Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Pembahasan Lumbrokinase merupakan enzim fibrinolitik yang berasal dari cacing tanah L. rubellus. Enzim ini dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Penelitian mengenai lumbrokinase, telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti dari Cina dan Jepang (Jin et al., 2000; Mihara et al., 1991), menggunakan cacing tanah L. rubellus dan juga spesies cacing lain yang termasuk dalam famili Lumbricidae. Pada penelitian ini dilakukan studi pendahuluan untuk mengisolasi gen pengkode lumbrokinase yang berasal dari cacing tanah L. rubellus galur lokal dengan pendekatan melalui isolasi RNA total, mrna, dan DNA kromosom, yang selanjutnya digunakan sebagai templat dalam proses RT-PCR dan PCR untuk menghasilkan cdna dan DNA pengkode gen lumbrokinase. Kemudian, dilakukan juga penentuan urutan nukleotida yang mengkode gen lumbrokinase. Adapun tahap awal yang dilakukan adalah proses penanaman cacing tanah L. rubellus. Selama proses perkembangbiakkan cacing tanah ini, dilakukan pula perancangan primer yang menggunakan program komputer, sehingga diperoleh primer ZN1 dan ZN2. Selain itu, pada proses PCR dan RT-PCR digunakan juga primer FL1 dan FL2 (Wulan, 2006). IV.1 Penanaman Cacing Cacing tanah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu cacing tanah spesies L. rubellus galur lokal, yang diperoleh dari peternakan cacing tanah di daerah Sekeloa, Bandung. Media yang digunakan dalam perkembangbiakkan cacing, yaitu serbuk gergaji, yang sebelumnya telah mendapat perlakuan sehingga memiliki tekstur mirip dengan tanah. Adapun perlakuan yang dilakukan yaitu memasukkan serbuk gergaji ke dalam karung, diamkan selama kurang lebih 1 1,5 minggu dengan setiap hari disirami dengan air. Setelah kurang lebih 1 minggu, media sudah dapat 25

2 digunakan untuk mengembangbiakkan cacing tanah. Media pertumbuhan cacing tanah diganti setiap 2 minggu sekali, sedangkan media bekas pertumbuhan cacing tersebut (Gambar IV.1) dapat digunakan sebagai pupuk (kascing). Gambar IV.1. Perkembangbiakkan cacing tanah. Budidaya cacing tanah diketahui dapat mengurangi masalah limbah organik, minimal dapat digunakan dalam penanggulangan masalah sampah organik rumah tangga. Cacing tanah sendiri meggunakan bahan organik tersebut, sebagai sumber bahan makanan. Cacing tanah memiliki kemampuan konsumsi yang tinggi, yaitu dapat mengkonsumsi bahan makanan sebesar berat tubuhnya. Dalam penelitian ini, cacing tanah diberi makan setiap 2 3 hari sekali, berupa potongan sayuran sisa memasak, makanan sisa, kotoran burung, dan juga ampas tahu. Potongan sayuran dan makanan sisa biasanya direbus dahulu kemudian ditiriskan, selanjutnya dicampur dengan kotoran burung atau dengan kotoran sapi kemudian diberikan kepada cacing. Sedangkan ampas tahu, dapat pula dicampur dengan makanan tersebut atau hanya diberikan berupa ampas tahu saja, asalkan jangan terlalu basah. Pemberian makanan pada cacing tanah biasanya dilakukan pada bagian permukaan media yang terdapat cacing tanah atau dapat pula dengan memasukkan ke dalam media yang mengandung cacing dan ditutup kembali dengan media. 26

