PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK
|
|
- Irwan Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK ZULQOYAH LAYLA DAN SITI AMINAH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor RINGKASAN Kulit mentah diantaranya kulit domba, merupakan hasil samping pada pemotongan ternak. Agar kulit ini dapat dimanfaatkan sehingga memiliki nilai jual, maka kulit mentah tersebut perlu mendapat perlakuan khusus. Penyamakan dengan bahan penyamak khromosol B dapat menghasilkan kulit bulu (fur) yang indah dan menarik, tahan terhadap kelembaban serta panas, tahan lama dan akan mudah diwarnai. Perlakuan pemanfaatan limbah kulit domba telah dikerjakan di Balitnak Bogor. Kulit mentah hasil pengulitan domba mati diawetkan dengan pengawet kering garam. Sebanyak 6 lembar disamak dengan bahan penyamak khrom berdasarkan metode penyamakan kulit bulu kelinci Rex yang telah dimodifikasi, sedang satu lembar kulit sebagai pembanding dikirim ke BBKKP Jogja untuk disamak. Kulit samak hasil pengerjaan di lab Balitnak Bogor, bila dinilai secara organoleptik dengan pembanding produk BBKKP, memang masih dibawah mutu, sehingga masih diperlukan peningkatan ketrampilan dalam memodifikasi formula bahan bahan kimia dan teknik pengerjaan. Kata kunci : kulit bulu, penyamakan, khromosol B PENDAHULUAN Kulit bulu terutama kulit kambing atau domba merupakan hasil samping dari pemotongan hewan yang ada di rumah pemotongan hewan (RPH) maupun pemotongan diluar RPH. Hasil samping ini dapat dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pendapatan perkapita, maka kebutuhan barang barang dari kulit bulu juga meningkat, apalagi dengan semakin meningkatnya desain dan teknologi perkulitan dan keinginan kembali ke alam menjadikan barang kulit semakin banyak diminati (Hasyimi dkk, 1996/1997). Kulit bulu mentah dapat dimanfaatkan setelah melalui proses penyamakan, sehingga diperoleh kulit bulu (fur) yang indah dan menarik (Judoamidjojo, 1984). Khusus untuk penyamakan kulit bulu dikenal beberapa metode penyamakan, yaitu samak chrom/mineral, samak sintetis, samak minyak dan samak nabati. Salah satu metode penyamakan kulit bulu yang dapat menghasilkan kulit bulu yang tahan lama, tahan kelembaban serta tahan panas adalah dengan penyamakan Khrom. Sifat kulit bulu samak khrom sangat menguntungkan, khusus bagi proses pewarnaan, karena dimungkinkan mewarnai segala macam bulu dengan terlebih dahulu dikerjakan dengan khrom (Judoamidjojo, 1984). Untuk memanfaatkan hasil sampingan domba mati yang ada di kandang percobaan Balitnak Bogor, maka kulit bulu dari ternak yang mati dikuliti dan diawetkan dengan proses kering garam yang selanjutnya disamak. Kegiatan penyamakan kulit bulu domba ini telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Bogor berdasarkan metode penyamakan kulit bulu kelinci yang telah dimodifikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 127
2 (Purnama, 2001). Penilaian organoleptik dilakukan untuk mengamati kepadatan bulu, kerontokan bulu, kilapan bulu dan penampilan bulu domba berdasarkan panduan yang dilakukan Sasanadharma (1992). Materi MATERI DAN METODE Digunakan tujuh lembar kulit domda Garut yang diawet garam. Kulit berasal dari ternak dengan umur yang berbeda sesuai dengan umur ternak yang mati pada waktu itu. Sebagai pembanding hasil pengerjaan, satu lembar kulit dikirim ke Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) di Jogja untuk disamak. Digunakan bahan penyamak khrom dengan merk dagang Chromosol B. Bahan pembantu yang digunakan ialah teepol, hypoclorit, soda abu, formalin, asam semut, asam sulfat, minyak sulfat, indikator Brom Cresol Green (BCG).. Alat yang dipergunakan ialah ember bertutup, baskom plastik besar, timbangan halus, timbangan kasar, ph meter, sarung tangan, kompor, termometer, gelas ukur. Metode Proses penyamakan kulit bulu domba di lakukan di laboratorium kandang percobaan Balitnak Bogor dari tanggal 1 4 September Metode yang dipakai dalam proses penyamakan kulit bulu adalah dengan penyamak khrom yang bermerk dagang Chromosol