,69 53,31 69,78 74,88 Maret 56,85 42,68 35,79 57,39 45,80 April 68,08 63,78 51,59 67,77 51,11 Mei 51,18 53,26 40,06 51,59 31,56 Juni 42,49 33,93 37,72 40,28 26,48 Juli 79,58 64,14 81,23 73,78 61,67 Agustus 54,50 49,93 49,81 48,35 53,02 September 64,55 38,36 56,17 66,76 43,78 Oktober 60,95 52,44 59,92 61,86 50,69 November 76,35 60,56 63,74 67,30 58,08 Desember 47,59 45,14 33,83 51,35 45,93 Setelah nilai indeks TPM dan keefektifan penggunaan mesin dan peralatan diketahui, kemudian dapat digambarkan grafik indeks TPM bedasarkan nilai OEE pada Tabel 4. Grafik OEE dapat dilihat pada Gambar 1. Referensi [1] Assauri, S. 1999. JurnalManajemen Produksi Dan Operasi. Edisi revisi. Lembaga penerbit fakultas ekonomi universitas Indonesia, Jakarta. [2] Andika, S. 2007. Analisis kerugian kerja mesin dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness, skripsi teknik industry, fakultas teknologi industry, IST AKPRIND, Yogyakarta. [3] Suharto, 1991. Manajemen Perawatan Mesin, Rineka Cipta, Anggota Ikapi, Jakarta. [4] Corder, Anthony, S. 1973. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Penerbit : Erlangga, Jakarta. [5] Achmad Said, Joko Susetyo, 2008. Analisis Total Productive Maintenance Pada Lini Produksi Mesin Perkakas GunaMemperbaiki Kinerja Perusahaan, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi, AKPRIND, Yogyakarta. [6] Seng,D.,Jantan,M., & Ramayah,T., (2005), Implementing Total Productive Maintenance (TPM) in Malaysian Manufacturing Organozation: An Oprational Strategi Study the ICFAI Journal of Operation Management, Vol.IV no.2, pp.53-62. [7] Nakajima,S., (1988), Introduction to TPM. Cambridge, Productivity Press. [8] Denso. (2006). Introduction to total productive maintenance: Study guide. Denso. [9] leanindonesia. Com. (2010, November 15). OEE overall equipment effectiveness. Gambar 1. Grafik nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) Dari Gambar 1 dapat dilihat produktivitas kinerja kelima mesin pada Mixing Section selama periode 2014 semua masih berada di bawah standart Overall Equipment Effectiveness (OEE) atau belum mencukupi standart Overall Equipment Effectiveness (OEE) yaitu sebesar 85%. 4 Kesimpulan Dari hasil pembahasan untuk analisa produktivitas perawatan mesin dengan menggunakan metode TPM (Total Productive Maintenance) pada Mixing Section di PT. Mabar Feed Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas perawatan belum optimal dan sebaiknya perawatan diproritaskan pada mesin Timbangan dikarenakan mempunyai nilai paling rendah. Maka sebaiknya perawatan pada mesin Timbangan lebih ditingkatkan, apabila perawatan tidak ditingkatkan, akan mengakibatkan biaya produksi semakin tinggi, hal ini sangat berpengaruh bagi keuntungan perusahaan. Malikussaleh Journal of Mechanical Science and Technology