D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,

ALUR PROSES PENYAMAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik

PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit

PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA

B. Struktur Kulit Ikan

PENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kulit. 2.2 Proses Penyamakan (Kurst)

BAB III PROSES PRODUKSI KULIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): ISSN:

KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing. Kambing adalah hewan yang ideal hidup di negara-negara tropis dan daerah

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pusat Kerajinan Kulit Buaya dan Ular, Teritip 9 BAB II PROSES PRODUKSI KERAJINAN KULIT SEBAGAI OBYEK WISATA

BAB I PENDAHULUAN.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

TEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM

TELUR ASIN PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

Teknik Pengawetan dengan Penggaraman BAB 4. TEKNIK PENGAWETAN DENGAN PENGGARAMAN

Kajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Jajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Biologi merupakan Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

III. BAHAN DAN METODE

UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Pengeringan Untuk Pengawetan

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang

BAB IV PROSES PENGOLAHAN KULIT SAPI WET BLUE

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK

Gambar 1. Struktur kulit secara makroskopis (Suardana et al., 2008)

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI Rhizopus sp. SEBAGAI AGEN PENGIKIS PROTEIN TERHADAP MUTU KULIT IKAN GURAMI TERSAMAK

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

PENGGUNAAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI RAPID DALAM PEWARNAAN KULIT SAMAK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

Karakteristik mutu daging

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

HUBUNGAN ANTARA BERAT KULIT KAMBING GARAMAN DAN BERAT BLOTEN DENGAN LUAS KULIT PIKEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

Transkripsi:

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan 1. Teknik Pengawetan Kulit mentah adalah kulit yang didapat dari hewan dan sudah dilepas dari tubuhnya (Anonim, 1996a). Kulit segar yang baru lepas dari tubuh hewan mudah sekali mengalami pembusukan, karena kulit tersebut merupakan media yang sangat baik untuk berkembang biaknya mikroorganisme terutama bakteri pembusuk (Wibowo, dkk., 1995 cit. Rahmad, 2004). Kulit setelah dilepas dari tubuh hewan dapat langsung disamak atau diproses, namun karena letak dan tempat pengambilan kulit hewan tidak selalu berdekatan dengan tempat penyamakan maka kulit akan mengalami penundaan waktu sebelum proses penyamakan (Purnomo, 1985). Kualitas kulit mentah merupakan salah satu faktor penentu kualitas kulit tersamak. Kerusakan pada kulit mentah dapat diklasifikasikan dalam dua golongan, yaitu kerusakan ante mortem dan post mortem. Kerusakan ante mortem yaitu kerusakan yang terjadi pada waktu hewan hidup, misalnya karena parasit, penyakit, umur tua, atau sebabsebab mekanik. Kerusakan post mortem adalah kerusakan yang terjadi setelah hewan mati, misalnya karena penanganan yang buruk, pengulitan yang buruk, pengawetan yang tidak efisien, mikroorganisme, atau serangga (Judoamidjojo, 1982). Kulit ikan pari dalam keadaan mentah yang disimpan pada suhu kamar hanya dapat bertahan sampai lima jam, sedangkan kulit ikan pari yang disimpan pada suhu rendah 5 o C dapat bertahan sampai 12 hari dan pada hari ke-14 sudah membusuk secara organoleptik (Tazwir, dkk., 1991). Supaya kulit mentah dapat disimpan lama, maka perlu segera dilakukan usaha-usaha pengawetan (Anonim, 1996a). Pengawetan kulit bertujuan untuk melindungi kulit terhadap serangan bakteri, jamur, dan serangga yang menyebabkan terjadinya pembusukan dan kerusakan (Aten, et al., 1955). Setiap penundaan waktu pengawetan akan mengakibatkan kerusakan akibat mikroorganisme, yang berarti penurunan efisiensi proses pengawetan (Anonim, 1980). Prinsip dari pengawetan kulit adalah mengurangi kadar air yang terkandung di dalam kulit, menempatkan kulit dalam situasi yang asam, dan meracuni kulit (Aten, et al., 1955). Meracuni kulit dimaksudkan adalah membunuh atau mencegah pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat dilakukan dengan menambah obat tertentu. Obat yang dipakai untuk meracuni kulit dinamakan hide poison atau racun kulit. Obat yang banyak digunakan sebagai hide poison atau racun kulit pada pengawetan kulit di Indonesia adalah natrium arsenat (Na 2 AS 2 O 3 ), namun karena penggunaan natrium arsenat yang sudah sangat dibatasi, maka dapat dipakai obat lain misalnya cortimol (Anonim, 1981 cit. Sugiyono, 1988). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 11 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