B. Proses pengadukan atau peremasan dilakukan secara manual. Penilaian organoleptik terhadap kulit bulu, dilakukan untuk mengamati kepadatan bulu, kerontokan bulu, kilapan bulu dan penampilan bulu dengan menggunakan metode yang dilakukan Sasanadharma (1992), dengan pembanding kulit bulu domba hasil penyamakan dari BBKKP Jogja. Penelitian kepadatan bulu dilakukan dengan meraba kepadatan bulu dengan kisaran skala 1 5. Kepadatan bulu dengan nilai 1 = tidak padat; 2 = kurang padat; 3 = cukup padat; 4 = padat, dan 5 = padat sekali. Penilaian kerontokan bulu dilakukan dengan cara mencabut bulu dengan tidak terlalu kuat. Bila bulu tersebut tercabut banyak, berarti bulu sangat rontok, sedangkan bila tercabut sangat sedikit atau tidak tercabut sama sekali, maka bulu termasuk tidak rontok. Pada penilaian kilapan bulu, dilakukan dengan mengusap bulu menggunakan tangan dari arah leher ke ekor dan sebaliknya beberapa kali dan diperhatikan kilapannya. Skor untuk kilapan bulu: 1= tidak mengkilap; 2= kurang mengkilap; 3= cukup mengkilap; 4 = mengkilap; 5 = sangat mengkilap. Penilaian penampilan fur dilakukan dengan memperhatikan penampilan fur secara keseluruhan meliputi kelemasan kulit, kepadatan bulu, kilapan bulu. Skor penampilan fur adalah: 1 = tidak menarik; 2 = kurang menarik; 3 = cukup menarik; 4 = menarik; 5 = sangat menarik. Teknik Pengerjaan Perhitungan pemakaian bahan kimia dan air pada setiap tahapan pengerjaan adalah sebagai berikut: Bobot kulit domba kering garam (6 lembar) =1080 gram Bobot kulit setelah perendaman (bobot bloting /BB) = 2300 gram 128 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
3 Tabel 1. Perhitungan pemakaian bahan kimia dan air Perlakuan Material Persentasi material Jumlah material Soaking air 500 % dari BB 11.5 L teepol 0.5 ml/l air 5.75 ml Scouring air 200 % dari BB 4.6 L teepol 3 ml/ l air 13.8 ml soda abu 1 gr/ l air 4.6 gr Furtight air 300 % dari BB 6.9 L formalin 3 % dari BB 69 ml soda abu 1 gr/ l air 6.9 gr Pickling air 100 % dari BB 2.3L Garam 10 % dari BB 230 gr Asam semut 0.5 % dari BB 11.5 ml asam sulfat 0.9 % dari BB 20.7 ml Tanning cromosol B 10 % dari BB 230 gr Basyting soda abu 2 % dari BB 46 gr Netralisasi : kulit lembab di timbang sebagai wetblue 1700 gram air 150 % dari WB 2550 ml soda abu 1.5 % dari WB 25.5 gr Retanning cromosol B 5 % dari WB 85 gr air 200 % dari WB 3400 ml Peminyakan air (45º) 80 % dari WB 1360 ml minyak sulfat 8 % dari WB 136 ml Kulit yang sudah diawetkan secara awet garam masing masing ditimbang, dicuci dalam ember plastik sampai bersih sebanyak 3-4 kali, air diganti selama ± 3 jam, diperas disampirkan dan ditiriskan, ditimbang sebagai berat bloting (BB). Tahapan penyamakan kulit bulu domba adalah sebagai berikut: 1. Soaking yaitu merendam kulit dalam larutan teepol selama ± 2 jam sambil membersihkan / membuang sisa daging yang masih menempel pada kulit agar bahan penyamak dapat meresap ke bagian korium. Tujuan proses perendaman adalah mengembalikan kadar air dan melemaskan kulit sehingga kondisinya mendekati kulit segar, dan menyiapkan kulit untuk dapat bereaksi dengan bahan kimia yang akan diberikan kemudian. Bilas dengan air mengalir. 2. Scouring yaitu, merendam kulit sambil diremas-remas didalam larutan teepol dan soda ash. Proses ini dilakukan selama 1 jam. Buang larutan perendam, bilas dengan air mengalir. 3. Furtight (penguatan bulu) yang bertujuan untuk menguatkan kedudukan bulu pada kulit, dengan merendam kulit dalam larutan yang mengandung formalin dan soda ash selama 1 jam sambil diremas-remas. Larutan perendam dibuang, kulit dibilas dengan air mengalir. 4. Pickling atau pengasaman. Proses ini dimaksudkan untuk membuat kulit dalam keadaan asam, sehingga ph kulit sesuai dengan ph zat penyamak yang digunakan (khrom). Mulamula kulit direndam dalam larutan garam selama 15 menit sambil diremas-remas, kemudian kedalam wadah tersebut dimasukan asam semut dan asam sulfat sebanyak 1/3 bagian dari resep, kulit diremas selama 15 menit, tambahkan lagi asam semut dan asam sulfat 1/3 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 129
