Kolokium Delvi Riana G

dokumen-dokumen yang mirip
Kolokium Liliani Isna Devi G

Kolokium Liliani Isna Devi G

The Origin of Madura Cattle

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos

KAJIAN PENANDA GENETIK GEN CYTOCHROME B DAN DAERAH D-LOOP PADA Tarsius sp. OLEH : RINI WIDAYANTI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Dewinta G

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

menggunakan program MEGA versi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA.

ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK HANDAYANI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN Growth Hormone PADA DOMBA EKOR TIPIS SUMATERA

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

A.Gunawan dan C. Sumantri Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRACT

KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR

ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK HANDAYANI

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

GENETIKA POPULASI Manta alfredi (Krefft, 1868) ANTARA RAJA AMPAT, PULAU KOMODO DAN NUSA PENIDA BERDASARKAN DNA MITOKONDRIA

Abstrak Thesis Mochamad Syaiful Rijal Hasan G

2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

Kajian Molekuler Daerah D-Loop Parsial DNA Mitokondria Kuda (Equus caballus) Asli Tengger

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

4. POLIMORFISME GEN Pituitary Positive Transcription Factor -1 (Pit-1) PADA AYAM LOKAL DI INDONESIA ABSTRAK

ANALISA KEKERABATAN 14 SPESIES PRIMATA DENGAN PROGRAM MEGA 4. Abdul Rahman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun)

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

Keragaan dan Hubungan Phylogenik antar Domba Lokal di Indonesia melalui Pendekatan Analisis Morfologi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai negara megadiversity (Auhara, 2013). Diperkirakan sebanyak jenis

BAB 4. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas

KARAKTERISTIK BANGSA DOMBA EKOR TIPIS (DET) DAN KODISINYA SAAT INI DI INDONESIA

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DNA MITOKONDRIA SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA ULFI FAIZAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

DIFERENSIASI GENETIK POPULASI UDANG JERBUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan

PEMBAHASAN UMUM Evolusi Molekuler dan Spesiasi

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Keragaman Molekuler pada Tanaman Lili Hujan (Zephyranthes spp.) Molecular Variance in Rain Lily (Zephyranthes spp.)

G091 ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia.

(Diterima dewan redaksi 11 April 1999) ABSTRACT ABSTRAK

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH MALANG DAN BANGKALAN SEBAGAI STUDI AWAL PENINGKATAN MUTU GENETIK

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

T E S I S IDENTIFIKASI MYXOBOLUS SP PADA FAMILI CYPRINIDAE DENGAN METODE MOLEKULER DI PROVINSI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH

Seminar Ajeng Siti Fatimah G

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

Depik, eas, dan relo; yang manakah Rasbora tawarensis?

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

Kolokium Delvi Riana G34080010 Delvi Riana, Achmad Farajallah, dan Muladno. 2011. Diversitas Genetik Domba yang Tahan terhadap Infeksi Cacing Parasit berdasarkan mtdna Ruas Dloop dan Gen SRY. Kolokium disampaikan tanggal 10 Nopember 2011. Departemen Biologi FMIPA IPB. PENDAHULUAN Latar Belakang Domba lokal Indonesia dikelompokkan dan dinamai berdasarkan morfologi dan daerah asalnya. Ada domba Madura, domba Indramayu, domba Sumbawa, domba Rote, domba kisar, dan domba Donggala (Sumantri et al. 2007); domba Jawa Ekor Tipis, domba Jawa Ekor Gemuk, dan domba Sumatra Ekor Tipis (Romjali et al. 1996; Robert et al. 1997); dan domba Garut (Priangan) (Mason et al. 1980). Tetapi domba lokal yang paling dikenal oleh masyarakat adalah domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis dan domba Garut (Mason 1980; Utoyo et al. 1996; Mulliadi 1996). Domba merupakan hewan hasil domestikasi yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Daging dan susu domba dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan protein. Namun seiring dengan pengembangbiakannya domba mudah terinfeksi oleh cacing parasit. Cacing yang parasit pada hewan ternak dapat menyebabkan kerugian seperti penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia. Berdasarkan penelitian sebelumnya ada sampel domba yang tahan terhadap infeksi cacing parasit setelah diberi perlakuan dosis tertentu obat cacing dan beberapa sampel domba terinfeksi cacing tidak terpengaruh pemberian obat cacing. Dalam penelitian yang direncanakan ini, pengusul akan mengaplikasikan metode DNA Barcode berdasarkan gen DNA Mitokondria ruas Dloop untuk asal usul domba secara maternal dan XRY gen untuk asal usul domba secara paternal. DNA Barcode telah menarik perhatian dunia sebagai sistem yang mengidentifikasi spesies secara cepat dan akurat dengan menggunakan urutan pendek DNA (Meier et al. 2006). page 1 / 18