Antimikrobia adalah substansi yang membunuh atau menghambat pertumbuhan mikrobia seperti bakteri (aktivitas anti bakteri), jamur (aktivitas anti jamur), virus (aktivitas anti anti virus), atau parasit (aktivitas anti parasit) (Anonim, 2007a). Menurut Anonim (2007b) antimikrobia merupakan agensia dengan efek tertentu, yaitu membunuh atau menekan perkembangbiakan dan pertumbuhan mikroorganisme. Antimikrobia ini bekerja membunuh mikrobia, mencegah perkembangbiakan mikrobia, atau menghambat aksi patogenik dari mikrobia tersebut. N-dimethyldithiocarbamate adalah senyawa kimia yang terdapat pada salah satu jenis obat yang digunakan pada industri kulit sebagai antimikrobia dengan merek dagang Cortimol. Cortimol dapat digunakan pada semua jenis kulit untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh mikrobia. Cortimol sangat efektif untuk mencegah pertumbuhan mikrobia, selain itu cortimol juga melindungi stok kulit dari kerusakan yang bersifat irreversible akibat aksi mikrobia, misalnya kerusakan yang terjadi akibat proses pengawetan yang kurang tepat maupun pada saat penyimpanan kulit. Penambahan cortimol dapat membantu keadaan tidak menjadi lebih buruk terutama pada kelanjutan proses yang akan dilakukan berikutnya (Anonim, 1998). Pengawetan kulit yang berhasil baik dapat memperlihatkan bahwa semua jaringan kulit yang bermanfaat untuk proses penyamakan berikutnya dapat dipertahankan dan tidak mengalami perubahan yang berarti (Djojowidado, dkk., 1979). Beberapa cara pengawetan kulit mentah, antara lain: a. Pengawetan dengan pengeringan. Pengawetan kulit mentah dengan pengeringan banyak dilakukan di daerah tropis seperti Indonesia yang hampir sepanjang tahun mendapat sinar matahari. Pengeringan merupakan metode pengawetan yang paling mudah dilakukan. Pengawetan dengan cara ini biasanya dilakukan terhadap kulit hewan besar seperti sapi dan kerbau, namun terhadap kulit kecil seperti kambing, domba, reptil, dan ikan pada umumnya digunakan cara pengawetan penggaraman (Tambunan, 1992). Pengawetan kulit dengan pengeringan tidak boleh dilakukan terlalu cepat karena akan menyebabkan zat-zat kulit pada lapisan luar mengering terlebih dahulu dan berubah menjadi gelatin sehingga menghalangi penguapan air dari lapisan kulit bagian dalam. Akibatnya lapisan kulit bagian dalam tidak dapat kering dan akan menimbulkan pembusukan pada kulit mentah yang sudah diawetkan, sebaliknya pengeringan yang terlalu lambat akan menyebabkan kulit menjadi busuk karena mikrobia tetap dapat hidup dan berkembang pada kadar air yang terlalu tinggi dalam kulit (Anonim, 1996a). b. Pengawetan dengan pengasaman/pickling. Pengawetan dengan cara pengasaman yaitu dengan merendam kulit pada larutan asam. Prinsipnya bahan kimia yang bersifat asam dalam proses ini akan menyebabkan mikrobia tidak dapat tumbuh dan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 12 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

