Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PRODUKSI SELAI DARI TANAMAN NIPAH (NYPA FRUTICANS) (STUDI KASUS DI PULAU BAWEAN, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

III. METODE PENELITIAN

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PRODUKSI SELAI DARI TANAMAN NIPAH (NYPA FRUTICANS) (STUDI KASUS DI PULAU BAWEAN, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

IV METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ASPEK FINANSIAL Skenario I

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

ANALISIS BIAYA DAN NILAI EKONOMIS PRODUKSI KRIPIK SINGKONG PETANI SINGKONG GAJAH KECAMATAN RANTAU PULUNG KUTAI TIMUR

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA Gula Aren

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. ii iii iv v vi vii

Untuk Daerah Tertinggal

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM :

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Pe elitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. METODE PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

1.Pemberdayaan usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM),termasuk UMKM bidang pangan merupakan upaya strategis sekaligus merupakan barometer perekonomian

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU EDIE SHOES. : Bayu Aji Prasetyo NPM : Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Transkripsi:

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya., Jl. Veteran, Malang Indonesia. Email: ariefebrianto15@yahoo.com 1, penulis2@.ac.id 2 Abstrak Kelemahan produk gula kelapa yang terdapat di pasaran antara lain adalah memiliki daya simpan yang tidak lama, serta kurang praktis dalam hal penyajian. Perubahan bentuk gula kelapa dari cetak menjadi butiran (gula semut) diharapkan dapat memenuhi keinginan pasar. Teknologi pengolahan gula semut yang dipilih adalah sistem reprosesing, dimana bahan baku yang dipergunakan adalah dari gula kelapa cetak. Kabupaten Blitar merupakan sentra produksi gula kelapa cetak terbesar di Jawa Timur, terdapat 8.980 unit usaha gula kelapa cetak. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kelayakan ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, serta aspek finansial Hasil penelitian menujukkan bahwa dari analisis pasar permintaan gula semut cukup besar baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan bahwa kapasitas bahan baku direncanakan sebesar 360.000 kg/tahun dan menghasilkan produk sebesar 195.946,56 kg/tahun. Hasil perhitungan finansial, diperoleh HPP sebesar Rp.1.515,79 dan harga jual sebesar Rp.1.926,46/kemasan dengan berat 200 gr. Nilai Net B/C sebesar 1,14 dan nilai IRR sebesar 58,53%, BEP sebesar 393.299,99 kemasan atau tingkat penjualan mencapai Rp.757.676.706,79. Waktu pengembalian modal adalah 7 tahun, 5 bulan, 13 hari. Perhitungan kriteria kelayakan tersebut menunjukkan bahwa pendirian unit pengolahan gula semut dengan sistem pengolahan reprosesing di Kabupaten Blitar layak untuk direalisasikan. Kata kunci: gula semut Kab. Blitar, studi kelayakan, unit pengolahan 1. PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Urusan Logistik tahun 2001, konsumsi gula nasional mencapai 3,3 juta ton per tahun. Hal tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan kita dalam memproduksi gula yang kurang dari setengahnya atau sekitar 1,6 juta ton per tahun saja. Pada kesempatan seperti ini, gula palma dapat memasuki peluang pasar sebagai pengisi kekurangan konsumsi gula. Kelemahan produk gula kelapa yang terdapat di pasaran antara lain adalah memiliki daya simpan yang tidak lama (sekitar tiga bulan), belum dikemas dengan baik, serta kurang praktis dalam hal penyajian. Perkembangan masyarakat modern menginginkan penyajian produk yang praktis, higienis, dan bermutu tinggi. Kemudahan pengemasan serta daya simpan yang lama akan menunjang dalam proses pemasaran ke luar negeri. Oleh karena itu perubahan bentuk gula kelapa dari cetak menjadi butiran (gula semut) diharapkan dapat memenuhi keinginan pasar. Bentuk gula semut yang serbuk menyebabkan mudah larut sehingga praktis dalam penyajian, mudah dikemas dan dibawa, serta daya simpan yang lama karena memiliki kadar air yang rendah. Pada umumnya gula semut dibuat dengan menggunakan bahan baku nira kelapa. Permasalahan yang timbul dari penggunaan bahan baku tersebut adalah sifat nira kelapa yang mudah rusak akibat terkontaminasi mikroorganisme. Pengumpulan nira dalam skala yang besar untuk industri sulit untuk dilakukan karena 1

