PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Kerangka Pemikiran, dan (7) Hipotesis Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Gula Total secara Teoritis

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobin merupakan salah satu komponen sel darah merah yang berfungsi. pembentukan Hb yang mengakibatkan kondisi anemia.

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai. Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, teksturnya yang lembut sehingga dapat dikonsumsi anak-anak

MAKANAN SIAP SANTAP DALAM KEADAAN DARURAT

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

Karakteristik mutu daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

I. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang

Gambar 1. Wortel segar

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Baiq Rein (2010), makanan tradisional merupakan makanan yang

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat. (20,2%) dengan persentasi 13,6% (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat berpengaruh pada perkembangan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

UMUR SIMPAN. 31 October

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kekurangan gizi yang sering terjadi di Indonesia salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

TEKNOLOGI PEMASAKAN EKSTRUSI

PENENTUAN JENIS DAN KOMPOSISI PRODUK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jewawut, pencampuran bahan-bahan, mencetak/membentuk choco chip,

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Kerangka Pemikiran, dan (7) Hipotesis Penelitian. 1.1. Latar Belakang Umur simpan atau masa kadaluwarsa produk pangan harus diketahui oleh konsumen sebagai rantai terakhir sehingga keamanan mutu produk tersebut dapat terjamin. Umur simpan merupakan rentang waktu antara saat produk mulai dikemas dengan mutu produk yang masih memenuhi syarat konsumsi. Mutu produk sangat berpengaruh pada suatu produk, semakin baik mutu suatu produk maka semakin memuaskan konsumen. Pencantuman umur simpan pada produk pangan menjadi sangat penting karena terkait dengan keamanan dan kelayakan produk untuk dikonsumsi tetapi juga memberikan petunjuk terjadinya perubahan citarasa, penampakan dan kandungan gizi produk pangan tersebut (Maku, 2013). Bentuk makanan sarapan salah satunya adalah flakes. Flakes adalah bahan makanan siap santap yang biasa dijadiikan sebagai pengganti menu sarapan pagi (breakfast cereals). Flakes merupakan makanan yang berupa serpihan tipis terbuat dari biji-bijian atau tepung yang ditipiskan, dibentuk, dan dipanggang. Dapat dikonsumsi secara langsung atau dengan penambahan susu (Elvira, 2008; Hapsari, 1992; Frizell et al., 1992). Flakes dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, namun flakes yang sudah umum di pasaran terbuat dari bahan jagung yang dikenal dengan nama corn flakes.

Banana flakes merupakan salah satu jenis flakes yang terbuat dari bahan baku tepung pisang matang yang disertai dengan penambahan berbagai bahan tambahan lainnya, seperti tepung beras, susu skim, telur, gula, dan baking powder. Banana flakes memiliki berbagai keunggulan sebagai makanan sarapan. Rasanya manis dan enak, mudah dikonsumsi, serta dapat memenuhi kebutuhan gizi sarapan, dengan keunggulan-keunggulan tersebut maka banana flakes diharapkan dapat menjadi makanan alternatif untuk sarapan bagi masyarakat yang tidak atau jarang membiasakan sarapan pagi. Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum membiasakan sarapan. Padahal dengan tidak sarapan akan berdampak buruk terhadap proses belajar di sekolah bagi anak sekolah, menurunkan aktifitas fisik, menyebabkan kegemukan pada remaja, orang dewasa dan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Makanan untuk sarapan perlu diperkaya dengan beragam zat gizi, misalnya zat besi (Fe) yang bermanfaat dalam pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi merupakan malnutrisi yang paling umum dan luas di dunia, dan merupakan permasalahan kesehatan umum di negara industrial dan non-industrial. Kekurangan zat besi merupakan akibat dari ketidakseimbangan zat besi dalam jangka lama; pada fase yang lebih parah, kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin pada darah yang rendah. Nilai hemoglobin rendah yang mengindikasikan anemia beragam tergantung status fisiologis seperti usia dan jenis kelamin dan telah didefinisikan pada berbagai kelompok populasi oleh WHO (Allenet al, 2006).

