ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM PENERAPAN PROGRAM PATIENT SAFETY

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit saat ini wajib menerapkan keselamatan pasien. Keselamatan. menjadi lebih aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2011;

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

RUS DIANA NOVIANTI J

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

HUBUNGAN PENDIDIKAN, MASA KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KESELAMATAN PASIEN RSUD HAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menggunakan metode observasional korelatif dengan jenis

PENCAPAIAN STANDAR PENGOLAHAN REKAM MEDIS SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN DI RSUD PACITAN

BAB III METODE PENELITIAN. antar variabel dimana dalam hal ini variabel penelitian adalah shift kerja dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DAN KESADARAN INDIVIDU DENGAN PENERAPAN PATIENT SAFETY DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya kekhawatiran mengenai keselamatan pasien, telah meningkat secara

Patient Safety Implementation In Ward Of Dr. Zainoel Abidin General Hospital

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

repository.unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Berdasarkan beberapa teori dalam tinjauan pustaka sebelumnya yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2012 ARMANSYAH JAYA PUTRA. ZA Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok - Indonesia E-mail : asjpza@yahoo.co.id Abstrak Dalam implementasi Program Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta masih ditemukan Kejadian-Kejadian Keselamatan Pasien, yaitu KTD, KTC, KPC dan KNC. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012, serta untuk mengetahui tindakan apakah yang harus dilakukan untuk menurunkan Angka Kejadian Keselamatan Pasien, untuk mengetahui perawat yang sudah mengikuti pelatihan Patient Safety serta Gambaran Pemahaman Karyawan Tentang Dimensi Pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Analisis Data Univariat dan Bivariat. Variabel yang diduga berhubungan dengan kejadian keselamatan pasien adalah jenis kelamin, umur dan pendidikan. Perekrutan tenaga baru untuk ruang perawatan harus segera diberikan pelatihan Patient Safety, masih banyak perawat yang belum mengikut pelatihan Patient Safety dan masih terdapat tenaga di ruang perawatan yang belum paham terhadap materi pelatihan Patient Safety dan tidak melaporkan terhadap Kejadian Keselamatan Pasien. Abstract In the implementation of the Patient Safety Program in Hospital Haji Jakarta still found incidents Patient Safety, namely KTD, KTC, KPC and KNC. The research was conducted to determine factors associated with the incidence of Patient Safety in the Jakarta Hajj Hospital in 2012, and to know what action should be taken to lower the incidence rate for Patient Safety, to know nurses who have training Understanding Patient Safety, and Employee Preview About Dimension Training Patient Safety in Jakarta Hajj Hospital. The research was conducted using qualitative and quantitative research design using cross sectional. Univariat and Bivariate Data Analysis. Variables that were related to patient safety incident is the sex, age and education. Recruitment of new personnel to inpatient unit should be given training Patient Safety, there are still many who have not followed the training nurses Patient Safety and there are personnel inpatient unit who do not understand the training material and Patient Safety Patient Safety to report the incident. Keywords: Patient Safety, Patient Safety incident 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan Pasien pada suatu rumah sakit merupakan suatu keharusan yang harus dijalankan oleh setiap rumah sakit yang ada di Indonesia, karena hal ini telah diamanahkan dalam Undang-Undang No. UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit yaitu pada Pasal 40 ayat (1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RS wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali dan ayat (2) Akreditasi RS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. Akreditasi Rumah Sakit merupakan salah satu persyaratan dalam pengurusan Ijin Operasional Rumah Sakit. Dalam persyaratan Akreditasi salah satu sasaran yang menjadi perhatian sangat besar dalam Mutu Pelayanan adalah Keselamatan Pasien (Patient Safety). 1

Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat mempunyai karateristik tersendiri yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial masyarakat. Sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat rumah sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit Sakit (menurut UU RI N0. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit).. Kinerja perawat dalam lingkup penerapan keselamatan pasien berhubungan erat dengan upaya untuk mencegah dampak KTD terhadap pasien yaitu kematian dan ketidakmampuan yang menetap. Analisis AHRQ (2003, dalam Cahyono, 2008) mengenai akar masalah terhadap 2.966 KTD menemukan sebanyak 55 % disebabkan karena masalah orientasi / pelatihan. Considine (2005) berpendapat bahwa salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencegah KTD beserta dampaknya adalah dengan peningkatan kemampuan perawat untuk melakukan pencegahan dini, deteksi risiko dan koreksi terhadap abnormalitas yang terjadi pada pasien. Schoonhoven, Grobbee, Bousema dan Buskens (2005) mendapatkan bahwa 70 % pasien yang mengalami pressure ulcer terjadi karena tidak adanya keseragaman persepsi mengenai deteksi risiko terhadap pasien. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perawat secara khusus dalam penerapan keselamatan pasien sangat mempengaruhi KTD. Menurut laporan dari Institute of Medicine (IOM) (1999) ; To err is human, building a safer health system; di Amerika Serikat diproyeksikan terjadi 44.000 sampai dengan 98.000 kematian setiap tahun akibat dari medical error yang sebenarnya dapat dicegah, angka ini hampir empat kali lipat dari kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Laporan dari IOM tersebut mengejutkan banyak kalangan dunia kesehatan, bagaimana itu bisa terjadi?. Padahal sejak masa sebelum masehi, Hippocrates (bapak kedokteran modern) pernah mengemukakan ungkapan Primum non nocere atau First, do no harm (melayani tanpa harus membahayakan). Karena itu sejak ada laporan IOM tersebut berbagai negara mulai mengembangkan suatu gerakan yang disebut sebagai Patient Safety. Dampak yang terjadi akibat rumah sakit tidak menerapkan keselamatan pasien yaitu akan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang ada dan berakibat pada penurunan mutu pelayanan rumah sakit. Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan (Cahyono, 2008). Untuk mencegah penurunan mutu pelayanan di ruang rawat diperlukan pengelolaan keselamatan pasien. Pelaporan data di Indonesia tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cidera (KNC) belum banyak dilakukan oleh rumah sakit di Indonesia. Data yang dimiliki Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) dari September 2006-2011 berdasarkan jenis kejadian: KTD sebanyak 249 laporan, KNC sebanyak 283 laporan. Berdasarkan unit penyebab: keperawatan sebanyak 207 laporan, farmasi sebanyak 80 laporan, laboratorium sebanyak 41 laporan, dokter sebanyak 33 laporan, sarana prasarana sebanyak 25 laporan. Dari data yang diperoleh, dalam implementasi program keselamatan pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta didapat Kejadian Keselamatan Pasien dari tahun 2010 sampai dengan September 2012 disemua unit pelayanan, yaitu seperti tabel dibawah ini. Tabel 1. Kejadian Keselamatan Pasien di Semua Unit Pelayanan Rumah Sakit Haji Jakarta JUMLAH KEJADIAN JENIS IKP TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 (SEPT) TOTAL JUMLAH JUMLAH JUMLAH KTD 7 16 11 34 KTC 12 7 2 21 KNC 29 31 8 68 KPC 19 14 5 38 TOTAL 67 68 26 161 Sumber Data : Panitia Patien Safety RSHJ 1.2 Perumusan Masalah Ruang perawatan di rumah sakit adalah tempat yang berkontribusi paling besar dalam perawatan pasien. Sebagai tempat yang langsung berhubungan dengan pasien, maka risiko untuk terjadi kesalahan ataupun kejadian keselamatan pasien sangat besar. Perawat pelaksana sebagai pelaksana langsung di lapangan juga sangat terkait erat dengan keselamatan pasien. Perawat pelaksana memiliki peran besar dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Peran tersebut di antaranya mencegah terjadinya kesalahan pengobatan, melaporkan kejadian, mendidik diri sendiri dan sesama 2

perawat, memberikan rekomendasi tentang perubahan dalam prosedur dan kebijakan, melibatkan dalam mengidentifikasi masalah (Ramsey, 2005). MNT (2009), Purwanto (2012). 1.3. Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukan diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut : - Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan Kejadian Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012? - Apakah yang harus dilakukan untuk menurunkan Angka Kejadian Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012? - Apakah semua perawat di Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta sudah pernah mengikuti pelatihan Patient Safety? - Bagaimanakah dukungan manajemen terhadap pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta? - Bagaimanakah gambaran pemahaman karyawan terhadap dimensi pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta? 1.4. Tujuan Penelitian : - Untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012. - Untuk mengetahui tindakan apakah yang harus dilakukan untuk menurunkan Angka Kejadian Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012. - Untuk mengetahui apakah semua perawat di Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta sudah pernah mengikuti pelatihan Patient Safety. - Untuk mengetahui dukungan manajemen terhadap pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta. - Untuk mengetahui gambaran pemahaman karyawan terhadap dimensi pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta. 1.5. Manfaat Penelitian Bagi Rumah Sakit Hasil peneilitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terutama mutu asuhan keperawatan rumah sakit yang berhubungan dengan keselamatan pasien, dengan cara melalukan perbaikan-perbaikan pada kekurangan yang ada dan lebih meningkatkan lagi pada hasil yang sudah baik. Bagi Penulis Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang asuhan keperawatan terkait dengan program keselamatan pasien serta untuk mempraktekkan ilmu dan teori yang telah dipelajari oleh penulis selama menjalankan perkuliahan, terutama ilmu mengenai Manajemen Analisa Data. Bagi Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia dalam rangka menambah wawasan tentang keselamatan pasien di rumah sakit. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengenai analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keselamatan pasien di ruang perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2012. Analisis dilakukan pada kejadian keselamatan pasien dan faktor-faktor yang diduga berhubungan erat dengan kejadian keselamatan pasien, antara lain faktor umur, jenis kelamin dan pendidikan. Dalam penelitian ini juga akan dilihat gambaran jumlah kejadian KNC, KPC, KTD dan KTC pada tiap ruang perawatan. Subjek dalam penelitian ini adalah petugas pelaksana di ruang perawatan dan kejadian KTC dan KTD di ruang perawatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif desain cross sectional. Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Bagian Sumber Daya Manusia, Bagian Keperawatan, Instalasi Diklat dan Panitia Keselamatan Pasien dan data primer dari Angket Dimensi Pelatihan Patient Safety. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Disebut dengan pendekatan cross sectional karena pengukuran variabel dependen dan variabel independen dilakukan secara bersamaan dan sifatnya sesaat dan pengamatannya dilakukan pada kondisi terkini dan pada setiap objeknya hanya dilakukan observasi satu kali. 3