3 Cacing tanah L. rubellus yang digunakan pada penelitian ini, yaitu cacing tanah yang telah berusia 1 bulan, kurang lebih memiliki berat 1-2 gram dengan panjang tubuh 8 sampai 12 cm. IV.2 Perancangan Primer Perancangan primer dilakukan menggunakan database yang diperoleh dari website NCBI, urutan nukleotida gen pengode lumbrokinase asal cacing tanah, yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Lee et al., 2000; Sugimoto et al., 2000). Perancangan menggunakan program Clustal X, DNA Star, dan Gene Doc Program Primer Select. Adapun yang digunakan gen nomor kode akses AF304199, ABO45719, ABO45720, dan LRAJ3152 (NCBI Protein Data Bank). Program Clustal X digunakan untuk melakukan penjajaran urutan nukleotida, dalam hal ini, urutan data nukleotida berada dalam bentuk fasta, sehingga dapat dioperasikan dalam program ini. Hasil penjajaran akan memberikan daerah lestari, yaitu daerah yang sama (Gambar IV.2). Hasil penjajaran secara lengkap terlampir (Lampiran A). Primer dibuat berdasarkan daerah lestari tersebut. Hasil penjajaran menunjukkan bahwa gen nomor kode akses LRAJ3152 terdapat banyak daerah yang berbeda bila dibandingkan dengan tiga nomor kode gen yang lain. Oleh karena itu, urutan gen yang digunakan, yaitu AF304199, ABO45719, dan ABO45720 (NCBI Protein Data Bank). Adapun urutan primer yang dihasilkan, yaitu: primer maju ZN1 (GCG GAG GTA GCA TCA TCA ACG) dan primer mundur ZN2 (GMG TAR ACT CTG GAT AGC). 27

4 (1) * 180 * 200 * gi : TGAAGCCAGACCATACGAGTTCCCATGGCAGGTGTCCGTCCGAAGGAAGTCTTC : 200 gi : TGAAGCCAGACCATACGAGTTCCCATGGCAGGTGTCCGTCCGAAGGAAGTCTTC : 198 gi : TGAAGCCAGACCATACGAGTTCCCATGGCAGGTGTCCGTCCGAAGGAAGTCTTC : 195 gi : TGAAGCGAGAGCGCACGAGTTTCCATGGACGGTGTCAGTCCGAAGGAGGTCAAG : 210 TGAAGCcAGAcCatACGAGTTcCCATGGcaGGTGTCcGTCCGAAGGAaGTCttc 220 * 240 * 260 * gi : CGATTCCCATTTCTGCGGAGGTAGCATCATCAACGATCGTTGGGTTGTCTGCGC : 254 gi : CGATTCCCATTTCTGCGGAGGTAGCATCATCAACGATCGTTGGGTTGTCTGCGC : 252 gi : TGATTCCCATTTCTGCGGAGGTAGCATCATCAACGATCGTTGGGTTGTCTGCGC : 249 gi : CGATTCTCATTTCTGCGGAGGCAGCATCATCAACGATCGTTGGATAATCACCGC : 264 cgattcccatttctgcggaggtagcatcatcaacgatcgttgggttgtctgcgc 280 * 300 * 320 gi : TGCTCACTGCATGCAGGGAGAGAGCCCTGCCCTGGTTTCATTGGTCGTCGGTGA : 308 gi : TGCTCACTGCATGCAGGGAGAGGCCCCCGCTCTGGTTTCATTGGTCGTGGGTGA : 306 gi : TGCTCACTGCATGCAGGGAGAGAGCCCTGCCCTGGTCTCATTGGTCGTCGGCGA : 303 gi : TGCTCACTGCATGGTCGGAGAGAGCCCGGCTGGTGTTTCGATCGTCGTAGGCGA : 318 TGCTCACTGCATGcagGGAGAGagCCCGCctgGTtTCatTgGTCGTGGGA (2) 760 * 780 * 800 * gi : CAGCCTCATTGGTATTGTGTCTTGGGGAATCGGTTGCGCATCTGGCTATCCAGG : 791 gi : CAGCCTGATTGGTATTGTGTCTTGGGGAATTGGTTGCGCTTCTGGCTATCCAGG : 786 gi : CAGTCTGGGTGGCATTGTGTCTTGGGGAATTGGTTGCGCCTCTGGCTATCCAGG : 783 gi : CAGTCTGATTGGAATCGTCTCTTGGGGAATTGCGTGCGCTTCTGGATATCCAGG : 801 CAGCTgatTGGATtGTgTCTTGGGGAATtGgtTGCGCTCTGGcTATCCAGG 820 * 840 * 860 gi : AGTCTACGCCCGCGTCGGATCCCAAACTGGATGGATCACAGACATTATTACCAA : 845 gi : AGTCTACTCCCGCGTCGGATTCCATGCTGCATGGATCACCGACATCATCACCAA : 840 gi : AGTTTACTCCCGCGTCGGATTTCATGCTGGATGGATCACCGACACGATCACCAA : 837 gi : AGTCTACTCTCGCGTCACCTACAACATTGATTGGATCACCACCACCATCGCAAA : 855 AGTcTACtCcCGCGTCggaTccAcTGaTGGATCACcgaCAATcaCcAA * 880 * 900 * 9 gi : CAACTAG : 852 gi : CAACTAAACCGGAGTTATCCAGTCGACTATAACTGGAACGACTTTACCATCACG : 894 gi : CAACTAAACCGACGATGGCCAGTCAACTATAACGGACTCTTATTACCTGCAGTT : 891 gi : CAACTAAGCCT : 866 CAACTAa cc Gambar IV.2. Daerah perancangan primer bagian maju dan mundur. Daerah yang berwarna hitam menunjukkan daerah lestari sedangkan daerah yang berwarna abu-abu dan putih menunjukkan daerah yang berbeda. Bagian (1) Daerah perancangan primer maju, Bagian (2) Daerah perancangan primer mundur. IV.3 RNA Total L. rubellus Isolasi RNA total asal cacing tanah L. rubellus dilakukan berdasarkan metode Schmitt et al. (1990) yang telah dimodifikasi dengan menggunakan cacing yang telah dihaluskan sebanyak 50 mg kemudian dimurnikan menggunakan phenol : chloroform. Hasil elektroforesis (Gambar IV.3) menunjukkan RNA total hasil isolasi berupa 1 pita yang melebar. Hal ini disebabkan RNA total terdiri dari trna, rrna, dan mrna. Dalam penelitian ini yang menjadi target berikutnya adalah mrna, yang 28

