Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PERUBAHAN POLA HAID AKSEPTOR KON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSTU BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

Jurusan Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 2 Prodi Keperawatan Purwokerto

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

SINOPSIS RENCANA TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

HUBUNGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DENGAN GANGGUAN HAID DI PUSKESMAS KALASAN SLEMAN DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

POLA BAKTERI PENYEBAB PNEUMONIA NOSOKOMIAL DI RS DR SOETOMO SURABAYA PERIODE JANUARI MARET 2012

BAB II TINJAUAN TEORI

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI IBU PENGGUNA KONTRASEPSI SUNTIK CYCLOFEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

BAB I PENDAHULUAN. Lampung jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DI DUSUN KEBONSARI DESA SABRANG KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER NOVI DIAN PURNAMA DESCRIPTION

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Taufiqurahman, 2010).

HUBUNGAN KELUHAN PESERTA KB SUNTIK DENGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DI DUSUN PAGERSARI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kepadatan penduduk di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA MENGGUNAKAN KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS NY

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK SATU BULANAN DENGAN TIGA BULANAN DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

STUDI DESKRIPTIF GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPM DYAH SUGIYANTO GONILAN SUKOHARJO TAHUN 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

Transkripsi:

PERBANDINGAN PEMAKAIAN SIKLOPROVERA DAN HRP 102 SEBAGAI KONTRASEPSI SUNTIKAN BULANAN DENGAN DMPA, SEBUAH KONTRASEPSI SUNTIKAN TIGA BULANAN (SEBUAH STUDI PENDAHULUAN) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rs. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN Pemakaian kontrasepsi hormonal di Indonesia menempati urutan yang paling tinggi, yakni 69% dari seluruh peserta KB aktif. 17,2% akseptor KB suntik. KB suntik menempati urutan ketiga terbanyak setelah IUD dan pil

PENDAHULUAN Salah satu KB suntik yang banyak dipakai adalah depomedroksi progesteron asetat (DMPA). Dengan dosis 150 mg, obat ini ternyata efektif untuk mencegah kehamilan selama 12 minggu, tetapi banyak efek samping dijumpai terutama gangguan pola haid berupa perdarahan bercak dan amenorea. Dalam pelayanan keluarga berencana sebuah metode kontrasepsi akan lebih mudah diterima bila tidak menimbulkan gangguan pola haid di samping tentu keefektifannyal. Membandingkan pemakaian sikloprovera (50 mg DMPA plus 5 mg estradiol sipionat) HRP 102 Suntikan standard DMPA 150 mg

Komparabilitas antar kelompok DMPA Sikloprovera HRP 102 Mean + SD Mean + SD Mean + SD Nilai P Umur (tahun) 25,9±3,9 26,5±3,5 26,4±3,9 >0,05 Berat badan (kg) 45,0±2,6 45,7±4,8 45,8±5,3 >0,05 Jumlah anak Tek. darah 2,3±1,1 2,4±1,2 2,7±1,4 >0,05 Sistolik (mmhg) Tek. darah 116,7±5,4 111,3±4,9 113,5±6,1 Diastolik (mmhg) 76,8±5,4 71,9±4,0 73,5±5,5 <0,05 <0,05

Komparabilitas antar kelompok, lanjutan DMPA Siklo- HRP 102 provera Nilai p Pendidikan Rendah 58,1 51,6 38,7 Menengah 41,9 48,4 61,3 IRT/Buruh 67,7 61,3 35,5 PN/PS/WS 32,3 38,7 64,5 22,6 29,0 25,6 77,4 71,0 74,2 0,29 Pekerjaan 0,03 Paritas Pri mi para Multipara 0,84 Tipe tubuh Kurus Sedang 35,5, 64,5 22,6 77,4 38,7 61,3 0,35

Ketiga kelompok adalah komparabel kecuali dalam tekanan darah. Secara klinis perbedaan tersebut tidak berarti. Alasan utama menghentikan pemakaian DMPA Gangguan perdarahan Perdarahan bercak Perdarahan banyak Amenorea.

