BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

Pemungut PPh Pasal 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Karakteristik. Tujuan : Kesederhanaan dan Kemudahan pengenaan pajak agar tepat waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan

Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Amanita Novi Yushita, M.Si

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

BAB IV KETENTUAN LAINNYA

TOPIK : PENDAHULUAN. Mekanisme pembayaran utang PPh Manfaat withholdingtax system Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan Pembatasan

2% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 3% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 4% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 6% Jumlah bruto tidak termasuk PPN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini


Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh. PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ PMK No. 253/ PMK.03/ 2008

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 32/PJ/2013 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas. yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BAB 2 LANDASAN TEORI. perpajakan. Beberapa definisinya antara lain definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terjadi pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah

PERPAJAKAN I KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK. By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pajak merupakan kewajiban rakyat untuk memberikan sebagian harta

MAKALAH KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

BAB III PEMBAHASAN. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Definisi PPh Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Perbedaan Antara Pemungutan dan Pemotongan

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pajak Penghasilan Pasal 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kepercayaan para investor atas kinerja keuangan yang terdapat di

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan pertumbuhan perekonomian perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak, minyak dan gas bumi dan hasil alam lainnya. Sumber dana yang terbesar adalah pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Bentuk maupun struktur pajak selalu berkembang baik dalam fungsi dan penerapannya. Hal ini terjadi karena dalam penerapannya pajak melihat gejala sosial yang berkembang menurut keadaan dan kondisi masyarakat yang terus berubah. Oleh karena itu pemerintah harus tanggap terhadap perubahan yang terjadi karena bila tidak, pajak yang berlaku tidak akan berperan sebagaimana mestinya. Selain itu pajak harus dikelola dengan baik dan benar oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat selaku pembayar pajak. Saat ini Indonesia menganut sistem pemungutan pajak Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan dan tanggungjawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang yang harus dibayar. Dalam sistem ini, Wajib Pajak yang aktif sedangkan Fiskus tidak turut campur tangan dan hanya mengawasi dalam penentuan besarnya pajak terutang Wajib Pajak, kecuali Wajib Pajak melanggar ketentuan yang berlaku 1

2 maka akan dikenakan sanksi setelah melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak yang berwenang. Perpajakan dalam suatu perusahaan juga merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari kegiatan operasional perusahaan dan merupakan kewajiban untuk melaksanakan perpajakan yang telah ditetapkan. Sebuah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan hasil produksi atau penyerahan barang yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri, serta industri dan pengekspor yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul, akan dikenakan PPh Pasal 22. Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pajak dalam tahun berjalan melalui pemungutan pajak oleh bendaharawan pemerintah atau badan-badan tertentu sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 UU No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yang kemudian diubah dengan UU No. 7 tahun 1991 dan mengalami perubahan lagi dengan UU No. 10 tahun 1994 dan terakhir mengalami perubahan dengan UU No. 17 tahun 2000. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan menganalisis pajak penghasilan pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk

3 keperluan industri atau ekspor pada PT. Toxindo Prima yang bergerak dalam sektor perikanan yang memperoleh bahan-bahannya dari pedagang pengumpul. Meskipun PT. Toxindo Prima juga melakukan kegiatan impor atas beberapa bahan yang dapat meningkatkan kualitas produk yang hendak diekspor, penulis lebih mengutamakan pembahasan terhadap penyediaan bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dalam sektor perikanan yang diperoleh dari pedagang pengumpul. Maka hasil studi yang dilakukan akan dituangkan dalam skripsi ini dengan judul ANALISIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 TERHADAP UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN. (Studi kasus pada PT. TOXINDO PRIMA, Cilacap). 1.2. Identifikasi Masalah Sesuai dengan judul skripsi ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai pajak penghasilan pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh industri yang bergerak dalam sektor perikanan pada PT. Toxindo Prima. Identifikasi masalah yang dijadikan pedoman penulis dalam penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi dalam negeri pada PT. Toxindo Prima? 2. Sejauh mana penerapan pajak penghasilan pasal 22 terhadap penjualan hasil produksi dalam negeri pada PT. Toxindo Prima?

4 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian yang dilakukan penulis adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi dalam negeri pada PT. Toxindo Prima. 2. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan pajak penghasilan pasal 22 terhadap penjualan hasil produksi dalam negeri, apakah sudah sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku atau belum. 1.4. Kegunaan Penelitian Suatu penelitian pada prinsipnya adalah suatu usaha untuk memecahkan berbagai masalah yang sedang dihadapi dengan berbagai cara yang akan ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Dari hasil penelitian diharapkan skripsi ini akan berguna bagi semua pihak, diantaranya : 1. Bagi Penulis Dapat menambah ruang lingkup pengetahuan terutama di bidang pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi dalam negeri. 2. Bagi Perusahaan Diharapkan berguna untuk meningkatkan dalam pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22 sehingga dapat mengetahui kelemahan-kelemahannya yang terdahulu serta mencari efisiensi kerja agar dapat melakukan kewajiban pajaknya dengan benar.