merusak kulit. Kulit yang telah mengalami pengasaman akan tahan disimpan hingga proses penyamakan selanjutnya (Purnomo, 1985). c. Pengawetan dengan penggaraman. Pengawetan penggaraman dibagi dua yaitu penggaraman kering (Dry Salting) dan penggaraman basah (Wet Salting). Penggaraman kering merupakan pengawetan yang mengkombinasikan antara penggaraman dan pengeringan di bawah matahari, sedangkan penggaraman basah dapat dilakukan dengan larutan garam jenuh maupun garam kristal. Keuntungan dari pengawetan penggaraman adalah prosesnya tidak tergantung dari panasnya sinar matahari, proses perendaman (soaking) tidak memerlukan waktu lama, dan bahaya kerusakan protein hanya sedikit jika dibandingkan dengan pengawetan pengeringan (Anonim, 1996a). Garam berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan. Garam dalam larutan akan terurai menjadi bentuk ion-ion, yaitu Na + dan Cl - yang akan mengganggu mikrobia, terutama bakteri secara fisik dan fisiologis. Ion Na + akan menyebabkan perubahan tekanan osmotik antara di luar dan di dalam membran plasma sel bakteri. Air di dalam membran akan tertarik ke luar dan akhirnya menjadi lisis sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Ion Cl - menyebabkan penurunan daya larut oksigen sehingga kebutuhan oksigen oleh bakteri menjadi terbatas dan akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhannya (Junianto, 2003). Garam jenuh merupakan salah satu alternatif bahan pengawet yang efektif, efisien dan ekonomis. Garam jenuh (NaCl) mempunyai aksi bakteriostatik dan bakterisidal sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri bahkan mematikannya. Garam jenuh (NaCl) juga mempunyai aksi pengawetan yaitu dengan merubah kondisi protein-protein dan enzim-enzim sedemikian rupa sehingga enzim-enzim kehilangan kemampuannya untuk mengurai protein (Zaitzev et al., 1969) Pengawetan kulit dengan larutan garam jenuh dapat menghambat kerusakan kulit baik karena pengaruh luar (misalnya kontaminasi bakteri) maupun dari dalam kulit, misalnya karena aktivitas enzim. Bakteri yang mampu hidup adalah bakteri halofilik yang mampu hidup pada kadar garam tinggi (Miwada, 2001) 2. Teknik Penyamakan Proses penyamakan bertujuan untuk merubah kulit mentah yang bersifat mudah rusak oleh aktivitas mikrobia, kimia, atau fisika menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan adalah memasukkan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 13 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit (Purnomo, 1991). Proses penyamakan secara garis besar dibagi menjadi empat bagian yaitu: a. Pra penyamakan. Tahap pra penyamakan berfungsi untuk menyiapkan kondisi kulit agar siap disamak. Substansi-substansi kulit diaktifkan dan dikondisikan agar reaktif terhadap bahan penyamak. Tahap pra penyamakan juga disebut Tahap Rumah Basah (Beam House) karena berlangsung dalam lingkungan serba basah. Tahap Rumah Basah (Beam House) terdiri dari 7 proses diantaranya yaitu: perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan daging (fleshing), pembuangan kapur (deliming), pengikisan protein (bating), & pengasaman (pickling) (Purnomo, 1985). b. Penyamakan. Penyamakan kulit bertujuan untuk mengubah sifat kulit yang tidak stabil menjadi stabil terhadap perlakuan-perlakuan tertentu seperti adanya aksi mikrobia, zat kimia, dan perlakuan fisik (Purnomo, 1985). c. Pasca penyamakan. Tahap pasca penyamakan terdiri dari beberapa proses diantaranya yaitu: penyamakan ulang, peminyakan, dan pengecatan dasar. Penyamakan ulang bertujuan untuk menyempurnakan proses penyamakan dan mengisi kulit agar memiliki pegangan yang baik. Peminyakan bertujuan untuk memasukkan minyak ke dalam struktur kulit, sehingga tidak terjadi penempelan serat yang satu dengan serat yang lain. Pengecatan dasar bertujuan memberikan warna dasar pada kulit sesuai dengan yang diinginkan (Purnomo, 2002). d. Penyelesaian. Tahap penyelesaian (finishing) terdiri dari beberapa proses diantaranya yaitu: pengeringan, pementangan, pelemasan dan pengampelasan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit. Pementangan bertujuan untuk merentangkan kulit sehingga dicapai luasan kulit yang maksimal dengan kondisi yang rata. Pelemasan bertujuan untuk menjadikan kulit lebih lemas dengan cara menggosok-gosokkan kulit bagian daging pada papan staking. Pengampelasan dilakukan pada bagian sisik dan daging. Pengampelasan bagian sisik bertujuan memperhalus permukaan sisik dan menghilangkan serabut yang masih ada, sedangkan pengampelasan bagian daging bertujuan untuk menghaluskan serabut-serabut yang timbul akibat proses pelemasan kulit (Purnomo, 2002). Secara komprehensif proses penyamakan kulit ikan meliputi 19 tahapan proses sebagai berikut (Gambar 4-12). a. Pencucian kulit (Washing). Tahap ini bertujuan untuk membersihkan sisa daging, lemak, darah, dan kotoran yang masih melekat pada kulit. b. Pembuangan daging (Fleshing). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan sisa daging yang terdapat pada kulit karena akan menghalangi masuknya bahan kimia ke dalam penampang kulit (Anonim, 1996a). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 14 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

