ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

POTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

PENGARUH PERUBAHAN FREKUENSI DALAM SISTEM PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3-FASA TERHADAP EFISIENSI DAN ARUS KUMPARAN MOTOR

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan pada Shunt Active Power Filter Tiga Fasa

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

Harrij Mukti K. Kata kunci: Slip energy recovery, Motor Induksi, Rotor Belitan, Konverter, Chopper

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI PADA GENERATOR SINKRON YANG BEKERJA PARALEL TERHADAP PERUBAHAN FAKTOR DAYA

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.

INVERTER HALF-BRIDE DENGAN TRANSFORMATOR STEP-UP TANPA DAN MENGGUNAKAN FILTER PASIF BERBASIS IC SG3524 SEBAGAI APLIKASI DARI PHOTOVOLTAIC

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

SIMULASI PERANCANGAN FASA TERTINGGAL SISTEM KENDALI DIGITAL

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

BAB V II PENGATUR TEGANGAN BOLAK-BALIK (AC REGULATOR)

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KOMPRESSOR AC BERBASISKAN PC

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

Abstrak. Kata Kunci: Stator Terbuka, Torsi, Kecepatan. 1. Pendahuluan. 2. Motor induksi Tiga Fasa

Simulasi Kerusakan Thyristor Pada Penyearah Tiga Fasa Terkontrol Dengan Beban RLC

Simulasi dan Analisa Hubung Singkat Pada Belitan Stator Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Wavelet Transform dan Power Spectral Density

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

BAB IV PENYEARAH TERKENDALI (KONVERTER)

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo

Mekatronika Modul 6 Penyearah Gelombang menggunakan SCR

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA BEBAN RESISTIF,INDUKTIF,KAPASITIF GENERATOR SINKRON 3 FASA MENGGUNAKAN METODE POTTIER

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace

GERAK MELINGKAR (ROTASI)

Antiremed Kelas 11 FISIKA

BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA. DC disebut motor konduksi. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar

Analisis Tegangan dan Regangan

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

Identifikasi Dampak Gangguan Harmonisa dan Ketidak Seimbangan Magnitude Tegangan Serta Sudut Phasa Pada Performa Motor Induksi

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

ANALISA HARMONISA PADA SISI MASUKAN DAN KELUARAN PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA TUGAS AKHIR

Simulasi Unjuk Kerja Sistem Kendali PID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1. di Kawasan Fasor (Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap) 8/25/2012

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI

ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI

Transkripsi:

NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro Fakulta Teknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. lmamater, Kampu USU Medan 20155 INDONESI email: hebercharli@yahoo.co.id, amul2@uu.ac.id btrak Sumber tegangan tiga faa banyak digunakan di pabrikpabrik, alah atunya adalah digunakan untuk mengoperaikan motor tiga faa. Salah atu cara untuk mengatur tegangan tarting motor tiga faa adalah dengan menggunakan rangkaian pengontrol tegangan tiga faa. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa ini dapat diuun dari berbagai peralatan elektronika daya, alah atu jeni pengontrol tegangan tiga faa yang ering digunakan yaitu pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh. Tuga akhir ini dilakukan imulai menggunakan program PSpice untuk mengamati cara kerja SCR yang diuun anti pararel dan tegangan keluaran SCR dalam uatu rangkaian pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh, dengan beban yang digunakan yaitu reitif (R) dan reitif induktif (RL). Berdaarkan hail imulai diperoleh bentuk gelombang dan bearnya V O rm tegangan keluaran pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh. Dari hail data imulai dan perhitungan diperoleh, jika bearnya nilai udut penyalaan SCR di rubah > 0 0 maka bearnya nilai V O rm beban R dan RL terhubung bintang < (220 V) dan bearnya nilai V O rm beban R dan RL terhubung delta < (207,8 V). Bearnya V O rm beban R dan RL baik terhubung bintang maupun delta juga dipengaruhi oleh tegangan maukan, udut β, dan impedani beban. Kata Kunci: Pengontrol, SCR, PSpice, Beban RL 1. Pendahuluan Sumber tegangan tiga faa banyak digunakan di pabrikpabrik, alah atunya adalah digunakan pada pengaturan tarting motor tiga faa. Salah atu cara untuk mengatur tegangan tarting motor tiga faa adalah dengan menggunakan rangkaian pengontrol tegangan tiga faa. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa ini dapat diuun dari berbagai peralatan elektronika daya. Pada tuga akhir ini penuli akan membaha alah atu jeni pengontrol tegangan tiga faa yang ering digunakan yaitu pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh ini menggunakan enam buah SCR yang diuun anti pararel. Beban yang digunakan dalam imulai ini adalah beban reitif dan reitif induktif. Simulai pada tuga akhir ini menggunakan program PSpice, hail imulai ini berupa bentuk gelombang tegangan output dari rangkaian pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh. Tujuan dari penulian ini adalah untuk Menganalia tegangan output, pengaruh perubahan udut penyalaan SCR, dan perubahan impedani beban dari pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh dengan beban reitif dan reitif induktif 2. Pengontrol Tegangan Tiga Faa Diagram rangkaian pengontrol tegangan tiga faa terhubung delta dengan beban reiitif (R) dan reitif induktif (RL) ditunjukkan pada Gambar 1. dan Gambar 2. Urutan firing dari SCR adalah T 1,T 2,T 3,T 4,T 5,T 6. C VN B Gambar 1. Pengontrol tegangan tiga faa beban R terhubung delta [1] 70 copyright @ DTE FT USU