DNA mitokondria (mtdna) telah secara luas digunakan sebagai penanda evolusioner untuk studi Phylogeographic dan pola Phylogenetic (Tapio& Grigaliunaite 2002). Analisis sikuen MtDNA digunakan untuk studi taksonomi dengan ukuran sampel yang kecil karena bermutasi 5-10 kali lebih cepat dibandingkan DNA inti ( Wu et al. 2003). Kelebihan MtDNA antara lain bersifat haploid, tidak ada rekombinan, memiliki jumlah copi yang banyak, dan diturunkan secara maternal (maternal inherited) (Pidancier et al. 2006). MtDNA juga telah digunakan untuk menjelaskan kompleksitas dan asal usul berbagai ternak modern yang telah didomestikasi berdasarkan Maternal Lineages (Meadows et al. 2007). Ruas kontrol non coding Dloop pada mtdna merupakan ruas yang memiliki laju mutasi tinggi dibandingkan ruas gen mtdna yang lain. Ruas Dloop mengandung sekitar 300 bp. Perbedaan laju mutasi menyebabkan ruas Dloop lebih cocok sebagai penanda molekuler untuk intra spesies. Ruas yang banyak mengalami substitusi nukleotida kurang baik digunakan sebagai penanda molekuler antar spesies, sebab dapat meningkatkan nilai standar error (Firdhausi 2010). Penentuan jenis kelamin pada mamalia terkait dengan keberadaan kromosom Y yang mempunyai ruas gen dominan untuk pembentukan testis. Gen ini bertindak sebagai faktor penentu untuk pembeda jenis kelamin pada mamalia (Muttaqin 2010). Y kromosom berguna untuk studi filogeni yang diturunkan secara paternal ( paternal inherited) dan dengan pengecualian wilayah pseudoautosomal, tidak mengalami rekombinasi homolog pada meiosis (Pidancier et al 2006). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi filogeni dan diversitas genetik domba yang tahan terhadap infeksi cacing parasit berdasarkan mtdna ruas kontrol non coding D-Loop dan gen SRY. page 2 / 18

Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2012 di bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, IPB. BAHAN DAN METODE Sampel Darah Domba Darah dari 36 domba terdiri atas domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa merupakan koleksi dari Prof. Muladno IPB. Sampel darah (whole blood) diambil sebanyak 1-1,5 ml disimpan dalam alkohol 70 % dengan volume minimum 2x volume sampel. Ekstraksi dan Isolasi DNA Sampel yang digunakan sebagai sumber DNA adalah dari sel darah (whole blood). Ekstraksi dan isolasi DNA akan menggunakan DNA Extraction Kit for animal blood (Geneaid). Amplifikasi dan Visualisasi Fragmen DNA page 3 / 18

Amplifikasi ruas non coding D-loop mtdna dan gen SRY akan dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Primer yang akan digunakan adalah primer spesifik yang mengenali ruas D-loop dan gen SRY sebagai DNA barcode pada mamalia ( http://ibol.org/resources/barcode-library/). Kondisi PCR akan dioptimasikan untuk memperoleh ruas DNA target atau amplikon yang spesifik. Pengoptimasian akan dilakukan terhadap suhu penempelan dan berbagai konsentrasi pereaksi PCR. Pengujian amplikon akan dilakukan dengan metode polyacrilamiide gel electrophoresis (PAGE) 6% yang dilanjutkan dengan pewarnaan sensitive perak (Byun et al. 2009). Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA Sequensing. Amplikon yang berupa pita tunggal di atas gel poliakrilmaid dan berukuran sesuai desain primer akan dimurnikan untuk dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing. Proses PCR untuk sequencing menggunakan primer yang sama dengan amplifikasi sebelumnya dengan metode big dye terminator cycle sequencing. Runutan nukleotida yang diperoleh akan diedit kemudian saling disejajarkan dengan runutan nukleotida referensi dari Genebank menggunakan program Clustal W 1.8 yang terdapat dalam program MEGA versi 4.00 (Tamura et al. 2007). Runutan nukleotida referensi diperoleh berdasarkan data spesies domba yang terdapat pada Genebank dengan cara hasil sekuensing dijadikan input dalam BLAST ( http://www.ncbi.nlm.nih.gov/). Analisis keragaman nukelotida dan filogenetik dilakukan dengan menggunakan MEGA versi 4.00 berdasarkan model subtitusi Kimura-2-parameter. Analisis kekerabatan antar sampel menggunakan metode neighbor joining (NJ) dengan bootstrap 1000x. RENCANA PENELITIAN page 4 / 18

