Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas. yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai
|
|
- Glenna Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran I Surat Edaran : Nomor : SE-11/PJ.41/1995 Tanggal : 28 Pebruari 1995 Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai penyalur Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak Tanah A. I. Data Wajib Pajak PT."X" anggota Hiswana Migas. - usahanya semata-mata sebagai Penyalur Premium dan Solar. - Dalam tahun pajak 1994 tidak menerima/memperoleh penghasilan lain. - Penjualan dalam tahun 1994 berdasarkan laporan keuangan Wajib Pajak = Premium liter = Rp ,00 Solar liter = Rp ,00 Rp ,00 - Penghasilan neto tahun pajak 1994 berdasarkan laporan keuangan = Rp ,00 - Kompensasi kerugian tidak ada. - PPh yang telah disetor dalam tahun pajak 1994 berdasarkan Perjanjian Kerjasama yaitu : Premium Rp ,00 Solar Rp ,00 Rp ,00 A... II. Pengisian SPT Tahunan PPh Tahunn 1994 a. Lampiran SPT Tahunan PPh diisi dengan jumlah-jumlah sesuai dengan laporan keuangan. b. 1. SPT Tahunan PPh Induk diisi dengan jumlah sesuai dengan jumlah yang diisikan dalam lampiran dan data lainnya kecuali untuk ruang : Penghasilan Kena Pajak - PPh Pasal 25 yang dibayar sendiri - Angsuran PPh Pasal 25 tahun Ruang Penghasilan Kena Pajak diisi dengan Penghasilan Kena Pajak yang telah disesuaikan dengan jumlah PPh yang telah disetor dalam tahun pajak 1994 berdasarkan perjanjian kerjasama. PPh yang disetor berdasarkan perjanjian kerjasama adalah Rp ,00.
2 PPh sebesar Rp ,00 tersebut, berdasarkan ketentuan Pasal 17 Undangundang PPh 1984, dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp ,00 (15% x Rp , % x Rp , % x Rp ,00) Dalam hal demikian perkalian antara Penghasilan Kena Pajak dengan tarif PPh Pasal 17 tidak selalu dapat tepat sama dengan jumlah PPh yang telah dibayar pada waktu melakukan penebusan Premium dan Solar ke Pertamina. Oleh karena itu PPh yang telah disetor Rp ,00 juga disesuaikan agar diperoleh Penghasilan Kena Pajak yang PPh-nya mendekati dengan PPh yang telah disetor, dalam hal ini PPh-nya sebesar Rp ,00. Jumlah sebesar Rp ,00 tersebut adalah penghasilan netto sebagai penyalur Premium dan Solar yang telah disesuaikan. Jumlah sebesar Rp ,00 diisikan dalam ruang "Penghasilan Kena Pajak" diberi tanda "*/" menjadi Rp ,00 *. Pada ruang kosong bagian bawah induk SPT Tahunan PPh ditulis */ sebagai pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas yang ditanda tangani tanggal 8 Juli Dengan demikian pada Induk SPT Tahunan PPh akan terdapat angka-angka sebagai berikut : Jumlah penghasilan netto Rp ,00 Kompensasi kerugian 0 Penghasilan Kena Pajak Rp ,00* PPh terutang (tarif Pasal 17 UU-PPh 1984) Rp ,00 Pengembalian/pengurangan PPh 0 Pasal 24 yang telah dikreditkan Jumlah PPh yang terutang PPh yang telah dibayar Rp ,00 Rp ,00 PPh yang masih harus dibayar/yang lebih dibayar NIHIL ============= 3. Ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995" diisi "NIHIL". Catatan : Apabila SPBU/Agen/Dealer Pertamina juga menyalurkan bahan bakar Premix, pengisian SPT Tahunan PPh sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Nomor SE-02/ PJ.41/1995 tanggal 8 Februari 1995 tentang pembayaran PPh Pasal 25 atas penebusan bahan bakar Premix (Seri PPh Umum No. 2) sama dengan contoh di atas.
