Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

16. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMA/MA/SMK/MAK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABUS SMA/MA Kompetensi Inti Alokasi Sumber Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Waktu Belajar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABUS SMA/MA. Sumber Belajar. Alokasi Waktu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA N 5 Banda Aceh Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : X / 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnaya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN

SILABUS MATA PELAJARAN: MATEMATIKA (PEMINATAN)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

12. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR EKONOMI SMA/MA

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs

PENDAHLUAN. Penalaran Tinggi Keterampilan Rendah. Keterampilan dan Kreativitas Tinggi. Penalaran Rendah Keterampilan Tinggi

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNADAKSA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA

Tabel 3.1 Rincian kegiatan penelitian kegiatan Maret April Mei Juni Juli

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KI dan KD Matematika SMP/MTs

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

Membaca dan mengamati mengenai konsep, nilai determinan dan sifat operasi matriks. Silabus SMKN 21 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnaya

RPP AKUNTANSI KEUANGAN MATERI : PROSES DAN METODE REKONSILIASI BANK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNANETRA

SILABUS AKUNTANSI KEUANGAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABUS MATA PELAJARANPENGOLAHAN CITRA DIGITAL (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 4 Pertemuan (8 jp x 45 menit)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

1. Penyelesaian persamaan linier tiga variabel dengan metode eliminasi

RPP VEKTOR KELAS X SMA MUH. AMRAN SHIDIK 11/13/2016

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABUS MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KALOR DAN PERPINDAHANNYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 UNTUK SMA/MA KELAS X

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMK Muda Patria Kalasan : Pend. Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. : Bola Volley (Passing Atas dan Smash)

RPP 2 (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

Berdasarkan definisi di atas, maka pertidaksamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/MADRASAH ALIYAH (MA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. manusia-manusia mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Transkripsi:

Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA

A. Pengantar Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah, perlu dipahami lagi mengenai metode ilmiah. Pada umumnya sesorang selalu ingin memperoleh pengetahuan. Pengetahuan dapat merupakan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak ilmiah. Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis. Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Dengan metode ilmiah seperti ini diharapkan kita akan mempunya sifat 1) Kecintaan pada kebenaran yang objektif 2) Tidak gampang percaya pada hal-hal yang tidak rasional (takhayul) 3) Ingin tahu 4) Tidak mudah membuat prasangka 5) Selalu optimis Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah ini memerlukan langkah-langkah pokok 1) mengamati; 2) menanya; 3) mengumpulkan informasi; 4) mengasosiasi; dan 5) mengkomunikasikan. Mengingat karakter keilmuan dari setiap materi pelajaran tidak sama maka khusus untuk matematika langkah dalam pendekatan ilmiah sedikit berbeda dari langkah di atas. Sehingga khusus untuk matematika langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Mengamati (mengamati fakta matematika) 2) Menanya (berfikir divergen) 3) Mengumpulkan informasi (mencoba, mengaitkan teorema) 4) Mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan) 5) Mengkomunikasikan (menyimpulkan, mengaitkan dengan konsep lain) Langkah-langkah di atas boleh dikatakan sebagai pengejaran terhadap pengetahuan ilmiah yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis dalam matematika. Karena yang dikehendaki adalah jawaban mengenai fakta-fakta (matematika) maka pendekatan dengan langkah-langkah tersebut dikatakan sangat erat dengan metode ilmiah. Ada juga refensi yang menyatakan bahwa metode ilmiah adalah wujud dari pendekatan ilmiah.

