BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam alur penyajian novel dan film memperlihatkan penyajian yang berbeda, meski sama- sama di dominasi oleh dialog dan peristiwa. Dalam film, banyak peristiwa yang di tiadakan sehingga menimbulkan kesan cepat. Berbeda dengan penyajian di novel yang terkesan lambat, karena adanya penekanan cerita di dalam novel. Pada novel pengarang bebas mengekspresikan apa saja yang ingin di ceritakan karena tidak adanya keterbatasaan waktu pada film. Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini dan sesuai dengan apa yang di deskripsikan dalam hasil penelitian dan pembahasaan, maka di peroleh kesimpulan yaitu : 1. Dari hasil analisa dapat di lihat bahwa dalam setiap sequence film Bangun Lagi Dong Lupus terdapat tema yang berbeda-beda. Tema persahabatan lebih mendominasi dengan persentase 33,3% terdapat pada sequence 4,5,10 dan 11. Kecenderunga tema yang terdapat pada novel Bangun Lagi Dong Lupus adalah tema percintaan dengan persentase sebanyak 44,7% terdapat pada bab 2,3,5,6,11,12,18,19,20,21,26,27,28,29,35,36 dan 48. 2. Film Bangun Lagi Dong Lupus sebagian besar opening di mulai dengan gawatan atau rising action yakni sebesar 75%. kecenderungan pada opening novel juga sama dengan film yakni dimana persentasi untuk rising action sebesar 79%. 77
78 3. Pada film tiap sequence menampilkan Lupus sebagai tokoh utama dengan persentase 91,7% dan pada sequence ke 9 menampilkan Boim sebagai tokoh utama yang di kejar debt collector. Pada novel tokoh protagonis Lupus mendapat persentase 73,7% dan 36,3% tokoh utama pada bab novel adalah sidekick yaitu teman-teman Lupus. 4. Dari hasil analisis diketahui seluruh sequence yang terdapat pada film dan novel Bangun lagi Dong Lupus menggunakan alur maju dengan persentase 100% 5. Konflik yang terjadi pada film Bangun lagi Dong Lupus merupakan konflik internal dimana persentasenya mencapai 67%. Sedangkan konflik yang terjadi di novel juga cenderung terhadap konflik internal sebanyak 71%, namun beberapa konfliknya tidak dapat di visualisasikan. 6. Dari analisa gaya bahasa yang digunakan pada film cenderung menggunakan bahasa sehari-hari terlihat dari persentasenya sebesar 100% Sedangkan gaya bahasa novel pun yang digunakan tidak jauh berbeda yaitu dengan menggunakan gaya bahasa sehari-hari yang sama-sama mendapatkan persentase sebesar 100%. Yang membedakan hanya pemvisualisasian makna pembaca dan penonton. 7. Closing pada tiap sequence film di dominasi oleh happy ending yang diakhiri Lupus bersama teman-temannya atau keluarga ini terlihat dari persentase yang mencapai 66,6%, Dan closing pada novel cenderung menunjukkan sad ending, biasanya cerita pada tiap bab di tutup dengan ke
79 tidak beruntungan Lupus ataupun orang-orang di sekitarnya.terlihat dari persentasenya yang mencapai 60,5% 8. Hasil penelitian menunjukan pada film lebih beragam pesannya. Isi pesan moral mendominasi sebesar 75%. Dari hasil analisa pada novel, pesan moral juga mendapat persentase lebih banyak yaitu 89,5%. 9. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pola yang di gunakan dalam film cenderung menggunakan pola cinta yang mendapat persentase sebesar 75%, sedangkan pola keluarga mendapat persentase sebesar 25%. Pada novel Bangun Lagi Dong Lupus adalah pola cinta juga mendomonasi sebesar 78,9%, pola keluarga memperoleh 15,7% terakhir pola sukses dan pengorbanan mendapat persentase yang sama 2,6%. 10. Dari Analisa menunjukan bahwa novel dan film bangun lagi Dong Lupus si pencerita menempatkan diri sebagai orang ketiga serba tahu dengan persentase 100%. Dimana sang pencerita berada di luar cerita dan tidak terlibat dalam cerita tersebut tapi pencerita menceritakan sampai pada apa yang ada dalam perasaan dan pikiran tokoh. 11. Hasil analisa penulis mengenai unsur dramatik pada film Bangun Lagi Dong Lupus, terdapat unsur dramatik berupa konflik berupa persentase sebesar 75%. Konflik pada novel terjadi pada hampir setiap bab oleh karena itu persentase yang di dapat sebesar 81,6% 12. Berdasarkan hasil analisa di ketahui bahwa tipologi tokoh Lupus pada Film adalah Sanguinis yang mendapat persentase 100% yaitu dimana sang karakter tokoh utama Lupus adalah seorang yang periang, gaul, mudah
80 beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tipologi tokoh pada novel lebih beragam setiap babnya namun tipe sanguinis mendominasi dengan persentase 68,4% Meski terdapat bagian-bagian yang tidak sepenuhnya sama antara film dan novel, namun adaptasi dalam bentuk teks menjadi visual memang tidak mudah di lakukan. Karena dalam novel pengarang dapat dengan menceritakan apa yang ingin di sampaikan tanpa terbatas waktu dan ruang imajinasi. Sedangkan pada film sutradara dan penulis skenario harus mengubah teks drama yang di buat pengarang menjadi betuk visual yang tidak jauh dari novel dengan keterbatasan waktu, maka dari itu banyak bagian dari novel yang tidak dapan di tampilkan di film. Pada film dan novel pun menampilkan ending yang berbeda agar menimbulkan drama yang menarik untuk penonton. Hasil penelitian membuktikan bahwa film Bangun lagi Dong Lupus merupakan salah satu dari karya satra yang mendapat sedikit perombakan dari novelnya. Selain dari hasil analisis diatas, dimana analisis tersebut berdasarkan dari dua coder yang menjadi peneliti. Penulis pun memiliki analisis sendiri dengan menggunakan Teori Adaptasi Novel ke dalam Film, ddan film Bangun Lagi Dong Lupus ini di kategorikan ke dalam Lose Adaptation karena ada unsur penceritaan yang terdapat dalam teks ditidakan dan tidak di masukan ke dalam film, beberapa unsur dalam film diganti atau di tambahkan. Ini terlihat pada ending cerita yang pada novel dituliskan Lupus memberikan beasiswanya ke Amerika pada Anto namun pada film hanya di
81 ceritakan Lupus dan Poppy berduaan di sebuah lapangan. Pada ending ini jelas bahwa perubahan yang di lakukan oleh sutradara untuk membuat film ini menjadi lebih menarik dengan menambahkan unsur percintaan romatis. 5.2 Saran Sebagai bahan masukan, penulis akan mengungkapkan beberapa hal yang terkait dengan pengangkatan novel Bangun Lagi Dong Lupus ke dalam film: 1. Ekomando Production bersama sutradara hendaknya tidak mengurangi ke jahilan Lupus si tokoh utama yang sudah melekat pada masyarakat 2. Sutradara hendaknya lebih mengikuti naskah yang di tulis penulis skenario yang sekaligus penulis novel agar cerita pada novel dapat di visualiasaikan dengan baik pada film. 3. Sutradara hendaknya tidak merubah beberapa cerita yang terdapat pada novel dan film terlalu berbeda dengan novel agar penonton yang sebelumnya sudah membac a novel tidak kecewa setelah memonton filmnya 4. Selalu melahirkan karya-karya sinematografi nasional yang lebih berkualitas untuk memajukan industri perfilman nasional, baik dari segi penceritaan, peokohan maupun visual gambar.