3 Lampiran 2 Surat Edaran : Nomor : SE-11/PJ.41/1995 Tanggal : 28 Pebruari 1995 Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak semata-mata sebagai penyalur Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak Tanah, tapi juga mempunyai penghasilan lainnya. 1. Data Wajib Pajak PT. "X" anggota Hiswana Migas. - Usahanya sebagai penyalur Premium dan Solar (SPBU Swastanisasi) serta menerima/memperoleh penghasilan lainnya. - Tahun bukunya 1 Januari s/d Desember PT. "X" telah melakukan pemisahan pembukuannya antara usaha penyaluran Premium, Solar dengan usaha lainnya, sehingga dalam Laporan Keuangan Tahun 1994-nya sebagai berikut : Keterangan Penyaluran produk Pertamina (Rp) Usaha lain (Rp) Jumlah (Rp) Penyaluran , ,00 Premium , ,00 Solar , ,00 Jumlah , , ,00 Harga Pokok Penjualan , , ,00 Laba Bruto , , ,00 Biaya Usaha & Umum , , ,00 Laba bersih , , ,00 PPh yang telah dibayar sendiri - PPh yang disetor berdasarkan perjanjian kerjasama Rp ,00 PPh Pasal 25 Rp ,00 Jumlah Rp ,00 2. Pengisian SPT Tahunan PPh Tahunan Pajak 1994 a. Lampiran SPT Tahunan PPh diisi dengan jumlah-jumlah sesuai dengan laporan keuangan. 1. Induk SPT Tahunan PPh diisi dengan jumlah sesuai dengan jumlah yang diisikan dalam lampiran dan data lainnya kecuali ruang "Penghasilan Kena Pajak". 2. Ruang "Penghasilan Kena Pajak" diisi dengan jumlah penghasilan neto sebagai penyalur Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak tanah yang telah disesuaikan dengan jumlah PPh yang telah disetor berdasarkan Perjanjian Kerjasama ditambah dengan penghasilan neto lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut : 2.1. Apabila Laporan Keuangan WP sudah memisahkan masing-masing penghasilan netonya.
4 - Penyesuaian penghasilan neto sebagai penyalur Premium dan Solar. PPh yang telah disetor berdasarkan Perjanjian Kerjasama adalah sebesar Rp ,00 PPh sebesar Rp ,00 tersebut, berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU PPh Tahunn 1984, dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp ,00 (15% x Rp , % x Rp , % x Rp ,00). - Penghasilan neto usaha lainnya. Karena menurut Laporan Keuangan Wajib Pajak sudah dipisahkan masing-masing penghasilan netonya, maka penghasilan neto sesuai dengan Laporan Keuangan yaitu sebesar Rp ,00. - Jumlah seluruh penghasilan neto. Penghasilan neto Penyalur Premium Rp ,00 dan Solar Penghasilan neto usaha lainnya Rp ,00 Rp ,00 Jumlah sebesar Rp ,00 diisikan dalam ruang "Penghasilan Kena Pajak" dan diberi tanda "*/" (Rp ,00) */.). Pada ruang kosong bagian bawah Induk SPT Tahunan PPh ditulis : */. sebagai pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas yang ditanda tangani pada tanggal 8 Juli Dengan demikian pada Induk SPT Tahunan PPh akan terdapat angka-angka sebagai berikut : Jumlah penghasilan neto Rp ,00 Kompensasi kerugian Rp. 0 Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 */ PPh terutang (tarif Ps.17 UU PPh 1984) Rp ,00 Pengembalian/pengurangan PPh Ps.24 yang telah dikreditkan Rp. 0 Jumlah PPh terutang Rp ,00 PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak Rp. 0 PPh yang harus dibayar sendiri Rp ,00 PPh yang telah dibayar sendiri Rp ,00 PPh yang masih harus dibayar Rp , Apabila Laporan Keuangan Wajib Pajak belum memisahkan masing-masing penghasilan nettonya, tetapi berupa penjumlahan penghasilan netto. Penyesuaian penghasilan netto sebagai penyalur Premium dan Solar PPh yang telah disetor berdasarkan Perjanjian Kerjasama adalah sebesar Rp ,00 PPh sebesar Rp ,00 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU PPh 1984, dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp ,00 (15% x Rp , % x Rp , % x Rp ,00).
5 Dalam hal demikian perkalian antara Penghasilan Kena Pajak dengan tarif PPh Pasal 17 tidak selalu dapat tepat sama dengan jumlah PPh yang telah dibayar pada waktu melakukan penebusan Premium dan Solar ke Pertamina. Oleh karena itu PPh yang telah disetor Rp ,00 juga disesuaikan agar diperoleh Penghasilan Kena Pajak yang PPh-nya mendekati dengan PPh yang telah disetor, dalam hal ini PPh-nya sebesar Rp ,00 Jumlah sebesar Rp ,00 tersebut adalah penghasilan netto sebagai penyalur Premium dan Solar yang telah disesuaikan. - Penghitungan penghasilan neto lainnya : Laba bruto dari usaha lainnya Rp ,00 Biaya yang diperlukan selain yang telah diperhitungkan dalam harga pokok Rp ,00 Laba bruto penyalur dari : Premium = lt x Rp. 28,00 Rp ,00 Solar = lt x Rp. 19,00 Rp ,00 Rp ,00 Biaya yang telah diperhitungkan dalam usaha penyalur Premium, Solar = 68,14% x Rp ,00 = Rp ,00 Biaya yang dibebankan pada penghasilan bruto lainnya = Rp ,00 - Rp ,00 = Rp ,00 Penghasilan netto usaha lainnya = Rp ,00 - Rp ,00 = Rp ,00 - Jumlah penghasilan netto = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00 Jumlah sebesar Rp ,00 diisikan dalam ruang Penghasilan Kena Pajak dan diberi tanda "*/" (Rp ,00 */). Pada ruang kosong bagian bawah SPT Induk ditulis : */ sebagai pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas yang ditandatangani pada tanggal 8 Juli Dengan demikian pada Induk SPT akan terdapat angka-angka sebagai berikut : Jumlah penghasilan neto Rp ,00 Kompensasi kerugian Rp. 0 Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 */ PPh terutang (tarif Ps.17 UU PPh Th.84) Rp ,00 PPh yang dipotong/ dipungut pihak lain Rp. 0 PPh yang harus dibayar sendiri Rp ,00 PPh yang telah dibayar sendiri Rp ,00 PPh yang masih harus dibayar Rp ,00 3. Pengisian ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995" Penghitungan PPh Pasal 25 Tahun PPajak 1995 dari contoh lampiran 2 Nomor 2.1. PPh terutang Rp ,00 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp. 0 -/- PPh yang harus dibayar sendiri Rp ,00
6 PPh Pasal 25 atas penebusan Premium Rp ,00-/- dan Solar PPh Pasal 25 yang harus dibayar sendiri selain PPh atas Premium dan Solar Rp ,00 ============== Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995 = 1/12 x Rp ,00 = Rp ,50 atau Rp ,00 Dengan telah berlakunya tarif PPh yang baru terhadap lapisan Penghasilan Kena Pajak mulai 1 Januari 1995 sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan dengan memperhatikan Surat Edaran tanggal 31 Januari 1995 No. SE-01/PJ.41/1995 tentang Angsuran bulanan PPh Pasal 25 untuk tahun 1995, maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 dalam tahun 1995 sebesar Rp ,00 tersebut disesuaikan dengan tarif PPh baru, sehingga penghitungan angsuran PPh Pasal 25 mulai bulan Maret 1995 adalah sebagai berikut : Dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp ,00 diterapkan tarif PPh baru, diperoleh PPh yang terutang sebesar Rp ,00. Angsuran PPh Pasal 25 yang telah disesuaikan = x Rp ,00 = Rp ,00 - Jumlah sebesar Rp ,00 diisikan dalam ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995" Penghitungan PPh Pasal 25 Tahun Pajak 1995 dari contoh Lampiran 2 No.2.2 : PPh terutang Rp ,00 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp. 0 -/- PPh yang harus dibayar sendiri Rp ,00 PPh Pasal 25 atas penebusan Premium Rp ,00 -/- dan Solar PPh Pasal 25 yang harus dibayar sendiri selain PPh atas Premium dan Solar Rp ,00 ============== Angsuran PPh Pasal 25 Tahunn 1995 = 1/12 x Rp ,00 = Rp ,00 Seperti contoh pada butir 3.1, maka angsuran bulanan Rp ,00 disesuaikan dengan tarif PPh baru, sehingga penghitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah sebagai berikut :
7 Dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp ,00 diterapkan tarif PPh baru, diperoleh PPh yang terutang sebesar Rp ,00. Angsuran PPh Pasal 25 yang telah disesuaikan = x Rp ,00 = Rp ,00 Jumlah sebesar Rp ,00 diisikan dalam ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995". Hal ini dilakukan oleh SPBU karena atas pembelian pelumas Pertamina kepada Dealer Pelumas tersebut pembayarannya dapat dengan tempo/kredit, dan bagi Dealer pelumas dilakukannya penjualan ke SPBU karena untuk memenuhi target penjualan pelumas yang ditentukan Pertamina yang berhubungan dengan besarnya pemberian bonus. 2. Pelunasan Pajak Penghasilan atas penebusan pelumas Pertamina telah dibayar oleh Dealer pelumas sebesar 0,3% dari penjualan yang merupakan pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan/bonus yang diberikan Pertamina untuk penyaluran pelumas Pertamina dengan harga menurut ketentuan Pertamina. Dengan harga jual SPBU ke konsumen sama dengan harga yang ditentukan Pertamina sewaktu Dealer menebus ke Pertamina, maka berarti penghasilan yang diterima oleh SPBU dari penjualan pelumas Pertamina, merupakan sebagian dari bonus yang diberikan oleh Pertamina yang Pajak Penghasilnnya telah dibayar oleh Dealer sewaktu menebus pelumas ke Pertamina. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh SPBU dari penjualan pelumas Pertamina perlakuan Pajak Penghasilannya sudah final, karena penghasilan atas penjualan pelumas Pertamina telah dilunasi oleh SPBU dan Dealer Pertamina. 3. Apabila SPBU melakukan pembelian pelumas yang bukan berasal dari Pertamina tetapi dari import atau lainnya, maka atas penghasilan yang diperoleh dari penjualan pelumas tersebut merupakan penghasilan lainnya di luar ketentuan perjanjian kerjasama yang dilakukan antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas, sehingga atas penghasilan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan menurut ketentuan umum yang berlaku. Demikian untuk dimaklumi. A.n. Direktur Jenderal Pajak Direktur Pajak Penghasilan ttd. Drs. Ismael Manaf NIP
8 Tembusan kepada Yth. : 1. Bapak Direktur Jenderal Pajak (sebagai laporan); 2. Sdr. Direktur Utama Pertamina; 3. Sdr. Sekretaris Ditjen Pajak; 4. Sdr. Para Direktur/Kepala Pusat di lingkungan Ditjen Pajak; 5. Sdr. Pengurus DPP Hiswana Migas.
Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN R I PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA X DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP,
Lebih terperinciAGEN LPG 3KG DAN ASPEK PERPAJAKANNYA KPP PRATAMA JEMBER
AGEN LPG 3KG DAN ASPEK PERPAJAKANNYA KPP PRATAMA JEMBER Latar Belakang Perpres /No.104/2007 tentang Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG dimulai pada Tahun 2007. Surat Edaran HISWANA MIGAS yang menyatakan
Lebih terperinciNama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat
Lampiran I Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25 No. NPWP tempat usaha/ gerai (outlet) KPP Lokasi Alamat Peredaran Usaha (Perdagangan) Penghasilan Penghasilan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-02/PJ/2015 TENTANG PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PASAL 31E AYAT (1) UNDANG- UNDANG NOMOR
Lebih terperinciDefinisi. Ketentuan PPh Pasal 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 Definisi PPh Pasal 25 adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak selama tahun berjalan yang merupakan angsuran dari pajak yang akan terhutang untuk satu tahun pajak/bagian
Lebih terperinciSE - 29/PJ/2010 PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI B
SE - 29/PJ/2010 PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI B Contributed by Administrator Monday, 01 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 1 Maret 2010 SURAT EDARAN
Lebih terperinciYth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)
LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ./2009 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu,.....20 1) Nomor : (2)
Lebih terperinciSE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA
SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA Contributed by Administrator Thursday, 20 January 2011 Pusat Peraturan Pajak Online 20 Januari 2011 SURAT
Lebih terperinci..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor :...
Lebih terperinciPemungut PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 PPh yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah terkait dengan pembelian barang dan Badan tertentu dengan kegiatan di bidang impor dan kegiatan usaha di bidang lainnya. Pemungut PPh Pasal 22
Lebih terperinci..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-40/PJ./2009 TENTANG : TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor
Lebih terperinciBuku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh
165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama
Lebih terperinciPPh Pasal 25. Rp Rp. Angsuran PPh pada tahun Berjalan
PPh Pasal 25 Rp Rp Angsuran PPh pada tahun Berjalan Pendahuluan PPh pasal 25 UU No. 36 Tahun 2008 membahas tentang besarnya angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak pada tahun berjalan. Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari
Lebih terperinciKOP SURAT WAJIB PAJAK
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER- Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009 Permohonan Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan
Lebih terperinciPajak Penghasilan. Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 PENGERTIAN PPh pasal 25 MERUPAKAN ANGSURAN PAJAK YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI OLEH WP SETIAP BULAN DALAM TAHUN BERJALAN ANGSURAN INI DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI KREDIT PAJAK (PENGURANG)
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 32/PJ/2013 TENTANG
Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 32/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG DIKENAI PAJAK PENGHASILAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 74/PMK.03/2012 TENTANG : TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
Lebih terperinciANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25)
ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25) Penghitungan PPh Menggunakan Riel Stelsel & Fictieve Stelsel (anggapan) PPh 25 adalah Anggapan atau berupa angsuran pajak penghasilan yang dibayar sendiri sebelum
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
770 PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT
Lebih terperinciOleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011
Pajak Penghasilan Pasal 22 Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Sub Topik 1. UU No. 36 Tahun 2008-Pasal 22 2. Pemungut
Lebih terperinciRuang Lingkup Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi Ruang Lingkup Jasa Konstruksi Layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi Layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi Layanan jasa konsultasi pengawasan konstruksi Definisi
Lebih terperinciKeputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 537/PJ./2000 TENTANG PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciTENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...
11 2012, No.526 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN
Lebih terperinciFORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
2013, No.1556 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.09/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU
Lebih terperinciFORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU FORMAT SURAT
Lebih terperinciKOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009
KOP SURAT WAJIB PAJAK Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009 Permohonan Pengurangan Besarnya
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 22
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh : 1 Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga negara
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1) TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 198/PMK.03/2013 TENTANG : PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU FORMAT SURAT KEPUTUSAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan
Lebih terperinciPPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah
PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah PEMOTONG Objek Pajak 1. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
Lebih terperinciPertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 Pertemuan 4 32 P4.1 Teori Pajak Penghasilan 22 & 24 A. Pengertian PPh Pasal 22 Pajak yang dipungut atas penyerahan barang / jasa, impor
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013 TATA CARA PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG DIKENAI PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN
Lebih terperinciKOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009
LAMPIRAN I KOP SURAT WAJIB PAJAK Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009 Permohonan Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa
Lebih terperinciLampiran I.1 NOMOR : Kepada Yth. LAMPIRAN :... 1) PERIHAL :... di )
Lampiran I.1 NOMOR : Kepada Yth. LAMPIRAN :... 1) PERIHAL :... di -... 2) I. IDENTITAS WAJIB PAJAK 1. NAMA :... 3) 2. NPWP :... 4) 3. Alamat :... 5) II. LABA/RUGI PERUSAHAAN 3 TAHUN TERAKHIR URAIAN TAHUN
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.202, 2017 KEUANGAN. PPH. Penghasilan. Diperlakukan. Dianggap. Harta Bersih. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6120) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 25 A. Pengertian PPh Pasal 25 dan Pajak Final B. Jenis Pajak Final C. Perhitungan Angsuran PPh 25 dan Pajak Final 1.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 A. Pengertian PPh Pasal 25 dan Pajak Final B. Jenis Pajak Final C. Perhitungan Angsuran PPh 25 dan Pajak Final 1. Cara menghitung besarnya PPh pasal 25 Besarnya angsuran pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penerimaan Negara Republik Indonesia bersumber dari pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014 pajak menyumbang Rp. 1.310.219.000.000.000
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS
BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan Tergugat Nomor
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI AMPLOP SPT TAHUNAN YANG DISAMPAIKAN MELALUI POS ATAU PERUSAHAAN JASA EKSPEDISI ATAU JASA KURIR
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2016 TENTANG : TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN LEMBAR INFORMASI AMPLOP SPT TAHUNAN YANG DISAMPAIKAN MELALUI
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 22
1 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 A. Pengertian PPh Pasal 22 Pajak yang dipungut atas penyerahan barang / jasa, impor dan bidang usaha lain. B. Pemungut PPh Pasal 22 1. Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN PERMOHONAN SURAT KETERANGAN FISKAL NON BURSA (SKF NON BURSA)
PETUNJUK PENGISIAN PERMOHONAN SURAT KETERANGAN FISKAL NON BURSA (SKF NON BURSA) 1. Formulir ini digunakan oleh Wajib Pajak untuk mengajukan permohonan SKF Non Bursa 2. Penjelasan Pengisian Angka (1) dan
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 21/PJ/2009 TANGGAL : 02 MARET 2009
LAMPIRAN I PETUNJUK PENGISIAN I. UMUM Surat Pemberitahuan Tahunan PPh harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan paling lama 3 (tiga) bulan
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.
PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ./2009) Tahun Pajak : 2009 Formulir 1770 S ini merupakan formulir SPT Tahunan
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap gugatan terhadap
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-5/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN
LAMPIRAN I Nomor :...(1)...,...(2) Lampiran :...(3) Hal : Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Yang Seharusnya Tidak Terutang Yth. Direktur Jenderal Pajak u.p. Pelayanan Pajak......
Lebih terperinciKewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Sebagai akhir dari pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai berikut : a. Perhitungan
Lebih terperinciPokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010
Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan 2008 Direktorat Jenderal
Lebih terperinciPelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kategori Wajib Pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 PJ.091/KUP/S/005/201401 Agenda Studi
Lebih terperinciNPWP dan Pengukuhan PKP
NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak Daerah dan Retribusi
Lebih terperinciPelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kategori Wajib Pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 PJ.091/KUP/S/005/201401 Agenda Sekilas
Lebih terperinciNomor : Perihal : Usul pemeriksaan khusus Yth. Kepala Kantor... (2) Di -...
Lampiran 1 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...(1)...,... 19... Nomor : Perihal : Usul pemeriksaan khusus K e p a d a Yth. Kepala Kantor...... (2) Di -... Bersama ini disampaikan
Lebih terperinciSE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR
SE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR Contributed by Administrator Monday, 23 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online 23 Maret 2009 SURAT EDARAN
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 25
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan 1. Wajib pajak membayar sendiri (pph pasal 25) 2. Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis penerapan perencanaan pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima karyawan dengan menggunakan metode net dan gross up 1. Perencanaan
Lebih terperinciPerhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG
Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG BAGI WAJIB
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 184/PMK.03/2007 TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO
Lebih terperinci2017, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambah
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2017 KEMENKEU. Pajak Penghasilan. Bukti. Pemotongan dan/atau Pemungutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.03/201703/2016 TENTANG BUKTI
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 Umum : PETUNJUK
Lebih terperinciLEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Lampiran 1 SE Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-12/PJ.7/1995 Tanggal : 26 Juni 1995 LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB
Lebih terperinciNOMOR : Lampiran 1.1 LAMPIRAN : Kepada Yth. PERIHAL : (1)
NOMOR : Lampiran 1.1 LAMPIRAN : Kepada Yth. PERIHAL : (1) Di- (2) I. IDENTITAS WAJIB PAJAK 1. NAMA 3) NPWP 4) Alamat 5) II. LABA/RUGI PERUSAHAAN 3 (TIGA) TAHUN TERAKHIR URAIAN TAHUN PAJAK 19 19 19 1 2
Lebih terperinciPJ.091/PPh/S/004/ TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK
PJ.091/PPh/S/004/2017-00 TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK 2 3 FASILITAS Bagi Wajib Pajak (WP) yang memanfaatkan KONSEKUENSI Bagi WP/masyarakat yang tidak memanfaatkan atau telah memanfaatkan, namun belum sesuai
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B.PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN
DAFTAR PUSTAKA Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN Waluyo. 2003, Perubahan Perundang-undangan Perpajakan Era Reformasi, Jakarta, Salemba Empat Situs Pajak
Lebih terperinciMateri E-Learning Perpajakan
Kompilasi Materi Teori Perpajakan : 1. Bentuk Usaha Tetap 2. Norma Perhitungan Penghasilan Netto 3. Pajak Penghasilan Final 4. Utang Pajak dan Penagihan Pajak Sumber : Seri Perpajakan www.pajak.go.id BENTUK
Lebih terperinciSaat menerima. Penghasilan
Seniman ASPEK PAJAK Rp 1 Saat menerima Penghasilan maka akan dipotong PPh Pasal 21 (Seniman) (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17 PPh Pasal 23 (Honor/Royalti Penulis) 15% x Penghasilan Bruto Jika
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0
0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
Lebih terperinciBUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto
Lampiran I Perturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-42/PJ/2008 Tanggal : 20 Oktober 2008 Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Desember 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN
Lebih terperinciI. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018
I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 Pada tanggal 23 Januari 2018 telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 tentang Perubahan Atas
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia
BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan
Lebih terperinciAKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI
AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY (1205151006) TASLIM GOTAMI Bpk. Petrus Gani MENGAPA PERUSAHAAN DIWAJIBKAN MELAKUKAN PEMBUKUAN??? Didasarkan pada Kitab Undang Undang Hukum Dagang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS
BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
IDENTITAS FORMULIR PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI SEHUBUNGAN DENGAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis akan mengamati kasus yang penulis dapatkan selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan di KKP Anton dan Rekan yaitu tentang pemeriksaan pajak
Lebih terperinciTATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN/
LAMPIRAN I NOMOR PER-1/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN/e-SPT TAHUNAN 1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT45363/PP/M.II/27/2013. : Pajak Penghasilan Pasal 15 Final. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT45363/PP/M.II/27/2013 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 15 Final Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN USUL PEMERIKSAAN KHUSUS. (Lampiran 1)
PETUNJUK PENGISIAN USUL PEMERIKSAAN KHUSUS (Lampiran 1) Angka 1 : Diisi dengan unit yang mengusulkan pemeriksaan khusus: KPP, atau KARIKPA, atau KANWIL. Angka 2 : Diisi dengan : 1. Kepala KANWIL apabila
Lebih terperincivii Tinjauan Mata Kuliah
vii P Tinjauan Mata Kuliah ajak Penghasilan II (PAJA3331) membahas pajak penghasilan wajib pajak badan dan BUT. Dalam mempelajari PPh badan dan BUT, akan dijelaskan berkenaan dengan pemotongan pajak dan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...
Lampiran I DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... (Beri tanda ( ) pada kotak yang sesuai) LEMBAR PENELITIAN (CHECK LIST) SUNSET
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa sesuai Pasal 29
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong Royong Kewajiban perpajakan yang sudah dipenuhi oleh koperasi sebagai Wajib Pajak
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK IDENTITAS PERHATIAN TAHUN PAJAK FORMULIR SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK
Lebih terperinciNo Nama PNS Golongan. Tarif PPh Ps 21
PPh Pasal 2 A. Data Bendahara Nama Satker : Bendahara Pengeluaran Biro Umum Setjen Kemenkes NPWP : 00.44.97.2-063.000 Alamat : Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9, Kuningan Timur, Jakarta Nama Bendahara
Lebih terperinci