4 bagian, remas 15 menit, dan tambahkan lagi 1/3 bagian asam semut dan asam sulfat, remasremas lagi selama 120 menit. Ukur ph larutan menjadi 3,0. Guna mengetahui ph atau keasaman kulit telah tercapai, irisan penampang kulit ditetesi dengan indicator BCG, sampai timbul warna kuning (ph sekitar ). Kulit dibiarkan terendam semalam. Keesokan harinya kulit diangkat, diperas. 5. Tanning (penyamakan). Maksud penyamakan adalah agar kulit menjadi masak, sehingga zat-zat kulit yang mudah rusak menjadi tahan terhadap mikroorganisme. 6. Kulit diperas, diangkat. Kedalam larutan perendam ditambahkan Cromosol B, kulit dikembalikan kedalam larutan perendam untuk direndam selama 2 jam sambil diremas remas. Kematangan kulit diketahui dengan menetesi guntingan kulit yang berukuran 1x1 dengan indikator BCG, kulit harus berwarna kuning, selanjutnya merebus potongan kulit tersebut. Bila kulit hasil rebusan sudah tidak mengkerut, berarti proses pengasaman sudah selesai. 7. Basyting dengan cara menambahkan soda ash kedalam larutan diatas, kulit diremas-remas selama 1 jam, dikeluarkan dari rendaman, dituskan semalam. 8. Netralisasi. Proses ini dimaksudkan untuk menjadikan kulit dalam keadaan netral, karena kemungkinan masih adanya sisa asam yang terdapat pada serat serat kulit atau asam bebas lain yang belum hilang saat pencucian, sedangkan proses selanjutnya harus dikerjakan dalam suasana netral. Kulit yang masih lembab ditimbang (WB), direndam dalam larutan soda ash sambil diremas 1 jam. Proses netralisasi dianggap sempurna bila ketika penampang kulit ditetesi indikator BCG menimbulkan warna biru yang berarti ph kulit mencapai Air rendaman dibuang, kulit diperas, dicuci dalam air mengalir selama ± 30 menit. 9. Retanning. Proses ini dimaksudkan agar kulit jadi yang dihasilkan keadaannya lebih padat. Kulit yang sudah diperas dimasukan kedalam larutan Cromosol B, direndam sambil diremas selama 1jam. Air rendaman dibuang, kulit diperas. 10. Peminyakan dimaksudkan untuk melicinkan serat-serat kulit jadi yang dihasilkan, keadaannya lemas. Caranya yaitu dengan merendam kulit kedalam larutan minyak sulfat yang bersuhu 40ºC sambil diremas-remas selama 1jam. Kulit dituskan semalam dengan posisi dibentangkan pada bentangan bambu (disampirkan). 11. Perentangan, dilakukan pada bingkai ram kawat yang bertujuan untuk mengeringkan kulit. Ujung ujung kulit ditarik dengan kawat berbentuk S, kemudian dikaitkan pada kisi-kisi kawat sedemikian rupa sehingga kulit terbentang rata dan cukup kencang. 12. Proses terahir ialah peregangan, dengan cara menggosok gosokkan permukaan kulit bagian dalam pada permukaan kayu yang licin, sehingga kulit menjadi lemas. Bulu bulu dibersihkan dari kotoran dengan sikat kecil dan halus. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan organoleptik terhadap kulit bulu hasil samak dilakukan secara simplo oleh tiga orang. Hasil samak kulit bulu domba dengan penyamak khrom yang dilakukan di Balitnak Bogor, secara organoleptik belum dapat menyamai hasil samak pembanding. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh adalah: kepadatan bulu, padat; kerontokan bulu, tidak rontok; kilapan bulu cukup mengkilap; sedang penampilan bulu termasuk dalam kategori menarik. Pada 130 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
5 kulit bagian dalam, masih terdapat sisa lemak dan daging, ini disebabkan karena pada proses buang daging alat yang digunakan adalah pisau kecil biasa bukan alat husus untuk pembersih daging/ lemak. Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptik Terhadap Bulu Domba Tersamak Kepadatan Bulu Kerontokan Bulu Kilapan Bulu Penampilan Fur Kontrol 5 Tidak Rontok Tidak Rontok Tidak Rontok Tidak Rontok Tidak Rontok Tidak Rontok Tidak Rontok 3 4 KESIMPULAN Penyamakan kulit bulu domba dengan bahan penyamak chromium B dapat dipakai untuk memanfaatkan limbah pemotongan domba yang dilakukan di Balitnak Bogor dan memiliki nilai ekonomis. Diharapkan penyamakan sederhana ini dapat diterapkan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Nurhasanah Hidayati yang telah memfasilitasi kegiatan ini, Bapak R.Deni Purnama yang telah membimbing kami, dan rekan rekan teknisi kandang percobaan Bogor yang membantu kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Hasyimi S, Budi Santoso H.1996/1997. Pengaruh Variasi Pemakaian Garam dan Sellatan P Terhadap Penyerapan Glutaraldehid Didalam Kulit. Majalah Barang Kulit, Karet dan Plastik, Vol.XII No. 24. Hal Judoamidjoyo, R.M Teknik Penyamakan Kulit untuk pedesaan. PT Angkasa Bandung. Purnama.R.D.2001.Teknik Penyamakan Kulit Bulu Kelinci Rex Dengan Bahan Penyamak Khrom. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Puslitbang Peternakan Bogor. Sasanadharma.Y Pengaruh Pengawetan Dan Metode Penyamakan Terhadap Sifat-sifat Kulit Samak Bulu Kelinci Rex. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 131
6 Skema Penyamakan Kulit Domba Kulit Kering Garam Perendaman Scouring Penguatan Bulu Pengasaman Penyamakan Basyting Penetralan Penyamakan Ulang Peminyakan Perentangan Peregangan 132 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad
METODA PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX DENGAN CARA PENGGARAMAN KERING (DRY SALTING) ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Berbagai metoda pengawetan
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,
PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat
Lebih terperinciTEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM
Temu Teknis FungsionalNon Peneliti 2001 TEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Kulit mentah dapat
Lebih terperinciALUR PROSES PENYAMAKAN
PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat
Lebih terperinciD. Teknik Penyamakan Kulit Ikan
D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan 1. Teknik Pengawetan Kulit mentah adalah kulit yang didapat dari hewan dan sudah dilepas dari tubuhnya (Anonim, 1996a). Kulit segar yang baru lepas dari tubuh hewan mudah
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA
Volume 5 No. 3 Oktober 2017 PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Khaeriyah Nur, Fahrullah, Selfin Tala dan Nur Asia Ibrahim khaeryahnur@gmail.com FAKULTAS PETERNAKAN,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Hasil penyamakan pada kulit bulu (fur)
Lebih terperinciPENGARUI I PENGAWFI'AN DAN MITI'01311: I'IZNYAMAKAN. TERHADAP SI12KI'-SIFA'I' KUL.IT SAMAK UlJL.lJ KELINCI REX INSTII'W I'EICI'ANIAN BOGOR
PENGARUI I PENGAWFI'AN DAN MITI'01311: I'IZNYAMAKAN TERHADAP SI12KI'-SIFA'I' KUL.IT SAMAK UlJL.lJ KELINCI REX 1992 FAKU LTAS TEKNOIBC, I I'EICrAN IAN INSTII'W I'EICI'ANIAN BOGOR 13 0 G 0 12 Yansa Sasanadharma,
Lebih terperinciPENGARUI I PENGAWFI'AN DAN MITI'01311: I'IZNYAMAKAN. TERHADAP SI12KI'-SIFA'I' KUL.IT SAMAK UlJL.lJ KELINCI REX INSTII'W I'EICI'ANIAN BOGOR
PENGARUI I PENGAWFI'AN DAN MITI'01311: I'IZNYAMAKAN TERHADAP SI12KI'-SIFA'I' KUL.IT SAMAK UlJL.lJ KELINCI REX 1992 FAKU LTAS TEKNOIBC, I I'EICrAN IAN INSTII'W I'EICI'ANIAN BOGOR 13 0 G 0 12 Yansa Sasanadharma,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang
BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat eksperimen. Dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada percobaan ini terdapat 6 taraf perlakuan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun
BAB III MATERI DAN METODE Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun papaya terhadap ph, daya kunyah dan kesukaan dilaksanakan pada tanggal 15 Januari sampai 14
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -
digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian dilakukan mulai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu
Lebih terperinciMETODE. Materi. Rancangan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
Lebih terperinciMETODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan
Lebih terperinciMANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN
MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciOLEH: YULFINA HAYATI
PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan Laboratorium Biondustri TIN IPB, Laboratorium Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil
Lebih terperinciMANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN
MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di laboratorium
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : (1) kulit yang berasal dari binatang besar (hide) seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi
PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan
Lebih terperinciMenerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan
1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei Tahun 2013 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian Dan Peternakan Universitas Islam
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 Januari 2013
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 Januari 2013 yang bertempat di Desa Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo dan tempat pengujian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,
Lebih terperinciPENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT PADA PROSES FAT LIQUORING
PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT PADA PROSES FAT LIQUORING TERHADAP MUTU FISIK FUR KELINCI (THE EFFECT OF SULPHITED FISH OIL PRESENT ON FAT LIQUORING PROCESS TO PHYSICAL QUALITY OF RABBIT
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan
Lebih terperinciadalah fraksi yang tidak larut atau tersisa setelah ekstraksi dengan larutan detergen asam, yaitu selulosa dan lignin (VAN SOEST, 1963). Umumnya ukura
PENGARUH PENGGUNAAN KAPAS DALAM PROSES PENYARINGAN PADA PENETAPAN SERAT. DETERGEN NETRAL DAN SERAT DETERGEN ASAM SAULINA SITOMPUL DAN MARTINI Balai Penelitian Ternak Ciawi, PO Box 221. Bogor 16002 RINGKASAN
Lebih terperinciPERSIAPAN BAHAN MAKANAN 2
PERSIAPAN BAHAN MAKANAN 2 Produk Pangan Hewani Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Outline Daging Unggas Seafood Telur Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui pentingnya proses persiapan bahan sebelum
Lebih terperinciMANISAN BASAH BENGKUANG
MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Kampus Penelitian Pertanian, Bogor. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciGambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti
MODUL 6 SELAI RUMPUT LAUT Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah selai rumput laut dengan baik dan benar. Indikator Keberhasilan: Mutu selai rumput laut yang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre test and post test control group design
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab
Lebih terperinciMATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
III. MATERI METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciBAB III INDUSTRI KERUPUK RAMBAK DWIJOYO DESA PENANGGULAN KECAMATAN PEGANDON KABUPATEN KENDAL
BAB III INDUSTRI KERUPUK RAMBAK DWIJOYO DESA PENANGGULAN KECAMATAN PEGANDON KABUPATEN KENDAL A. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah di Desa Penanggulan Desa Penanggulan termasuk wilayah yang memiliki
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :
18 BAB V METODOLOGI 5.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap : Tahap I Tahap II Tahap III : Analisa terhadap bahan dasar : Pemasakan dengan proses soda : Analisa
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian
Lebih terperinciIKAN ASAP 1. PENDAHULUAN
IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat
PENDAHULUAN LatarBelakang Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat sebanyak 2.298.864 sapi potong, 175.741 kerbau, 2.790.472 kambing dan 1.299.455 domba. Dari angka itu diperkirakan
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING
KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING (Study of broiler fat and coconut oil as material fatliquoring the quality of goat tanning leather)
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK
BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah
Lebih terperinciCABE GILING DALAM KEMASAN
