BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan produktivitas dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Widianty (2001), meneliti dengan judul yaitu : Analisa Rencana Perubahan

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia industri, kualitas merupakan faktor dasar yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION

Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar

ANALISIS PENGARUH TATA LETAK MESIN MESIN PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA PT. NUSIRA CRUMB RUBBER MEDAN

Perancangan Tata Letak

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perancangan Tata Letak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan metode yang benar.perencanaan dan perancangan fasilitas pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. perencanaan dan integrasi pada aliran komponen-komponen suatu produk untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS HASIL

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Yunanto (1998) dalam skripsinya yang berjudul Perencanaan Layout

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

Tata Letak Fasilitas

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK PADA LANTAI PRODUKSI UNTUK PERCEPATAN PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian proses produksi menurut beberapa ahli diantaranya adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. jasa. Menurut Heizer dan Render (2009:4) manajemen operasi adalah serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

PLANT LAY OUT. Iman P. Hidayat

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Audit..., Prasasti, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang

Manajemen Industri. Pengantar Teknologi Pertanian Mas ud Effendi, S.TP., MP

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Enterprise Resource Planning (ERP)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

B A B I I LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Relayout Gudang Produk Polypropylene Dengan Metode Dedicated Storage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Barry Render dan Jay Heizer (2001) dalam bukunya Prinsip-prinsip

Operasi Katering/Restoran. Manajemen Katering/Restoran-TIP FTP UB

Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I

BAB I PENDAHULUAN. untuk gudang persediaan. Biaya seperti ini biasanya disebut dengan carrying cost.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan material (receiving), bagian pengiriman produk (shipping), bagian

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil, pasti. membutuhkan manajemen operasi. Teknik manajemen operasi diterapkan di

Operasional. Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

TATA LETAK PERALATAN PRODUKSI Prosedur Tata Letak Industri

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TATA LETAK FASILITAS PABRIK DENGAN METODE KUANTITATIF MEMPUNYAI PERAN PENTING DALAM KELANCARAN PROSES PRODUKSI PADA CV AGUNG KARYA

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan Teori BAB II

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi dikarenakan semakin tingginya biaya yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk menjalankan roda perusahaan. Parameter yang biasanya digunakan untuk mengukur aspek efisiensi dengan tetap memperhatikan aspek efektivitas pencapaian tujuan adalah produktivitas. Dimana beberapa referensi mendefinisikan produktivitas sebagai rasio output terhadap input, yang juga dapat diartikan sebagai rasio pencapaian efektivitas dari tujuan yang ingin dicapai terhadap tingkat efisiensi proses dalam menghasilkan produk tersebut. Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi tersebut, banyak alternatif strategi dan pendekatan perbaikan yang dapat dikembangkan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkat produktivitas pada bagian produksi adalah penataan tata letak mesin mesin produksi sehingga area kerja dan tata letak mesin mesin produksi tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang diinginkan. PT. Nusira Crumb Rubber Medan merupakan salah satu perusahaan yang mencoba memperbaiki produktivitasnya dengan melakukan perubahan tata letak mesin mesin produksinya. Produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah crumb rubber (karet remah). Perubahan tata letak mesin mesin produksi yang dilakukan, yaitu pada proses pre cleaning dan milling. Proses pre cleaning merupakan 20