Adapun alasan penggunaan desain cross sectional ini adalah karena desain ini merupakan desain yang efisien untuk mendeskripsikan kejadian keselamatan pasien yang dihubungkan dengan variabel-variabel yaitu : Jenis kelamin, Umur (thn) dan Pendidikan, Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien. 2.2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta, yang meliputi ruang perawatan Sakinah, Istiqomah, Hasanah 1, Hasanah 2 Neonatus, Afiah, Syifa, Muzdalifah dan Amanah. Populasi pada penelitian ini adalah Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) di ruang perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta. Sampel pada penelitian ini adalah semua Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) di ruang perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta. 2.3. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Pengambilan data mentah dilakukan pada tanggal 6, 7, 10 Desember 2012, sedangkan untuk pengolahan data diperkirakan memerlukan waktu maksimal sekitar 3 minggu. 2.4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa, hal-hal, keterangan, dan karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung suatu penelitian. Dari data tersebut dapat diperoleh informasi yaitu data yang telah diubah menjadi sebuah bentuk yang berguna/berarti bagi penerima informasi dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. 2.4.1 Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari data Sekunder dan data Primer. Data Sekunder didapat dari Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Instalasi Diklat dan Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta. Data Primer dari angket yang diberikan kepada responden. Data Sekunder menggunakan Fomulir (terlampir) terdiri dari : a. Formulir 1 : Daftar Karyawan RS. Haji Jakarta b. Formulir 2 : Daftar IKP di RS. Haji Jakarta c. Formulir 3 : Data Terbaru Tenaga Perawat dan Bidan RS. Haji Jakarta d. Formulir 4 : Data Diklat K3 & Patient Safety Karyawan RS. Haji Jakarta Data Primer menggunakan angket dimensi pelatihan patient safety (terlampir). 2.4.2 Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini untuk data primer didapat dari angket yang disebar ke ruang perawatan sedangkan data sekunder dengan cara meminta data yang ada pada Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Instalasi Diklat dan Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta. 2.4.3 Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan pada saat penelitian in adalah dengan cara meminta persetujuan dari pejabat rumah sakit yang berwenang dalam pemberian izin. Setelah mendapatkan izin dari pejabat yang bersangkutan maka peneliti dengan didampingi personil dari Instlasi Diklat akan segera menyebarkan kuisioner kepada petugas ruang perawatan dan meminta data kepada Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Instalasi Diklat dan Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta. Selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan data tersebut. 2.5. Pengolahan Data Pengolahan data dilaksanakan di mulai dari proses editing hingga coding. Langkah berikutnya adalah memproses data dengan menggunakan aplikasi program komputer agar data dapat dianalisis serta dilakukan pembersihan data sebagai langkah akhir dalam proses penelitian. Adapun langkah-langkah pengelolaan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 2.5.1 Editing Editing adalah kegiatan untuk mengecek kembali data yang telah dikumpulkan dari Bagian / Sub Bagian dan Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta mengenai kebenaran dan kelengkapan data. Jika masih terdapat data yang belum lengkap maka peneliti akan menghubungi kembali Bagian / Sub Bagian dan Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta. 2.5.2 Coding Coding adalah merobah data dalam bentuk huruf / kata menjadi bentuk angka untuk mempermudah dalam proses analisis data dan mempercepat dalam proses entri data. Hasil pengkodean ini dibuat dalam buku kode. 4

Coding yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah : Jenis Kelamin : Laki-laki diberi kode 0 Perempuan diberi kode 1 Umur : 17 25 Tahun diberi kode 1 26 35 Tahun diberi kode 2 36 45 Tahun diberi kode 3 Pendidikan Terakhir : Diploma 3 diberi kode 1 Sarjana (S1) diberi kode 2 SLTA diberi kode 3 Kejadian Keselamatan Pasien Patient Safety) : KTD diberi kode 0 KTC diberi kode 1 2.5.3 Data Entry Data Entry adalah proses memasukkan data yang peroleh dan telah dilakukan pengkodean kedalam software agar data tersebut dapat dianalisa. 2.5.4 Cleaning Cleaning adalah proses pembersihan data. Pada langkah ini dilakukan pengecekan kembali pada seluruh data yang telah dimasukkan. Pada proses ini dipastikan bahwa data yang akan dianalisis sudah bersih dari kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pemasukan data. 2.5.5 Processing Processing adalah kegiatan memproses data agar dapat dianalisis. Processing data dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam program computer untuk selanjutnya dilakukan analisis hubungan antar masingmasing variabel. 2.6. Analisis Data Pada penelitian ini Analisis Data menggunakan program computer yang ada dan dilakukan analisis univariat dan bivariat. 3.6.1 Analisis Univariat Analisis Univariat dilakukan terhadap seluruh variabel yang ada, baik variabel dependen maupun variabel independen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang ada. 3.6.2 Analisis Bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan masing-masing variabel independen. 2.7. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat keterbatasan yang penulis alami, keterbatasan dalam penelitian ini adalah analisis yang dilakukan hanya pada kejadian keselamatan pasien jenis, yaitu: Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC). Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah analisis dilakukan dengan menggunakan data yang ada pada saat pengambilan data dengan tidak mempertimbangkan adanya perawat yang sudah keluar atau pindah ke ruang non perawatan pada saat kejadian terjadi pada waktu sebelumnya. 3. HASIL PENELITIAN Hasil analisis pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan juga di interpretasikan yang didasarkan pada analisa Univariat, dan Bivariat. 3.1 Analisis Univariat Analisis Univariat dilakukan terhadap seluruh variabel yang ada, baik variabel dependen maupun variabel independen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang ada. Analisis data univariat terdiri dari analisis data numerik dan data katagorik. Analisis data numerik akan berbeda dengan analisis data kategorik, termasuk cara penyajian dan cara interpretasinya. Data numerik biasanya ditampilkan dalam bentuk nilai tengah dan nilai sebaran (misalnya nilai rata-rata dan standar deviasi). Sedangkan data kategorik ditampilkan dalam bentuk persentase atau proporsi. 5

