BAB V PENUTUP Kesimpulan
|
|
- Hadi Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media massa dengan genre anak-anak, khususnya film anak di Indonesia. Multikulturalisme, merupakan sebuah konsep yang pada umumnya dipergunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang ingin menunjukkan keanekaragaman yang dimilikinya. Tetapi secara luas, konsep multikulturalisme tidak hanya berhenti pada menunjukkan keanekaragaman, melainkan pada pengakuan dan keselarasan hidup dalam keanekaragaman. Film Denias Senandung di Atas Awan dan Di Timur Matahari, yang diproduseri oleh Alenias Pictures mengajak anak-anak untuk melihat konsep multikulturalisme melalui alur cerita, karakter, dan penggambaran etnis Papua dalam sebuah film anak. Representasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat bagian penting dari sebuah proses pertukaran makna, dimana makna diproduksi dan dipertukarkan antara anggota melalui budaya. Bahasa, tanda, dan gambar itu ada untuk merepresentasikan sesuatu hal. Pendekatan konstruksionis menunjukkan bahwa representasi mampu membentuk masyarakat. Di dalam pendekatan ini, aktor sosial yang mengkonstruksi sebuah makna menggunakan sistem representasi. Aktor sosial yang menggunakan sistem konsep dari budaya mereka, melalui bahasa, kemudian sistem representasi mengkonstruksikan makna untuk membuat dunia menjadi lebih bermakna dan untuk berkomunikasi Analisis naratif, dipergunakan untuk menganalisis cerita anak dengan cara mengurai film ini menjadi unit terkecil berupa adegan (scene) kemudian dipecah menjadi sekuen-sekuen tertentu, lalu menganalisis shots tertentu agar mampu memberikan gambaran naratif secara efisien, dan untuk melihat bagaimana individu (aktor) mampu memberikan informasi naratif secara relevan. Hasil dari studi naratif dari kedua film anak tersebut menunjukkan: 160
2 1. Kedua film anak ini jika dilihat dari alur filmnya mencoba menampilkan perspektif multikulturalisme dengan menampilkan bagaimana situasi Papua dalam situasi yang serba terbatas dan ketika terjadi konflik. Hal ini menunjukkan bahwa Papua, memiliki permasalahan yang cukup kompleks. Di Indonesia, Papua selalu dianggap terbelakang sehingga menyebabkan segala fasilitas dan infrastruktur di Papua berkembang secara terlambat. Belum lagi dari adat istiadat dan kebudayaan di Papua, yang sering digambarkan secara kuno dan tidak mau menerima hal baru. Kedua film anak ini dari segi alur cerita, mencoba untuk menampilkan realitas Papua sesuai dengan gambaran yang ada selama ini. Tetapi hal yang menarik dari alur cerita ini adalah bagaimana konflik dan permasalahan yang ada, digambarkan secara menarik, sehingga di akhir cerita, film ini mencoba memberikan solusi dan mencoba menawarkan gambaran baru mengenai konsep multikulturalisme. Sehingga Papua memperoleh kehidupan yang lebih layak ketimbang yang mereka rasakan selama ini. 2. Dari segi tema film anak, perspektif multikulturalisme ditampilkan melalui tema persahabatan, pendidikan, perbedaan-perbedaan yang coba disatukan, dan indahnya kebersamaan dalam kehidupan yang damai. Tema ini sangat menarik untuk mengambil hati para penonton dan memberikan sebuah solusi, mengingat permasalahan multikulturalisme merupakan permasalahan yang kompleks di Indonesia. 3. Tokoh film merupakan sosok yang penting dalam membangun representasi multikulturalisme dalam kedua film ini. Kedua tokoh film anak ini memiliki identitas ras sebagai anak asli Papua, yang memiliki kulit gelap, rambut ikal keriting, dan tinggal di Papua. Tokoh film memegang peranan penting dalam membangun konflik baik secara vertikal dan horisontal. Keberadaan tokoh protagonis dan antagonis, secara apik ditampilkan dalam film ini. 4. Setting film anak ini mencoba menggambarkan bagaimana kehidupan di pedalaman Papua sangat berbeda jauh dengan kehidupan di pulau yang lain. Dari segi infrastruktur tampak sekali begitu susah untuk menjangkau pedalaman Papua. Fasilitas di pedalaman Papua pun juga sangat terbatas ditampilkan dalam dua film anak ini. 161
3 5. Gaya bercerita kedua film anak ini mencoba menampilkan sesuai dengan rasionalitas di mata pengarang dalam menyuarakan suara Papua untuk mendapatkan hak-hak kultural mereka. Melalui film ini menampilkan, sutradara ingin mengajak khalayak melihat bagaimana kebenaran yang ada di sana di pandang dari segi khalayak, dan disetujui. 6. Dari segi point of view, Alenias mencoba menawarkan dua sudut pandang yang berbeda. Film Denias Senandung di Atas Awan sudut pandang orang utama, tokoh utama (first-person-central), yang mengisahkan mengenai pengalaman hidup dari Denias. sedangkan dalam film Di Timur Matahari, Sudut pandang orang ketiga, dimana pengarang serba tahu (third-personomniscient); yaitu pengarang mengacu pada setiap tokoh dalam bentuk orang ketiga (dia atau mereka), dan menceritakan apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan oleh beberapa tokoh. 