tahap awal pembersihan kontaminasi yang juga untuk mereduksi ukuran bahan olah karet rakyat (bokar) hingga memungkinkan kontaminasi yang berada pada bagian dalam karet dapat keluar. Proses milling merupakan proses pengolahan karet sebelum dilakukan pengeringan akhir yang biasanya disebut microblending yang berfungsi untuk homogenisasi dan mengurangi kadar kotoran pada karet. Proses milling sangat berpengaruh terhadap kualitas dan mutu crumb rubber yang dihasilkan seperti white spot (virgin rubber), kadar plastisitas awal (Po), kadar plasticity retention index (PRI), dan mooney viscosity, maka penanganan pada proses ini sangat dibutuhkan ketepatan dalam pengoperasian mesin terhadap bahan baku yang akan diolah serta permintaan crumb rubber yang diinginkan oleh konsumen. Pada tahun 1990 untuk menjalankan aktivitas proses produksi pre cleaning dan milling tersebut, layout proses produksi pre cleaning dan milling yang digunakan berbentuk U sehingga penempatan mesin pada proses pre cleaning dan milling pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan berbentuk U. Jumlah mesin produksi yang digunakan sebanyak 47 jenis mesin, dan menggunakan 17 orang operator produksi pre cleaning dan milling. Produk (blanket) yang dihasilkan pada mesin terakhir mengalami penumpukan dikarenakan untuk memindahkan blanket ke lift blanket masih menggunakan tenaga operator sebanyak 4 orang dan jarak yang ditempuh cukup jauh. Penggunaan layout proses produksi pre cleaning dan milling tersebut produktivitas yang dihasilkan karyawan yaitu hasil produksi blanket sebesar 9 10 ton/jam, dan kualitas kadar kotoran (dirt content) blanket pada range kadar kotoran 11

0,150 0,199 rata rata diatas 15 %/bulan, sedangkan pada range kadar kotoran 0,100 0,149 rata rata diatas 62 %/bulan. Untuk menjaga kondisi mesin produksi pre cleaning dan milling tetap optimal dan maksimal dilakukan perawatan mesin selama 2 hari. Pada Juni 2008 pembangunan/pembuatan layout proses produksi pre cleaning dan milling telah selesai dikerjakan. Perubahan yang dilakukan PT. Nusira Crumb Rubber Medan yaitu posisi penempatan mesin pada proses pre cleaning dan milling berbentuk Garis Lurus sehingga aliran produk berbentuk Garis Lurus (line). Jumlah mesin produksi yang digunakan sebanyak 33 jenis mesin dan menggunakan 11 orang operator produksi pre cleaning dan milling. Produk (blanket) yang dihasilkan pada mesin terakhir tidak mengalami penumpukan dikarenakan untuk memindahkan blanket ke lift blanket telah menggunakan rel transfer dan 1 orang operator selain itu jarak yang ditempuh cukup dekat. Penggunaan layout proses produksi pre cleaning dan milling tersebut produktivitas yang dihasilkan karyawan yaitu hasil produksi blanket sebesar 12 13 ton/jam, dan kualitas kadar kotoran (dirt content) blanket pada range kadar kotoran 0,150 0,199 rata rata dibawah 7 %/bulan, sedangkan pada range kadar kotoran 0,100 0,149 rata rata diatas 90 %/bulan. Untuk menjaga kondisi mesin produksi pre cleaning dan milling tetap optimal dan maksimal dilakukan perawatan mesin selama 1 hari. 12

I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Sejauhmana pengaruh tata letak mesin mesin produksi yang terdiri dari penempatan mesin, jumlah mesin, dan luas area produksi terhadap produktivitas karyawan pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 2. Sejauhmana pengaruh performance mesin dan perawatan mesin terhadap kualitas hasil produksi pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis tata letak mesin mesin produksi yang terdiri dari penempatan mesin, jumlah mesin, dan luas area produksi terhadap produktivitas karyawan pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh performance mesin dan perawatan mesin terhadap kualitas hasil produksi pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 13

