MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DENGAN ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING NASIONAL DAN GLOBAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, tidak dipungkiri lagi bahwa persaingan dalam industri

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat secara tidak langsung berdampak pada kehidupan masyarakat

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN BAGI INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) TAHUN ANGGARAN 2016

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rebranding Sale Pisang dan Gula Kelapa untuk pasar yang lebih luas

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN MANDIRI Tahun Anggaran 2014

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENDEKATAN ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS UMKM DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN SENTRA / KLASTER INDUSTRI LOGAM DAN MESIN TA. 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DENGAN ONE VILLAGE ONE PRODUCT UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DI INDONESIA

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PENDUKUNG LAKIP 2015

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

PENGALAMAN BAGI PENGEMBANGAN ATP DAN ASP MENDUKUNG PROGRAM KEDAULATAN PANGAN

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

Daftar Kerjasama Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Tahun Agustus 2012

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PENDEKATAN OVOP SEBAGAI PROGRAM PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN WILAYAH KOTA PROVINSI LAMPUNG. Oleh, Ratmono 1,Nedi Hendri 2, Yateno 3.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi daerah di era otonomi sekarang ini, setiap

PENDAHULUAN Latar Belakang

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

Transkripsi:

MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DENGAN ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING NASIONAL DAN GLOBAL Sondhy Purwoko 1 Agung Budi Darmawan 2 Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah ABSTRAK One Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk adalah pendekatan pengembangan potensi daerah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfatkan sumberdaya lokal.satu desa sebagaimana dimaksud dapat diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis.gerakan OVOP mempunyai tiga prinsip yang harus dimiliki, yaitu prinsip berpikir secara global berkegiatan secara lokal, usaha mandiri dengan inisiatif dan kreativitas, serta perkembangan sumberdaya manusia.tujuan pengembangan produk unggulan daerah melalui programovop adalah mengembangkan produk unggulan daerah yang memiliki potensi pemasaran lokal maupun global, mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta nilai tambah produk agar dapat bersaing dengan produk impor.model pengembangan OVOPuntuk meningkatkan daya saing produk KUMKM dapat dilakukan dengan Triple Helix dengan pembagian peran yang jelasdari tiga pemangku kepentingan, adanya perencanaan yang baik, adanya tahapankegiatan, dan komitmen bersama tiga pemangku kepentingan untuk memperkuatkumkm di Indonesia. Ketiga pemangku kepentingan dalam Triple Helix, yaitu A(academician atau perguruan tinggi), B (businessman atau perusahaan sebagai pelakubisnis/masyarakat), dan G (government atau pemerintah). Keyword : OVOP, Daya saing, UMKM, Global PENDAHULUAN Gerakan One Village One Product (OVOP) diharapkan mampu meningkatkan kinerja ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat daerah khususnya masyarakat perdesaan.ovopatau satu desa satu produk adalah pendekatan pengembangan potensi daerah disatu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik sesuai khas daerahdengan memanfatkan sumberdaya lokal.satu desa sebagaimana dimaksud dapatdiperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuaidengan potensi dan skala usaha secara ekonomis.ovopmerupakan salah satupendekatan menuju klasterisasi produk-produk unggulan yang berskala mikro, kecil, dan 288

menengah (UMKM) agar dapat berkembang dan mengakses pasar secara lebih luas. OVOP adalah suatu gerakan masyarakat yang secara integratif berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dan kekayaan daerah, meningkatkan pendapatan para pelaku usaha dan masyarakat, dan sekaligus meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap kemampuan yang dimiliki masyarakat dan daerahnya. Sumber daya alam ataupun produk budaya lokal serta produk khas lokal yang telah dilakukan secara turun temurun dapat digali dan dikembangkan untuk menghasilkan produk bernilai tinggi sesuai tuntutan dan permintaan pasar. Pendekatan ini merupakan gerakan masyarakat yang mengembangkan potensi yang dimiliki daerah secara terintegrasi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan rasa percaya diri serta kebanggaan akan kemampuan sendiri dan daerahnya (Soemarno, 2011). Dengan pembagian peran yang jelas dari masing-masing pemangku kepentingan, adanya perencanaan yang baik, adanya tahapan kegiatan dan komitmen bersama pemangku kepentingan untuk memperkuat UMKM di tanah air, maka peningkatan efektivitas pengembangan UMKM melalui pendekatan OVOPdi sentra diharapkan dapat dicapai. Karena itu fungsi pemetaan ini lebih diarahkan pada pemetaan yang lebih lanjut terhadap solusi-solusi yang telah diwacanakan, dengan maksud untuk membuka kembali kran harapan yang sebelumnya tersendat. Penyempurnaan konsep OVOP ini lebih ditekankan pada tujuan untuk mensinergikan solusi, lalu mensistematiskan mekanismenya dan akhirnya dapat memperkuat sendi-sendi solusi inovatif tersebut sehingga kontribusinya dapat terus berjalan secara berkesinambungan. Meningkatkan produk unggulan tiap daerah dalam skala kecil tentu akan mempermudah proses integrasi pengetahuan yang berimbas pada pemerataan kemampuan. Kemampuan disini dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia dan kuantitas produksi. Pemasalahan input dan output UMKM pun dapat terbantu, karena ia berada dibawah naungan kebersamaan yang terorganisir, baik secra nonformal masyarakat dan formalitas pemerintah. Apalagi bila produk yang 289