c. Penimbangan (Weighing). Tahap ini bertujuan untuk menentukan banyaknya bahan kimia yang digunakan. d. Perendaman (Soaking). Tahap ini bertujuan untuk mengembalikan kandungan air yang hilang selama pengulitan dan pengawetan awal kulit mentah, serta membersihkan kulit dari residu bahan-bahan kimia yang digunakan selama proses pengawetan (Purnomo, 2002). Bahan yang digunakan: air 600 %; wetting agent (Teepol) 0,5%; soda abu 0,2%; dan antimikrobia 0,1%. e. Pengapuran (Liming). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan jaringan epitel dan membengkakkan kulit. Bahan yang digunakan: air 400 %; Na 2 S 2% dan kapur 6%. f. Penyikatan (Brushing). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan sisik/lapisan pelapis manik-manik agar bahan-bahan penyamak dapat masuk dengan baik dan rata. g. Pembuangan Kapur (Deliming). Tahap ini bertujuan untuk menetralisir kapur dalam kulit agar tidak mengganggu proses penyamakan selanjutnya. Bahan yang digunakan: air 400%; ZA 2%; dan FA 0,5%. h. Pengikisan Protein (Bating). Tahap ini bertujuan untuk membuang protein nonkolagen dalam kulit dengan menggunakan Oropon OR 4%, sehingga kulit menjadi lebih lemas. i. Pembuangan Lemak (Degreasing). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan lemak pada kulit sehingga bahan kimia lebih mudah masuk ke dalam penempang kulit. Bahan yang digunakan Teepol 1%. j. Pengasaman (Pickling). Tahap ini bertujuan untuk mengasamkan kulit sehingga menghentikan bekerjanya enzim protease dan mempersiapkan kulit agar siap disamak. Penggunaan garam bertujuan untuk mencegah pembengkakkan dan kerusakan kulit akibat pemberian asam. Bahan yang digunakan: air 200%; garam 17%; minyak non-ionic 0,5%; FA 1%; dan asam sulfat 1,5%. k. Penyamakan (Tanning). Tahap ini bertujuan untuk memasukkan bahan penyamak ke dalam kulit dan mengusahakan agar terjadi ikatan kimia antara jaringan serat kulit dengan bahan penyamak yang ditambahkan (Untari, 2000). l. Penyamakan Ulang (Retanning). Tahap ini dilakukan untuk menyempurnakan proses penyamakan sebelumnya, sehingga diharapkan dengan penyamakan ulang kulit menjadi lebih lemas (Untari, 2000). m. Peminyakan (Fat Liquoring). Tahap ini bertujuan untuk melicinkan serat-serat kulit sehingga kulit mempunyai ketahanan fisik yang baik, menjaga agar serat kulit tidak lengket satu dengan lainnya dan memperkecil daya serap kulit (Purnomo, 1992). n. Pengeringan (Drying). Tahap ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit (Purnomo, 1985). o. Pelemasan (Stacking). Tahap ini bertujuan untuk mencapai kelemasan kulit sesuai yang diinginkan dan untuk memperoleh tambahan luas kulit (Purnomo, 1985). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 15 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