3.1.1 Analisis Univariat Data Katagorik Analisis Univariat Data Katagorik sebagaimana tabel dibawah ini. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kejadian (n = 45) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Jenis KKP KTD 28 62.2 KTC 17 37.8 Tahun Kejadian Tahun 2010 16 35.6 Tahun 2011 18 40.0 Tahun 2012 11 24.4 Ruang Tempat Kejadian Sakinah 1 2.2 Istiqomah 14 31.1 Hasanah 2 4 8.9 Syifa 8 17.8 Neonatus 2 4.4 Afiah 11 24.4 Hasanah 1 1 2.2 Muzdalifah 4 8.9 Kelas Tempat Kejadian Kelas 3 14 31.1 Kelas 2 15 33.3 Kelas I, VIP & S VIP 16 35.6 Jenis kelamin Laki-laki 11 24.4 Perempuan 34 75.6 Kelompok Umur 17 25 Tahun 13 28.9 26 35 Tahun 21 46.7 36 45 Tahun 11 24.4 Pendidikan Terakhir Diploma 3 36 80.0 Sarjana (S1) 4 8.9 SLTA 5 11.1 Sumber Data : Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety RSHJ Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan pasien yang terjadi di ruang perawatan, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sebanyak 28 kejadian (62.2 %) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) sebanyak 17 kejadian (37.8 %). Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang perawatan, pada tahun 2010 sebanyak 16 kejadian (35.6 %), tahun 2011 sebanyak 18 kejadian (40.0 %) dan tahun 2012 sebanyak 11 kejadian (24.4 %). Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang perawatan, kejadian di Ruang Perawatan Sakinah sebanyak 1 kejadian (2.2 %), Istiqomah sebanyak 14 kejadian (31.1 %), Hasanah 2 sebanyak 4 kejadian (8.9 %), Syifa sebanyak 8 kejadian (17.8 %), Neonatus sebanyak 2 kejadian (4.4 %), Afiah sebanyak 11 kejadian (24.4 %), Hasanah 1 sebanyak 1 kejadian (2.2 %) dan Muzdalifah sebanyak 4 kejadian (8.9 %). 6

Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang perawatan, kejadian di Ruang Perawatan Kelas 3 sebanyak 14 kejadian (31.1 %), Kelas 2 sebanyak 15 kejadian (33.3 %) dan Kelas 1, VIP & S VIP sebanyak 16 kejadian (35.6 %). Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang perawatan, kejadian pada laki-laki sebanyak 11 kejadian (24.4 %) dan pada perempuan sebanyak 34 orang (75.6 %). Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang perawatan, kejadian pada kelompok umur 17 25 tahun sebanyak 13 kejadian (28.9), kejadian pada kelompok umur 26 35 tahun sebanyak 21 kejadian (46.7) dan kejadian pada kelompok umur 36 45 tahun sebanyak 11 kejadian (24.4). Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang perawatan, kejadian pada pendidikan Diploma 3 sebanyak 36 kejadian (80.0 %), Sarjana (S1) sebanyak 4 kejadian (8.9 %) dan pada pendidikan SLTA sebanyak 5 kejadian (11.1 %). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Angket Dimensi Pelatihan Patient Safety (n = 60) Manajemen Mengadakan Pelatihan Keselamatan Pasien Tidak 0 - Ya 60 100.0 Manfaat Keselamatan Pasien Tidak 3 5.0 Ya 57 95.0 Kesesuaian Materi Pelatihan Keselamatan Pasien Tidak 12 20.0 Ya 48 80.0 Pemahaman Pelatihan Keselamatan Pasien Tidak 6 10.0 Ya 54 90.0 Setiap Kejadian selalu dilaporkan Tidak 4 6.7 Ya 56 93.3 Sumber Data : Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety RSHJ Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, 100 % responden mengetahui bahwa manajemen mengadakan pelatihan Patient Safety untuk petugas di ruang perawatan. Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 3 orang (5 %) mengatakan bahwa pelatihan Patient Safety tidak bermanfaat dan sebanyak 57 orang (95 %) mengatakan bahwa pelatihan Patient Safety bermanfaat. Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 12 orang (20 %) mengatakan bahwa Materi Pelatihan Patient Safety tidak sesuai dan sebanyak 48 orang (80 %) mengatakan Materi Pelatihan Patient Safety sudah sesuai. Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 6 orang (10 %) mengatakan tidak memahami pelatihan Patient Safety dan sebanyak 54 orang (90 %) mengatakan sudah memahami pelatihan Patient Safety. Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 4 orang (6.7 %) mengatakan tidak melaporkan kejadian Patient Safety dan sebanyak 56 orang (93.3 %) mengatakan melaporkan kejadian Patient Safety. 7

3.2 Analisis Bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan masing-masing variabel independen. Analisis Bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square dan Regresi Logistik. 3.2.1 Analisis Bivariat dengan menggunakan analisis Chi-Square Analisis Chi-Square untuk melihat distribusi kejadian pada tahun kejadian, kelas kejadian, ruang kejadian, jenis kelamin, kelompok umur dan pendidikan, untuk kemudian dibandingkan dengan total pasien dan total karyawan berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur dan pendidikan. Hasil analisis Chi-Square sebagaimana tabel dibawah ini. Tabel 4. Kejadian Keselamatan Pasien dan Jumlah Pasien (Tahun) Tahun Jenis Kejadian Jumlah % Jumlah Total % Total Kejadian KTD KTC Kejadian Kejadian Pasien Pasien 2010 6 10 16 35.56% 46.263 33.61% 2011 13 5 18 40.00% 42.478 30.86% 2012 9 2 11 24.44% 48.914 35.53% Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ Berdasarkan tabel 4, Berdasarkan tahun kejadian didapat kejadian pada tahun 2010 berjumlah 16 kejadian dan total pasien pada tahun 2010 sebanyak 46.263 pasien. Dari perbandingan jumlah kejadian dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada tahun 2010 sebesar 0.035 %. Kejadian pada tahun 2011 berjumlah 18 kejadian dan total pasien pada tahun 2011 sebanyak 42.478 pasien. Kejadian pada tahun 2012 berjumlah 11 kejadian dan total pasien pada tahun 2012 sebanyak 48.914 pasien. Dari perbandingan jumlah kejadian dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada tahun 2012 sebesar 0.022 %. 2012 berdasarkan Tahun adalah sebesar 0.033 %. Tabel 5. Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Kelas dan Jumlah Pasien (tahun 2010 2012) Kelas Jenis Kejadian Jumlah % Jumlah % Total Total Pasien Perawatan KTD KTC Kejadian Kejadian Pasien Kelas 3 8 6 14 31.11% 32.181 23.38% Kelas 2 9 6 15 33.33% 67.165 48.79% Kelas I, VIP, S VIP 11 5 16 35.56% 38.309 27.83% Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ Berdasarkan tabel 5, Berdasarkan kelas perawatan tempat kejadian didapat kejadian pada Kelas 3 berjumlah 14 kejadian dan total pasien pada Kelas 3 sebanyak 32.181 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di kelas 3 dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada kelas 3 sebesar 0.044 %. Kejadian pada Kelas 2 berjumlah 15 kejadian dan total pasien pada Kelas 2 sebanyak 67.165 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di kelas 2 dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada Kelas 2 sebesar 0.022 %. Kejadian pada Kelas I, VIP & S VIP berjumlah 16 kejadian dan total pasien pada Kelas I, VIP & S VIP sebanyak 38.309 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di Kelas I, VIP & S VIP dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada Kelas 2 sebesar 0.042 %. Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 2012 berdasarkan kelas perawatan adalah sebesar 0.033 %. 8