90% akseptor DMPA mengalami gangguan pola siklus haid pada tiga bulan pertama pemakaian akseptor sikloprovera adalah 9,7 3,3% pada pemakaian HRP 102 Kelompok sikloprovera dan HRP 102 siklus yang memendek, sedang pada kelompok DMPA, haid yang tidak teratur dan amenorea. Bentuk gangguan haid secara garis besar dapat digolongkan dalam tiga kelompok yakni spotting, apabila hanya berupa perdarahan bercak yang tidak memerlukan penggantian pembalut atau paling ba nyak dua kali sehari, menoragia apabila memerlukan penggantian pembalut lebih dari 4 kali sehari atau perdarahan yang berlangsung seperti biasa tetapi lebih dari enam hari, dan amenorea apabila selama tiga siklus tidak terjadi perdarahan sama sekali.

Proporsi subjek dengan pola siklus haid yang berubah Bentuk gangguan haid rata-rata selama satu ta hun

Gangguan bentuk perdarahan haid pada akseptor DMPA

PEMBAHASAN Gangguan haid merupakan keluhan terbanyak yang didapati pada akseptor KB hormonal Gangguan pola haid inilah yang akhirnya menyebabkan banyak akseptor DMPA menghentikan pemakaiannya. continu ation rate turun dari 93,3% pada tiga bulan pertama menjadi 81,6%, pada enam bulan 71% setelah sembilan bulan, akseptor sikloprovera maupun HRP 102, tidak dijumpai satupun kasus drop out.

PEMBAHASAN Proporsi subjek dengan haid yang teratur pada akhir tahun pertama pemakaian DMPA adalah 36,7 Penelitian lain haid yang teratur pada pemakaian satu tahun DMPA hanya sebesar 8,3%5. Akseptor sikloprovera dan HRP 102, di mana jumlah subjek yang mengalamai gangguan siklus masingmasing hanya 9,7% 3,3 % pada tiga bulan pertama dan turun menjadi nol pada akhir buian ke-12 atau seluruh kasus mendapatkan kembali siklus haidnya secara teratur.

PEMBAHASAN Spotting, menoragia amenorea. DMPA paling banyak mendapatkan gangguan tersebut terutama menoragia dan amenorea spotting lebih banyak dijumpai pada akseptor sikloprovera dan HRP 102. Amenorea hanya dijumpai pada akseptor DMPA Makin lama pemakaian, proporsi yang mengalami spotting dan menoragia makin kecil, baik pada akseptor DMPA, sikloprovera maupun HRP 102

PEMBAHASAN Amenorea (yang hanya terdapat pada kelompok DMPA), makin lama menjadi makin banyak, yakni dari 19,4% pada tiga bulan pertama menjadi 54,5% pada akhir bulan ke-12 Patofisiologi terjadinya gangguan haid pada akseptor KB progestagen masih belum jelas, tetapi diduga adanya ketidak seimbangan estrogen dan progesteron di tingkat perifer karena kedua hormon inilah yang bertanggung jawab atas perubahan pada endometrium untuk proses normal menstruasi. Banyaknya kejadian gangguan haid, pada akseptor progestagen saja menyebabkan angka kelangsungan pemakaian menjadi rendah. kasus yang menghentikan pemakaian DMPA meningkat dari 6,7% pada tiga bulan pertama menjadi 29% pada saat penelitian berakhir,

PEMBAHASAN Laporan lain juga menunjukkan bahwa kelangsungan pemakaian DMPA untuk satu tahun pertama adalah 70%11 Penelitian lain mendapatkan angka kelangsungan pemakaian sikloprovera bervariasi antara 93,7%7 dan 79%12 pada akhir bulan ke-12 pemakaian.

KESIMPULAN Gangguan haid lebih banyak terdapat pada kelompok DMPA dibandingkan dengan kelompok sikloprovera dan HRP 102 Spotting lebih banyak terdapat pada kelompok sikloprovera dan HRP 102, tetapi menoragia lebih banyak terdapat pada kelompok DMPA. Amenorea hanya terdapat pada kelompok DMPA saja. Angka kelangsungan kumulatif pada akhir bulan ke12 adalah 71% pada pemakai DMPA dan 100% pada kelompok pemakai sikloprovera dan HRP 102.