5 pada umumnya berukuran pendek dan pada elektroforegram biasanya berupa pita yang terdapat pada bagian bawah elektroforesis pb 517 pb 394 pb 214 pb Gambar IV.3. Hasil isolasi RNA total menggunakan penanda puc19/hinf1. Jalur 1: Isolasi RNA total, Jalur 2: penanda puc19/hinf1 RNA total hasil isolasi berukuran sekitar 200 sampai 500 pb (kurva kalibrasi lihat Lampiran B). Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 260 dan 280 nm, berturut- turut 0,124 dan 0,066. Perbandingan A 260/280 menunjukkan nilai perbandingan 1,87 dengan konsentrasi 4,85 µg/µl. Hal ini menunjukkan hasil isolasi memiliki kemurnian yang baik karena tingkat kemurnian yang baik berkisar antara 1,8 2,0 (Sambrook and Russel, 2001). IV.4 Isolasi mrna L. rubellus Isolasi mrna dilakukan dengan menggunakan mrna isolation kit (data tidak ditampilkan). Perbandingan absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm, adalah 1,8 yang menunjukkan kualitas mrna yang baik. mrna hasil isolasi ini digunakan sebagai templat dalam proses RT-PCR. IV.5 DNA Kromosom L. rubellus Isolasi DNA kromosom dilakukan menurut metode isolasi DNA kromosom pada ekor tikus (Sambrook and Russell, 2001) yang telah dimodifikasi. Proses isolasi 29