DAFTAR PUSTAKA Firdhausi NF. 2010. Asal usul sapi madura berdasarkan penanda DNA mitokondria [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mason IL. 1980. Prolific tropical sheep. FAO animal production and healt paper 17. FAO and UNEP 1980.Rome. Meadows JRS, Cemal I, Karaca O, Gootwine E, Kijas JW. 2007. Five ovine mitochondrial lineages identified from sheep breeds of the near east. Genetic. 175:1371-1379. Meier R, Shiyang K, Vaidya G, Peter. 2006. DNA barcoding and taxonomy in diptera: a tale of high intraspecific variability and low identification success. Systematic Biology 55(5): 715-728. Mulliadi ND. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Muttaqin WN. 2010. Philogeny and genetic diversity of indonesian local sheep based on mitochondrial DNA control region and SRY gene [tesis]. Bogor. Program Pacsasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pidancier N, Jordan S, Luikart G, Taberlet P. 2006. Evolutionary history of the genus page 5 / 18

Capra (mammalia, artiodactyla): discordance between mitochondrial DNA and Y-chromosome phylogenies. Molecular Phylogenetic and Evolution. 40:739-749. Robert JA, Widjayanti S, Estuningsih E, Hetzel DJ. 1997. Evidence for major gen determining the resistance of indonesian thin tail sheep against Fasciola gigantica. Vet. Parasitol.68:309-314. Romjali E, Pandey VS, Barubara A, Gatenby RM, Verhulst A. 1996. Comparison of resistance of four genotype of rams to experimental infection with Haemoncul contortus. Vet. Parasitology. 65:127-137. Sumatri C, Einstiana A, Salamena JF and Inounu I. 2007. Performance and phylogenic relationship among local sheep in Indonesia by morphological analisis. JITV. 3(2):78-86. Tamura K, Dudley J, Nei M Kumar S. 2007. MEGA4: Molecular evolutionary genetics analysis (MEGA) software version 4.0. Molecular Biology and Evolution 24: 1596-1599. Tapio M & Grigaliunaite I. 2002. Is there a role for mitocondria inheritance in sheep breeding?. Veterinarija Ir Zootechnika.T. 18(40):108-111. Utoyo Dp, Djarsanto, SN Nasution. 1996. Animal Genetic Resources and Domestic Animal Diversity in Indonesia. Ministry of Agriculture. Wu CH, Zhang YP, Bunch TD, Wang S, Wang W. 2003. Mitochondrial control region sequence variation within the argali wild sheep (Ovis ammon): evolution and conservation relevance. Mammalia. 67:109-118. Delvi Riana, Achmad Farajallah, dan Muladno. 2011. Diversitas Genetik Domba page 6 / 18

