BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

: RUSLI HABIBIE :

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

BAB VII P E N U T U P

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

KATA PENGANTAR. Banjarmasin, 10 Januari 2015 KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mataram, Maret 2015 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT. Dr.TGH. M.

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

RENCANA STRATEJIK TAHUN

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

BAB 5. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN... I-1

Lampiran Rekapitulasi Capaian Kinerja Tahun 2016

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB II PERENCANAAN KINERJA

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

TARGET DAN REALISASI INDIKATOR RPJMD PROVINSI DIY TAHUN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS PEMUDA, OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA MOJOKERTO TAHUN

14. Menurunnya angka kesakitan penduduk 83,26% 15. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan 78,14% bagipenduduk miskin melalui Jamkesmas dan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta 2021 A. 1

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB V VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Tabel 5.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran dan Target Sasaran Visi : "Bali Mandara Jilid 2", Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014

PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

SIINKRONISASI PROGRAM, INDIKATOR DAN OUTPUT (RPJMD, RKPD DAN KUA-PPAS)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Kebumen Tahun 2014 BAB IV PENUTUP

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

multiplier effect bagi indikator lainnya. Misalnya pencapaian kinerja yang cukup tinggi

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dibuat sesuai ketentuan yang terkandung dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 mengenai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang dalam penyusunannya berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, disamping itu juga memperhatikan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP Tahun 2013 merupakan Laporan Kinerja Tahun Ketiga dari RPJMD 2011-2015. Laporan ini mengungkapkan capaian kinerja sasaran terhadap target yang ditetapkan pada setiap misi dalam RPJMD, disertai pembandingan dengan realisasi tahun sebelumnya dan penjelasan atas keberhasilan dan atau kegagalan pencapaian sasaran. Untuk keutuhan informasi, pada laporan ini juga terlampir Penetapan Kinerja Tahun 2013 dan Pengukuran Kinerja 2013. Pengukuran kinerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada seberapa jauh capaian masing-masing indikator kinerja sasaran yang telah ditetapkan, yaitu perbandingan antara realisasi tahun berjalan versus realisasi n-1, realisasi tahun berjalan versus target di Renstra, % capaian versus standar yang berlaku, termasuk dengan standar nasional yang terkait. Hasil pengukuran kinerja disajikan menurut kelompok Kinerja Utama yang bersifat makro dan capaian sasaran organisasi secara keseluruhan. Dalam rangka memberikan kesimpulan pengukuran kinerjanya, Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan kategorisasi pencapaian kinerja berdasarkan capaian rata-rata atas indikator kinerja menjadi empat kategori sebagai berikut : Wadja Sampai Kaputing 26

Urutan Rentang Capaian Kategori Capaian I Lebih dari 100 % Sangat Berhasil II Diatas 90 % sampai dengan 100 % Berhasil III Diatas 80 % sampai dengan 90 % Cukup Berhasil IV Sampai dengan 80 % Kurang Berhasil Hasil pengukuran secara mandiri (self assessment) terhadap 15 (Lima belas) sasaran strategis mencakup 79 indikator kinerja utama menunjukan bahwa sebagian besar capaian kinerja sasaran Sangat Berhasil yaitu 104,72%, sedangkan 8 Indikator Utama menunjukan bahwa sebagian besar capaian kinerja Berhasil yaitu 99,97%. Capaian ini adalah tidak terlepas dari kontribusi dan komitmen seluruh komponen dan perangkat daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Pengungkapan capaian kinerja sasaran dilakukan secara berurutan seperti urutan pada RPJMD dan RKPD, yaitu mulai dari misi, tujuan, sasaran, dan program prioritas. A. Capaian Atas Kinerja Makro Keberhasilan pencapaian Kinerja utama tahun 2013 diukur melalui 8 (delapan) indikator makro yang tertuang dalam sasaran Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat, dengan rincian target dan realisasi indikator makro sebagaimana pada tabel 1. Tabel 1 Capaian Kinerja Makro 2013 No Indikator Satuan Target 2013 Realisasi 2013 % Capaian 1 Pertumbuhan ekonomi % 6,00 5,18 86,33 2 PDRB Per Kapita (Adhk) Rupiah 9.400.000 9.409.137 100,09 3 Laju Inflasi % 6,50 5,98 92,00 4 Indeks GINI Indeks 0,20 0,36* 55,55 5 Tingkat pengangguran terbuka % 6,60 3,79 174,14 6 Tingkat Kemiskinan % 4,71 4,76 98,94 7 Indeks Pembangunan Manusia % 72,12 71,08* 98,72 8 Tingkat pertumbuhan penduduk % 1,73 1,84 94,02 *) data sementara Rata-rata capaian 99,97 Wadja Sampai Kaputing 27

Kinerja utama yang diukur melalui 8 indikator bersifat makro telah merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan penghitungan menurut angka absolut secara umum menunjukkan adanya peningkatan kinerja pada tahun 2013 di beberapa indikator dan penurunan kinerja di beberapa indikator sebagaimana tertuang dalam tabel 2. Perbandingan realisasi Indikator kinerja makro sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 serta perbandinganya dengan target RPJMD disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Realisasi Indikator Kinerja Makro tahun 2011-2013 No Indikator Realisasi Realisasi Realisasi Target RPJMD 2011 2012 2013 2013 2015 1 Pertumbuhan ekonomi 6,12 5,73 5,18 6,0 6,0-6,9 2 PDRB Per Kapita (Adhk) 8.801.291 9.081.408 9.409.137 9,4 9,2-10,6 3 Laju Inflasi 3,98 5,96 5,98 6,5 5,0-7,0 4 Indeks GINI 0,35 0,35* 0,36* 0,20 0,22-0,18 5 Tingkat pengangguran 5,62 4,32 3,79 6,60 6,62-6,50 terbuka 6 Tingkat Kemiskinan 5,35 5,01 4,76 4,71 4,25-3,99 7 Indeks Pembangunan Manusia 8 Tingkat pertumbuhan penduduk *data sementara 70,44 70,44* 71,08* 72,12 70-74 1,89 2,5 7 1,84 1,73 1,60-1,40 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2013 tumbuh sebesar 5,18% dengan pertumbuhan tertinggi di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 10,24% dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,11%. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 5,22%. Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2013, BPS Provinsi Kalimantan Selatan belum mengeluarkan data resmi, penggunaan data disini merupakan angka sementara yang di dapat pada posisi tahun 2012. Semua komponen PDRB penggunaan mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2013 kecuali komponen ekspor. Nilai ekspor Kalimantan Selatan terkoreksi mengalami pertumbuhan negatif karena harga batubara di pasaran global mengalami penurunan sekitar 16,20%. Besaran PDRB Kalimantan Selatan selama tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 83,36 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp. 36,20 triliun. Wadja Sampai Kaputing 28

Tingkat Kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan dari data Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 yaitu 4,76% jauh mengalami penurunan yang sangat baik jika dibanding tahun 2012 yaitu 5,01% serta masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan angka kemiskinan secara nasional tahun 2013 yaitu 11,47%, yang secara bertahap terus mengalami kemajuan dalam pemberantasan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan kebijakan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan tidak ingin secara instans melakukan penurunan angka kemiskinan, karena dikhawatirkan nantinya ada masyarakat miskin di Provinsi Kalimantan Selatan yang termarginalkan atau terpinggirkan. Adapun strategi penurunan jumlah penduduk miskin melalui program pengentasan kemiskinan daerah yang telah disusun dan dijalankan oleh sebagian pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimatan Selatan. Secara Nasional dilihat dari Persentase Penduduk Miskin, Provinsi Kalimantan Selatan menduduki posisi ke 3 (tiga) terendah Persentase Penduduk Miskin dari seluruh Provinsi di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Bali. Dari jumlah penduduk miskin yang ada secara regional Kalimantan, Provinsi Kalimantan Selatan berada di atas Provinsi Kalimantan Timur dilihat dari sedikitnya jumlah penduduk miskin. Untuk Indikator Indeks Gini dan Indeks Pembangunan Manusia menggunakan data capaian sementera dikarenakan BPS belum mengeluarkan data resmi, dengan penggunaan data sementara untuk Indeks GINI sebesar 0,36 dan untuk Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Selatan adalah 71,08 berada di bawah Kalimantan Timur yang mencapai 76,71, sedangkan jika dibandingkan dengan Indeks Pembangunan Manusia secara keseluruhan di Indonesia yang mencapai 73,29 dapat dikatakan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kalimantan Selatan masih harus terus mengalami perbaikan. Indikator Indeks Gini ratio Kalimantan Selatan tahun 2013 ditargetkan dalam RPJM 0,20 dengan meningkatkan akses UMKM dapat direalisasikan 0,36 dengan upaya mendorong pertumbuhan sektor produksi yaitu pertanian dan industri yang menyerap lebih banyak tenaga kerja disektor formal dapat direalisasikan 0,36 untuk mengatasi ketidak merataan pendapatan daerah. Capaian atas indikator kinerja makro sebagaimana tercantum pada tabel diatas secara umum menunjukan adanya peningkatan kinerja dari tahun ke tahun. Penjelasan secara lengkap menyangkut capaian kinerja secara keseluruhan terhadap sasaran-sasaran organisasi di jelaskan lebih lanjut pada point B berikut ini. Wadja Sampai Kaputing 29

B. Capaian Sasaran Organisasi MISI PEMBANGUNAN DAERAH A. MISI I : Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama, Sosial dan Budaya Untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama, Sosial dan Budaya masyarakat Kalimantan Selatan, maka di tetapkan tiga sasaran, yaitu sasaran pertama adalah Meningkatkan toleransi antar umat beragama ; sasaran kedua adalah Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan sosial masyarakat ; dan sasaran ketiga adalah Berkembangnya wisata daerah yang berbasis budaya dan sumber daya daerah. 1. Sasaran : Meningkatkan toleransi antar umat beragama Dalam konteks ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memaknai perkembangan dan pertumbuhan pemeluk agama maupun ketersediaan sarana prasarana serta kegiatan sosial keagamaan tidak sekadar mewujudkan kenyamanan pemeluk dalam menjalankan ibadahnya, tetapi menjadikan ranah agama sebagai pemahaman penyeimbang dampak buruk dari gerusan budaya-budaya global yang destruktif dan demokrasi yang semakin menggeliat. Keberhasilan capaian kinerja tahun 2013 atas sasaran Meningkatkan toleransi antar umat beragama diukur melalui 7 indikator dengan target, realisasi dan capaiannya sebagai berikut : Tabel 3 Capaian Kinerja Terhadap Target 2013 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 1 Persentase Pengaduan Gangguan melaksanakan Kegiatan Keagamaan yang ditindaklanjuti 2 Jumlah forkom Pembauran Antar Etnis, Golongan, Suku dan Umat Beragama yang aktif (FPK) 3 Sekretariat bersama antar umat beragama yang aktif 4 Persentase peningkatan lembaga sosial keagamaan 5 Peningkatan lembaga pendidikan keagamaan 6 Frekuensi pertemuan antar umat beragama % Capaian % 100 100 100,00 Buah 3 4 133,33 Buah 1 1 100,00 % 60 75 125,00 % 70 80 114,28 Kali 2 6 300,00 Wadja Sampai Kaputing 30

7 Persentase kesepakatan hasil pertemuan antar umat beragama yang ditindaklanjuti % 100 100 100,00 Rata-rata capaian 138,94 Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata capaian indikator kinerja sasaran Meningkatkan toleransi antar umat beragama adalah sebesar 138,94% yang berarti masuk dalam kategori capaian Sangat Berhasil. Pencapaian indikator kinerja sasaran di atas, tidak terlepas dari dukungan program-program dan kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2013 yaitu berupa : a. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan dengan kegiatan utama : 1. Pembinaan pengawasan/pengendalian dan monitoring tenaga orang asing di Kalsel. 2. Gelar budaya dalam rangka peningkatan wawasan kebangsaan antar etnis dan suku bangsa se-kalimantan Selatan. 3. Fasilitasi dan koordinasi ketahanan bangsa antar etnis golongan, suku dan umat beragama se-kalsel. b. Program Pemeliharaan Kantrantib-masyarakat dalam pencegahan tindak kriminal dengan kegiatan utama : 1. Tim pelaksana koordinasi komunitas intelijen daerah (Kominda) Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Peningkatan kemampuan aparatur dalam mendeteksi dini terhadap ancaman keamanan dan ketentraman di daerah. Adapun perbandingan antara realisasi kinerja tahun 2013 dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 4 Realisasi Kinerja 2012 dan 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2012 2013 1 Persentase Pengaduan Gangguan melaksanakan Kegiatan Keagamaan yang ditindaklanjuti Kinerja Naik/Turun % 100 100 Tetap Wadja Sampai Kaputing 31

2 Jumlah forkom Pembauran Antar Etnis, Golongan, Suku dan Umat Beragama yang aktif (FPK) 3 Sekretariat bersama antar umat beragama yang aktif 4 Persentase peningkatan lembaga sosial keagamaan 5 Peningkatan lembaga pendidikan keagamaan 6 Frekuensi pertemuan antar umat beragama 7 Persentase kesepakatan hasil pertemuan antar umat beragama yang ditindaklanjuti Buah 1 4 Naik Buah 1 1 Tetap % 60 75 Naik % NA 80 Naik kali 1 6 Naik % 60 100 Naik Indikator Persentase Pengaduan gangguan melaksanakan kegiatan keagamaan yang ditindaklanjuti terealisasi sebesar 100% dari target 100%. Pengaduan kegiatan keagamaan di Kalimantan Selatan pada tahun 2013 ada 3 (tiga) pengaduan terkait pendirian rumah ibadah di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, semua pengaduan telah ditindaklanjuti dan diselesaikan 100% melalui Forum Kerukunan Umat Beragama, baik ditingkat Kabupaten/Kota maupun ditingkat Provinsi Kalimantan Selatan. Indikator Jumlah Forum pembauran antar etnis, golongan, suku dan umat beragama yang aktif di Kalimantan Selatan tahun 2013 ditargetkan 3 (tiga) buah, terealisasi sebanyak 4 (empat) forum masing-masing : Ikatan Kerukunan Antar Suku Bangsa (IKASBA), Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forum Pemuda Lintas Agama (FPLA) yang dibentuk atas fasilitasi Badan Kesbangpol Provinsi Kalsel. Indikator Sekretariat Bersama antar umat beragama terealisasi sebanyak 1 buah dari target 1 buah. Sekretariat Bersama yang berdiri sendiri adalah Sekretariat FKUB Provinsi Kalsel di Jl. Petai Banjarbaru, sedangkan Sekretariat IKASBA, FPK dan FPLA belum berdiri sendiri tetapi masih difasilitasi oleh Badan Kesbangpol Provinsi Kalsel. Indikator persentase peningkatan lembaga sosial keagamaan terealisasi sebanyak 75% dari target tahun 2013 60%. Lembaga Sosial di Kalimantan Selatan Tahun 2013 cukup meningkat dengan bermunculannya Majelis-Majelis Ta lim dan Kelompok-Kelompok Perkumpulan Maulid. Perkembangan tersebut dibarengi dengan Wadja Sampai Kaputing 32

pembinaan untuk meningkatkan kualitas lembaga-lembaga sosial keagamaan. Indikator Persentase Peningkatan Lembaga Pendidikan Keagamaan di Kalimantan Selatan Tahun 2013 terealisasi sebanyak 80% dengan target 75%. Lembaga Pendidikan Keagamaan mengalami perkembangan yang cukup signifikan terutama bidang pendidikan menghafal Al Qur an sebagai implementasi Perda Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pendidikan Al Qur an di kalimantan Selatan. Perkembangan yang cukup menonjol adalah telah diberikannya beasiswa kepada 200 santri Tahfizdul Qur an di 19 Pondok Pesantren/Rumah Tahfizd. Indikator Frekuensi pertemuan antar umat beragama di Kalimantan Selatan tahun 2013 terealisasi sebanyak 6 kali dengan target sebanyak 2 kali. Pertemuan antar umat beragama secara konsisten terus dilaksanakan dengan rutin, baik yang dilaksanakan sendiri oleh Biro Kesra maupun memfasilitasi kegiatan bersama FKUB dan FPLA. Pertemuan FKUB dilaksanakan secara rutin setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan melibatkan semua Majelis Agama seperti; Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghocho serta para pembina Kerukunan dari unsur Pemerintah seperti Badan Kesbangpol Provinsi, Kanwil Kementerian Agama Provinsi, dan Biro Kesra Setda Prov. Kalsel. Indikator Persentase kesepatakan hasil pertemuan antar umat beragama yang ditindaklanjuti terealisasi sebesar 100% dengan target 100% pada tahun 2013. Kesepakatan hasil pertemuan antar umat beragama selalu ditindaklanjuti oleh semua Majelis agama di Kalimantan Selatan, kondisi ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi terciptanya toleransi, kedamaian dan harmonisasi kehidupan umat beragama di Kalimantan Selatan. Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun maka hasilnya adalah sebagai berikut : Wadja Sampai Kaputing 33

Tabel 5 Realisasi Kinerja dari tahun 2011 s.d 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 1 Persentase Pengaduan Gangguan melaksanakan Kegiatan Keagamaan yang ditindaklanjuti Jumlah forkom Pembauran Antar Etnis, 2 Golongan, Suku dan Umat Beragama yang aktif (FPK) Sekretariat bersama 3 antar umat beragama yang aktif Persentase peningkatan 4 lembaga sosial keagamaan 5 6 7 Peningkatan lembaga pendidikan keagamaan Frekuensi pertemuan antar umat beragama Persentase kesepakatan hasil pertemuan antar umat beragama yang ditindaklanjuti Target RPJMD 2013 2015 % 100 100 100 100 100 Buah 1 1 4 1 NA Buah 1 1 1 1 1 % 60 60 75 60 100 % 4,7 NA 80 70,3 85 Kali 1 1 6 2 8 % 60 60 100 100 100 2. Sasaran : Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan sosial masyarakat Keberhasilan capaian kinerja atas sasaran Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan sosial masyarakat diukur melalui 12 indikator dengan target, realisasi dan capaiannya sebagaimana pada tabel 6 sebagai berikut : Tabel 6 Capaian Kinerja Terhadap Target 2013 % No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian 1 Persentase menurunnya remaja keluarga fakir miskin penyandang masalah sosial % 1,96 2,62 133,67 2 Persentase jumlah rumah singgah/rumah panti dalam keadaan baik % 6,90 11,49 166,52 3 Indeks Kepuasan Masyarakat Panti Nilai 95,00 75,00 78,95 4 Bertambahnya Fasilitas Olahraga Buah 3 3 100,00 5 Persentase tertanganinya korban bencana % 100 100 100,00 6 Persentase meningkatnya peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana % 40 41,33 103,32 7 Persentase Remaja keluarga miskin yang sekolah % NA NA NA Wadja Sampai Kaputing 34

8 Persentase anak keluarga kurang mampu yang memanfaatkan bantuan beasiswa % NA NA NA 9 Persentase lansia terlantar yang dapat ditampung panti % 0,56 0,56 100,00 10 Persentase Fakir miskin penyandang cacat yang tertangani % 0,47 0,71 151,06 11 Jumlah panti dengan sarana prasarana memenuhi standar Unit 5 5 100,00 12 Persentase penghuni panti sosial yang puas dengan pelayanan panti % 95,00 75,00 78,95 Rata-rata capaian 92,71 Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata capaian indikator kinerja sasaran Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan sosial masyarakat adalah sebesar 92,71% yang berarti masuk dalam kategori capaian Berhasil. Untuk indikator Persentase menurunnya Remaja keluarga Fakir Miskin Penyandang Masalah Sosial, Penurunan remaja keluarga miskin pada tahun 2013 sebanyak 2,62 %, terdapat peningkatan dari target yang ditetapkan sebanyak 1,96 %. Adapun kegiatan yang dilaksanakan berupa pelayanan sosial melalui luar panti dan dalam panti sebagai berikut : a. Luar Panti : Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja (PBK) bagi anak terlantar sebanyak 30 orang b. Dalam Panti : 1. Pelayanan sosial bagi anak terlantar dalam panti sebanyak 100 orang 2. Pelayanan sosial bagi remaja terlantar putus sekolah sebanyak 250 orang. Indikator Persentase menurunnya remaja keluarga fakir miskin penyandang masalah sosial pada tahun 2013 terealisasi sebesar 2,62% dibandingkan dengan target 1,96% Indikator Persentase menurunnya remaja keluarga fakir miskin penyandang masalah sosial pada tahun 2013 terealisasi sebanyak ± 2.400 keluarga dari keseluruhan remaja keluarga fakir miskin yaitu 91.688 keluarga, dikatakan tercapai target tahunan, sedangkan realisasi Wadja Sampai Kaputing 35

2013 melebihi target RPJMD 2011-2015 yang sebanyak 125 Keluarga atau 0,13% dari total remaja keluarga fakir miskin. Untuk Indikator Presentase jumlah rumah singgah/rumah panti dalam kondisi baik pada tahun 2013 sebanyak 11,49 %, terdapat peningkatan dari target yang ditetapkan sebanyak 6,9 %, adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah pemberian bantuan bagi organisasi sosial melalui kegiatan pemberdayaan sosial bagi organisasi sosial sebanyak 10 orsos. Untuk Indikator Indeks kepuasan Masyarakat pada tahun 2013 75,00% belum mencapai target yang ditetapkan sebanyak 95,00%, hal ini disebabkan karena dari 5 (lima) panti sosial hanya 1 (satu) panti sosial yang sudah melakukan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (PSBW Melati). Pelaksanaan survei juga tidak dapat dilaksanakan setiap tahun karena jumlah penerima pelayanan pada PSBW Melati sebanyak 100 orang/tahun, sedangkan sasaran survei IKM minimal 150 orang. Program tanggap darurat bencana dengan sasaran pengkajian, pemantauan, pemberian bantuan dan penyelamatan tanggap darurat bencana dengan tujuan tertanganinya korban bencana 1x24 jam. Target tersebut telah diwujudkan dengan tertanganinya korban bencana 1x24 jam, yang diwujudkan dengan : a. Penanganan bencana selama 2013 yang terdiri dari : 1. Bencana alam 75 kejadian, terdiri atas banjir 21 kali, ROB 1 kali, tanah longsor 7 kali, angin ribut 34 kali orang tenggelam 10 kali dan jembatan putus 1 kali. Jumlah korban 14.714 KK (39.926 jiwa) dengan 15 orang meninggal dan 9 orang luka. Kerusakan rumah: 35 rusak total, 433 rusak berat, 227 rusak sedang dan 1965 rusak ringan. 2. Bencana sosial 274 kejadian, terdiri atas kebakaran 274 kali. Jumlah korban 465 KK (1.508 jiwa) dengan 9 orang meninggal. Kerusakan rumah: 412 rusak total, 39 rusak berat, 18 rusak sedang, 79 rusak ringan. b. Pengarahan Tim Reaksi Cepat (TRC) pada setiap kejadian dalam rangka penyelamatan, bantuan darurat pada saat terjadi bencana. Wadja Sampai Kaputing 36

Indikator Persentase remaja keluarga miskin yang sekolah dan indikator Persentase anak keluarga kurang mampu yang memanfaatkan bantuan beasiswa tidak dapat terpenuhi pencapaiannya disebabkan indikator baru. Indikator Persentase lansia terlantar yang dapat ditampung panti tahun 2013 terealisasi sebesar 0,56 % atau sebanyak 170 lansia terlantar yang ditampung panti, dikatakan tercapai target tahun 2013 yang ditetapkan sebesar 0,56 % atau 170 orang dari total 30.291 lansia terlantar. Adapun kegiatan yang dilaksanakan berupa pelayanan sosial dalam panti kepada 170 orang. Indikator Persentase fakir miskin penyandang cacat yang tertangani terealisasi sebesar 0,71 % atau 140 orang, dikatakan telah tercapai target tahun 2013 yang ditetapkan sebesar 0,47 % atau 93 orang dari total fakir miskin penyandang cacat sebanyak 19.621 orang, dan terdapat peningkatan dari capaian tahun 2012 sebanyak 0,24 %. Kegiatan utama di tahun 2013 yang dilaksanakan untuk mencapai indikator tersebut berupa pelayanan sosial melalui luar panti dan dalam panti sebagai berikut : a. Luar Panti : 1. Pelatihan keterampilan bagi penyandang cacat di sebanyak 28 orang. 2. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi penyandang cacat berat sebanyak 50 orang. b. Dalam Panti : Pelayanan sosial bagi penyandang cacat netra sebanyak 70 orang. Indikator Persentase jumlah panti dengan sarana dan prasarana memenuhi standar tahun 2013 dari 5 panti yang dimiliki Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 5 panti, sesuai dengan target yang ditetapkan sebanyak 5 panti yaitu PSAA Budi Mulia, PSBR Budi Satria, PSBN Fajar Harapan, PSBW Melati dan PSTW Budi Sejahtera. Pencapaian indikator kinerja sasaran di atas, tidak terlepas dari dukungan program-program dan kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2013 yaitu berupa : Wadja Sampai Kaputing 37

a. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial dengan kegiatan utama : 1. Pelatihan Keterampilan dan Praktek Belajar Kerja bagi anak Terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat dan anak nakal. 2. Peningkatan kualitas pelayanan saran dan prasarana rehab kesejahteraan sosial bagi PMKS. 3. Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa. 4. Pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia. b. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga dengan kegiatan utama : 1. Kegiatan invitasi olahraga Basket 2. Pembibitan dan Pembinaan Olahraga Berbakat 3. Pemusatan Pelatihan POPNAS 4. Pengiriman Atlet Pelajar dan Pelatih pada Kejuaraan Terbuka/Kejurnas c. Program Tanggap Darurat dengan kegiatan utama : 1. Pelatihan dan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan, kerugian dan sumber daya. 2. Pengarahan SDM dan logistik untuk pemulihan darurat penangggulangan bencana. 3. Koordinasi dan standardisasi pemenuhan kebutuhan dasar PB. Adapun perbandingan antara realisasi kinerja tahun 2013 dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 7 Realisasi Kinerja 2012 dan 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2012 2013 1 Persentase menurunnya remaja keluarga fakir miskin penyandang masalah sosial Kinerja Naik/Turun % 1,50 2,62 Naik 2 Prosentase jumlah rumah singgah/rumah % 8,89 11,49 Naik panti dalam keadaan baik 3 Indeks Kepuasan Masyarakat Panti Nilai 95,00 75,00 Turun 4 Bertambahnya Fasilitas Olahraga Buah 3 3 Tetap 5 Persentase tertanganinya korban bencana % 100,00 100,00 Tetap 6 Persentase meningkatnya peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana % 28,00 41,33 Naik Wadja Sampai Kaputing 38

7 Persentase Remaja keluarga miskin yang sekolah 8 Persentase anak keluarga kurang mampu yang memanfaatkan bantuan beasiswa 9 Persentase lansia terlantar yang dapat ditampung panti 10 Persentase Fakir miskin penyandang cacat yang tertangani 11 Jumlah panti dengan sarana prasarana memenuhi standar 12 Persentase penghuni panti sosial yang puas dengan pelayanan panti % NA NA NA % NA NA NA % 0,56 0,56 Tetap % 2,78 0,71 Turun Unit 5 5 Tetap % 97,93 75,00 Turun Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun maka hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 8 Realisasi Kinerja dari tahun 2011 s.d 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 1 Persentase menurunnya remaja keluarga fakir miskin penyandang masalah sosial 2 Prosentase jumlah rumah singgah/rumah panti dalam keadaan baik 3 Indeks Kepuasan Masyarakat Panti 4 Bertambahnya Fasilitas Olahraga 5 Persentase tertanganinya korban bencana 6 Persentase meningkatnya peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana 7 Persentase Remaja keluarga miskin yang sekolah 8 Persentase anak keluarga kurang mampu yang memanfaatkan bantuan beasiswa 9 Persentase lansia terlantar yang dapat ditampung panti 10 Persentase Fakir miskin penyandang cacat yang tertangani 11 Jumlah panti dengan sarana prasarana memenuhi standar 12 Persentase penghuni panti sosial yang puas dengan pelayanan panti Target RPJMD 2013 2015 % 1,5 1,5 2,62 0,39 0,65 % 30,00 8,89 11,49 NA NA Nilai 95,00 95,00 75,00 95,00 95,00 Buah 3 3 3 1 3 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 % 28 28 41,33 40,00 60,00 % NA NA NA NA NA % NA NA NA NA NA % 0,56 0,56 0,56 1,20 2,00 % 3,15 2,78 0,71 0,30 0,50 Unit 5 5 5 NA NA % 97,93 97,93 75,00 NA NA Wadja Sampai Kaputing 39

Salah satu keberhasilan dari Dinas Sosial yang dapat dilihat dari tabel di atas yaitu bahwa target SKPD pada poin 1 dan poin 10 lebih tinggi daripada target di RPJMD, dimana target di RPJMD pada poin 1 hanya sebesar 0,39% dan poin 10 sebesar 0,3%. Sedangkan Dinas Sosial sudah menargetkan poin 1 sebesar 1,96% dan poin 10 sebesar 0,47%. Dapat dijelaskan untuk indikator persentase menurunnya remaja keluarga fakir miskin penyandang masalah sosial pada tahun 2010 dicanangkan sebanyak 91.688 keluarga, direncanakan sampai tahun 2015 turun sebanyak 625, dan Indikator Kinerja ini akan terus berkelanjutan. Jumlah lansia di Kalimantan Selatan pada tahun 2010 sebanyak 30.291 orang, setiap tahun ditargetkan sebanyak 125 lansia terlantar atau 0,4% yang dapat ditampung di panti. Di tahun 2013 realisasi sebanyak 170 lansia terlantar yang dapat ditampung panti, sehingga selama kurun waktu 3 tahun dari 2011 sampai dengan 2013 sebanyak 510 lansia terlantar yang ditampung panti, melebihi apa yang ditargetkan di RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan. 3. Sasaran : Berkembangnya wisata daerah yang berbasis budaya dan sumber daya daerah Kalimantan Selatan yang dihuni oleh mayoritas etnis Banjar dan sebagian etnis Bakumpai dan Dayak sebagai entitas etnis asli memiliki keragaman seni dan budaya yang saling terintegrasi baik nilai-nilai, pelaku maupun lokasi/wilayah kebudayaan (tujuan wisata). Seni dan budaya di Kalimantan Selatan sebagaimana di daerah lain mengalami perkembangan pasang surut dan pemangku seni budaya dikonstruksi oleh tiga pilar yakni, (1) Pilar nilai-nilai seni budaya yang berlaku di masyarakat (2) Pilar Kegiatan yang dilakukan dan kokohkan para pemangku seni budaya (adat) dan (3) Pilar Peran dan fasilitasi pemerintah daerah. Adalah hal yang menarik ketika terbentuknya Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) sebagai pilar yang ke-empat Wadja Sampai Kaputing 40

(4) guna membangun interaksi seni-budaya Banjar dengan keraton sebagaimana kokohnya kesenian dan kebudayaan di Jawa dan Sumatera sebagai bagian dari upaya pemerintah bersama stakeholder memangku seni dan adat daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini untuk menegaskan dan meletakkan dasar bahwa kesenian dan kebudayaan Banjar Kalimantan Selatan tidak sekadar sebuah event atau kegiatan tetapi juga menjadi sebuah bagian dari urat nadi kehidupan yang didukung oleh institusi keraton sebagai mitra pemerintah. Itulah sebabnya program pemerintah provinsi dalam rangka mendirikan replika Keraton bagian dari upaya mengintegrasikan kebudayaan Banjar. Keberhasilan capaian kinerja atas sasaran Berkembangnya wisata daerah yang berbasis budaya dan sumber daya daerah diukur melalui 6 indikator dengan target, realisasi dan capaiannya sebagai berikut : Tabel 9 Capaian Kinerja Terhadap Target 2013 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % Capaian 1 Persentase peningkatan Event Budaya Daerah % 10 28,89 288,90 2 Persentase peningkatan kunjungan WISMAN % 2,3 2,47 107,40 3 Persentase peningkatan kunjungan WISNUS % 3 21,70 723,33 4 Lama Kunjungan WISMAN Hari 3 3 100,00 5 Lama Kunjungan WISNUS Hari 3 3 100,00 6 Persentase Peningkatan Kunjungan ke Museum setiap tahun % 12-17,22 0 Rata-rata Capaian 219,94 Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata capaian indikator kinerja sasaran Berkembangnya wisata daerah yang berbasis budaya dan sumber daya daerah adalah sebesar 219,94% yang berarti masuk dalam kategori capaian Sangat Berhasil. Pencapaian indikator kinerja sasaran di atas, tidak terlepas dari dukungan program-program dan kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2013 yaitu berupa : a. Program Pengembangan Nilai-Nilai Budaya dengan kegiatan utama: Wadja Sampai Kaputing 41

1. Kegiatan Pemberian dukungan penghargaan dan kerjasama dibidang budaya (pemberian penghargaan bidang budaya). 2. Festival kesenian daerah (mamanda, wayang kulit banjar, bepandung). Meningkatnya peran pariwisata dan budaya dalam pembangunan daerah pada tahun 2013 menunjukan pencapaian kinerja yang cukup baik. Hal ini terlihat dari seluruh indikator yang terpenuhi 100 %, meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan jumlah devisa dan perekonomian daerah. Peningkatan tersebut merupakan dampak positif atas diselenggarakannya event-event budaya pariwisata, festival seni dan budaya serta dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk indikator kinerja Persentase peningkatan Event Budaya Daerah di targetkan sebesar 10% dengan jumlah event budaya daerah sebanyak 18 event, telah terealisasi 52 event budaya sepanjang tahun 2013 dengan persentase sebesar 28,89 %. Indikator Prosentase kunjungan wisatawan mancanegara terealisasi sebesar 2,47% atau 25.632 orang dari target sebesar 2,3% atau 25.027 orang. Sedangkan untuk indikator Prosentase Kunjungan wisatawan nusantara terealisasi sebesar 21,70% atau 552.350 orang dari target sebesar 3% atau 456.106 orang. Untuk indikator Persentase peningkatan pengunjung ke museum mengalami penurunan sehingga realisasinya bernilai minus. Persentase pengunjung museum pada tahun 2013 terealisasi sebanyak 67.392 orang atau sebesar -17,22% dari target 79.948 orang atau sebesar 12,00%. Terjadi penurunan sebanyak 4.212 orang di tahun 2013 dibanding dengan kunjungan museum di tahun 2012. Untuk Indikator Persentase peningkatan kunjungan wisman, wisnus, dan kunjungan ke museum mengalami penurunan dari tahun 2012, yang disebabkan oleh antara lain : a. Kurangnya promosi pariwisata. b. Obyek wisata atau destinasi belum memiliki daya saing. c. Pengembangan obyek wisata masih kurang. Wadja Sampai Kaputing 42

d. Obyek wisata/destinasi belum dikemas dengan baik oleh kabupaten/kota. e. Perbaikan ruang induk, atap, dan teras museum yang menyebabkan tempat yang dikunjungi terbatas, sehingga kunjungan menjadi berkurang. f. Kurangnya promosi kunjungan ke museum bagi sekolah dan masyarakat. g. Kurangnya event-event yang digelar di kawasan museum dalam rangka meningkatkan minat pelajar atau masyarakat untuk berkunjung. Untuk bidang kebudayaan dan kesenian, masih fokus pada upaya pengembangan dan pelestarian serta terpeliharanya seni dan budaya daerah, terlebih seni dan budaya yang hampir punah. Upaya ini dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain : aktualisasi, fasilitasi dan pergelaran seni rupa, lukis, tari, lagu, wayang dan kegiatan lainnya. Untuk bidang Pariwisata, terus berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan dengan melalui penyelenggaraan event-event pariwisata, peningkatan pelayanan dan pengelolaan destinasi wisata, serta peningkatan sadar wisata bagi masyarakat di daerah wisata dan dukungan pembangunan pariwisata. Pada tahun 2013 telah selesai dilaksanakan pembangunan Toilet Wisata di Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Takisung Kabupaten Tanah Laut, selesainya pembangunan Screen House Anggrek di Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan, selesainya penyusunan Grand Design Wisata Berbasis Sungai di Kawasan Jalan Jafri Zam-Zam Banjarmasin, penyusunan Grand Design Kampung Budaya Banjar di Kawasan Banua Anyar Banjarmasin, Rehab Ruang Kantor, Toilet dan Taman pada Museum Waja Sampai Kaputing, serta pembenahan dan rehab Penginapan Graha Wisata Amandit di Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan, penginapan ini akan menjadi percontohan dalam pengelolaannya yang berdasarkan standar Sapta Pesona. Wadja Sampai Kaputing 43

Adapun perbandingan realisasi kinerja tahun 2013 dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 10 Realisasi Kinerja Tahun 2012 dan 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2012 2013 Kinerja Naik/Turun 1 Persentase peningkatan Event Budaya Daerah % 10 28,89 Naik 2 Persentase peningkatan kunjungan WISMAN % 5,73 2,47 Turun 3 Persentase peningkatan kunjungan WISNUS % 18,22 21,70 Naik 4 Lama Kunjungan WISMAN Hari 1,9 3 Naik 5 Lama Kunjungan WISNUS Hari 3 3 Tetap 6 Persentase Peningkatan Kunjungan ke Museum setiap tahun % -1,96-17,22 Turun Secara keseluruhan selama 2 (dua) tahun terakhir sejak tahun 2012 sampai dengan 2013, peningkatan peran wisata dan budaya dalam pembangunan daerah cukup signifikan, namun perlu pengembangan berkelanjutan atas pariwisata dan budaya yang berbasis budaya dan sumber daya daerah sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah. Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun maka hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 11 Realisasi Kinerja dari tahun 2011 s.d 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 Target RPJMD 2013 2015 1 Persentase peningkatan Event Budaya Daerah % 10,00 10,00 28,89 10,00 50,00 2 Persentase peningkatan kunjungan WISMAN % 3,00 3,00 2,47 2,30 11,5 3 Persentase peningkatan kunjungan WISNUS % 10,00 10,00 21,70 3,00 16,00 4 Lama Kunjungan WISMAN Hari 1,9 1,9 3 NA NA 5 Lama Kunjungan WISNUS Hari 3 3 3 NA NA 6 Persentase Peningkatan Kunjungan ke Museum setiap tahun % 18,00 12,00 4,83 12,00 60,00 Wadja Sampai Kaputing 44

B. MISI II : Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Produktif dan Berdaya Saing Untuk Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Produktif dan Berdaya Saing masyarakat Kalimantan Selatan, maka di tetapkan tiga sasaran, yaitu Sasaran pertama adalah Meningkatkan Pembangunan Manusia Berkualitas pada Semua Jalur dan Jenjang Pendidikan; Sasaran kedua adalah Meningkatkan Pembangunan Manusia, serta Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan; dan Sasaran ketiga Meningkatkan masyarakat yang produktif dan berdaya saing 1. Sasaran: Meningkatkan Pembangunan Manusia Berkualitas pada Semua Jalur dan Jenjang Pendidikan Keberhasilan capaian kinerja atas sasaran Meningkatkan pembangunan manusia berkualitas pada semua jalur dan jenjang pendidikan diukur melalui 5 indikator dengan target, realisasi dan capaiannya sebagai berikut : Tabel 12 Capaian Kinerja Terhadap Target 2013 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % Capaian 1 Angka melek huruf % 96,50 96,95 100,46 2 Angka rata-rata lama sekolah Tahun 8,00 7,90 98,75 3 Angka Partisipasi Murni SD/MI % 99,00 99,48 100,48 4 APK SLTP/MTs % 99,00 98,80 99,80 5 APK SLTA/MA/SMK % 79,00 79,19 100,24 Rata-rata Capaian 99,94 Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata capaian indikator kinerja sasaran Meningkatkan pembangunan manusia berkualitas pada semua jalur dan jenjang pendidikan adalah sebesar 99,94% yang berarti masuk dalam kategori capaian Berhasil. Pencapaian indikator kinerja sasaran di atas, tidak terlepas dari dukungan program-program dan kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2013 yaitu berupa : a. Program Pendidikan Dasar 9 Tahun. Wadja Sampai Kaputing 45

1. Peningkatan dan Pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran SMP Model. 2. Peningkatan sarana belajar buku perpustakaan siswa Non UASBN SD, SDLB dan MI Negeri dan Swasta se-kalsel. b. Program Pendidikan Menengah. a. Pembinaan siswa berprestasi. b. Lomba Anak Berkebutuhan Khusus tingkat menengah. c. Pembinaan dan Pengembangan Mutu Lulusan SMA sederajat. c. Program Non Formal 1. Pengembangan Pendidikan Keaksaraan. 2. Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender bidang pendidikan. Indikator kinerja utama Angka Melek Huruf (%) dari target 96,50 % terealisir menjadi 96,95 % dengan capaian 100,46 %. Dikarenakan Peningkatan Akses Tiap Tahun selalu dianggarkan, mengingat jumlah siswa yang bersekolah SD/SMP/SMA meningkat. Hal ini sejalan dengan Program Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun dan Program Penuntasan Wajar Dikmen 12 Tahun, Angka Melek Huruf meningkat dikarenakan Program Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun dan Program Wajar Dikmen 12 Tahun berhasil serta menurunnya angka buta aksara telah mencapai 3,05% lebih baik dibandingkan target atau Standar Nasional 5%. Indikator Angka rata-rata lama sekolah dari target 8 Tahun terealisir 7,90 Tahun atau dengan capaian 98,75 %, namun hasil capaian indikator ini lebih tinggi 0,18 Tahun dari Target/Standar Nasional 7,72 Tahun. Indikator APM SD/MI tahun 2013 ditargetkan sebesar 99,00% terealisasi 99,48%, dengan hasil capaian kinerja 100,48%, APM SD/MI pada tahun 2013 lebih tinggi 4,48% dari standar nasional 95%. Indikator APK SMP/MTs pada tahun 2013 telah mencapai 98,80% dari yang ditargetkan sebesar 99,00%, dengan persentase hasil capaian 100,24%, pencapaian ini lebih tinggi 3,80% dari standar nasional yang ditargetkan sebesar 95%. Untuk indikator APK SMA/SMK/MA pada tahun 2013 telah mencapai 79,19 % dari yang ditargetkan sebesar 79,00% dengan capaian hasil Wadja Sampai Kaputing 46

kinerja 98,99, jika dibandingkan dengan atau lebih tinggi 9,85% dari target nasional 69,34 %. Adapun perbandingan realisasi kinerja tahun 2013 dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 13 Realisasi Kinerja Tahun 2012 dan 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2012 2013 Kinerja Naik/Turun 1 Angka melek huruf % 96,84 96,95 Naik 2 Angka rata-rata lama sekolah 3 Angka Partisipasi Murni SD/MI 4 APK SLTP/MTs 5 APK SLTA/MA/SMK Tahun 7,80 7,90 Naik % 99,38 99,48 Naik % 98,17 98,80 Naik % 78,72 79,19 Naik Dari 5 indikator kinerja diatas tercermin adanya peningkatan pembangunan manusia berkualitas pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun maka hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 14 Realisasi Kinerja dari tahun 2011 s.d 2013 No. Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 Target RPJMD 2013 2015 1 Angka melek huruf % 96,73 96,84 96,95 96,50 97,8 2 Angka rata-rata lama sekolah Tahun 7,72 7,80 7,90 8,00 10,0 3 Angka Partisipasi Murni SD/MI % 99,28 99,38 99,48 99,00 100,0 4 APK SLTP/MTs % 97,54 98,17 98,80 99,00 99,02 5 APK SLTA/MA/SMK % 78,25 78,72 79,19 79,00 90,0 Seluruh indikator yang mencerminkan peningkatkan pembangunan manusia berkualitas pada semua jalur dan jenjang terlihat meningkat jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2013, menunjukan keseriusan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan di bidang pendidikan. Wadja Sampai Kaputing 47

Pencapaian hasil yang sangat baik ini merupakan hasil kerja optimal dari jajaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sebagaimana dituangkan dalam tabel realisasi di atas. Di sisi lain, komitmen pimpinan daerah (Gubernur Kalimantan Selatan) dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan di wilayah Kalimantan Selatan yang diwujudkan dalam Nota Kesepakatan dengan Menteri Pendidikan Nasional dan Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah Kalimantan Selatan yang substansinya adalah penuntasan wajib belajar 9 (sembilan) tahun, peningkatan mutu pendidikan, pemberantasan buta huruf dan rehabilitasi gedung pendidikan telah memenuhi sasaran. Keberhasilan pembangunan pendidikan salah satu indikatornya adalah jumlah penduduk yang melek huruf, oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan gencar melaksanakan program pemberantasan buta huruf, dalam hal ini persentase buta huruf banyak ditemukan pada usia tua, sedangkan penduduk usia muda sangat jarang ditemukan penduduk yang buta huruf, dapat kita lihat dari tabel diatas terjadi peningkatan Angka Melek Huruf 0,11%, di tahun 2012 96,84% sedangkan ditahun 2013 mencapai 96,95%. Apresiasi atas pencapaian pembangunan di Provinsi Kalsel khususnya bidang pendidikan kembali berikan pada awal 2013. Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin menerima penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam (API) Tahun 2012. Penghargaan API tahun 2012 Kategori Pemerintah Daerah tersebut diserahkan langsung Menteri Agama RI H. Suryadhama Ali kepada Gubernur Kalsel H. Rudy Ariffin pada acara Peringatan Hari Amal Bhakti ke-67 Kementerian Agama RI di Auditorium KH M Rasyidi Kementerian Agama RI di Jakarta. Penghargaan tersebut merupakan yang pertama kalinya diterima oleh Kalsel. Hal ini tak lepas dari keberhasilan Kalsel memacu pendidikan berbasis Agama Islam dengan adanya Perda Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pendidikan Al-Qur'an. Menyertai Perda tersebut Pemprov Kalsel memberikan perlakuan yang sama bagi semua sekolah termasuk sekolah yang dibawah binaan Kementerian Agama, baik pembinaan kompetensi guru Al-Qur'an, Wadja Sampai Kaputing 48

sarana prasarana dan media belajar penunjang tingkat SD dan MI, SMP dan MTs, serta SMA/SMK dan MA. Penghargaan tingkat nasional kembali diraih pada 18 November 2013 lalu. Penghargaan yang baru saja diterima adalah Inclusive Education Award yang diserahkan dalam acara Gebyar Multi Talenta PKLK Diknas di GOR Lila Buana, Denpasar, Bali, 18 November 2013 kemarin. Penghargaan diserahkan langsung oleh Hamid Muhammad, PhD yang merupakan Direktur Jenderal Dikdas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai penerima adalah Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin yang mewakili masyarakat Kalsel. Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin menerima Penghargaan bergengsi ini melalui penilaian kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pendidikan iklusif. Setelah Tahun 2012 Kalsel ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai Pelopor penyelenggaraan pendidikan Inklusif, seluruh jajaran terus bekerja keras sehingga Gubernur Kalsel menjadi yang pertama menerima penghargaan ini. Apresiasi terhadap sejumlah prestasi bidang pendidikan Kalsel sebenarnya sudah mulai diberikan pada 2012 lalu. Diawali dengan penghargaan Pasiad Education Award untuk Kategori Birokrat yang diberikan kepada Gubernur Kalsel H. Rudy Ariffin, penghargaan diberikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Azwar Abubakar pada akhir November 2012 di Sasono Mulyo, Hotel Le Meridien, Sudirman Jakarta. Pasiad Education Award 2012 adalah penghargaan yang diberikan kepada tokoh masyarakat, birokrat dan akademisi yang telah menginspirasi dan memiliki sumbangsih dalam usaha peningkatan dunia pendidikan Indonesia. Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin adalah sosok penting dibalik berdirinya SMA Banua Kalsel Bilingual Boarding School. SMA milik Pemprov Kalsel yang bekerjasama dengan Yayasan Pasiad Turki tersebut kini telah banyak mengukir prestasi baik di levei Nasional maupun Internasional. Pada tahun yang sama, Kalsel juga kembali meraih prestasi Inclusive Award dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diberikan kepada Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Ariffin. Gubernur menerima Wadja Sampai Kaputing 49

penghargaan karena memiliki perhatian dan kepeduliannya terhadap anak, berkebutuhan khusus. Penghargaan Inclusive Award kepada Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin diserahkan Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Suyanto, PhD, di Gedung Mahligai Pancasila Banjarmasin pada akhir Desember 2012. Penyerahan penghargaan sebagai rangkaian Rapat Koordinasi (Rakor) pengembangan Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Klitistis (PLK) Wilayah Tengah dan sekaligus pencanangan Provinsi Kalsel sebagai Pelopor Penyelenggara Pendidikan Inklusif. Adapun dukungan dana dalam rangka menunjang capaian kinerja 2013 bersumber dari dana APBD Provinsi Kalimantan dan dana APBN. Anggaran Belanja Daerah untuk Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013 tersedia Rp. 536.764.736.040 dengan realisasi sebesar Rp 515.155.585.525 atau 95,97%. Sedangkan dukungan dana/anggaran dari APBN 2013 senilai Rp. 13.960.166.000 dan terealisasi sebesar Rp 10.874.892.866 atau 77,90%. 2. Sasaran: Meningkatkan Pembangunan Manusia, serta Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan Keberhasilan capaian kinerja atas sasaran Meningkatan Pembangunan Manusia, serta Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan diukur melalui 5 indikator dengan target, realisasi dan capaiannya sebagai berikut : Tabel 15 Capaian Kinerja Terhadap Target Tahun 2013 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % Capaian 1 Angka Harapan Hidup Tahun 67 65,10 97,16 2 Angka Kematian Bayi Kasus per 1000 Kh 33,50 44 76,14 3 Angka kematian ibu Kasus 165 88 187,50 4 5 Persentase penduduk miskin memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan Cakupan pelayanan peserta jaminan pemelihara kesehatan masyarakat *angka sementara % 100 66 66,00 % 100 100 100,00 Rata-rata Capaian 105,36 Wadja Sampai Kaputing 50

Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata capaian indikator kinerja sasaran Meningkatkan Pembangunan Manusia, serta Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan adalah sebesar 105,36% yang berarti masuk dalam kategori capaian Sangat Berhasil. Pencapaian indikator kinerja sasaran di atas, tidak terlepas dari dukungan program-program dan kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2013 yaitu berupa : a. Program Upaya Kesehatan Masyarakat dengan kegiatan utama : 1. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya. 2. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial. 3. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan. 4. Penilaian kinerja Puskesmas Kab/Kota se-kalsel. 5. Pemetaan Upaya Pelayanan Kesehatan Pengembangan dan Rujukan. b. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan dengan kegiatan utama : 1. Kemitraan pengobatan bagi pasien kurang mampu. 2. Peningkatan Pembinaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Provinsi. Untuk Indikator Angka Harapan Hidup di tahun 2013 adalah sebesar 65,10%, hal ini menunjukan bahwa capaian kinerja indikator ini sebesar 97,16% dari target sebesar 67%, yang berarti target kinerja tahun 2013 tidak tercapai, penyebabnya antara lain : 1. Meski mengalami penurunan, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi. 2. Status gizi masyarakat masih rendah terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu nifas, bayi dan balita. 3. Adanya pengaruh Sosial dan Budaya dalam peristiwa persalinan yang menyebabkan sering terjadi keterlambatan dalam pengambilan keputusan tentang penanganan persalinan dengan penyulit. Wadja Sampai Kaputing 51

Untuk Indikator Angka Harapan Hidup dapat dilihat belum mencapai target, akan tetapi berdasarkan hasil analisis Badan Pusat Statistik, Provinsi Kalimantan Selatan bersama dengan Provinsi NTB, Maluku Utara, Gorontalo dan Papua Barat termasuk dalam 5 (lima) Provinsi di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan Angka Harapan Hidup yang tinggi, yaitu sebesar 0,56% pada tahun 2013, yang masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Angka Harapan Hidup Nasional yang sebesar 0,31%. Angka Kematian Bayi di tahun 2013 terealisasi sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup dari target sebesar 33,5 per 1000 kelahiran hidup, dengan capaian kinerja 76,14% angka diatas menggambarkan tidak tercapainya indikator ini disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut: 1. Provinsi Kalimantan Selatan masih terdapat 231 desa yang belum memiliki tenaga bidan, meskipun setiap tahun Kementerian Kesehatan mengangkat tenaga Bidan di desa sebagai tenaga PTT. 2. Dari 228 Puskesmas yang ada, hanya ada 51 Puskesmas yang merupakan Puskesmas Perawatan yang memungkinkan untuk melakukan pertolongan persalinandan penanganan neonatus dan 35 Puskesmas yang memiliki kemampuan Penanganan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Angka Kematian Ibu, berdasarkan laporan yang dihimpun sepanjang tahun 2013 berhasil ditekan sebanyak 88 kasus kematian ibu bersalin di seluruh Kabupaten/kota se Kalimantan Selatan, capaian kinerja indikator ini telah mencapai 187,50% dari target setinggi-tingginya sebesar 165 Kasus hal ini didukung oleh : 1. Kebijakan penempatan bidan PTT pusat dan daerah untuk mengisi desa-desa yang belum memiliki tenaga bidan. 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan proses persalinan yang aman berdampak pada semakin meningkatnya pelayanan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan). 3. Semakin meningkatnya kemampuan tenaga kesehatan (bidan). Wadja Sampai Kaputing 52

4. Peningkatan kemitraan antara bidan dengan dukun bayi, dapat diinformasikan pada tahun 2013 telah dilakukan pembinaan kemitraan antara bidan dan dukun bayi dengan anggaran APBD Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan data kinerja tahun 2013 capaian Indikator Persentase penduduk miskin memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan adalah 66,00% atau 66,00% dari target sebesar 100% menunjukan sasaran pada tahun 2013 tidak tercapai, disebabkan masih belum semua masyarakat mengikuti jaminan kesehatan. Sebagian masyarakat di antaranya masyarakat miskin, PNS, TNI, POLRI dan sebagian tenaga kerja sudah mendapatkan Jaminan Kesehatan melalui Askes, Asabri maupun Jamsostek. Cakupan pelayanan peserta jaminan pemelihara kesehatan masyarakat tercapai 100% didukung oleh adanya kebijakan Pemerintah Provinsi dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Provinsi yang dalam pelaksanaanya ada 2 (dua) mekanisme : 1. Bagi masyarakat miskin dijamin oleh Jaminan Kesehatan Daerah (Kabupaten/Kota) yang dirujuk ke rumah sakit provinsi maka pembiayaan sesuai MoU antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota akan dibiayai melalui sharing dengan pola 60% dijamin oleh Jamkesprov dan 40% oleh Jamkesda. 2. Bagi Masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit provinsi tapi tidak memiliki jaminan sama sekali, maka sepenuhnya akan dibiayai oleh Jaminan Kesehatan Provinsi, dengan demikian seluruh masyarakat miskin di Kalimantan Selatan yang membutuhkan pelayanan kesehatan dapat terlayani melalui Jaminan Kesehatan Daerah dan Jaminan Kesehatan Provinsi. Adapun perbandingan realisasi kinerja tahun 2012 dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut : Wadja Sampai Kaputing 53