dikembangkan adalah sama. Karena selain akan mempermudah akses modal juga dapat meningkatkan inovasi. Karena secara tidak langsung konsep OVOP akan meningkatkan persaingan lokal dalam tingkat regional.(http://maulnulis.wordpress.com/2012/04/12/ovop-solusi-umkmmenghadapi-persaingan-global/). Dan bila proses ini dapat terus berjalan, tentu akan melahirkan brand atau image yang baik dari UMKM yang dapat menjadi modal awal untuk menatap persaingan global. Contohnya adalah Pekalongan yang sering disebut kota batik, atau Cirebon dengan keunggulan produksi rotan dan udangnya. Hal ini terbukti mampu menyerap pasar yang lebih baik. Karena yang ditawarkan adalah keunikan, dan UMKM sarat dengan faktor keunikan dan inovasi apalagi budaya masyarakat indonesia yang beragam, tentu akan banyak melahirkan inovasiinovasi baru bila terus dikembangkan. Selain itu dengan peningkatan daya saing dan pemerataan kemampuan (kualitas) secara tidak langsung akan meningkatkan kuantitas dan kualitas UMKM yang benar-benar berbasis SDM unggul. Dengan membangun kualitas lokal yang unggul lalu didukung dengan akses pasar yang baik tentu akan melahirkan output yang lebih baik. Maka dalam globalisasi perdagangan kelak, dinamika ini disinyalir akan semakin memperkuat peran UMKM menjadi tameng ekonomi bangsa dengan kontribusinya pada peningkatan ekspor non-migas Indonesia, sekaligus menjadi salah satu brand produk bangsa yang unggul, yang dapat diperhitungkan dipasar dunia. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan merumuskan permasalahan mengenai bagaimanakah pengembangan UMKM melalui pendekatan OVOPuntuk meningkatkan daya saing di pasar nasional dan global. PEMBAHASAN OVOP atau satu desa satu produk adalah pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfatkan sumberdaya lokal.satu desa sebagaimana dimaksud dapat diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis. Gerakan 290

OVOPpertama kali dicetuskan oleh Morihiko Hiramatsu saat menjabat sebagai Gubernur Prefektur Oita di timur laut Pulau Kyushu. Masa jabatannya di Oita selama 6 periode (1979-2003) digunakan untuk mengentaskan kemiskinan warganya dengan menerapkan konsepsi pembangunan wilayah yang disebut dengan gerakan OVOP. Untuk mengembangkan potensi asli daerah supaya mampu bersaing di tingkatglobal, OVOPdisesuaikan dengan kompetensi daerah, di mana akan dipilih produkunggulan yang unik dan khas di daerah tersebut untuk menjadi produk kelas global.kriteria yang harus dimiliki bagi lokasi pengembangan program OVOPdalam rangka pengembangan UMKM yang berdaya saing tinggi di pasar nasional dan global adalah daerah yang menjadi pengembangan program OVOPharus ada keseragaman jenis usaha, memiliki tata ruang yang jelas, dan memiliki infrastruktur yang bagus. Gerakan OVOPmempunyai tiga prinsip yang harus dimiliki oleh daerah-daerah yang akan menerapkan gerakan OVOP untuk mengembangkan produk-produk unggulan lokal yang dimiliki oleh daerah. Prinsip tersebut adalah berpikir secara global berkegiatan secara lokal, usaha mandiri dengan inisiatif dan kreativitas, serta perkembangan sumberdaya manusia. Prinsip berpikir secara global berkegiatan secara lokal, artinya komoditas yang bersifat lokal dapat menjadi komoditas global.biasanya orang menilai bahwa komoditas lokal tidak mempunyai sifat universal dan komoditas global mempunyai sifat kosmopolitan.pada kenyataannya bukan demikian, semakin tinggi keaslian dan kekhasan lokal suatu daerah, semakin tinggi nilai dan perhatiaan secara global terhadap produk daerah tersebut.namun, komoditas lokal itu sendiri harus dipatenkan dan kualitas mutunya harus ditingkatkan.dengan usaha ini, komoditas lokal dapat memperoleh penilaian dunia dan dapat dipasarkan secara global. Prinsip usaha mandiri dengan inisiatif dan kreativitas, merupakan suatu gerakan yang dicanangkan untuk mengantisipiasi adanya pemodalan dan sumberdaya dari pemerintah yang kemungkinan akan berhenti pada kalkulasi risiko dan untung-rugi sehingga sulit berkelanjutan. Pemodalan dan sumberdaya 291

mandiri akan mendorong masyarakat untuk sungguh-sungguh karena inisiatif masyarakat akan membuat masyarakat merasa nyaman dan bergairah. Pemerintah cukup memberikan dukungan infrastruktur jalan dan kemudahan dalam manajemen supply chain. Dalam jangka panjang, gerakan ini akan membentuk budaya yang sangat luar biasa. Prinsip perkembangan sumberdaya manusia, artinya suatu daerah yang berhasil selalu mempunyai local leader yang bagus.jika daerah ingin membuat sesuatu yang bagus dalam skala besar atau nasional dapat memanfaatkan penanaman modal besar dari luar daerah walaupun hal ini bukan keharusan.daerah tersebut, berusaha memperhatikan sekaligus meningkatkan keaslian dan kekhasan lokal.masyarakat bergerak dengan inisiatifnya dan pertanggungjawaban sendiri. Dengan cara ini, OVOP dapat berjalan dan berkelanjutan. Jika suatu daerah memiliki produk unggulan dan didukung oleh pemerintah maka akan memiliki daya saing dan potensi untuk berkembang lebih baik. Usaha kecil yang menjadi tulang punggung pengembangan OVOP menjadi ikut berkembang. Selain itu OVOPakan membantu menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal berdasarkan potensi sumberdaya yang ada, bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Jika di setiap daerah sudah tercipta satu produk yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi, maka pemerintah hendaknya memberikan bantuan penyediaan pasar, membantu pemodalan, dan bantuan lain dalam masalah teknis dan manajemen. OVOP merupakan model pengembangan KUMKM untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan pengembangan produk unggulan daerah melalui gerakan OVOP adalah mengembangkan produk unggulan daerah yang memiliki potensi pemasaran lokal maupun global, mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta nilai tambah produk agar dapat bersaing dengan produk impor, dan khusus kegiatan OVOP yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah dalam mengembangkan OVOP harus melalui Koperasi dan UMKM, serta meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Partisipasi dan peran serta 292

Pemerintah Daerah dalam pengembangan produk unggulan daerah pedesaan melalui pendekatan OVOP dilandasi peraturan daerah di antaranya : Ingub No. 518/23546 tanggal 31 Desember 2011 tentangpengembangan Produk Unggulan Daerah Pedesaan melalui Pendekatan OVOP berbasis koperasi di Provinsi Jawa Tengah, Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Koperasi, Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2013 tentang Juknis Pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun 2012 serta Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan UMKM. Kriteria produk dalam OVOP adalah produk unggulan daerah dan/atau produk kompetensi inti daerah, unik khas budaya dan keaslian lokal, berpotensi pasar domestik dan ekspor, bermutu dan berpenampilan baik, dan diproduksi secara kontinyu dan konsisten. Lingkup produksi OVOP adalah produk makanan olahan berbasis hasil pertanian dan perkebunan, produk aneka minuman dari hasil pengolahan hasil pertanian dan perkebunan, produk hasil tenun/batik atau konveksi khas masyarakat lokal, produk kebutuhan rumah tangga termasuk produk dekoratif atau interior, produk barang seni dan kerajinan termasuk produk cinderamata, dan produk herbal dan minyak atsiri khas masyarakat lokal, misalnya Sarung Goyor Pemalang, Sarung Goyor Sragen, Tenun Lurik Batik dari Klaten, Tenun Troso Jepara dan Batik Surakarta. Sebelumnya pada tahun 2012, ada dua sasaran rintisan OVOP dan yang mendapatkan alokasi dana yakni produk Carica di Kabupaten Wonosobo dan Bordir di Kabupaten Kudus dan hal ini akan terus dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan. Menurut Kadiman (2005), pengembangan OVOPdi daerah perdesaan denganmemperhatikan perspektif keterkaitan berbagai pihak dibutuhkan komitmen dan kerjanyata dari ketiga aspek yang disebut sebagai Triple Helix, meliputi A (academician), B(businessman), dan G (government). Triple helix merupakan salah satu solusi darikendala-kendala yang dihadapi oleh para pelaku bisnis dan mewadahi terciptanyakolaborasi mutualisme antara ketiga pihak yang terlibat di dalamnya. Diharapkanhubungan yang lebih terbuka dan saling menguntungkan akan dapat dilakukan antarapihak akademisi dengan pemerintah, akademisi dengan pelaku bisnis, dan pelaku bisnis dengan pemerintah. 293

Tridharma Perguruan Tinggi menyebutkan bahwa kewajiban dosen adalahmelakukan pengajaran dan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.danayang dialokasikan pemerintah untuk membiayai penelitan dimaksudkan untukmemotivasi penelitian-penelitian yang melahirkan inovasi teknologi dan ide kreatif.hasilpenelitian jangan berakhir di ruang laboratorium atau diarsipkan dalam koleksiperpustakaan. Di dalam triple helix, hasil penelitian akademisi perguruan tinggidiharapkan tidak hanya melayani kebutuhan ilmu pengetahuan semata, namun jugasebagai solusi permasalahan pemerintah di dalam menentukan kebijakan dan regulasiyang berkaitan dengan masyarakat pebisnis. Pihak pemerintah perlu memberikanstimulus positif yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan investasi bisnissekaligus mendorong atmosfer bisnis yang kondusif.caranya adalah dengan mengurangipembatasanpembatasan yang menyulitkan perkembangan dan inovasi berbisnis,melindungi karya-karya inovasi bisnis, dan mengimplementasikan aturan pemerintahyang berkaitan etika berbisnis sehingga tercipta persaingan bisnis yang sehat. Di sisi lain,pihak industri juga mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi dalammenciptakan iklim bisnis yang baik, seperti menerapkan etika berbisnis, berkomitmenpada corporate social responsibility (CSR), dan menjadi partner pemerintah untukmendukung pertumbuhan ekonomi secara nasional. Menyeimbangkan peran dari ketigapihak yaitu akademisi, pemerintah, dan pebisnis ini bukanlah hal mudah.diperlukanupaya yang berkesinambungan dan dinamis, sehingga setiap pihak diharapkan selaluopen-minded dan berusaha melakukan yang terbaik demi kepentingan bersama.ketigapihak tidak dapat bergerak sendiri, oleh karena itu diperlukan kerjasama yang sinergis dan seimbang. KESIMPULAN OVOP atau satu desa satu produk adalah pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfatkan sumberdaya lokal.satu desa sebagaimana 294

dimaksud dapat diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis. Gerakan OVOP mempunyai tiga prinsip yang harus dimiliki oleh daerahdaerah yang akan menerapkan gerakan OVOP untuk mengembangkan produkproduk unggulan lokal yang dimiliki oleh daerah, yaitu prinsip berpikir secara global berkegiatan secara lokal, usaha mandiri dengan inisiatif dan kreativitas, serta perkembangan sumberdaya manusia. Tujuan pengembangan produk unggulan daerah melalui gerakan OVOP adalah mengembangkan produk unggulan daerah yang memiliki potensi pemasaran lokal maupun global, mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta nilai tambah produk agar dapat bersaing dengan produk impor, dan khusus kegiatan OVOP yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dalam mengembangkan OVOP harus melalui Koperasi dan UMKM. (Pengembangan OVOP berbasis Koperasi dan UMKM). Model pengembangan OVOPuntuk meningkatkan daya saing produk UMKM diindonesia dapat dilakukan dengan Triple Helix dengan pembagian peran yang jelasdari tiga pemangku kepentingan, adanya perencanaan yang baik, adanya tahapankegiatan, dan komitmen bersama tiga pemangku kepentingan untuk memperkuatumkm di Indonesia.Ketiga pemangku kepentingan dalam Triple Helix, yaitu A(academician atau perguruan tinggi), B (businessman atau perusahaan sebagai pelakubisnis), dan G (government atau pemerintah).perguruan tinggi melalui Tri DharmaPerguruan Tinggi dapat melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat untukmelayani kebutuhan ilmu pengetahuan dan juga menjadi solusi permasalahanpemerintah di dalam menentukan kebijakan dan regulasi yang berkaitan denganmasyarakat pebisnis, khususnya UMKM. DAFTAR PUSTAKA Kadiman, Kusmayanto, (2005), The Triple Helix and The Public. Dipresentasikan pada Seminar on Balanced Perspective in Business Practices, Governance, and Personal Life. Jakarta Soemarno, (2011), Perencanaan Pengembangan Wilayah: Model PengembanganKawasan Agribisnis Cabe Pemberdayaan Potensi Wira- Usaha Petani Kecilmelalui Pendampingan, Surabaya 295

http://maulnulis.wordpress.com/2012/04/12/ovop-solusi-umkmmenghadapipersaingan-global/ 296