Pada produk banana flakes, fortifikan yang dipilih adalah Fe-Fumarat yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat besi untuk sarapan. Fortifikasi adalah penambahan zat gizi mikro pada makanan yang dimakan secara teratur dan dapat menghantarkan zat gizi mikro pada populasi yang luas melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari (Soekatra, 2005). Produk banana flakes merupakan produk baru yang belum diketahui umur simpannya, oleh karena itu dilakukan pengujian pendugaan umur simpan agar diketahui umur simpannya dengan menggunakan berbagai jenis kemasan dengan metode Arrhenius. Jenis kemasan yang digunakan adalah alumunium foil, plastik nilon, dan metalized film. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah berapa lama umur simpan dari produk banana flakes yang terfortifikasi Fe-fumarat dan menentukan jenis kemasan terbaik, serta berapa penurunan kandungan besi pada produk. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menentukan kemasan terbaik yang dapat memberi umur simpan paling lama untuk produk banana flakes fortifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui umur simpan dari produk banana flakes dengan penambahan fortifikan Fe-fumarat yang dikemas menggunakan aluminium foil, plastik nilon, dan metalized film.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk memberikan informasi mengenai umur simpan produk banana flakes dengan penambahan fortifikan dan Fe-fumarat 2. Mengetahui penurunan kadar besi yang terkandung dalam banana flakes selama proses penyimpanan 1.5. Kerangka Pemikiran Peraturan mengenai penentuan umur simpan bahan pangan telah dikeluarkan oleh Codex Allimentarius Commission (CAC) pada tahun 1985 tentang Food Labelling Regulation. Di Indonesia, peraturan mengenai penentuan umur simpan bahan pangan terdapat dalam UU Pangan No. 7 tahun 1996 dan PP No.69 tahun 1999 (Herawati, 2008). Untuk menganalisis penurunan mutu dengan metode simulasi diperlukan beberapa pengamatan, yaitu harus ada parameter yang dapat diukur secara kuantitatif dan parameter tersebut harus mencerminkan keadaan mutu produk yang diperiksa. Parameter tersebut dapat berupa hasil pengukuran kimiawi, uji organoleptik, uji fisik atau mikrobiologis seperti daya serap oksigen, kadar peroksida, intensitas warna TBA, kadar vitamin C, skor uji citarasa, tekstur, warna, total mikroba, dan sebagainya(syarief, 1993). Menurut Hurrell, Furniss, Burri, Whittaker, Lynch, & Cook, (1989) dalam studinya menyatakan bahwa Fe-fumarat merupakan sumber Fe yang sesuai untuk fortifikasi sereal bayi. Fe-fumarat memiliki penyerapan dalam tubuh manusia dan tidak menyebabkan perubahan warna maupun flavor.

Menurut Meileva (2012) pada produk cookies terfortifikasi menyatakan bahwa jumlah penambahan besi oleh industri mitra (30mg/100g) masih di bawah Sayuti (2002) (43.4mg/100g). Kehilangan besi yang terjadi adalah sebesar 65.35% jika dibandingkan dengan data penambahan industri mitra (2002) hanya sebesar 49.87%. Namun, Ranhotra et. al dalam Bauernfein dan Lachance (1991) menyatakan bahwa dapat terjadi kehilangan besi sebanyak 0-20% pada produk pasta yang mengalami pemasakan. Banana flakes memiliki karakteristik yang renyah namun sangat higroskopis, sehingga apabila disimpan di tempat terbuka dalam waktu yang lama akan cepat menjadi lunak. Oleh karena sifatnya yang sangat higroskopis, banana flakes perlu dikemas untuk menjaga kualitas flakes dan fortifikan yang terkandung di dalamnya. Bahan pengemas yang dipilih harus memiliki kerapatan yang tinggi agar mengurangi transmisi uap air ke dalam kemasan agar kualitas produk di dalam kemasan terjaga. Metalized films memiliki sifat film yang bertahan, seperti kekerasan yang lebih tinggi, kemampuan agar dapat disegel menggunakan suhu tinggi, dan kerapatan yang rendah dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan alumunium foil (Mount, 2002). Menurut Buckle et al. (1987), alumunium foil digunakan secara luas dalam pelapisan serta dibutuhkan sifat-sifat daya tembus gas, uap air, bau atau sinar yang rendah. Tujuan alumunium adalah untuk membuat kemasan dengan umur simpan yang lama (pengemasan aseptik) untuk minuman dan produk susu, yang memungkinkan untuk penyimpanan tanpa refrigerasi (Hanlon, 1992). Resin nilon digunakan sebagai komponen pengemas makanan dimana pembatas oksigen diperlukan. Sebagian

terpolimer berbasis nilon digunakan dalam pengemas sehari-hari. Ketahanan nilon terhadap panas menjadikan nilon berguna dalam pengemasan (Reltek, 2015). Menurut Floros dan Fnanasekharan (1993), kriteria kadaluwara beberapa produk pangan dapat ditentukan dengan menggunakan acuan titik kritis, mekanisme penurunan mutu pada makanan kering adalah penyerapan uap air (Herawati, 2008). Banana flakes termasuk ke dalam pangan kering, kemudian menurut Labuza dan Schmidt (1985) dalam Herawati (2008), suhu pengujian untuk produk pangan kering di antaranya 25 C, dan 35 C dengan suhu kontrol -18 C. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan dapat diambil hipotesis bahwa jenis pengemas, suhu penyimpanan, dan waktu penyimpanan diduga dapat berpengaruh terhadap mutu dan umur simpan produk banana flakes terfortifikasi Fefumarat. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Food Bar Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jalan K.S. Tubun No. 5, Subang untuk pembuatan produk. Analisis kadar Fe-fumarat dilakukan di Laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech (SIG), Jalan Rasamala No. 20, Taman Yasmin, Bogor. Analisis kadar air produk dilakukan di Laboratorium Penelitian Universitas Pasundan, Jalan Doktor Setiabudhi No. 193, Bandung. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2016 hingga selesai.