p. Pengampelasan (Buffing). Tahap ini bertujuan untuk meratakan dan menipiskan kulit sesuai dengan ketebalan yang dikehendaki dan untuk membuat mutiara pada rajah kulit lebih halus (Untari, 2000). q. Pembasahan Kembali (Wetting Back). Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan proses pengecatan dasar sehingga cat dasar dapat masuk ke dalam kulit secara merata (Untari, 2000). r. Pewarnaan Dasar (Dyeing). Tahap ini bertujuan untuk memberikan warna dasar pada kulit tersamak seperti yang diinginkan sehingga penampilan kulit akan lebih indah (Untari, 2000). s. Pengecatan Tutup (Finishing). Tahap ini berfungsi untuk menutup cat yang ada misalnya warna permukaan yang tidak rata, serta meningkatkan daya kilapnya (Purnomo, 2002). Kulit Ikan Segar Pencucian Kulit Segar Perendaman dalam Larutan Garam Jenuh 5 hari & Antiseptik 10 menit Pembuangan Daging Kulit Penimbangan Kulit Perendaman dalam Larutan Tepol (0,5% tepol + 0,2% kaporit + 0,2% natrium karbonat + 600% air) Penyesetan Daging Kulit Pengapuran (air 400% + 2% Na 2 S + kapur 6%) Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 16 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

Lanjutan Pembuangan Kapur & Pengapuran Ulang Penghilangan Protein (4% oropon, OR) Penghilangan Lemak (1% tepol) Penyamakan (0,5% katalix-u + 1,5% natrium bikarbonat + bahan penyamak) Mineral Alami/ nabati Sintetis Penyamakan Ulang (200% air + : 10% formalin, 10% syntan & 20% mimosa) Peminyakan (200% air suhu 60 0 C + larutan sulfonasi suhu 80 0 C + 1% asam semut katalix-u + 1,5% natrum bikarbonat) Pemeraman Perenggangan Pengeringan Perenggangan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 17 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

Lanjutan Pengampelasan Pembasahan Kulit (400 air suhu 40 0 C + 0,5% ammonia + 1% tepol) Pengecatan Dasar (200 air suhu 40 0 C + 0,5% ammonia + 1% cat dasar + 3% minyak sulfonasi + 1% asam semut + 0,1% antimould) Pemeraman Pengeringan Perenggangan Pengkilapan (super thinner + lack netral) Produk Komersial 1. Sepatu pria & wanita 2. Tas pria & wanita 3. Dompet pria & wanita 4. Ikat pinggang 5. Gantungan kunci, dll. Penyetrikaan Kulit Kulit Jadi / Tersamak Pengolahan Produk Kulit Uji Mutu (SNI) 1. Kekuatan tarik 2. Kekutan sobek 3. Kemuluran 4. Kelemasan 5. Suhu kerut 6. Kadar lemak/minyak 7. Kadar air 8. Lain-lain Gambar 4-12. Tahapan proses penyamakan kulit ikan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 18 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM