PERBANDINGAN PEMAKAIAN SIKLOPROVERA DAN HRP 102 SEBAGAI KONTRASEPSI SUNTIKAN BULANAN DENGAN DMPA, SEBUAH KONTRASEPSI SUNTIKAN TIGA BULANAN (SEBUAH STUDI PENDAHULUAN) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rs. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
PENDAHULUAN Pemakaian kontrasepsi hormonal di Indonesia menempati urutan yang paling tinggi, yakni 69% dari seluruh peserta KB aktif. 17,2% akseptor KB suntik. KB suntik menempati urutan ketiga terbanyak setelah IUD dan pil
PENDAHULUAN Salah satu KB suntik yang banyak dipakai adalah depomedroksi progesteron asetat (DMPA). Dengan dosis 150 mg, obat ini ternyata efektif untuk mencegah kehamilan selama 12 minggu, tetapi banyak efek samping dijumpai terutama gangguan pola haid berupa perdarahan bercak dan amenorea. Dalam pelayanan keluarga berencana sebuah metode kontrasepsi akan lebih mudah diterima bila tidak menimbulkan gangguan pola haid di samping tentu keefektifannyal. Membandingkan pemakaian sikloprovera (50 mg DMPA plus 5 mg estradiol sipionat) HRP 102 Suntikan standard DMPA 150 mg
Komparabilitas antar kelompok DMPA Sikloprovera HRP 102 Mean + SD Mean + SD Mean + SD Nilai P Umur (tahun) 25,9±3,9 26,5±3,5 26,4±3,9 >0,05 Berat badan (kg) 45,0±2,6 45,7±4,8 45,8±5,3 >0,05 Jumlah anak Tek. darah 2,3±1,1 2,4±1,2 2,7±1,4 >0,05 Sistolik (mmhg) Tek. darah 116,7±5,4 111,3±4,9 113,5±6,1 Diastolik (mmhg) 76,8±5,4 71,9±4,0 73,5±5,5 <0,05 <0,05
Komparabilitas antar kelompok, lanjutan DMPA Siklo- HRP 102 provera Nilai p Pendidikan Rendah 58,1 51,6 38,7 Menengah 41,9 48,4 61,3 IRT/Buruh 67,7 61,3 35,5 PN/PS/WS 32,3 38,7 64,5 22,6 29,0 25,6 77,4 71,0 74,2 0,29 Pekerjaan 0,03 Paritas Pri mi para Multipara 0,84 Tipe tubuh Kurus Sedang 35,5, 64,5 22,6 77,4 38,7 61,3 0,35
Ketiga kelompok adalah komparabel kecuali dalam tekanan darah. Secara klinis perbedaan tersebut tidak berarti. Alasan utama menghentikan pemakaian DMPA Gangguan perdarahan Perdarahan bercak Perdarahan banyak Amenorea.
90% akseptor DMPA mengalami gangguan pola siklus haid pada tiga bulan pertama pemakaian akseptor sikloprovera adalah 9,7 3,3% pada pemakaian HRP 102 Kelompok sikloprovera dan HRP 102 siklus yang memendek, sedang pada kelompok DMPA, haid yang tidak teratur dan amenorea. Bentuk gangguan haid secara garis besar dapat digolongkan dalam tiga kelompok yakni spotting, apabila hanya berupa perdarahan bercak yang tidak memerlukan penggantian pembalut atau paling ba nyak dua kali sehari, menoragia apabila memerlukan penggantian pembalut lebih dari 4 kali sehari atau perdarahan yang berlangsung seperti biasa tetapi lebih dari enam hari, dan amenorea apabila selama tiga siklus tidak terjadi perdarahan sama sekali.
Proporsi subjek dengan pola siklus haid yang berubah Bentuk gangguan haid rata-rata selama satu ta hun
Gangguan bentuk perdarahan haid pada akseptor DMPA
PEMBAHASAN Gangguan haid merupakan keluhan terbanyak yang didapati pada akseptor KB hormonal Gangguan pola haid inilah yang akhirnya menyebabkan banyak akseptor DMPA menghentikan pemakaiannya. continu ation rate turun dari 93,3% pada tiga bulan pertama menjadi 81,6%, pada enam bulan 71% setelah sembilan bulan, akseptor sikloprovera maupun HRP 102, tidak dijumpai satupun kasus drop out.
PEMBAHASAN Proporsi subjek dengan haid yang teratur pada akhir tahun pertama pemakaian DMPA adalah 36,7 Penelitian lain haid yang teratur pada pemakaian satu tahun DMPA hanya sebesar 8,3%5. Akseptor sikloprovera dan HRP 102, di mana jumlah subjek yang mengalamai gangguan siklus masingmasing hanya 9,7% 3,3 % pada tiga bulan pertama dan turun menjadi nol pada akhir buian ke-12 atau seluruh kasus mendapatkan kembali siklus haidnya secara teratur.
PEMBAHASAN Spotting, menoragia amenorea. DMPA paling banyak mendapatkan gangguan tersebut terutama menoragia dan amenorea spotting lebih banyak dijumpai pada akseptor sikloprovera dan HRP 102. Amenorea hanya dijumpai pada akseptor DMPA Makin lama pemakaian, proporsi yang mengalami spotting dan menoragia makin kecil, baik pada akseptor DMPA, sikloprovera maupun HRP 102
PEMBAHASAN Amenorea (yang hanya terdapat pada kelompok DMPA), makin lama menjadi makin banyak, yakni dari 19,4% pada tiga bulan pertama menjadi 54,5% pada akhir bulan ke-12 Patofisiologi terjadinya gangguan haid pada akseptor KB progestagen masih belum jelas, tetapi diduga adanya ketidak seimbangan estrogen dan progesteron di tingkat perifer karena kedua hormon inilah yang bertanggung jawab atas perubahan pada endometrium untuk proses normal menstruasi. Banyaknya kejadian gangguan haid, pada akseptor progestagen saja menyebabkan angka kelangsungan pemakaian menjadi rendah. kasus yang menghentikan pemakaian DMPA meningkat dari 6,7% pada tiga bulan pertama menjadi 29% pada saat penelitian berakhir,
PEMBAHASAN Laporan lain juga menunjukkan bahwa kelangsungan pemakaian DMPA untuk satu tahun pertama adalah 70%11 Penelitian lain mendapatkan angka kelangsungan pemakaian sikloprovera bervariasi antara 93,7%7 dan 79%12 pada akhir bulan ke-12 pemakaian.
KESIMPULAN Gangguan haid lebih banyak terdapat pada kelompok DMPA dibandingkan dengan kelompok sikloprovera dan HRP 102 Spotting lebih banyak terdapat pada kelompok sikloprovera dan HRP 102, tetapi menoragia lebih banyak terdapat pada kelompok DMPA. Amenorea hanya terdapat pada kelompok DMPA saja. Angka kelangsungan kumulatif pada akhir bulan ke12 adalah 71% pada pemakai DMPA dan 100% pada kelompok pemakai sikloprovera dan HRP 102.