6 RNA total ini menggunakan cacing yang telah dihaluskan sebanyak 50 mg kemudian dimurnikan menggunakan phenol : chloroform : isoamilalkohol. DNA kromosom pada cacing tanah L. Rubellus berada di sekitar pb (Wulan, 2006)(Gambar IV.4) pb pb 6557 pb 4361 pb DNA kromosom pb pb 564 pb RNA total 1 2 Gambar IV.4. Hasil elektroforesis isolasi DNA kromosom menggunakan penanda DNAλ/ Hind III. Bagian 1: Hasil elektroforesis isolasi DNA kromosom setelah lisis, Jalur 1, 2, 3 : isolasi DNA kromosom, Jalur 4: penanda DNAλ/ Hind III, Bagian 2: Hasil elektroforesis isolasi DNA kromosom setelah pemurnian menggunakan phenol: chloroform: isoamilalkohol, Jalur 1, 2, 3: isolasi DNA kromosom, Jalur 4: penanda DNAλ/ Hind III. Elektroforesis dilakukan setelah hasil isolasi dimurnikan terlebih dahulu. Namun untuk mengamati apakah setelah tahap lisis terdapat DNA kromosom, maka dilakukan pencuplikan sampel untuk pengujian elektroforesis terlebih dahulu, selanjutnya sisa sampel yang lain dimurnikan. Setelah elektroforesis tahap awal dilakukan menunjukkan bahwa terdapat DNA kromosom, yang siap untuk dimurnikan. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 260 dan 280 nm, berturut- turut 0,501 dan 0,227. Apabila dibandingkan antara absorbansi A 260/280 menunjukkan nilai perbandingan 2,207. Hal ini menunjukkan hasil isolasi memiliki kemurnian yang baik karena tingkat kemurnian yang baik berkisar antara 1,8 2,0 (Sambrook and Russel, 2001). IV.6 Amplifikasi Gen Lumbrokinase dengan Berbagai Templat 30

7 Seperti telah diulas sebelumnya, untuk mengetahui fragmen gen pengkode lumbrokinase asal cacing tanah L. rubellus dilakukan dengan berbagai pendekatan, diantaranya dengan melakukan proses RT-PCR menggunakan templat RNA total dan mrna, yang menunjukkan hasil elektroforesis bahwa pita berada di daerah 322 pb (Gambar IV.5) (kurva kalibrasi lihat Lampiran B). RT- PCR menggunakan enzim AMV reverse transcriptase yang bekerja pada sistem RT untuk menghasilkan cdna dan Taq polimerase bekerja pada sistem PCR. Enzim AMV reverse transcriptase bekerja pada rentang suhu 42 sampai 60 o C pb pb 6557 pb 4361 pb 2322 pb pb 564 pb Gambar IV.5. Elektroforesis amplifikasi gen pengode lumbrokinase dengan menggunakan templat RNA total dan mrna. Jalur 1: marker DNAλ/ Hind III, jalur 2: RT-PCR templat RNA total dengan primer ZN1 dan ZN2, jalur 3: RT- PCR templat RNA total dengan primer FL1 dan FL2 (Wulan, 2006), jalur 4: RT- PCR templat mrna dengan primer ZN1 dan ZN2. Pada penelitian ini dilakukan berbagai variasi kondisi RT-PCR, yang diawali dengan menggunakan suhu penempelan 37,5 o C dan suhu RT 45 o C, namun hasil elektroforesis tidak menunjukkan adanya pita. Kemudian dilakukan berbagai variasi suhu RT-PCR (Tabel. IV.1). Proses amplifikasi menggunakan templat RNA total dan mrna dengan RT-PCR meliputi proses transkripsi balik untuk memproduksi cdna, yang selanjutnya akan digunakan sebagai templat dalam proses PCR. Dalam penelitian ini digunakan metode touchdown PCR, yaitu suhu penempelan menurun secara bertahap. Pada penelitian diperoleh suhu penempelan (56 50) o C dengan menggunakan primer ZN1 dan ZN2. Sedangkan pada 31

