Penentuan Batas Wilayah Dengan Menggunakan Metode Kartometrik (Studi Kasus Daerah Kec. Gubeng Dan Kec. Tambaksari)

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN Vol. 9, No. 2 Februari 2014 JURNAL GEODESI, SURVEYING, GPS, GIS, PENGINDERAAN JAUH, HIDROGRAFI, PERTANAHAN. Surabaya Februari 2014

PEMETAAN PARTISIPATIF BATAS KELURAHAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Abstrak PENDAHULUAN.

STUDI BATAS WILAYAH MENGGUNAKAN METODE KARTOMETRIK Studi Kasus: Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya

Oleh: ( ) Dosen Pembimbing: DR. Ing. Ir. Teguh Hariyanto MSc.

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya)

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Visualisasi Sistem Informasi Pendaftaran Kadaster 3D Studi Kasus: Rumah Susun Grudo, Surabaya

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Analisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus: Daerah Industri di Surabaya)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak

Pembangunan Informasi Spasial 3 Dimensi untuk Pemanfaatan Kadaster 3 Dimensi (Studi Kasus: Rumah Susun Grudo Surabaya)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISA PERBANDINGAN NILAI TANAH DENGAN NJOP UNTUK MENINGKATKAN POTENSI PAD (PENDAPATAN ASLI DAERAH) KHUSUSNYA PBB DAN

Analisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah Di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus : Daerah Industri di Surabaya)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x (2015) ISSN: xxxx-xxxx 1

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG


Pemanfaatan Analisa Spasial Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar (Studi Kasus: Kabupaten Sumenep Daratan)

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

STATUS BATAS WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN KLATEN. Klaten, 21 Oktober 2015

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-202

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Analisa Kesesuaian Kartografi Peta Desa Skala 1:5000 Berdasarkan Peraturan Kepala BIG Nomor 3 Tahun 2016 (Studi Kasus: Desa Beran Kabupaten Ngawi)

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

Pembuatan Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Surabaya

BAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

DATA POS PIN POLIO TAHUN 2016 SURABAYA SELATAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL

Edwin Martha P. 1, Chatarina Nurjati S. 1, dan Roedy Rudianto 2. Abstrak

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

BAB III METODE PENELITIAN

Azzam Ghozi Ahmad Zuharnen INTISARI. Kata kunci: batas desa, citra penginderaan jauh, metode kartometris

BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN

2016, No Indonesia Nomor 2514); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tamba

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 28 TAHUN 2006

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGATURAN SPOOR DAN JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit.

Kebijakan Pemprov Banten Mengenai Penegasan Batas Daerah

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 Tahun 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI JAWA BARAT

NUR MARTIA

PEMANFAATAN PETA KONTUR ZONA NILAI TANAH PADA DATA NILAI JUAL OBJEK PAJAK TAHUN 2015 UNTUK IDENTIFIKASI LOKASI CENTRAL BUSSINESS DISTRICT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Penggunaan pgrouting Algoritma A-Star Untuk Rute Jalur Jalan Kendaraan Angkut di Wilayah Tambang Terbuka

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

SeminarTugas akhir BEN PRAYOGO HILLMAN ( )

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur)

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

Kata Kunci : Landreform, Pengukuran, Pemetaan

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Transkripsi:

Penentuan Batas Wilayah Dengan Menggunakan Metode Kartometrik (Studi Kasus Daerah Kec. Gubeng Dan Kec. Tambaksari) masyarakat disekitar lokasi kegiatan ekonomi. Disamping itu permasalahan batas daerah muncul antara lain disebabkan oleh pemekaran Daerah Pande Restu Adikresna P Otonom danyanto Baru, Budisusanto perebutan sumber daya alam terkait Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas dengan Teknik pendapatan Sipil dan asli Perencanaan, daerah dan kurangnya Institut Teknologi Sepuluh pemahaman Nopember terhadap (ITS) garis batas pada peta dasar Jl. Arief Rahman Hakim, yang Surabaya ada. 60111 e-mail: yanto_b@geodesy.its.ac.id Abstrak Penentuan batas wilayah adalah penentuan garis batas antara dua daerah atau lebih dimana garis batas tersebut disepakati oleh pihak dari daerah tersebut. Batas wilayah merupakan hal yang penting karena merupakan salah satu faktor untuk menunjang perkembangan dari suatu daerah. Terdapat berbagai macam metode untuk menentukan garis batas. Salah satunya dengan menggunakan metode kartometrik. Metode kartometrik merupakan metode penelusuran garis batas wilayah dengan menentukan posisi titik-titik koordinat dan mengidentifikasi cakupan wilayah pada peta kerja atau citra yang telah terkoreksi. Pentuan batas wilayah menggunakan metode kartometrik ini ditampilkan dengan sistem informasi peta batas wilayah antara kedua kecamatan tersebut. Terdapat 427 titik kartometrik yang tersebar di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari dengan penomeran sesuai dengan format yang ditentukan. Dari kegiatan penelitian ini ditemukannya 10 panjang segmen batas yang berbeda pada peta digital yang di ambil dari Peta RBI dengan hasil segmen batas yang didapat dari hasil verivikasi sepanjang 1748.968 Meter. Terdapat 2 jenis segmen unsur batas yaitu segmen batas alam berupa sungai dengan panjang 8225.82 meter dan segmen batas buatan berupa jalan, tembok dan selokan sepanjang 41805.743 Meter. Status batas wilayah yang terdapat di kedua kecamatan setelah dilalukan verifikasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu batas disepakati sepanjang 48850.357 Meter, batas tidak diketahui sepanjang 1207.851 Meter. Titik kartometrik merupakan cara yang efektif untuk mewakili garis batas wilayah. Hasil dari penentuan batas ini disajikan melalui sistem informasi batas wilayah Kec. Gubeng dan Tambaksari. Kata kunci: Segmen batas, Titik Kartometrik, Sistem informasi batas wilayah, I. PENDAHULUAN enegasan batas wilayah semakin terasa penting Pdi era pelaksanaan otonomi daerah. Setiap daerah berupaya menggali potensi ekonomi daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penegasan batas daerah secara pasti ditetapkan oleh Kementrian Dalam Negeri dengan berpedoman pada Undang-undang Pembentukan Daerah[1]. Batas daerah yang tidak memiliki kepastian secara hukum dapat memicu terjadinya konflik antara dua atau lebih daerah yang berbatasan. Konflik permasalahan batas yang terjadi biasanya bersumber pada pemberian izin kegiatan, pembagian hasil pengelolaan kegiatan di suatu wilayah, maupun akibat dari interaksi antara Oleh karena itu penegasan batas daerah sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik batas daerah yang dapat menimbulkan kerugian materi atau non materi. Bila tidak segera diselesaikan maka berpotensi menurunkan tingkat pelayanan kepada masyarakat, contohnya seperti pertikaian masalah batas wilayah di NTT terjadi di sejumlah wilayah, seperti di perbatasan Desa Lohayong dan Wulublolong memicu bentrokan yang menyebabkan tiga orang tewas dan ratusan rumah dibakar. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dalam suatu masalah penentuan batas daerah diperlukan pembuatan peta batas daerah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pada penelitian ini akan di buat peta batas wilayah dengan menggunakan metode kartometrik. Metode kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap[2]. Metode ini merupakan salah satu metode alternatif yang terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri no 76 tahun 2012 tentang pedoman penentuan batas daerah. Pembuatan peta batas wilayah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menghindari masalah konflik batas dan dapat juga mengoptimalkan pengelolaan daerah tersebut. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini mengambil studi kasus di Kecamatan Gubeng yang terbagi menjadi 6 kelurahan dan Kecamatan Tambaksari yang dibagi menjadi 8 kelurahan (Lihat gambar 1). Letak geografis dari lokasi penelitian ini adalah: Batas utara : Kecamatan Kenjeran Batas timur : Kecamatan Sukolilo Batas selatan : Kecamatan Wonokromo Batas barat : Kecamatan Tegal Sari, Genteng B. Data dan Peralatan Data yang dibutuhkan meliputi: Peta RBI Kota Surabaya Citra worldview Peta topografi Peta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 1