5 3. Bagi Pihak lain Diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan dalam bidang pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22. 1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesa Pelunasan pajak penghasilan oleh wajib pajak dalam negeri, termasuk bentuk usaha tetap (BUT) dalam tahun pajak berjalan merupakan angsuran pembayaran pajak yang nantinya dapat diperhitungkan dengan cara mengkreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Namun demikian, dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak tepat waktu dan pertimbangan lainnya, maka pelunasan pajak dalam tahun berjalan ada yang ditetapkan bersifat final atas jenis-jenis penghasilan tertentu seperti dimaksud dalam pasal 4 ayat (2), pasal 21, pasal 22, dan pasal 23. Pajak penghasilan yang bersifat final tersebut tidak dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan yang terutang. Perpajakan dalam suatu perusahaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari kegiatan operasional perusahaan dan merupakan kewajiban untuk melaksanakan perpajakan yang telah ditetapkan. Sebuah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan hasil produksi atau penyerahan barang yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, Pertamina serta badan usaha

6 lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri, serta industri dan pengekspor yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul, akan dikenakan PPh Pasal 22. Adapun tarif pajak yang dikenakan pada PPh Pasal 22 antara lain : Menggunakan API : 2,5% x Nilai Impor Impor Tidak menggunakan API : 7,5% x Nilai Impor Yang tidak dikuasai : 7,5% x Harga Jual Lelang PPh Pasal 22 Bendaharawan : 1,5% x Harga Pembelian Rokok : 0,15% x Harga Bandrol Penjualan Produksi Dalam Negeri Pertamina : -Premium,solar SPBU Swastanisasi 0,3% x Penjualan - Premium, solar SPBU Pertamina : 0,25% x Penjualan - Minyak tanah, gas, dan pelumnas : 0,3% x Penjualan Otomotif : 0,45% x DPP PPN Kertas : 0,1% x DPP PPN Semen : 0,25% x DPP PPN Baja : 0,3% x DPP PPN Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh industri yang bergerak dalam sektor Perhutanan, Perkebunan, Pertanian, dan Perikanan dari pedagang pengumpul : 0,5% x Harga Pembelian

7 Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pajak dalam tahun berjalan melalui pemungutan pajak oleh bendaharawan pemerintah atau badan-badan tertentu sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 UU No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yang kemudian diubah dengan UU No. 7 tahun 1991 dan mengalami perubahan lagi dengan UU No. 10 tahun 1994 dan terakhir mengalami perubahan dengan UU No. 17 tahun 2000. Untuk SPT masa, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 22 dilakukan pada: 1. Impor, PPn dan PPnBM atas impor oleh wajib pajak penyetoran dilakukan bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk. Sedangkan pelaporannya 14 hari setelah berakhirnya masa pajak. 2. Impor, PPN dan PPnBM atas impor oleh Ditjen Bea dan Cukai penyetoran dilakukan 1 hari setelah pemungutan pajak. Sedangkan pelaporannya 7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir. 3. Bendaharawan, penyetoran dilakukan pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran. Sedangkan pelaporannya tanggal 14 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. 4. Bahan bakar penyetoran dilakukan pada saat surat perintah pengeluaran barang (delivery order) ditebus. Sedangkan pelaporannya 20 hari setelah masa pajak berikutnya. 5. Pemungutan oleh badan tertentu penyetoran dilakukan pada tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Sedangkan pelaporannya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

8 Sedangkan untuk SPT tahunan, penyetoran PPh pasal 22 dilakukan selambat-lambatnya sampai tanggal 20 Maret setelah tahun pajak berakhir, dan pelaporan PPh pasal 22 dilakukan selambat-lambatnya sampai tanggal 31 Maret setelah tahun pajak berakhir. Bagi Wajib Pajak (pemotong/pemungut) yang terlambat menyetorkan dan melaporkan pajaknya dikenakan sanksi berupa denda. Untuk keterlambatan penyetoran Wajib Pajak (pemotong/pemungut) dikenakan sanksi bunga 2% dari pajak terutang, sedangkan untuk keterlambatan pelaporan Wajib Pajak dikenakan sanksi Rp. 500.000 untuk SPT Masa dan Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan khususnya PPh pasal 22 yang tidak benar dalam penerapannya pada setiap aktivitas perusahaan akan merugikan perusahaan selaku pemotong / pemungut pajak, dimana PPh pasal 22 ini mempengaruhi pelaksanaan pembelian atau penyediaan bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspornya yang kemudian juga mempengaruhi penjualan hasil produksi dalam negeri yang dilakukan oleh PT. Toxindo Prima. Dengan mengetahui dampak tersebut maka perusahaan harus melaksanakan pemotongan / pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPh pasal 22 dengan benar sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan yang berlaku demi kelancaran pelaksanaan operasi perusahaan dan untuk memenuhi kewajiban perusahaan tersebut. 1.6. Metode Penelitian

9 Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang menjelaskan atau menggambarkan mengenai masalah yang sedang berlangsung dan menganalisis masalah tersebut berdasarkan datadata dan informasi objektif yang terdapat dalam objek penelitian, yang kemudian dibandingkan dengan teori untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Studi lapangan (Field Research) a. Observasi : yakni dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti pada PT. TOXINDO b. Wawancara atau interview : yaitu dengan berdialog atau berkomunikasi langsung dengan pejabat yang berhubungan dengan data penelitian yang diperlukan. c. Kuesioner : sebuah formulir yang didalamnya berisi serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan yang diharapkan untuk dijawab oleh responden. 2. Studi kepustakaan (Library Research) Yaitu dengan menelaah, membaca dan mempelajari dari buku dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada

10 PT. Toxindo Prima yang berlokasi di Jl. Lingkar Timur No.5, Tegalkamulyan Cilacap-Jawa Tengah. Waktu penelitiannya dilakukan pada bulan April 2006 sampai Mei 2006.