Untuk beban reitif, tegangan faa keluaran rm dapat ditentukan dari [1]: V O = ( ) = 3 V C VN B Gambar 2. Pengontrol tegangan tiga faa beban RL terhubung delta [1] L1 L2 L3 (1) Tegangan keluaran rm untuk beban RL terhubung delta dapat ditentukan ebagai Berikut [1]: V O = ( ) [2] = 3 ( (2) Sudut dapat ditentukan dari peramaan berikut[2]: θ = tan 1 (ωl/r) (3) in( )= in( ) ( )( ) (4) = 6 (5) Untuk udut 60 α 90 V O = 6 (6) Untuk udut 90 α 150 V O = 6 (7) C VN N B Gambar 4. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa beban RL terhubung bintang [1] Tegangan keluaran rm untuk beban RL terhubung Bintang dapat ditentukan ebagai berikut [1]: Untuk 0 α 90 V O = 2 ( ) = 6 b L2 Van a L1 L3 c (8) Diagram rangkaian pengontrol tegangan tiga faa terhubung bintang dengan beban reiitif (R) dan reitif induktif (RL) ditunjukkan pada Gambar 3. dan Gambar 4. Urutan firing dari SCR adalah T 1,T 2,T 3,T 4,T 5,T 6. VN C N B Van n b c a Untuk udut 90 α 150 V O = 6 (9) Hampir emua litrik yang digunakan oleh indutri, dibangkitkan, ditranmiikan, dan di ditribuikan dalam item tiga faa. Sitem tiga faa ini memiliki bear yang ama untuk aru dan tegangan tetapi mempunyai perbedaan udut ebear 120 antar faanya. Sumbu ini diebut juga umbu yang eimbang. Van L1 Vcn Gambar 3. Pengontrol tegangan tiga faa beban R terhubung bintang [1] Vcn n Vbn L2 n L3 Van Tegangan keluaran rm untuk beban R yang terhubung Bintang dapat ditentukan ebagai berikut [1]: Untuk 0 α 60 V O = ( ) (a) Vbn (b) Gambar 5. (a) Rangkaian item tiga faa urutan abc. (b) Diagram faor ebuah item eimbang [3] 71 copyright @ DTE FT USU

Sitem pada Gambar 5b diebut item urutan abc, di mana faa b tertinggal 120 terhadap faa a, dan faa c tertinggal 120 terhadap faa b. Hanya atu kemungkinan urutan lagi elain urutan abc, yaitu urutan acb. Beban pada gambar 5a dihubungkan dengan cara hubungan bintang. Dalam hubungan tipe bintang ini tegangannya adalah tegangan faa netral dan aru yang mengalir pada tiap faa beban adalah aru faa aluran. Daya yang digunakan pada maingmaing faa pada beban adalah [3]: P 1Φ = I L co (10) untuk item yang eimbang, daya totalnya adalah [3]: P T = P 3Φ = 3 I L co = 3 I L co = 3 V LL I L co (11) Gambar 7. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa beban R terhubung delta 3. Simulai Pengontrol Tegangan Tiga Faa Terkendali Penuh Langkah langkah pemograman dari imulai penyearah jembatan terkontrol penuh dengan menggunakan program PSpice yang pertama adalah menentukan bentuk rangkaian penyearah jembatan terkontrol penuh dan menentukan node titik pada tiap komponen yang menyuunnya, kedua membuat liting program dengan memperhatikan gambar rangkaian yang dilengkapi dengan node yang telah dibuat pada algoritma, ketiga run imulai gambar tegangan keluaran. Gambar 8. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa beban RL terhubung delta Gambar 9. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa beban R terhubung bintang Gambar 6. Diagram alir imulai tegangan keluaran pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh Gambar 10. Rangkaian pengontrol tegangan tiga faa beban RL terhubung bintang 72 copyright @ DTE FT USU