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Perangkat Keras (Hardware) Laptop Intel core i3 Memori 2 GB Display ATI Radeon HD 3200 Grapics Hard disk 250 GB Perangkat Lunak (Software) Microsoft Office 2007. Perangkat lunak ini digunakan dalam penulisan laporan, rekapitulasi data (luas, persentase persebaran, potensi),, pembuatan diagram, grafik, dan slide presentasi. Perangkat lunak pengolah data citra. ArcGIS 10 digunakan untuk penampalan dan penentuan garis batas wilayah. Perangkat lunak ini juga digunakan untuk pembuatan atribut peta. Gambar. 1. Lokasi penelitian C. Metode Penelitian Pengumpulan data berupa data Peta RBI tahun 1999 daerah Kota Surabaya dan citra worldview tahun 2012 yang meliputi wilayah Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kartometrik untuk menentukan batas wilayah tiap kelurahan di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari dimana metode ini didukung dengan penggunaan pemetaan partisipatif. Pemetaan Partisipatif adalah pemetaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat mengenai tempat atau wilayah di mana mereka hidup. pemetaan partisipatif dilakukan oleh masyarakat setempat dikarena masyarakat yang hidup dan bekerja di tempat itulah yang memiliki informasi pengetahuan mendalam mengenai garis batas wilayah[3]. Pemetaan partisipatif (partisipatory mapping) menjadi salah satu unsur dalam pembangunan infrastruktur informasi geospasial.sinergi yang baik dan saling mendukung dari semua unsur masyarakat dapat mempercepat proses dalam pemetaan batas wilayah serta meminimalisir terjadinya konflik di lapangan pada saat penentuan garis batas wilayah. Dari kegiatan tersebut dihasilkan peta batas wilayah antar kelurahan di dua kecamatan yang disajikan berupa sistem informasi batas wilayah. III. HASIL DAN ANALISA A. Hasil Penentuan Batas Wilayah Pada bagian ini ditampilkan hasil pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan mengenai penetuan batas wilayah menggunakan metode kartometrik. Pelaksanaan penelitian ini difokuskan pada penentuan garis batas kelurahan di dua Kecamatan Gubeng dan Tambaksari. Kegiatan penelitian penentuan batas wilayah dengan metode kartometrik ini menghasilkan sistem informasi mengenai batas wilayah tentang : Panjang segmen batas Berdasarkan dari data verivikasi batas wilayah yanag dilakukan di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari didapat perbedaan panjang segmen batas yang di tampilkan pada table 1 dibawah ini. N0 1 Panjang Segmen Batas RBI 48309.240 Meter Tabel1 panjang segmen batas Panjang Segmen Batas Verivikasi 50058.208Meter Perbedaan Panjang Segmen Batas 2702,037 Meter Gambar. 2. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian ini dijelaskan pada gambar 2. Identifikasi Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembuatan peta batas daerah kecamatan dan kelurahan. Menetukan batas wilayah antara keluarahan dan kecamatan yang berdampingan. Panjang batas alam dan batas buatan. Segmen batas di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari berdasarkan unsur batas wilayah yang dilalui dibagi menjadi dua unsur yaitu batas alam dan buatan. batas alam meliputi sungai, dan batas buatan berupa jalan, rel kereta, dan saluran irigasi. Pada tabel 2 dijelaskan mengenai panjang unsur batas yang terdapat di kedua kecamatan tersebut. 2

Tabel 2 panjang segmen batas Batas Alam Batas Buatan 8225.82 meter 41805.743 Meter Gambar 5 Titik Kartometrik Gambar 4 dan Gambar 5 menjukan titik kartometrik yang tersebar di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari. Titik berwarna merah menunjukan letak titik kartometrik di dua Kecamatan Gubeng dan Tambaksari. Gambar 3. Batas Alam dan Buatan Dari gambar 3 garis yang berwarna orange merupakan garis batas buatan sedangkan garis berwarna hijau merupakan batas alam. Status batas wilayah Panjang segmen batas kelurahan di dua kecamatan dibagi menjadi tiga jenis yang ditampilkan pada table berikut. Tabel 3 Status Segmen Batas Batas Diesepakati 48850.357 Meter Batas Sengketa - Batas Belum Diketahui 1207.851 Meter B. Analisa Penentuan Batas Wilayah Analisa Panjang Segmen Batas Dalam penelitian mengenai batas penentuan batas wilayah menguunakan metode kartometrik ini batas wilayah yang di ambil dari peta RBI tahun 1999 di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari. Dari hasil verifikasi penentuan batas wilayah menggunakan metode kartometrik ini ditemukan garis segmen batas wilayah yang berbeda sepanjang 1748.968 Meter. Ditemukan 10 semen batas yang berbeda yang ditunjukan pada gambar 6 dibawah ini. Titik kartometrik batas wilayah Titik kartometrik yang terdapat pada kedua kecamatan berjumlah 427 titik yang tersebar di setiap garis segmen batas untuk mewakili batas dari masing-masing wilayah yang berisi informasi koordinat dari lokasi titik dan daerah yang bersinggungan dengan titik kartometrik. Gambar 6 Segmen Batas Yang Berbeda Lihat Gambar 5 Gambar 4 Sebaran Titik Kartometrik Segmen batas yang berbeda terletak antara: - Kelurahan Airlangga dan Mojo. - Kelurahan Mojo dan Pacarkembang. - Kelurahan Gubeng. - Kelurahan Ploso dan Tambaksari. - Kelurahan Ploso dan Gading. - Kelurahan Ploso. 3