Tabel 6. Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Ruang dan Jumlah Pasien (tahun 2010 2012) Ruang Jenis Kejadian Jumlah % Jumlah Kejadian KTD KTC Kejadian Kejadian Total Pasien % Total Pasien Sakinah 0 1 1 2.22% 8.560 6.77% Istiqomah 10 4 14 31.11% 12.325 9.75% Hasanah 2 2 2 4 8.89% 15.148 11.98% Syifa 6 2 8 17.78% 32.431 25.65% Neonatus 1 1 2 4.44% 4.254 3.37% Afiah 7 4 11 24.44% 31.840 25.19% Hasanah 1 1 0 1 2.22% 15.836 12.53% Muzdalifah 1 3 4 8.89% 6.020 4.76% Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ Berdasarkan tabel 6, Berdasarkan ruang perawatan tempat kejadian didapat kejadian pada ruang perawatan: Sakinah berjumlah 1 kejadian dan total pasien pada sebanyak 8.560 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Sakinah sebesar 0.012 %. Istiqomah berjumlah 14 kejadian dan total pasien pada sebanyak 12.325 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Istiqomah sebesar 0.114 %. Hasanah 2 berjumlah 4 kejadian dan total pasien pada sebanyak 15.148 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Hasanah 2 sebesar 0.026 %. Syifa berjumlah 8 kejadian dan total pasien pada sebanyak 32.431 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Syifa sebesar 0.025 %. Neonatus berjumlah 2 kejadian dan total pasien pada sebanyak 4.254 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Neonatus sebesar 0.047 %. Afiah berjumlah 11 kejadian dan total pasien pada sebanyak 31.840 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Afiah sebesar 0.006 %. Hasanah 1 berjumlah 1 kejadian dan total pasien pada sebanyak 15.836 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Hasanah 1 sebesar 0.006 %. Muzdalifah berjumlah 4 kejadian dan total pasien pada sebanyak 6.020 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di ruang perawatan dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang perawatan Muzdalifah sebesar 0.066 %. 2012 berdasarkan ruang perawatan adalah sebesar 0.036 %. 9

Tabel 7. Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jumlah Karyawan Jenis Jenis Kejadian Jumlah Kejadian % Jumlah Kejadian Total Karyawan % Total Karyawan Kelamin KTD KTC (n = 45) (n = 45) (n = 211) (n = 211) Laki-Laki 9 2 11 24.44% 28 13.27% Perempuan 19 15 34 75.56% 183 86.73% Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ Berdasarkan tabel 7, Berdasarkan jenis kelamin didapat kejadian pada laki-laki berjumlah 11 kejadian dengan total karyawan laki-laki sebanyak 28 orang dan kejadian pada perempuan berjumlah 34 kejadian dengan total karyawan perempuan sebanyak 183 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada laki-laki dengan total karyawan laki-laki didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada laki-laki sebesar 39.27 % sedangkan pada perempuan sebesar 18.58 %. Tabel 8 Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Kelompok Umur (Kelompok Umur n = 45 Kejadian, Kelompok Umur Seluruh Karyawan) Kelompok Umur Jenis Kejadian Jumlah Kejadian % Jumlah Kejadian Total Kelompok Umur % Total Kelompok Umur KTD KTC (n = 45) (n = 45) (n = 211) (n = 211) 17 25 tahun 6 7 13 28.89% 42 19.91% 26 35 tahun 13 8 21 46.67% 112 53.08% 36 45 tahun 9 2 11 24.44% 57 27.01% Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ Berdasarkan tabel 8, Berdasarkan kelompok umur didapat kejadian pada : Kelompok umur 17 25 tahun berjumlah 13 kejadian dengan total karyawan pada kelompok umur 17 25 tahun sebanyak 47 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada kelompok umur 17 25 tahun dengan total karyawan kelompok umur 17 25 tahun didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok umur 17 25 tahun sebesar 30.95 % Kelompok umur 26 35 tahun berjumlah 21 kejadian dengan total karyawan pada kelompok umur 26 35 tahun sebanyak 109 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada kelompok umur 26 35 tahun dengan total karyawan kelompok umur 26 35 tahun didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok umur 26 35 tahun sebesar 18.75 % Kelompok umur 36 45 tahun berjumlah 11 kejadian dengan total karyawan pada kelompok umur 36 45 tahun sebanyak 55 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada kelompok umur 36 45 tahun dengan total karyawan kelompok umur 36 45 tahun didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok umur 36 45 tahun sebesar 19.30 % 2012 berdasarkan kelompok umur adalah sebesar 21.33 %. 10