I.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang ilmu manajemen operasi dan produksi, khususnya mengenai pengaruh tata letak mesin mesin produksi terhadap produktivitas karyawan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemilik dan manajemen perusahaan PT. Nusira Crumb Rubber Medan terhadap perubahan tata letak mesin mesin produksi dan produktivitas karyawan. 3. Sebagai menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen. 4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa mendatang. I.5. Kerangka Berpikir Setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, akan menghadapi persoalan layout. Semua fasilitas untuk produksi baik mesin mesin, buruh dan fasilitas fasilitas lainnya harus disediakan pada tempatnya masing masing, supaya dapat bekerja dengan baik. Setiap susunan dari mesin mesin dan peralatan produksi di suatu pabrik disebut layout. Jadi layout berhubungan dengan masalah penyusunan mesin dan peralatan produksi dalam pabrik. Persoalannya ialah 14

bagaimana menyusun mesin mesin dan peralatan produksi lainnya sehingga dapat menjalankan produksi seefektif mungkin. 15

Menurut Wignjosoebroto (2000) bahwa, Pengaturan fasilitas fasilitas pabrik tersebut akan coba memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerak perpindahan material, penyimpanan material (storage) baik bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya. Menurut Roberta dan Bernard (2003) bahwa, Effective layout also : a) Minimize material handling costs, b) Utilize space efficiently, c) Utilize labor efficiently, d) Eliminate bottlenecks, e) Facilitate communication and interaction between workers, between workers and their supervisor, or between workers and customers, f) Reduce manufacturing cycle time and customer service time, g) Eliminate wasted or redundant movement, h) Facilitate the entry, exit, and placement of material, products, and people, i) Incorporate safety and security meansures, j) Promote product and service quality, k) Encourrage proper maintenance activities, l) Provide a visual control af activities, m) Provide flexibility to adapt to changing conditions, n) Increase capacity. (Tata letak yang efektif memiliki yaitu : a) Meminumkan cost material handling, b) Menggunakan ruangan secara efisien, c) Menggunakan tenaga kerja secara efisien, d) Mengurangi bottlenecks, e) Memberikan fasilitas komunikasi dan interaksi antara pekerja, antara pekerja dan supervisor, atau antara pekerja dan konsumen, f) Mengurangi waktu manufaktur dan waktu layanan konsumen, g) Mengurangi pergerakan yang berlebih lebihan, h) Memberikan fasilitas masukan, jalan keluar, dan penggantian dari material, produk, dan orang, i) Keselamatan kerja dan keamanan, j) Mempromosikan kualitas produk dan jasa, k) Mendorong aktivitas aktivitas maintenance yang sesuai, l) Mempermudah aktivitas supervisi (pengawasan kerja), m) Menyediakan fleksibilitas kepada kondisi yang berubah ubah, dan n) Peningkatan kapasitas). Menurut Heizer dan Render (2005) bahwa, Desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk mencapai : a) Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi, b) Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih 16

baik, c) Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman, d) Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik, e) Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu dirubah). Layout yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas pabrik dan buruh (personel) yang ada didalam pabrik. Menurut Wignjosoebroto (2000) bahwa, Tujuan perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik yaitu : a) Menaikkan output produksi, b) Mengurangi waktu tunggu (delay), c) Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling), d) Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service, e) Pendaya guna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja dan/atau fasilitas produksi lainnya, f) Mengurangi inventory in process, g) Proses manufakturing yang lebih singkat, h) Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator, i) Memperbaiki moral dan kepuasan kerja, j) Mempermudah aktivitas supervisi, k) Mengurangi kemacetan dan kesimpang siuran, l) Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi. Menurut Pontas (2003) bahwa, Tujuan perencanaan tata letak pusat pusat kerja atau mesin mesin yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan operasi dan produksi dengan biaya pemindahan bahan yang paling kecil serta diperoleh jumlah dan mutu barang yang sesuai dengan yang diinginkan. Penempatan pusat-pusat kerja atau mesin mesin tersebut dilakukan dengan mengusahakan agar jarak antara pusat pusat kerja atau mesin mesin tersebut menghasilkan biaya dan waktu pemindahan bahan yang paling hemat. Sistem produksi yang efektif dan efisien perusahaan akan mampu mendayagunakan segenap sumber daya yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Hal ini tidak hanya ditunjang oleh faktor teknologi, namun juga berbagai faktor lainnya seperti tanah, modal, tenaga kerja, keahlian, dalam pengorganisasian dan cara pengolahannya. Menurut Chase, Aquilano & Jacobs (2001) bahwa, Productivity is a common measure of how wel a country, industry, or business unit is using its resources or factors of production). 17