4. nalia dan Pembahaan nalia dan pembahaan pengontrol tegangan tiga faa beban R dan RL terhubung delta Tegangan Maukan (V S ) = 120 V Frekueni = 50 Hz Sudut Picu ( ) = 60 0 Beban R 1,R 2,R 3 = 2.5 ohm Beban L 1,L 2,L 3 = 6.5 mh 300 200 100 0 100 200 300 L 0,01 0,02 0,03 0,04 Gambar 11. Bentuk gelombang tegangan umber V LL dan beban R terhubung delta nalia gelombang tegangan keluaran rangkaian beban R terhubung delta: Pada Gambar 11 SCR 1 di triger pada udut 60 0 aru mengalir dari V melalui R 1, SCR 1, menuju V B. SCR 2 di triger pada udut 120 0 aru mengalir dari V melalui SCR 2, R 3, menuju V C. SCR 3 di triger pada udut 180 0 aru mengalir dari V B melalui R 2, SCR 3, menuju V C. SCR 4 di triger pada udut 240 0 aru mengalir dari V 2, melalui SCR 4, menuju V. SCR 5 di triger pada udut 300 0 aru mengalir dari V C melalui R 3, SCR 5, menuju V. SCR 6 di triger pada udut 360 0 aru mengalir dari V C melalui SCR 6, R 2, menuju V B. Kemudian iklu berulang kembali dari SCR 1. Perhitungan untuk tegangan rm beban R terhubung delta: V O = = 169 V L 300 200 100 0 100 200 300 0,01 0,02 0,03 0,04 Gambar 12. Bentuk gelombang tegangan umber V LL dan beban RL terhubung delta nalia gelombang tegangan keluaran rangkaian beban RL terhubung delta: Pada Gambar 12 SCR 1 di triger pada udut 60 0 aru mengalir dari V melalui R 1, SCR 1, menuju V B. SCR 2 di triger pada udut 120 0 aru mengalir dari V melalui SCR 2, R 3, menuju V C. SCR 3 di triger pada udut 180 0 aru mengalir dari V B melalui R 2, SCR 3, menuju V C. SCR 4 di triger pada udut 240 0 aru mengalir dari V 2, melalui SCR 4, menuju V. SCR 5 di triger pada udut 300 0 aru mengalir dari V C melalui R 3, SCR 5, menuju V. SCR 6 di triger pada udut 360 0 aru mengalir dari V C melalui SCR 6, R 2, menuju V B. Kemudian iklu berulang kembali dari SCR 1. Karena pengaruh induktani pada rangkaian aru SCR 1, SCR 2, SCR 3, SCR 4, SCR 5, SCR 6 tidak akan jatuh menuju nol pada ωt = 180 0, ketika tegangan maukan mulai menjadi negatif. SCR 1, SCR 2, SCR 3, SCR 4, SCR 5, SCR 6 akan teru terhubung ampai aru jatuh menjadi nol pada ωt = β. Perhitungan untuk tegangan rm beban RL terhubung delta: Sin (β θ) = in (α θ) ( ) β = 218,535 0 V O = 3 = 193,261 V nalia dan pembahaan pengontrol tegangan tiga faa beban R dan RL terhubung bintang Tegangan Maukan (V S ) = 220 V Frekueni = 50 Hz Sudut Picu ( ) = 60 0 Beban R 1,R 2,R 3 = 2,5 ohm Beban L 1,L 2,L 3 = 6.5 mh 73 copyright @ DTE FT USU