yang Tahan terhadap Infeksi Cacing Parasit berdasarkan mtdna Ruas Dloop dan Gen SRY. Kolokium disampaikan tanggal 10 Nopember 2011. Departemen Biologi FMIPA IPB. PENDAHULUAN Latar Belakang Domba lokal Indonesia dikelompokkan dan dinamai berdasarkan morfologi dan daerah asalnya. Ada domba Madura, domba Indramayu, domba Sumbawa, domba Rote, domba kisar, dan domba Donggala (Sumantri et al. 2007); domba Jawa Ekor Tipis, domba Jawa Ekor Gemuk, dan domba Sumatra Ekor Tipis (Romjali et al. 1996; Robert et al. 1997); dan domba Garut (Priangan) (Mason et al. 1980). Tetapi domba lokal yang paling dikenal oleh masyarakat adalah domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis dan domba Garut (Mason 1980; Utoyo et al. 1996; Mulliadi 1996). Domba merupakan hewan hasil domestikasi yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Daging dan susu domba dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan protein. Namun seiring dengan pengembangbiakannya domba mudah terinfeksi oleh cacing parasit. Cacing yang parasit pada hewan ternak dapat menyebabkan kerugian seperti penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia. Berdasarkan penelitian sebelumnya ada sampel domba yang tahan terhadap infeksi cacing parasit setelah diberi perlakuan dosis tertentu obat cacing dan beberapa sampel domba terinfeksi cacing tidak terpengaruh pemberian obat cacing. Dalam penelitian yang direncanakan ini, pengusul akan mengaplikasikan metode DNA Barcode berdasarkan gen DNA Mitokondria ruas Dloop untuk asal usul domba secara maternal dan XRY gen untuk asal usul domba secara paternal. DNA Barcode telah menarik perhatian dunia sebagai sistem yang mengidentifikasi spesies secara cepat dan akurat dengan menggunakan urutan pendek DNA (Meier et al. 2006). DNA mitokondria (mtdna) telah secara luas digunakan sebagai penanda evolusioner untuk studi Phylogeographic dan pola Phylogenetic (Tapio& Grigaliunaite 2002). Analisis sikuen MtDNA digunakan untuk studi taksonomi dengan ukuran sampel yang kecil karena bermutasi 5-10 kali lebih cepat dibandingkan DNA inti ( Wu et al. 2003). Kelebihan MtDNA antara lain bersifat page 7 / 18

haploid, tidak ada rekombinan, memiliki jumlah copi yang banyak, dan diturunkan secara maternal (maternal inherited) (Pidancier et al. 2006). MtDNA juga telah digunakan untuk menjelaskan kompleksitas dan asal usul berbagai ternak modern yang telah didomestikasi berdasarkan Maternal Lineages (Meadows et al. 2007). Ruas kontrol non coding Dloop pada mtdna merupakan ruas yang memiliki laju mutasi tinggi dibandingkan ruas gen mtdna yang lain. Ruas Dloop mengandung sekitar 300 bp. Perbedaan laju mutasi menyebabkan ruas Dloop lebih cocok sebagai penanda molekuler untuk intra spesies. Ruas yang banyak mengalami substitusi nukleotida kurang baik digunakan sebagai penanda molekuler antar spesies, sebab dapat meningkatkan nilai standar error (Firdhausi 2010). Penentuan jenis kelamin pada mamalia terkait dengan keberadaan kromosom Y yang mempunyai ruas gen dominan untuk pembentukan testis. Gen ini bertindak sebagai faktor penentu untuk pembeda jenis kelamin pada mamalia (Muttaqin 2010). Y kromosom berguna untuk studi filogeni yang diturunkan secara paternal ( paternal inherited) dan dengan pengecualian wilayah pseudoautosomal, tidak mengalami rekombinasi homolog pada meiosis (Pidancier et al 2006). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi filogeni dan diversitas genetik domba yang tahan terhadap infeksi cacing parasit berdasarkan mtdna ruas kontrol non coding D-Loop dan gen SRY. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2012 di bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, IPB. BAHAN DAN METODE page 8 / 18

Sampel Darah Domba Darah dari 36 domba terdiri atas domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa merupakan koleksi dari Prof. Muladno IPB. Sampel darah (whole blood) diambil sebanyak 1-1,5 ml disimpan dalam alkohol 70 % dengan volume minimum 2x volume sampel. Ekstraksi dan Isolasi DNA Sampel yang digunakan sebagai sumber DNA adalah dari sel darah (whole blood). Ekstraksi dan isolasi DNA akan menggunakan DNA Extraction Kit for animal blood (Geneaid). Amplifikasi dan Visualisasi Fragmen DNA Amplifikasi ruas non coding D-loop mtdna dan gen SRY akan dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Primer yang akan digunakan adalah primer spesifik yang mengenali ruas D-loop dan gen SRY sebagai DNA barcode pada mamalia ( http://ibol.org/resources/barcode-library/). Kondisi PCR akan dioptimasikan untuk memperoleh ruas DNA target atau amplikon yang spesifik. Pengoptimasian akan dilakukan terhadap suhu penempelan dan berbagai konsentrasi pereaksi PCR. Pengujian amplikon akan dilakukan dengan metode polyacrilamiide gel electrophoresis (PAGE) 6% yang dilanjutkan dengan pewarnaan sensitive perak (Byun et al. 2009). Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA Sequensing. page 9 / 18