sebagian besar para petani kelapa tidak menjual nira tetapi memproduksinya menjadi gula kelapa, karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Masalah pengangkutan nira kelapa dalam skala besar juga sulit dilakukan karena letak perkebunan kelapa rakyat yang terpencar dan sulit dilalui kendaraan. Dengan menerapkan sistem reprosesing gula kelapa cetak menjadi gula semut diharapkan tidak akan mematikan industri gula kelapa yang telah ada di pedesaan. Kabupaten Blitar merupakan sentra produksi gula kelapa cetak terbesar di Propinsi Jawa Timur. Di Kabupaten Blitar terdapat sebanyak 8.980 unit usaha gula kelapa cetak (BPS Kabupaten Blitar, 2001). Hasil penelitian Ummi Hanik (2002) tentang analisis kelayakan agroindustri gula semut dengan pengolahan sistem reprosesing dengan kajian asal daerah gula kelapa cetak dan persentasi penambahan sukrosa menunjukkan bahwa bahan baku gula kelapa cetak yang berasal dari Kabupaten Blitar menghasilkan produk gula semut yang memenuhi persyaratan SII No. 2043 tahun 1987. Pengkajian kelayakan pendirian unit pengolahan gula semut di Kabupaten Blitar meliputi beberapa aspek yaitu : aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek finansial. 1.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kelayakan ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek finansial pada pendirian unit pengolahan gula semut dengan pengolahan sistem reprosesing pada skala industri menengah di Kabupaten Blitar. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai : 1. Sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi pendirian dan pengembangan industri gula semut. 2. Bahan infomasi bagi penelitian selanjutnya. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Tempat Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Blitar yang meliputi lokasi sentra gula kelapa cetak serta instansiinstansi yang terkait dengan penelitian. 2.2. Batasan Permasalahan Permasalahan pada penelitian studi kelayakan ini hanya ditekankan pada aspek pasar dan pemasaran (proyeksi permintaan di masa datang), aspek teknis (aspek bahan baku, kebutuhan mesin dan peralatan, pemilihan lokasi pendirian unit pengolahan, dan perencanaan kapasitas pabrik), aspek manajemen (penentuan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja, penentuan struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan), dan aspek finansial (biaya investasi, biaya operasional, prakiraan pendapatan, dan kelayakan finansial). 2.3. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini aspek-aspek yang digunakan dalam studi kelayakan meliputi : 2.3.1. Aspek pasar dan pemasaran Metode yang digunakan untuk menentukan peramalan permintaan di masa yang akan datang adalah: - Metode trend linier - Metode konsumsi per kapita - Permintaan produk gula semut sebesar 10% dari permintaan gula kelapa cetak. - Permintaan ekspor selama umur ekonomis mengikuti pola trend. 2.3.2. Aspek teknis Data yang perlu dianalisis adalah data keadaan umum lokasi kecamatan sentra gula kelapa cetak di kabupaten Blitar. Metode yang digunakan untuk menentukan alternatif lokasi pendirian unit 2

pengolahan gula semut adalah metode perbandingan eksponensial. - Bahan baku, bahan pembantu, dan bahan pengemas tersedia secara kontinyu sepanjang tahun - Bahan baku gula kelapa cetak memiliki kualitas yang stabil. - Tata letak mesin dan peralatan kecuali untuk mesin pengering dibuat dengan ukuran mesin dan peralatan 1x1meter. - Kapasitas produksi total sebesar 4% dari jumlah produksi gula kelapa cetak di Kecamatan sentra gula kelapa cetak. - Kapasitas mesin selama umur ekonomis tidak mengalami penurunan produksi. - Pabrik bekerja 25 hari/bulan. 2.2.3. Aspek Manajemen Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. - Satu orang tenaga kerja menangani satu proses mulai dari penimbangan sampai pengayakan. 2.2.4. Aspek finansial Metode yang digunakan untuk kriteria kelayakan investasi adalah NPV, IRR, Net B/C, PP, dan BEP. Usia guna proyek selama 10 tahun. Modal diperoleh dari pinjaman bank sebesar 40% dari total modal dengan masa pengembalian 5 tahun dan 60% modal sendiri. Harga dan biaya perhitungan kelayakan finansial adalah yang berlaku pada saat perhitungan Harga bahan baku, bahan pembantu, bahan pengemas, utilitas, dan gaji tenaga kerja langsung maupun tidak langsung mengalami kenaikan secara proporsional setiap tahun berdasarkan tingkat inflasi yang berlaku, Permintaan produk stabil, produk terjual habis setiap akhir tahun dan selama umur proyek Suku bunga pinjaman 17% untuk modal kerja (BNI minggu keempat bulan Oktober 2003) Metode depresiasi yang digunakan adalah metode garis lurus (the stright line - method) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran Hasil proyeksi konsumsi gula semut selama umur teknis proyek (tahun 2009-2013) dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 tampak bahwa rata-rata konsumsi gula semut cukup besar. Hal ini merupakan peluang bahwa pasar akan mampu menyerap produk gula semut yang akan diproduksi. Tabel 1. Proyeksi Permintaan Gula Semut di Propinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 Tahun Jumlah Permintaan Gula Semut (kg) 2009 17.771.602 2010 17.851.574 2011 17.931.906 2012 18.012.600 2013 18.093.657 3.2. Analisis Aspek Teknis 3.2.1. Aspek Bahan Baku Kabupaten Blitar merupakan daerah penghasil gula kelapa cetak yang terbesar di propinsi Jawa Timur. Industri kecil gula kelapa cetak di Kabupaten Blitar tersebar pada hampir setiap kecamatan dengan jumlah mencapai 8.980 unit usaha pada tahun 2001. Perkembangan jumlah unit usaha gula kelapa cetak tahun 1998-2001 di Kabupaten Blitar seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini : 3

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Industri Kecil Gula Kelapa Cetak tahun 1998-2001 di Kabupaten Blitar 3.2.2. Teknologi Reprosesing Gula Kelapa A. Penyediaan Bahan Baku Gula kelapa cetak terlebih dahulu diiris halus untuk memudahkan pelarutan. Setelah itu dilarutkan dalam air dengan perbandingan 2:1 (2 bagian gula kelapa cetak : 1 bagian air), hingga larut. Larutan yang diperoleh, selanjutnya disaring B. Pemasakan Proses pemasakan larutan gula merupakan tahapan proses yang sangat menentukan mutu gula yang dihasilkan. Larutan hasil penyaringan tersebut dimasukkan dalam mesin pengaduk untuk dimasak dan diaduk. Suhu pemasakan diatur pada 100 o C-110 o C. Pemasakan dilakukan hingga mencapai kekentalan 76 o brix C. Kristalisasi Hasil pemasakan dituang ke dalam mesin penggaru dan ditambah sukrosa/gula pasir sebanyak 2,5% b/v. Pekatan gula dalam mesin penggaru dibiarkan atau didinginkan selama 10 menit tanpa diaduk hingga mencapai suhu 45 o C-55 o C. Setelah itu dilakukan pengadukan dengan secara perlahan-lahan dan setelah terjadi pengkristalan maka pengadukan dipercepat sehingga diperoleh gula berbentuk serbuk (Sardjono, 1991). D. Pengemasan Gula semut yang diperoleh dari hasil kristalisasi, selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan yang mempunyai ukuran 20 mesh selanjutnya dikeringkan dengan suhu 50 o C selama 60 menit. Produk yang telah kering dikemas dalam kemasan plastik dengan menggunakan sealer. 3.2.3. Pemilihan Lokasi Unit Pengolahan Wilayah Kecamatan Nglegok di Kabupaten Blitar merupakan lokasi yang tepat untuk pendirian unit pengolahan gula semut. 3.2.4. Perencanaan Kapasitas Pabrik Pada perencanaan jadwal produksi harian,rencanakan dalam satu hari dilakukan sebanyak dua kali proses produksi. Direncanakan dalam satu hari dapat mengolah gula kelapa cetak sebesar 1.200 kg. Untuk waktu satu tahun (300 hari kerja) dibutuhkan 360.000 kg gula kelapa cetak. Rendemen gula semut sebesar 54,4296%. Maka dari besar rendemen tersebut dapat diperkirakan besar gula semut yang dapat diproduksi, yaitu sebesar 195.946,56 kg/tahun atau 653,1552 kg/hari 3.3. Analisis Aspek Manajemen Pada Tabel 3 menunjukan kebutuhan tenaga kerja unit pengolahan gula semut berikut dengan kriteria-kriteria untuk menempati posisi tersebut. Tabel 3. Kriteria Tenaga Kerja pada Unit Pengolahan Gula Semut No Jabatan Jumlah 1. Direktur 1 2. Bagian Umum 2 3. Bagian Keuangan 2 4. Bagian Produksi 4 5. Bagian Pemasaran 3 6. Pekerja produksi 25 7. Sopir 2 Jumlah 39 3.4. Analisis Aspek Finansial A. Biaya investasi Untuk mendirikan unit pengolahan gula semut ini diperlukan biaya investasi sebesar Rp. 1.452.016.884,00. Biaya investasi tersebut terdiri dari biaya modal tetap sebesar Rp. 1.108.763.700,00 dan 4

biaya modal kerja selama 3 bulan sebesar Rp. 343.328.108,00. B. Biaya operasional Biaya tetap untuk unit pengolahan gula semut ini adalah sebesar Rp. 269.837.857,00 sedangkan perhitungan jumlah biaya tidak tetap adalah sebesar Rp.1.215.233.484,00. Rincian mengenai besarnya biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 12, sedangkan untuk biaya tidak tetap pada Lampiran 13. C. Prakiraan pendapatan Dari hasil perhitungan harga pokok produksi dan harga jual peroleh HPP sebesar Rp.1.515,79. Harga jual produk gula semut sebesar Rp.1.926,46 per kemasan dengan berat 200 gr. Harga jual tersebut masih dibawah produk-produk gula semut di pasasaran yang mematok harga antara Rp.2.500,00 Rp.4.750,00. Modal yang diperoleh untuk pembangunan unit pengolahan gula semut ini direncanakan 60% berasal dari modal sendiri yaitu sebesar Rp.871.210.130,40 dan 40% dari pinjaman bank yaitu sebesar Rp.580.806.753,60. D. Kelayakan finansial Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) memberikan nilai sebesar Rp.972.214.007,42. Nilai NPV yang lebih besar dari nol ini juga memberikan arti bahwa unit pengolahan ini layak untuk direalisasikan. Kelayakan ini juga diperkuat lagi dengan nilai Net B/C sebesar 1,14. Nilai Net B/C yang lebih besar dari 1 juga menunjukkan bahwa unit pengolahan ini masih berada di atas batas minimal kelayakan untuk direalisasikan. BEP untuk unit adalah sebesar 393.299,99 kemasan yaitu diperoleh pada tingkat penjualan yang mencapai Rp.757.676.706,79. Waktu pengembalian modal (payback period) adalah 7 tahun, 5 bulan, 13 hari. 4. KESIMPULAN Analisis pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa permintaan gula semut cukup besar baik Sehingga pendirian unit pengolahan gula semut ini masih memiliki peluang untuk mampu memenuhi kebutuhan pasar. Hal-hal yang mendukung secara teknis adalah dari segi kualitas dan kuantitas bahan baku gula kelapa cetak, tersedianya mesin dan peralatan untuk pengolahan sistem reprosesing, serta lokasi pendirian yang memenuhi persyaratan. Direncanakan unit pengolahan gula semut ini dapat mengolah gula kelapa cetak sebesar 360.000 kg/tahun dan menghasilkan produk gula semut sebesar 195.946,56 kg/tahun. Analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa proses produksi gula semut mampu untuk dikelola oleh tenaga kerja yang ada. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebesar 39 orang Pendirian unit pengolahan gula semut di Kabupaten Blitar ini membutuhkan investasi sebesar Rp.1.452.016.884,00. Pada perhitungan harga pokok produksi dan harga jual, diperoleh HPP sebesar Rp.1.515,79 dan harga jual produk gula semut sebesar Rp.1.926,46 per kemasan dengan berat 200 gr. Hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp.972.214.007,42, nilai Net B/C sebesar 1,14 dan nilai IRR sebesar 58,53%. Hasil perhitungan BEP, perusahaan mencapai titik impas pada volume penjualan sebesar 393.299,99 kemasan atau tingkat penjualan mencapai Rp.757.676.706,79. Waktu pengembalian modal adalah 7 tahun, 5 bulan, 13 hari. Dari perhitungan kriteria kelayakan tersebut menunjukkan bahwa pendirian unit pengolahan gula semut dengan sistem pengolahan reprosesing di Kabupaten Blitar layak untuk direalisasikan. DAFTAR PUSTAKA Anonymous.2000. Kabupaten Blitar Dalam Angka. BPS Kabupaten Blitar 5

.2001. Kabupaten Blitar Dalam Angka. BPS Kabupaten Blitar.2002. Data Industri Kecil. Disperindagtamben Kabupaten Blitar Issoesetiyo dan T, Sudarto. 2001. Gula Kelapa : Produk Industri Hilir Sepanjang Masa. Penerbit Arkola. Surabaya. Sardjono. 1991. Gula Merah dari Nira Siwalan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. IPB. Bogor. Ummi, H. 2002. Analisis Kelayakan Agroindustri Gula Semut dengan Pengolahan Sistem Reprosesing : Kajian Asal Daerah Gula Kelapa Cetak dan Persentasi Penambahan Sukrosa. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.. 6