- Kelurahan Gading dan Kapasan Madya Baru. - Kelurahan Gading dan Dukuh Setro. - Kelurahan Dukuh Setro dan Kapasan Madya Baru. - Kelurahan Dukuh Setro. Analisa Status Batas wilayah Total panjang batas yang terletak di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari adalah Meter dimana 1207.851 Meters merupakan batas yang belum diketahui. Segmen batas yang berstatus belum diketahui ini terletak diantara Kelurahan Ploso dan Tambaksari (lihat gambar 7 dan gambar 8). Karena dari pihak Kelurahan Tambaksari yang belum memberikan kejelasan mengenai lokasi batasnya. Gambar 7 Segmen Batas Kelurahan Ploso dan Tambaksari Gambar 8 Segmen Batas Kelurahan Ploso dan Tambaksari Untuk segmen batas lain nya tidak mengalami suatu permasalahan karena dari setiap kelurahan yang berdampingan menyepakati dan tidak mempermasalahkan garis batas yang telah ditentukan. Analisa Titik Kartometrik Titik kartometrik ditempatkan di sepanjang segmen batas wilayah yang ada.titik tersebut berisikan informasi mengenai kordinat letak titik dan nama kelurahan yang bersinggungan dengan titik kartometrik tersebut. Penentuan titik kartometik ini dirasa sangat efisien, dimana titik tersebut dapat mewakili secara utuh setiap titik belok pada garis batas wilah tanpa dipengaruhi Terdapat 427 titik kartometrik yang tersebar di Kecamatan Gubeng dan Tambaksari dengan penomeran sesuai dengan format yang ditentukan. Tabel 4 merupakan table kode wilayah penomeran titik kartometrik di kedua wilayah kecamatan ini: Tabel 4 Kode wilayah No Wilayah 35 Povinsi Jawa Timur 78 Kota Surabaya 100 Kecamatan Gubeng 01 KelurahanBarata Jaya 02 Kelurahan Pucang sewu 03 Kelurahan Kertajaya 04 Kelurahan Gubeng 05 Kelurahan Airlangga 06 Kelurahan Mojo 200 Kecamatan Tambaksari 01 Kelurahan Pacar Keling 02 Kelurahan Pacar Kembang 03 Kelurahan Ploso 04 Kelurahan Tambaksari 05 Kelurahan Rangkah 06 Kelurahan Gading 07 Kelurahan Kapasan Madya Baru 08 Kelurahan Dukuh setro Format penomeran titik di urut dari kode provinsi ke kode kelurahan dan dua digit terakhit merupakan nomer titik kartometrik seperti contoh berikut ini. 35.78.001.01.02.01 Sistem penomeran tersebut merupakan titik kartometrik yang berhimpitan dengan dua kelurahan di kecamatan yang sama. 35.78.001.01.02.03.01 Apabila titik ini merupakan titik temu dari tiga garis batas wilayah yang berbeda di kecamatan yang sama. 35.78.001.002.01.02.01 Format penomeran titik ini menunjukan bahwa titik kartometrik mewakili batas antara dua kelurahan sekaligus juga mewakili batas kecamatan. 35.78.001.002.01.02.0.3.01 Penomeran titik seperti ini menunjukan titik tersebut merupakan titik batas antara tiga kelurahan dan mewakili batas antara dua kecamatan yang saling bertetangga. Data didapat dari hasil verifikasi batas dengan menggunakan metode kartometrik dengan didukung peta yang dimiliki tiap kelurahan. Berikut merupakan dokumentasi dari kegiatan verifikasi batas yang dilakukan. 4

Gambar 9 Dokumentasi Verifikasi Segmen Batas IV. KESIMPULAN Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Ditemukannya 10 panjang segmen batas yang berbeda pada peta digital yang di ambil dari Peta RBI dengan hasil segmen batas yang didapat dari hasil verivikasi sepanjang 1748.968 Meter. Perbedaan panjang tersebut dipengaruhi oleh adanya pemekaran wilayah di Kelurahan Gading yang di bagi menjadi tiga wilayah kelurahan. 2. Terdapat 2 jenis segmen unsur batas yang terdapat di kecamatan tersebut yaitu segmen batas alam berupa sungai dengan panjang 8225.82 meter dan segmen batas buatan berupa jalan tembok dan selokan sepanjang 41805.743 Meter. 3. Status batas wilayah yang terdapat di kedua kecamatan setelah dilalukan survey dibagi menjadi 2 jenis yaitu batas disepakati sepanjang 48850.357 Meter dan batas tidak diketahui sepanjang 1207.851 Meter. 4. Titik kartometrik merupakan cara efektif untuk mewakili garis segmen batas wilayah dengan tepat di setiap titik belok dan dapat diletakan di lokasi yang tidak dimungkinkan untuk dilakukan nya pemasangan patok batas di lapangan. DAFTAR PUSTAKA [1] Kementrian Dalam Negeri, (2012), Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, Jakarta. [2] Kementrian Dalam Negeri, (2012), Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 76 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah Jakarta. [3]Daud (2013), Pemetaan Partisipatif <www.academia.edu/3647639/pemetaan_partisi patif > 4-01-2014 Jam 16.47 PM 5

6