N nalia gelombang tegangan keluaran rangkaian beban RL terhubung bintang: Gambar 13. Bentuk gelombang tegangan umber V LN dan beban R terhubung Bintang nalia gelombang tegangan keluaran rangkaian beban R terhubung bintang: N 400 200 0 200 400 Pada Gambar 13 dapat dilihat SCR 1 di triger pada udut 60 0 dan SCR 6 maih konduki kemudian aru mengalir dari V melalui SCR 1, beban R 1, beban R 3, SCR 6 menuju V B, SCR 1 maih konduki dan SCR 2 di triger pada udut 120 0 kemudian aru mengalir dari V melalui SCR 1, beban R 1, beban R 2 menuju V C. SCR 3 di triger pada udut 180 0 dan SCR 2 maih konduki ehingga aru mengalir dari V B melalui SCR 3, beban R 2, beban R 3 menuju V C, SCR 3 maih bekerja dan SCR 4 di triger pada udut 240 0 ehingga aru mengalir dari V B melalui SCR 3, beban R 2, beban R 1, menuju V. SCR 5 di triger pada udut 300 0 dan SCR 4 maih konduki ehingga aru mengalir dari V C melalui beban R 3, beban R 1, menuju V, SCR 6 di triger pada udut 360 0 dan SCR 5 maih konduki ehingga aru mengalir dari V C melalui beban R 3, beban R 2, menuju V B. Siklu berulang kembali. Perhitungan untuk tegangan rm beban R terhubung bintang: V O = 6 = 156,2V 0,01 0,02 0,03 0,04 Gambar 14. Bentuk gelombang tegangan umber V LN dan beban RL terhubung bintang Pada Gambar 14 dapat dilihat SCR 1 di triger pada udut 60 0 dan SCR 6 maih konduki kemudian aru mengalir dari V melalui SCR 1, beban R 1, beban R 3, SCR 6 menuju V B, SCR 1 maih konduki dan SCR 2 di triger pada udut 120 0 kemudian aru mengalir dari V melalui SCR 1, beban R 1, beban R 2 menuju V C. Karena pengaruh induktani pada rangkaian aru SCR 1 dan SCR 2, tidak akan jatuh menuju nol pada ωt = 180 0, ketika tegangan maukan mulai menjadi negatif. SCR 1 dan SCR 2 akan teru terhubung ampai aru jatuh menjadi nol pada ωt = β. Perhitungan untuk mencari udut β: Sin (β θ) = in (α θ) ( ) β = 218,535 0 Perhitungan untuk tegangan rm beban RL terhubung bintang: V O = 6 = 167 V Ket: hubungan bintang V S = 220V, hubungan Delta V S = 120V, R = 2,5Ω, L =6,5mH Gambar 15. Kurva bearnya tegangan keluaran dari berbagai variai udut penyalaan SCR hail imulai PSpice Pada Gambar 15 dapat dilihat bearnya nilai V O rm beban R terhubung bintang maupun terhubung delta berbanding terbalik dengan udut penyalaan SCR, jika bearnya nilai udut penyalaan SCR di rubah > 0 0 maka bearnya nilai V O rm beban R terhubung bintang maupun terhubung delta akan emakin kecil dari nilai tegangan maukan. Bearnya nilai V O rm beban RL terhubung bintang untuk udut penyalaan 74 copyright @ DTE FT USU

SCR 10 0 = 220V nilai yang ama dengan tegangan maukan, etelah udut penyalaan SCR > 10 0 maka bearnya V O rm beban RL terhubung bintang < 220V. Begitu juga bearnya nilai V O rm beban RL terhubung delta untuk udut penyalaan SCR 10 0 ampai 30 0 = 207,8V nilai yang ama dengan tegangan maukan, etelah udut penyalaan SCR > 30 0 maka bearnya V O rm beban RL terhubung delta < 207,8V. tegangan tiga faa akan emakin bear mendekati nilai tegangan umber. 4. Perubahan udut penyalaan akan mempengaruhi tegangan keluaran dari SCR, emakin bear udut penyalaan maka akan emakin kecil tegangan keluaran SCR. 6. Ucapan Terima Kaih Penuli mengucapkan terima kaih kepada J. Lumban Batu dan L. br Sinambela elaku orang tua penuli, Ir. Syamul mien, M.Si elaku doen pembimbing, juga Yulianta Siregar, S.T.,M.T, dan Ir. Riwan Dinzi, M.T elaku doen penguji penuli yang udah membantu penuli dalam menyeleaikan paper ini, erta temanteman penuli yang udah memberikan dukungan elama pembuatan paper ini. 7. Daftar Putaka Ket: hubungan Bintang V S = 220V, hubungan delta V S = 120V, R=2,5 Ω Gambar 16. Kurva bearnya tegangan keluaran dari berbagai variai bearnya beban L dengan udut penyalaan 40 0 hail imulai PSpice Pada Gambar 16 dapat dilihat bearnya nilai V O rm beban RL terhubung bintang maupun terhubung delta berbanding luru dengan bearnya nilai induktani, emakin bear nilai induktani maka bearnya nilai V O rm beban RL terhubung bintang maupun terhubung delta akan emakin bear juga mendekati nilai tegangan maukan. [1]. Rahid, Muhammad H., Power Electronic Circuit, Device and plication Second Edition, PrenticeHall International Inc, 1993. [2]. Rahid, Muhammad H., Power Electronic handbook, academic pre, 1993. [3]. Stevenon, William D. & Grainger, John J., Power Sytem nalyi, Mc Graw Hill Inc, 1994. [2]. Rahid, Muhammad H., Power Electronic Handbook, cademic Pre, 2001. 5. Keimpulan Setelah melakukan imulai dan perhitungan, maka penuli dapat mengambil keimpulan ebagai berikut: 1. Bentuk gelombang tegangan keluaran dari pengontrol tegangan tiga faa terkendali penuh dipengaruhi oleh bearnya tegangan maukan, udut penyalaan SCR, dan impedani beban. 2. Pada beban RL, pengontrolan efektif dapat dilakukan pada udut penyalaan > β. 3. Semakin bear nilai L pada rangkaian beban RL untuk udut penyalaan tertentu, maka tegangan keluaran pengontrol 75 copyright @ DTE FT USU