Tabel 9 Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Pendidikan dan Jumlah Pendidikan (tahun 2010 2012) Pendidikan Jenis Kejadian KTD KTC Jumlah Kejadian (n = 45) % Jumlah Kejadian (n = 45) Total Pendidikan (n = 211) % Total Pendidikan (n = 211) D 3 23 13 36 80.00% 156 73.93% Sarjana (S1) 2 2 4 8.89% 26 12.32% SLTA 3 2 5 11.11% 29 13.74% Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ Berdasarkan tabel 9, Berdasarkan pendidikan didapat kejadian pada : Pendidikan D 3 berjumlah 36 kejadian dengan total karyawan pada kelompok Pendidikan D 3 sebanyak 156 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada kelompok Pendidikan D 3 dengan total karyawan kelompok Pendidikan D 3 didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok Pendidikan D 3 sebesar 23.08 % Pendidikan Sarjana (S1) berjumlah 4 kejadian dengan total karyawan pada kelompok Pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 26 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada kelompok Pendidikan Sarjana (S1) dengan total karyawan kelompok Pendidikan Sarjana (S1) didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok Pendidikan Sarjana (S1) sebesar 15.39 % Pendidikan SLTA berjumlah 5 kejadian dengan total karyawan pada kelompok Pendidikan SLTA sebanyak 29 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada kelompok Pendidikan SLTA dengan total karyawan kelompok Pendidikan SLTA didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok Pendidikan SLTA sebesar 17.24 % 2012 berdasarkan pendidikan adalah sebesar 21.33 %. 4. PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan literatur serta penelitian sebelumnya. Pada bab ini juga penulis menyajikan tentang keterbatasan penelitian ini. 4.1. Pembahasan Hasil Penelitian Univariat Pembahasan ini berfokus pada kejadian keselamatan pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian keselamatan pasien di ruang perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta. Pembahasan dilakukan pada variabel-variabel independen dan dependen. 4.1.1. Kejadian Keselamatan Pasien Kejadian keselamatan pasien dapat terjadi dimana saja di area rumah sakit. Data yang dimiliki Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) dari September 2006-2011 berdasarkan unit penyebab : keperawatan merupakan unit terbesar terjadinya kejadian yaitu sebanyak 207 laporan, farmasi sebanyak 80 laporan, laboratorium sebanyak 41 laporan, dokter sebanyak 33 laporan, sarana prasarana sebanyak 25 laporan. 11

Menurut laporan dari Institute of Medicine (IOM) (1999) ; To err is human, building a safer health system; di Amerika Serikat diproyeksikan terjadi 44.000 sampai dengan 98.000 kematian setiap tahun akibat dari medical error yang sebenarnya dapat dicegah. Pada penelitian ini yang dikhususkan di ruang perawatan didapat ada ruang perawatan yang tidak terjadi kejadian dan yang tertinggi terjadi kejadian adalah sebanyak 61 kejadian. Persentase terbesar kejadian pada jenis kejadian Kejadian Nyaris Cidera. Kejadian Keselamatan Pasien sekecil apapun kejadiannya haruslah segera ditangani, jika tidak hal ini akan berdampak terhadap kepuasan pasien dan akan mempengaruhi image rumah sakit. Dampak yang terjadi akibat rumah sakit tidak menerapkan keselamatan pasien yaitu akan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang ada dan berakibat pada penurunan mutu pelayanan rumah sakit. Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan (Cahyono, 2008). Pencegahan kejadian dapat dilakukan dengan pembuatan programprogram yang berhubungan dengan keselamatan pasien. 2012 berdasarkan Tahun adalah sebesar 0.033 %. 2012 berdasarkan kelas perawatan adalah sebesar 0.033 %. 2012 berdasarkan ruang perawatan adalah sebesar 0.036 %. 2012 berdasarkan kelompok umur adalah sebesar 22.06 %. 2012 berdasarkan pendidikan adalah sebesar 21.33 %. 4.1.2. Jenis kelamin Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 183 orang. Menurut teori dari Robbins (2003), Purwanto (2012) menyatakan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin perempuan dan pria dalam meningkatkan pengetahuan namun dalam hal analisis kemampuan pria lebih baik dibandingkan perempuan. Dari 45 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) didapat persentase kejadian pada laki-laki (39.27 %) lebih besar dibandingkan kejadian pada perempuan (18.58 %). 4.1.3. Umur (thn) Rata-rata umur responden pada penelitian ini adalah 32.45 tahun, dimana umur termuda adalah 21 tahun dan umur tertua adalah 54 tahun. Dewit (2009), Purwanto (2012) yang mengelompokan rentang usia yang mengadopsi dalam perkembangan psikososial dari Erikson menjadi 3 yaitu: dewasa muda 19-25 tahun, dewasa tengah 25-50 tahun (produktif, aktif meningkatkan kinerja, bekerja sama dengan orang lain, berorientasi pada masa depan), dewasa tua > 50 tahun. Penelitian Nilasari (2010), Purwanto (2012) mengelompokan usia menjadi tiga yaitu: kelompok umur muda 0-14 tahun, kelompok usia kerja 15-64 tahun (usia produktif), dan kelompok umur tua 65 tahun ke atas. Sejalan dengan pengelompokaan umur pada peneltian ini rata-rata umur responden berada pada kelompok produktif. Dari 45 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) didapat persentase kejadian pada kelompok umur 17 25 tahun sebesar 32.50 %, pada kelompok umur 26 35 tahun sebesar 19.27 % dan pada kelompok umur 36 45 tahun sebesar 20.00 %. 4.1.4. Pendidikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang berpendidikan Diploma 3 sebanyak 156 orang, Sarjana (S1) sebanyak 26 orang dan responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 29 orang. Menurut teori dari Adi (2004), Dwi AR (2012) menyatakan bahwa mereka yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki daya tangkap yang leih baik dalam menangkap pesan dibandingkan dengan mereka yang rendah pendidikannya. Dari 45 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) didapat persentase kejadian pada kelompok Pendidikan D 3, sebesar 23.08 % kelompok Pendidikan Sarjana (S1) sebesar 15.39 % dan kelompok Pendidikan SLTA sebesar 17.24 % 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian Bivariat Pembahasan ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien dengan masing-masing variabel independen. 12