Amplikon yang berupa pita tunggal di atas gel poliakrilmaid dan berukuran sesuai desain primer akan dimurnikan untuk dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing. Proses PCR untuk sequencing menggunakan primer yang sama dengan amplifikasi sebelumnya dengan metode big dye terminator cycle sequencing. Runutan nukleotida yang diperoleh akan diedit kemudian saling disejajarkan dengan runutan nukleotida referensi dari Genebank menggunakan program Clustal W 1.8 yang terdapat dalam program MEGA versi 4.00 (Tamura et al. 2007). Runutan nukleotida referensi diperoleh berdasarkan data spesies domba yang terdapat pada Genebank dengan cara hasil sekuensing dijadikan input dalam BLAST ( http://www.ncbi.nlm.nih.gov/). Analisis keragaman nukelotida dan filogenetik dilakukan dengan menggunakan MEGA versi 4.00 berdasarkan model subtitusi Kimura-2-parameter. Analisis kekerabatan antar sampel menggunakan metode neighbor joining (NJ) dengan bootstrap 1000x. RENCANA PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA Firdhausi NF. 2010. Asal usul sapi madura berdasarkan penanda DNA mitokondria [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mason IL. 1980. Prolific tropical sheep. FAO animal production and healt paper 17. FAO and UNEP 1980.Rome. Meadows JRS, Cemal I, Karaca O, Gootwine E, Kijas JW. 2007. Five ovine mitochondrial lineages identified from sheep breeds of the near east. Genetic. page 10 / 18

175:1371-1379. Meier R, Shiyang K, Vaidya G, Peter. 2006. DNA barcoding and taxonomy in diptera: a tale of high intraspecific variability and low identification success. Systematic Biology 55(5): 715-728. Mulliadi ND. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Muttaqin WN. 2010. Philogeny and genetic diversity of indonesian local sheep based on mitochondrial DNA control region and SRY gene [tesis]. Bogor. Program Pacsasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pidancier N, Jordan S, Luikart G, Taberlet P. 2006. Evolutionary history of the genus Capra (mammalia, artiodactyla): discordance between mitochondrial DNA and Y-chromosome phylogenies. Molecular Phylogenetic and Evolution. 40:739-749. Robert JA, Widjayanti S, Estuningsih E, Hetzel DJ. 1997. Evidence for major gen determining the resistance of indonesian thin tail sheep against Fasciola gigantica. Vet. Parasitol.68:309-314. Romjali E, Pandey VS, Barubara A, Gatenby RM, Verhulst A. 1996. Comparison of resistance of four genotype of rams to experimental infection with Haemoncul contortus. Vet. Parasitology. 65:127-137. Sumatri C, Einstiana A, Salamena JF and Inounu I. 2007. Performance and phylogenic relationship among local sheep in Indonesia by morphological analisis. JITV. 3(2):78-86. Tamura K, Dudley J, Nei M Kumar S. 2007. MEGA4: Molecular evolutionary genetics page 11 / 18

analysis (MEGA) software version 4.0. Molecular Biology and Evolution 24: 1596-1599. Tapio M & Grigaliunaite I. 2002. Is there a role for mitocondria inheritance in sheep breeding?. Veterinarija Ir Zootechnika.T. 18(40):108-111. Utoyo Dp, Djarsanto, SN Nasution. 1996. Animal Genetic Resources and Domestic Animal Diversity in Indonesia. Ministry of Agriculture. Wu CH, Zhang YP, Bunch TD, Wang S, Wang W. 2003. Mitochondrial control region sequence variation within the argali wild sheep (Ovis ammon): evolution and conservation relevance. Mammalia. 67:109-118. Delvi Riana, Achmad Farajallah, dan Muladno. 2011. Diversitas Genetik Domba yang Tahan terhadap Infeksi Cacing Parasit berdasarkan mtdna Ruas Dloop dan Gen SRY. Kolokium disampaikan tanggal 10 Nopember 2011. Departemen Biologi FMIPA IPB. PENDAHULUAN Latar Belakang Domba lokal Indonesia dikelompokkan dan dinamai berdasarkan morfologi dan daerah asalnya. Ada domba Madura, domba Indramayu, domba Sumbawa, domba Rote, domba kisar, dan domba Donggala (Sumantri et al. 2007); domba Jawa Ekor Tipis, domba Jawa Ekor Gemuk, dan domba Sumatra Ekor Tipis (Romjali et al. 1996; Robert et al. 1997); dan domba Garut (Priangan) (Mason et al. 1980). Tetapi domba lokal yang paling dikenal oleh masyarakat adalah domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis dan domba Garut (Mason 1980; Utoyo et al. 1996; Mulliadi 1996). Domba merupakan hewan hasil domestikasi yang memiliki peran penting bagi page 12 / 18

kehidupan manusia. Daging dan susu domba dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan protein. Namun seiring dengan pengembangbiakannya domba mudah terinfeksi oleh cacing parasit. Cacing yang parasit pada hewan ternak dapat menyebabkan kerugian seperti penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia. Berdasarkan penelitian sebelumnya ada sampel domba yang tahan terhadap infeksi cacing parasit setelah diberi perlakuan dosis tertentu obat cacing dan beberapa sampel domba terinfeksi cacing tidak terpengaruh pemberian obat cacing. Dalam penelitian yang direncanakan ini, pengusul akan mengaplikasikan metode DNA Barcode berdasarkan gen DNA Mitokondria ruas Dloop untuk asal usul domba secara maternal dan XRY gen untuk asal usul domba secara paternal. DNA Barcode telah menarik perhatian dunia sebagai sistem yang mengidentifikasi spesies secara cepat dan akurat dengan menggunakan urutan pendek DNA (Meier et al. 2006). DNA mitokondria (mtdna) telah secara luas digunakan sebagai penanda evolusioner untuk studi Phylogeographic dan pola Phylogenetic (Tapio& Grigaliunaite 2002). Analisis sikuen MtDNA digunakan untuk studi taksonomi dengan ukuran sampel yang kecil karena bermutasi 5-10 kali lebih cepat dibandingkan DNA inti ( Wu et al. 2003). Kelebihan MtDNA antara lain bersifat haploid, tidak ada rekombinan, memiliki jumlah copi yang banyak, dan diturunkan secara maternal (maternal inherited) (Pidancier et al. 2006). MtDNA juga telah digunakan untuk menjelaskan kompleksitas dan asal usul berbagai ternak modern yang telah didomestikasi berdasarkan Maternal Lineages (Meadows et al. 2007). Ruas kontrol non coding Dloop pada mtdna merupakan ruas yang memiliki laju mutasi tinggi dibandingkan ruas gen mtdna yang lain. Ruas Dloop mengandung sekitar 300 bp. Perbedaan laju mutasi menyebabkan ruas Dloop lebih cocok sebagai penanda molekuler untuk intra spesies. Ruas yang banyak mengalami substitusi nukleotida kurang baik digunakan sebagai penanda molekuler antar spesies, sebab dapat meningkatkan nilai standar error (Firdhausi 2010). Penentuan jenis kelamin pada mamalia terkait dengan keberadaan kromosom Y yang mempunyai ruas gen dominan untuk pembentukan testis. Gen ini bertindak sebagai faktor penentu untuk pembeda jenis kelamin pada mamalia (Muttaqin 2010). Y kromosom berguna untuk studi filogeni yang diturunkan secara paternal ( page 13 / 18

paternal inherited) dan dengan pengecualian wilayah pseudoautosomal, tidak mengalami rekombinasi homolog pada meiosis (Pidancier et al 2006). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi filogeni dan diversitas genetik domba yang tahan terhadap infeksi cacing parasit berdasarkan mtdna ruas kontrol non coding D-Loop dan gen SRY. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2012 di bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, IPB. BAHAN DAN METODE Sampel Darah Domba Darah dari 36 domba terdiri atas domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa merupakan koleksi dari Prof. Muladno IPB. Sampel darah (whole blood) diambil sebanyak 1-1,5 ml disimpan dalam alkohol 70 % dengan volume minimum 2x volume sampel. page 14 / 18