(Produktivitas adalah satu ukuran umum suatu negara, industri, atau unit usaha yang menggunakan sumber dayanya atau faktor produksi). Menurut Griffin, (2002) bahwa, Sebuah perusahaan atau industri meningkatkan produktivitasnya secara umum dapat dibagi kedalam dua katagori luas : memperbaiki operasi dan meningkatkan keterlibatan karyawan. Menurut Heizer dan Render (2005) bahwa, Produktivitas adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi input (sumber daya, seperti tenaga kerja dan modal). Menurut Reksohadiprodjo (2003) bahwa, Produktivitas adalah peningkatan proses produksi, pembandingan yang membaik antara jumlah sumber daya yang dipergunakan dengan jumlah barang barang dan jasa jasa diproduksikan. Karyawan merupakan input paling penting bagi perusahaan, sehingga tingkat produktivitas tenaga kerja sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan perusahaan. Menurut Kussriyanto dalam Nasution (2005), Peningkatan produktivitas pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat bentuk atau cara, yaitu sebagai berikut :1) Pengurangan sedikit sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama, 2) Pengurangan sumber daya sekedarnya untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar, 3) Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar, 4) Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih besar lagi. Menurut Waters, (2001) bahwa, Produktivitas parsial pada empat tipe sumber daya yaitu : 1) Produktivitas peralatan, seperti unit unit yang dihasilkan oleh per jam mesin, atau mil jarak yang ditempuh per mobil, 2) Produktivitas buruh, seperti unit unit yang dihasilkan oleh setiap orang atau jumlah ton yang dihasilkan per shift, 3) Produktivitas modal, seperti unit unit yang dihasilkan per 1 yang diinvestasikan atau penjualan per unit modal, 4) Produktivitas energi seperti unit unit output yang dihasilkan per kwh listrik, atau unit yang dihasilkan setiap 1 yang dibelanjakan untuk energi. 18

Secara garis besar, pengaruh tata letak mesin mesin produksi terhadap produktivitas karyawan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini : Tata Letak Mesin mesin Produksi a. Penempatan Mesin b. Jumlah Mesin c. Luas Area Produksi Produktivitas Karyawan Gambar I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama Penemuan mesin mesin dan peralatan mesin sebagian dari sejarah peradaban manusia dalam usaha peningkatan produktivitas buruh dan memperbanyak produk baik variasi/ragamnya maupun jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu dalam layout mesin produksi harus mempertimbangkan yaitu penggunaan mesin produksi antara lain meliputi performace mesin dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Wignjosoebroto, (2003) bahwa, Kemampuan/kinerja mesin atau fasilitas produksi yang terpasang menjadi begitu penting demi kelancaran dan pengendalian produksi. Semua pabrik akan memerlukan aktivitas pemeliharaan (maintenance) untuk menjaga semua fasilitas yang dimiliki tetap optimal dalam menghasilkan produk. Perawatan (maintenance) merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem produksi itu dapat diharapkan menghasilkan output sesuai dengan yang dikehendaki. 19

Menurut Assauri (1993) bahwa, Pemeliharaan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Secara garis besar, pengaruh performace mesin dan perawatan mesin terhadap kualitas hasil produksi dapat digambarkan dalam diagram berikut ini : Performance Mesin Perawatan Mesin Kualitas Hasil Produksi Gambar I.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua I.6. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dalam kerangka berpikir diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Tata letak mesin mesin produksi yang terdiri dari penempatan mesin, jumlah mesin, dan luas area produksi mempunyai pengaruh terhadap produktivitas karyawan pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 2. Performace mesin dan perawatan mesin mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil produksi pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 20