4.2.1 Hubungan Jenis kelamin dengan Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien. Hasil analisis hubungan antara status jenis kelamin dengan kejadian keselamatan pasien dari 45 kejadian, dari 11 laki-laki didapat kejadian sebanyak 9 kejadian (81.8 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan dari 34 perempuan sebanyak 19 kejadian (55.9 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,165 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan pada Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dengan Kejadian Tidak Cidera (KTC) pada responden berdasarkan jenis kelamin. Purwanto (2012) Hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulia (2010) yang membuktikan tidak adanya hubungan signifikan antara umur, jenis kelamin, dan masa kerja dengan penerapan keselamatan pasien. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Robbins (2001) yang mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam meningkatkan pengetahuan walaupun kemampuan analisa laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan. Kemampuan penyelesaian masalah, dorongan, kompetitif, motivasi dan kemampuan belajar pada lakilaki maupun perempuan adalah sama. Hasil penelitian terdahulu Yulia S (2010) menemukan tidak adanya hubungan signifikan antara jenis kelamin dan pemahaman perawat terhadap pelatihan mengenai penerapan keselamatan pasien. Hasil beberapa penelitian terdahulu dalam Yulia S (2010) diantaranya Nuryati (1996) walaupun terdapat hubungan jenis kelamin dengan motivasi perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan akan tetapi tidak ada perbedaan yang besar antara motivasi perawat laki-laki dan perempuan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Ellis dan Hartley (2000) menyatakan bahwa kemampuan belajar dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, latar belakang social dan budaya, tingkat pendidikan, pengalaman hidup dan gaya belajar. Dalam penelitian Dewi SC (2011), analisis hubungan antara jenis kelamin dengan penerapan keselamatan pasien didapat hasil uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna (p=0.713). Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Yulia S (2010), Dewi SC (2011) dan Purwanto (2012). Penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Robbins (2001) tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Nuryati (1996) dan Ellis dan Hartley (2000). 4.2.2 Hubungan Umur dengan Kejadian Keselamatan Pasien. Hasil analisis hubungan antara kelompok umur dengan kejadian keselamatan pasien dari 45 kejadian, dari 13 orang kelompok umur 17 25 Tahun didapat kejadian sebanyak 6 kejadian (46.2 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), dari 21 orang kelompok umur 26 55 Tahun didapat kejadian sebanyak 13 kejadian (61.9 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan dari 9 orang kelompok umur 35 45 Tahun didapat kejadian sebanyak 9 kejadian (81.8.2 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,084 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan pada Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dengan Kejadian Tidak Cidera (KTC) pada responden berdasarkan kelompok umur. Pada penelitian sebelumnya Purwanto (2012) mengungkapkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian Yulia (2010) yang membuktikan tidak adanya hubungan signifikan antara umur, jenis kelamin, dan masa kerja dengan penerapan keselamatan pasien. Dalam penelitian Djaali (2007), Yulia S (2010) menyatakan bahwa umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Peningkatan umur akan semakin mengembangkan daya tangkap dan pola pikir seseorang pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Hasil penelitian menemukan tidak adanya hubungan signifikan antara umur dan pemahaman perawat pelaksana pada kelompok eksperimen dengan p value 0.460 dan tidak adanya hubungan signifikan antara umur dan pemahaman perawat pelaksana pada kelompok control dengan p value 0.373. Penelitian Juslida (2002), Yulia S (2010) membuktikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna peningkatan rata-rata pengetahuan pada kelompok umur < 48 tahun dan >= 4 tahun setelah kelompok intervensi mengikuti pelatihan dengan p value 0.282. Penelitian Saraswati (2008), Yulia S (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pengetahuan perawat. Chan (2009), Yulia (2010) menyatakan bahwa umur perawat berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan perawat. Dalam penelitian Dewi SC (2011), analisis hubungan antara umur dengan penerapan keselamatan pasien didapat hasil uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna (p=0.572). 13