8 penggunaan primer FL1 dan FL2 memiliki suhu penempelan 65 sampai 59 o C dengan suhu RT pada 45 o C dan 55 o C (Wulan, 2006). Tabel IV.1 Variasi Suhu RT-PCR RT PCR Hasil Suhu Waktu Suhu Penempelan Amplifikasi 37,5 o C 45 O C 30 menit 40 o C 42 o C 44 o C 47 o C 49 o C o C o C 59 o C - Hasil amplifikasi yang sangat rendah diduga karena primer tidak menempel secara spesifik, sehingga pita yang dihasilkan tidak lengkap. Amplifikasi dengan menggunakan templat mrna menunjukkan pita yang sangat tipis, berada di daerah ~300 pb, diduga karena konsentrasi mrna sangat rendah, akibat mrna sudah terdegradasi dan mrna memiliki waktu paruh yang sangat pendek. Selain menggunakan templat RNA total dan mrna, proses amplifikasi gen lumbrokinase juga dilakukan dengan menggunakan templat DNA kromosom, yang diharapkan dapat menghasilkan pita yang berukuran lebih tinggi, karena proses amplifikasi dengan menggunakan templat DNA kromosom masih memiliki ekson dan intron. Hasil PCR dengan menggunakan templat DNA kromosom yang telah dielektroforesis menunjukkan pita yang berada di daerah 305 pb (Gambar IV.6). Pita yang smear dan kurang jelas ini diduga karena produk dan templat yang tidak spesifik dan terlalu banyak. PCR menggnakan primer FL1 dan FL2 (Wulan, 2006) digunakan sebagai pembanding. Penelitian sebelumnya, menunjukkan suhu penempelan pada 59 O C pada PCR menggunakan templat DNA kromosom (Gambar IV. 6). Hasil yang serupa juga diperoleh dari amplifikasi dengan menggunakan primer ZN1 dan ZN2 32

9 (Gambar IV.7). Dalam penelitian ini, digunakan MgCl 2 2mM dan 3 mm dengan suhu penempelan 50 o C pb 517 pb 394 pb 214 pb Gambar IV.6. Elektroforesis amplifikasi gen pengode lumbrokinase dengan menggunakan templat DNA kromosom primer FL1. Jalur 1: penanda puc19/hinf1, jalur 2: PCR templat DNA kromosom dengan primer FL1 dan FL2 (Wulan, 2006), jalur 3: PCR ulang templat DNA kromosom dengan primer FL1 dan FL2 (Wulan, 2006). Pada tahap awal, digunakan berbagai variasi kondisi suhu penempelan, yang dimulai pada suhu 37,5 O C, namun hasil elektroforesis tidak menunjukkan adanya pita. Kemudian dilakukan variasi suhu PCR (Tabel IV.2). Tabel IV.2 Variasi Suhu PCR Suhu Penempelan Hasil Amplifikasi 37,5 o C 40 o C 42 o C - 44 o C 46 o C 48 o C 50 o C + 52 o C - 54 o C Amplifikasi dengan menggunakan primer ZN1 dan ZN2 menunjukkan pita sebesar 338 pb (kurva kalibrasi lihat Lampiran B). Berdasarkan hasil tersebut, diduga akibat konsentrasi templat yang terlalu rendah dan mungkin juga akibat primer yang tidak menempel secara spesifik. 33