Ekstraksi dan Isolasi DNA Sampel yang digunakan sebagai sumber DNA adalah dari sel darah (whole blood). Ekstraksi dan isolasi DNA akan menggunakan DNA Extraction Kit for animal blood (Geneaid). Amplifikasi dan Visualisasi Fragmen DNA Amplifikasi ruas non coding D-loop mtdna dan gen SRY akan dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Primer yang akan digunakan adalah primer spesifik yang mengenali ruas D-loop dan gen SRY sebagai DNA barcode pada mamalia ( http://ibol.org/resources/barcode-library/). Kondisi PCR akan dioptimasikan untuk memperoleh ruas DNA target atau amplikon yang spesifik. Pengoptimasian akan dilakukan terhadap suhu penempelan dan berbagai konsentrasi pereaksi PCR. Pengujian amplikon akan dilakukan dengan metode polyacrilamiide gel electrophoresis (PAGE) 6% yang dilanjutkan dengan pewarnaan sensitive perak (Byun et al. 2009). Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA Sequensing. Amplikon yang berupa pita tunggal di atas gel poliakrilmaid dan berukuran sesuai desain primer akan dimurnikan untuk dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing. Proses PCR untuk sequencing menggunakan primer yang sama dengan amplifikasi sebelumnya dengan metode big dye terminator cycle sequencing. Runutan page 15 / 18

nukleotida yang diperoleh akan diedit kemudian saling disejajarkan dengan runutan nukleotida referensi dari Genebank menggunakan program Clustal W 1.8 yang terdapat dalam program MEGA versi 4.00 (Tamura et al. 2007). Runutan nukleotida referensi diperoleh berdasarkan data spesies domba yang terdapat pada Genebank dengan cara hasil sekuensing dijadikan input dalam BLAST ( http://www.ncbi.nlm.nih.gov/). Analisis keragaman nukelotida dan filogenetik dilakukan dengan menggunakan MEGA versi 4.00 berdasarkan model subtitusi Kimura-2-parameter. Analisis kekerabatan antar sampel menggunakan metode neighbor joining (NJ) dengan bootstrap 1000x. RENCANA PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA Firdhausi NF. 2010. Asal usul sapi madura berdasarkan penanda DNA mitokondria [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mason IL. 1980. Prolific tropical sheep. FAO animal production and healt paper 17. FAO and UNEP 1980.Rome. Meadows JRS, Cemal I, Karaca O, Gootwine E, Kijas JW. 2007. Five ovine mitochondrial lineages identified from sheep breeds of the near east. Genetic. 175:1371-1379. page 16 / 18

Meier R, Shiyang K, Vaidya G, Peter. 2006. DNA barcoding and taxonomy in diptera: a tale of high intraspecific variability and low identification success. Systematic Biology 55(5): 715-728. Mulliadi ND. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Muttaqin WN. 2010. Philogeny and genetic diversity of indonesian local sheep based on mitochondrial DNA control region and SRY gene [tesis]. Bogor. Program Pacsasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pidancier N, Jordan S, Luikart G, Taberlet P. 2006. Evolutionary history of the genus Capra (mammalia, artiodactyla): discordance between mitochondrial DNA and Y-chromosome phylogenies. Molecular Phylogenetic and Evolution. 40:739-749. Robert JA, Widjayanti S, Estuningsih E, Hetzel DJ. 1997. Evidence for major gen determining the resistance of indonesian thin tail sheep against Fasciola gigantica. Vet. Parasitol.68:309-314. Romjali E, Pandey VS, Barubara A, Gatenby RM, Verhulst A. 1996. Comparison of resistance of four genotype of rams to experimental infection with Haemoncul contortus. Vet. Parasitology. 65:127-137. Sumatri C, Einstiana A, Salamena JF and Inounu I. 2007. Performance and phylogenic relationship among local sheep in Indonesia by morphological analisis. JITV. 3(2):78-86. Tamura K, Dudley J, Nei M Kumar S. 2007. MEGA4: Molecular evolutionary genetics analysis (MEGA) software version 4.0. Molecular Biology and Evolution 24: 1596-1599. page 17 / 18

Tapio M & Grigaliunaite I. 2002. Is there a role for mitocondria inheritance in sheep breeding?. Veterinarija Ir Zootechnika.T. 18(40):108-111. Utoyo Dp, Djarsanto, SN Nasution. 1996. Animal Genetic Resources and Domestic Animal Diversity in Indonesia. Ministry of Agriculture. Wu CH, Zhang YP, Bunch TD, Wang S, Wang W. 2003. Mitochondrial control region sequence variation within the argali wild sheep (Ovis ammon): evolution and conservation relevance. Mammalia. 67:109-118. page 18 / 18