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak signifikan dan hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. 4.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien. Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan kejadian keselamatan pasien dari 45 kejadian, dari 36 orang dengan pendidikan D 3 didapat kejadian sebanyak 23 kejadian (63.9 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), dari 4 orang dengan pendidikan Sarjana (S1) didapat kejadian sebanyak 2 kejadian (50.0 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan dari 5 orang dengan pendidikan SLTA didapat kejadian sebanyak 3 kejadian (60.0 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,765 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan pada Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dengan Kejadian Tidak Cidera (KTC) pada responden berdasarkan pendidikan. Purwanto (2012) Hasil penelitian ini menemukan hubungan antara karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, dan pelatihan) dengan perencanaan kepala ruang dan pelaksanaan keselamatan pasien pada kelompok intervensi dan kontrol didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna. Dalam penelitian Dewi SC (2011), analisis hubungan antara pendidikan dengan penerapan keselamatan pasien didapat hasil uji statitik tidak ada hubungan yang bermakna (p=0.156). Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Dewi SC (2011) tetapi berbeda dengan hasil penelitian Purwanto (2012). Suatu permasalahan pastilah tidak diharapkan oleh suatu organisasi manapun, namun permasalahan pasti. Suatu organisasi haruslah membuat suatu kebijakan untuk mencegah agar permasalah itu tidak terjadi, Berdasarkan pembahasan diatas, pihak manajemen harus memperhatikan faktor-faktor penyebab terjadinya kejadian keselamatan pasien. Dari faktor-faktor terseabut dapat dibuat manajemen risiko untuk mengurangi kemungkinan risiko yang akan terjadi. Program Keselamatan Pasien merupakan suatu keharusan yang harus dijalankan oleh setiap rumah sakit yang ada di Indonesia, karena hal ini telah diamanahkan dalam Undang-Undang No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit dan Permenkes RI No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012 adalah faktor jenis kelamin, umur dan pendidikan. Kelompok umur 17 25 tahun lebih banyak melakukan KTD & KTC dari pada kelompok umur 26 35 Tahun dan kelompok umur 36 45 tahun. b. Untuk menurunkan Angka Kejadian Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit Haji Jakarta upaya yang harus dilakukan adalah : - Meningkatkan pendidikan petugas di ruang perawatan dari pendidikan D 3 ke jenjang pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan. - Menjalankan program enam langkah keselamatan pasien yang sudah dibuat secara konsisten. c. Dari data yang ada terdapat 65.9 % petugas diruang perawatan belum mengikuti pelatihan dan 34.1 % sudah mengikuti pelatihan. Pelatihan Patient Safety harus diikuti oleh seluruh petugas di ruang perawatan. d. Dari angket dimensi pelatihan Patient Safety yang disebar kepada 60 orang responden didapat gambaran bahwa semua responden mengetahui bahwa manajemen mendukung dan mengadakan program pelatihan patient safety. e. Dari angket dimensi pelatihan Patient Safety yang disebar kepada 60 orang responden didapat gambaran 95 % responden mengatakan bahwa pelatihan Patient Safety bermanfaat, 80 % responden mengatakan Materi Pelatihan Patient Safety sudah sesuai, 90 % responden mengatakan sudah memahami pelatihan Patient Safety dan 93.3 % responden mengatakan melaporkan setiap ada kejadian yang berhubungan dengan Patient Safety. f. Harus dilakukan sosialisasi dan evaluasi terhadap dimensi pelatihan patient safety, karena dari angket yang disebar kepada 60 orang responden masih terdapat 5 % responden mengatakan bahwa pelatihan Patient Safety tidak bermanfaat, 20 % responden mengatakan Materi Pelatihan Patient Safety belum sesuai, 10 % responden mengatakan sudah belum memahami pelatihan Patient Safety dan 6.7 % responden belum melaporkan setiap ada kejadian yang berhubungan dengan Patient Safety. 14

5.2. Saran a. Untuk petugas di ruang perawatan yang baru direkrut harus segera diberi pelatihan patient safety, karena dari hasil analisa perawat pada Kelompok umur 17 25 tahun lebih banyak melakukan KTD & KTC dari pada kelompok umur 26 35 Tahun dan kelompok umur 36 45 tahun. b. Membuat program pendidikan berjenjang dari Pendidikan D 3 menjadi Sarjana (S1) Keperawatan bagi petugas ruang perawatan. c. Menjalankan Program Enam Sasaran Keselamatan Pasien yang terdiri dari : Ketepatan identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi yang efektif, Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat-lokasi, tepatprosedur, tepat-pasien operasi, Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan Pengurangan risiko pasien jatuh, program tersebut harus dibuatkan target-target pelaksanaannya dan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program tersebut serta senantiasa melakukan peningkatan secara berkesinambungan terhadap program-program keselamatan pasien serta harus dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program-program tersebut d. Dalam melakukan rotasi perawat dari ruang perawatan ke ruang non perawatan agar mempertimbangkan faktor pelatihan patient safety. Dari hasil analisa data ada 31 orang petugas ruang perawatan yang sudah mengikuti pelatihan patient safety di rotasi ke ruang non perawatan. Program pelatihan patient safety harus ditargetkan untuk semua petugas di ruang perawatan. e. Membuat program-program sosialisasi patient safety dengan cara perlombaan yang bersifat fun game. f. Melakukan kerja sama dengan rumah sakit yang sudah lulus akreditasi standar baru versi 2012 atau yang sudah lulus akreditasi standar internasional yaitu Joint Commission International (JCI), untuk mempelajari implementasi program keselamatan pasien. Daftar Pustaka Adi R, 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta. Granit. Aditama Tjandra Yoga, 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, Penerbit Universitas Indonesi, UI Press, 2007. Ariyani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patient safety di instalasi perawatan intensif RSUD DR Moewardi Surakarta. (Tesis: tidak dipublikasikan). Universitas Diponegoro Semarang. Diunduh 29 Januari 2012 dari http://eprints.undip.ac.id/16529/1/ariyani. pdf. Arwani, SKM, BN, M.Nurs & Heru Supriyatno, BN, M.Nurs. 2006. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006. Azwar, Azrul (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga,Binarupa Aksara Besral, 2011, Modul Pengolahan dan Analisa Data-1 menggunakan SPSS, Departemen Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta. Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. Cahyono, Suharjo B, 2008, Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik Kedokteran, Yogyakarta : Kanisius Carpenito Lynda Juall, (2001) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001. Dewi SC, 2011, Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dan Karakteristik Perawat dengan Penerapan Keselamatan Pasien dan Perawat di IRNA I RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, 2011. Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit, 2011 15