B. Pendekatan ilmiah dalam matematika Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa karakter keilmuan dari setiap materi pelajaran tidak sama maka khusus untuk matematika langkah dalam pendekatan ilmiah sedikit berbeda yaitu: 1) Mengamati (mengamati fakta matematika) 2) Menanya (berfikir divergen) 3) Mengumpulkan informasi (mencoba, mengaitkan teorema) 4) Mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan) 5) Mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep lain) Secara sederhana langkah-langkat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut 1) Mengamati Yang dimaksud mengamati disini adalah mengamati fakta matematika yang dibagi menjadi dua pengertian. a. Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan. Pengamatan seperti ini cocok untuk pemahaman konsep yang akan diturunkan dari suatu proses induktif. Untuk siswa SD atau sekolah menengah pada kelas rendah dapat digunakan induktif murni, yaitu dengan pengamatan langsung diperoleh kesimpulan. Namun untuk sekolah menengah pada kelas tinggi perlu disambut atau dibuktikan dengan pemahaman melalui proses deduktif. Fenomena alam akan menghasilkan suatu fakta yang dituangkan dalam bahasa matematika. Secara mudah dapat dipahami seperti halnya matematika kontekstual. Misalkan kita mengamati air mancur, jejak lintasan air mancur terkait dengan konsep fungsi kuadrat. b. Pengamatan objek matematika Pengamatan objek matematika sangat cocok untuk siswa yang mulai menerima kebenaran logis, sehingga mereka tidak mempermasalahkan suatu rangkaian kebenaran sebelumnya yang didapatkan dari penalaran yang benar, walaupun objeknya tidak nyata (tidak kongkret). Pengamatan seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai pengumpulan dan pemahaman kebenaran matematika. Fakta yang didapatkan dapat berupa definisi, aksioma, postulat, mungkin juga teorema, sifat, grafik dan lain sebagainya. Misalnya, siswa diminta menggambar fungsi kuadrat ( ) dengan nilai dan tertentu. Selanjutnya nilai diubah dalam berbagai nilai sedangkan b dan c tetap. Maka (nantinya) akan terlihat bahwa mempengaruhi runcingnya titik puncak parabola yang terbentuk. Contoh lain misalnya dalam geometri datar, siswa memahami kebenaran postulat setiap dua titik pasti hanya dapat dibuat tepat satu garis yang melaluinya (gambar kiri). Artinya jika ada garis yang lain, garis itu pastilah garis yang tadi juga. Jadi jika digambarkan (diamati), tidak mungkin terjadi gambar seperti di bawah (kanan).

2) Menanya Kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalah matematika jika konteksnya diubah sedikit saja. Ini terjadi karena siswa cenderung menghafal algoritma atau prosedur tertentu. Tidak terbangun suatu pemikiran yang divergen. Pemikiran yang divergen ini dapat dibangkitkan dari suatu pertanyaan. Untuk menggalinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi sementara yang mereka hasilkan selanjutnya dibangkitkan alternatifalternatif yang mungkin dari solusi itu agar timbul peretanyaan baru. Dalam hal ini guru tidak boleh memberi tahu, guru hanya memberikan pertanyaan pancingan, sampai siswa sendiri yang menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain. Misalkan dalam grafik fungsi kuadrat ( ), bagaimana untuk negatif, untuk bernilai positif besar, untuk bernilai positif kecil dan sebagainya. Contoh lain, bagaimana menentukan nilai sinus untuk dimana, sedangkan definisi (fakta) awal Pertanyaan seperti di atas memerlukan adanya solusi (jawaban). Dalam matematika permasalahan seperti ini dapat dijawab dengan mengaitkan teorema lain atau pendefinisian baru terutama dengan mengumpulkan berbagai informasi (berbagai konsep) dalam matematika. Sebagai catatan, pada siswa sekolah dasar kebenaran empirik masih dominan dibanding kebenaran logis. Oleh karena itu informasi matematika yang dikumpulkan tentu sangat berbeda dengan siswan pada sekolah menengah. 3) Mengumpulkan informasi Sejatinya mengumpulkan informasi dalam matematika tidak terbatas pada hasil pengumpulan fakta nyata (konkret) dari pengamatan maupun hasil percobaan, namun dapat pula dipahami sebagai pengumpulan kebenaran matematis. Penuangannya bisa saja berupa teorema, sifat atau konsep yang berhubungan dengan konsep yang dibahas. Informasi yang diperoleh ini selanjutnya diobservasi jika perlu dicoba untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan yang akan digunakan sebagai dasar asosiasi. 4) Mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan) Disini asosiasi (associating) dapat dimaknakan sebagai penalaran dan dapat juga bermakna sebagai akibat (reasoning). Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran

deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena khusus untuk halhal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik. Misalkan menemukan volum kerucut dengan takaran. Dari hasil ini disimpulkan volum kerucut adalah sepertiga volum tabung. Sebaliknya, penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataanpernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran yang paling dikenal dalam matematika terkait penarikan kesimpiulan adalah modus ponen, modus tolen dan silogisme. Sedangkan pada contoh sebelumnya yaitu menentukan nilai sinus sudut di kuadran II maka dengan kejadian seperti ini perlu adanya pengertian atau definisi baru sebagai perluasan (memikirkan perlunya hal baru). Demikian pula untuk sudut siku-siku ( ) dan sudut lurus ( ). Perlu diingat juga bahwa penalaran diartikan juga sebagai penyerupaan atau analogi atau dalam bahasa sosial asosiasi Terkait dengan contoh diatas dapat digambarkan sebagai berikut Bila pendefinisian sinus suatu sudut hanya didasarkan pada pengertian awal, maka kita tidak akan dapat menentukan nilai sinus sudut tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan baru yang diperoleh dari pengumplan informasi-informasi matematika. Khusus terkait dengan konsep sinus sudut ini, (pada akhirnya) definisi sinus suatu sudut tidak sebatas pada perbandingan panjang sisi segitiga siku-siku seperti pada definisi awal, tetapi terkait dengan posisi kordinat. Dari sini sesungguhnya kita telah melakukan asosiasi yaitu konsep diperluas akibat adanya pengumpulan informasi. 5) Mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep lain) Pengertian mengkomunikasikan disini dapat diartikan secara sempit yaitu menunjukkan atau membuktikan ddan dituangkan dalam bahasa tulis dan bahasa lisan (presentasi). Sebagai cotoh nilai sinus sebagai perluasan ternyata merupakan perbandingan ordinat dengan panjang jari-jari. Untuk sudut di kuadran I, nilai ordinat (komponen-y) positif dan panjang jari-jari positif. Demikian pula untuk sudut di kuadran II, nilai ordinat (komponen-y) positif dan panjang jari-jari positif.

Dari pengertian awal, sedangkan dengan perluasan Jadi disini terlihat bahwa Selanjutnya ditunjukkan untuk besar sudut yang lain. Pada akhirnya dengan langakah ini kita dapat menunjukkan bahwa jika besar sudut berada di kuadran II ( ) maka dipenuhi ( ). Namun contoh seperti ini bukan merupakan pembuktian dalam matematika, hanya sekedar contoh tahapan/langkah dalam pendekatan ilmiah. Adapun tahapan yang lebih spesifik dalam matematika yaitu membuktikan berlakunya ( ) untuk ( ) masih memerlukan pengerjaan lanjutan. Secatra luas, menyimpulkan dapat diartikan sebagai pengaitan dengan materi lain. Persisnya adalah mengaitkan konsep dalam matematika itu sendiri (matematika vertikal) dan mengaitkan konsep yang diperoleh dengan dunia nyata (matematika horizontal). Sebagai contoh: (i). Dengan diperolehnya hubungan ( ) maka siswa memahami kaitan antara sudut dan sudut yaitu mempunyai nilai sinus yang sama. Misalnya dalam pengerjaan dimunculkan hasil berikut: Selanjutnya diharapkan siswa dapat menyimpulkan bahwa sudut yang demikian adalah sudut yang berelasi. Tepatnya, berelasi melalui hubungan nilai sinus yang sama. Simpulan ini kemudian dikaitkan dengan pengertian matematka lain misalnya dan sebagainya. Contohnya hubungan ( ) ; ( )

(ii). Disamping itu hasil yang diperoleh oleh siswa digunakan untuk aplikasi dalam dunia nyata maupun dikaitkan dengan pengetahuan lain (fisika, geografi dll). Sebagai contoh siswa ingin mengetahui tinggi suatu pohon. Dengan menerapkan prinsip perbandingan pada tangen maka dapat ditentukan tinggi pohon secara tidak langsung. Contoh lain, siswa mengaitkan fungsi trigonometri dengan gerak ayunan dalam fisika Ada juga literasi yang memaknai tahapan menyimpulkan sebagai tindakan membentuk jejaring (networking) secara fisik yaitu bekerjasama atau berkolaborasi antar siswa. C. Penutup Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah seperti dijelaskan di atas tentu saja harus dijiwai oleh perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Disamping itu pemahaman, penerapan dan analisis dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif terkait bidang kajian matematika dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Referensi: [1] Shelly Frei, (2008), Teaching Mathematics Today, Huntington Beach, CA 92649-1030: Shell Education [2] Sudarwan, Prof., (2013), Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakarta [3] http://www.the-scientist.com/?articles.view/articleno/24488/title/the-scientific-approach/: diakses 16 Februari 2013 [4] http://ariasusman.wordpress.com/2009/07/06/pendekatan-ilmiah/ : diakses 16 Februari 2013