CABE GILING DALAM KEMASAN 1. PENDAHULUAN Cabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian
13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Febuari 2016 di Screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarata.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan adalah udang putih (Litopenaeus vannamei), polifosfat ((NaPO 3 )n) dan garam (NaCl). Udang putih yang digunakan memiliki ukuran 31-40,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode
35 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret - Mei 2008 di Rumah Potong Hewan (RPH) Aldia-Kupang. Pengumpulan data pengukuran produktivitas karkas dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Lokasi tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis proksimat dilakukan
Lebih terperinciBuletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan
PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciTeniu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 ditunda sampai pada siklus pertumbuhan bulu berikutnya, sehingga akan menambah biaya pemelihara
T'emu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 EVALUASI KARKAS DAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX JANTAN PADA BERBAGAI UMUR POTONG R.DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, Po.Box 221 Bogor 16002
Lebih terperinciMembuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar
MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen di bidang Ilmu Teknologi pangan.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen di bidang Ilmu Teknologi pangan. B. Waktu dan Tempat penelitian Pembuatan keripik pisang raja nangka dan
Lebih terperinciINOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU
INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan
Lebih terperinciDalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan.
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan. B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Pembuatan manisan dan uji organoleptik dilakukan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,
Lebih terperincitips: Menyimpan Tahu Segar
Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas
Lebih terperincitips: Menyimpan Tahu Segar
Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pembuatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERCOBAAN
BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan baku utama dan bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel dan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa
20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciMATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri dari 2 faktor dengan 3
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri dari 2 faktor dengan 3 kali ulangan.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Lebih terperinciNAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R
USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK
KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK Oleh: Melawati Susanti 1), Latif Sahubawa 1), Iwan Yusuf 1), Abstrak Kulit ikan kakap merah mempunyai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan
Lebih terperinciMANISAN KERING BENGKUANG
MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pemurnian Minyak Jelantah Proses pemurnian minyak jelantah terdiri dari tiga tahap yaitu penghilangan kotoran (despicing), netralisasi dan pemucatan (bleaching). Penghilangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili
BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan mie gembili adalah sebagai berikut: 1. Alat yang digunakan: a. Panci b. Slicer c. Pisau d. Timbangan e. Screen 80 mesh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi
25 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi
Lebih terperinci3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).
3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik
Lebih terperinciC. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitan eksperimental. Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis
Lebih terperinci