10 pb pb 6557 pb 4361 pb pb pb 564 pb Gambar IV.7. Elektroforesis amplifikasi gen pengkode lumbrokinase dengan menggunakan templat DNA kromosom primer ZN1. Jalur 1: DNAλ/ Hind III, jalur 2: PCR templat DNA kromosom dengan primer ZN1 dan ZN2 konsentrasi MgCl 2 2mM, jalur 3: PCR templat DNA kromosom dengan primer ZN1 dan ZN2 konsentrasi MgCl 2 3mM. Dalam penelitian ini, dilakukan amplifikasi gen lumbrokinase dengan berbagai templat menunjukkan nilai yang berbeda, namun secara keseluruhan ketiganya memiliki ukuran yang sama yaitu berkisar 300 pb (kurva kalibrasi lihat Lampiran B). IV.7 Penentuan Urutan Hasil Amplifikasi Gen Lumbrokinase Penentuan urutan nukleotida dilakukan pada hasil amplifikasi yang menggunakan templat RNA total primer ZN1 dan ZN2 serta FL1 dan FL2. Urutan nukleotida mengunakan templat RNA total primer ZN1 (Lampiran C) dan primer FL1 (Lampiran D) menunjukkan urutan nukleotida yang dihasilkan tidak sesuai dengan urutan nukleotida gen pengkode lumbrokinase yang terdapat pada database Genebank Hal ini diduga karena hasil amplifikasi merupakan campuran dan primer tidak menempel secara spesifik. Apabila ditinjau dari taksonomi, cacing tanah L. rubellus termasuk dalam kelompok famili Lumbricidae. Dimana dalam famili Lumbricidae ini terdapat berbagai jenis spesies cacing, meliputi Allolobophora sp., Aporrectodea caliginosa, Aporrectodea trapezoids, Aporrectodea tuberculata, Aporrectodea rosea, Dendrobaena octaedra, Dendrodrilus rubidus rubidus, Dendrodrilus 34

11 rubidus tenuis, Eisenia andrei, Eisenia fetida, dan Eisenia japonica (Blakemore, 2003). Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan 35

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan Pada penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian, adalah cacing tanah spesies L. rubellus yang berasal dari peternakan cacing tanah lokal di Sekeloa, Bandung.

Lebih terperinci

STUDI PENDAHULUAN GEN PENGKODE LUMBROKINASE DARI CACING TANAH Lumbricus rubellus TESIS INDIRA LANTI KAYAPUTRI NIM : Program Studi Kimia

STUDI PENDAHULUAN GEN PENGKODE LUMBROKINASE DARI CACING TANAH Lumbricus rubellus TESIS INDIRA LANTI KAYAPUTRI NIM : Program Studi Kimia STUDI PENDAHULUAN GEN PENGKODE LUMBROKINASE DARI CACING TANAH Lumbricus rubellus TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magíster Dari Institut Teknologi Bandung Oleh : INDIRA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Sumber DNA pada Aves biasanya berasal dari darah. Selain itu bulu juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber DNA. Hal ini karena pada sebagian jenis Aves memiliki pembuluh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Gen sitokrom b digunakan sebagai pembawa kode genetik seperti halnya gen yang terdapat dalam nukleus. Primer tikus yang dikembangkan dari gen sitokrom b, terbukti dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah kebutuhan akan pangan. Seiring meningkatnya permintaan masyarakat akan pemenuhan pangan, maka banyak industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. HASIL DAN PEMBAHASAN Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. Dalam perkembangannya, organ reproduktif mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya perbedaan fenotipe antara kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Total Tumbuhan Isolasi DNA total merupakan tahap awal dari pembuatan pustaka genom. DNA dipisahkan dari bahan-bahan lain yang ada dalam sel. DNA total yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Sains (S.Si) pada Jurusan Biologi

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Stroke Stroke didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh penggumpalan darah di otak (cerebral stroke) yang dapat mengakibatkan kelumpuhan (disability) bahkan kematian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAULUAN Asam ribonukleat (RNA) merupakan salah satu biomolekul yang memiliki beberapa fungsi yang berbeda. Salah satu turunan dari RNA adalah ribozim yang mengkatalisis reaksi biokimia sebagaimana kerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI RITA WAHYUNI E10013162 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Indonesia Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah beradaptasi dengan iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Domba lokal ekor tipis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan iklim tropik basahnya memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah. Beraneka ragam jenis tumbuhan dapat ditanami. Adanya hujan menyebabkan tanah tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selulase merupakan salah satu enzim yang dapat dihasilkan oleh beberapa kelompok hewan yang mengandung bakteri selulolitik, tumbuhan dan beberapa jenis fungi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D)

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D) 2 melawan mikroba. Peran flavonol dalam bidang kesehatan sebagai antiinflamatori, antioksidan, antiproliferatif, menekan fotohemolisis eritrosit manusia, dan mengakhiri reaksi rantai radikal bebas (Albert

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5 33 Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol Vol! Volll Villi V21 V2III V4 V4III V2II V,ll Villi V.I V31I Vdll Keterangan : Vi V2V3V4V5 = Perlakuan berbagai bahan dasar pembuatan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan Penggunaan α-amilase dalam beberapa sektor industri mengalami peningkatan dan sekarang ini banyak diperlukan α-amilase dengan sifat yang khas dan mempunyai kemampuan untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...11 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Munculnya uniseluler dan multi seluler

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Purifikasi Bakteri Isolasi merupakan proses pemindahan organisme dari habitat asli ke dalam suatu habitat baru untuk dapat dikembangbiakkan. Purifikasi merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-) HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis DNA 4.1.1 Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA merupakan langkah awal dalam analisis molekuler. Masalah-masalah yang timbul dalam ekstraksi DNA merupakan hal yang penting

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Enzim selulase termasuk dalam kelas hidrolase (menguraikan suatu zat dengan bantuan air) dan tergolong enzim karbohidrase (menguraikan golongan karbohidrat)

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Kolokium Ajeng Ajeng Siti Fatimah, Achmad Farajallah dan Arif Wibowo. 2009. Karakterisasi Genom Mitokondria Gen 12SrRNA - COIII pada Ikan Belida Batik Anggota Famili Notopteridae. Kolokium disampaikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011. Ekstraksi, analisis sifat kimia ekstrak campuran bahan organik dan analisis

Lebih terperinci

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit Amplifikasi DNA mikrosatelit pada sapi Katingan dianalisis menggunakan tiga primer yaitu ILSTS073, ILSTS030 dan HEL013. Ketiga primer tersebut dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging DNA membawa informasi genetik dan bagian DNA yang membawa ciri khas yang diturunkan disebut gen. Perubahan yang terjadi pada gen akan menyebabkan terjadinya perubahan pada produk gen tersebut. Gen sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gambaran yang sistematis dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Morfologi Pada penelitian ini digunakan lima sampel koloni karang yang diambil dari tiga lokasi berbeda di sekitar perairan Kepulauan Seribu yaitu di P. Pramuka

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007

PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007 PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007 LATAR BELAKANG p53 wt

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) 8 tampak diskor secara manual. Kriteria penskoran berdasarkan muncul tidaknya lokus, lokus yang muncul diberi skor 1 dan yang tidak muncul diberi skor 0. Data biner yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Bentuk Sel dan Pewarnaan Gram Nama. Pewarnaan Nama

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Bentuk Sel dan Pewarnaan Gram Nama. Pewarnaan Nama BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada pengujian awal, terhadap 29 bakteri dilakukan pewarnaan Gram dan pengamatan bentuk sel bakteri. Tujuan dilakukan pengujian awal adalah untuk memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik bagi tubuh, terutama kandungan proteinnya. Beberapa ikan air tawar yang sering dikonsumsi diantaranya

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK AYAM KUB Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb

III. KARAKTERISTIK AYAM KUB Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb III. KARAKTERISTIK AYAM KUB-1 A. Sifat Kualitatif Ayam KUB-1 1. Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb Sifat-sifat kualitatif ayam KUB-1 sama dengan ayam Kampung pada umumnya yaitu mempunyai warna

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi RNA Total RNA total sengon diisolasi dengan reagen Trizol dari jaringan xylem batang sengon yang tua (berumur 5-10 tahun) dan bibit sengon yang berumur 3-4 bulan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Promoter -Aktin Ikan Mas Promoter -Aktin dari ikan mas diisolasi dengan menggunakan metode PCR dengan primer yang dibuat berdasarkan data yang ada di Bank Gen. Panjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan memisahkan objek penelitian menjadi 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan memisahkan objek penelitian menjadi 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini dilakukan dengan memisahkan objek penelitian menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

Lebih terperinci

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh REVERSE TRANSKRIPSI RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd Oleh UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN

Lebih terperinci