7. Identitas kultural Suku Papua dalam kedua film ini ingin menunjukkan bahwa setiap suku di Indonesia memiliki hak yang sama untuk menunjukkan identitas mereka. Sehingga tidak mengherankan apabila representasi suku Papua begitu erat dengan identitas ras, etnis, dan sosial mereka. Dalam dua film ini dengan menampilkan sosok pemain utama yang memiliki warna kulit hitam dan berambut ikal (orang asli Papua). Suku Papua juga ditampilkan sebagai etnis yang memegang tinggi nilai-nilai moral dan budaya etnis tersebut. Hal ini dapat dilihat dari beberapa scene yang menggambarkan mengenai (upacara pemasangan koteka, upacara potong jari serta mandi lumpur, dan hukum adat). Dari identitas sosial, kedua film ini mencoba menampilkan bagaimana kekuasaan terbesar yang akan mempengaruhi suatu hasil keputusan. 8. Masyarakat Papua, dalam film ini direpresentasikan mudah berkomunikasi dengan suku lain, tetapi mereka juga melakukan akomodasi secara divergen apabila apa yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebudayaan atau adat istiadat mereka. Film ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa masyarakat Papua adalah masyarakat yang minoritas di tanahnya sendiri ketimbang masyarakat dari luar Papua. Di tambah lagi, dengan adanya hukum adat, membuat mereka makin menjadi minoritas di sana. Sedangkan pelaku stereotipe, datangnya 162
4 dari suku Papua sendiri dalam memandang Jawa dan begitu pula sebaliknya. Mereka merasa berbeda dengan Jawa dan tidak mau disamakan dengan kehidupan di Jawa. Etnosentrisme juga terjadi dalam diri suku Papua. Hal ini terlihat dari bagaimana keinginan mereka untuk mematuhi hukum adat, ketimbang menerima masukan dari luar yang dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan dan adat istiadat mereka. Secara tidak langsung, mereka menganggap bahwa hukum adat adalah yang terbaik daripada berdiskusi dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini merupakan bentuk sikap mereka mempertahankan hak kultural yang dimiliki yaitu dengan menjalankan kehidupan seperti adat istiadat yang telah mereka lakukan selama ini. Kesimpulan dari analisis film anak tersebut menarik untuk di diskusikan lebih lanjut. Secara teoritis saat ini isu multikulturalisme merupakan sebuah topik perbincangan yang menarik untuk dikaji. Multikulturalisme pada dasarnya tidak semudah merayakan keanekaragaman secara bersama-sama. Konsep multikulturalisme memiliki makna dan arti yang lebih kompleks. Selama ini, media massa kerap menampilkan keanekaragaman yang dimiliki Indonesia dengan adanya konflik dan kekerasan. Pemberitaanpemberitaan yang ditampilkan, membuat masyarakat menjadi skeptis akan terwujudnya masyarakat Indonesia yang mampu berbhineka tunggal ika. Namun, disisi lain terdapat pihak yang mendukung agar bangsa Indonesia yang merupakan negara multikultural mampu hidup berdampingan dengan segala perbedaan yang ada, dengan cara mengakui keberadaan mereka dan memberikan hak-hak kultural pada mereka tanpa terkecuali. Film-film anak produksi Alenia Pictures mencoba menawarkan sebuah konsep multikulturalisme yang baru dengan menampilkan etnis Papua dalam film mereka. Seperti yang diketahui selama ini, masyarakat Papua selalu mendapat stereotipe yang negatif. Adanya stigma negatif mengenai masyarakat Papua, membuat Alenia Pictures mengangkat kehidupan di Papua dalam sebuah film. Temuan di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hingga saat ini masih terjadi ketidakadilan yang di terima oleh masyarakat Papua. Wacana mengenai Papua sebagai masyarakat yang terbelakang, kuno, dan tidak berpendidikan sangat 163
5 tampak jelas di dalam kedua film ini. Belum lagi terdapat beberapa scene yang membandingkan antara Papua dan Jawa. Film ini mencoba menyadarkan khalayak penonton, bahwa selama ini anggapan (stereotipe) mengenai Papua bukan karena suku itu sendiri, melainkan mereka berstereotipe karena sejarah yang ada dan bagaimana bangsa Indonesia memperlakukan masyarakat Papua. Padahal seharusnya sebagai negara yang multikultural, Indonesia bisa menerima dan mengakomodasi segala perbedaan yang ada. Di dalam film Denias Senandung di Atas Awan, penonton disajikan bagaimana infrastruktur pendidikan di Papua tidaklah memenuhi. Berbeda sekali dengan infrastruktur pendidikan di Jawa. Padahal jika kita merujuk pada prespektif multikulturalisme di Indonesia, setiap warga negara di Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sedangkan dalam film Di Timur Matahari, Alenia Pictures mencoba menampilkan kehidupan di Papua yang serba kekurangan tetapi segala sesuatunya disana mahal. Tidak mengherankan jika banyak terjadi konflik akibat adanya denda adat yang nominalnya sangat fantastis. Hal ini adalah efek perekonomian di pedalaman Papua, yang menjual segala barang-barang dengan harga yang sangat berbeda dengan pulau Jawa. Padahal, Papua menyumbang banyak devisa negara melalui pertambangannya, tetapi kehidupan rakyat Papua sangat jauh dari kesejahteraan. Temuan dalam kedua film anak ini sesuai dengan asumsi penelitian yaitu kedua film anak ini mencoba untuk menampilkan representasi etnis Papua melalui prespektif multikulturalisme. Konsep multikulturalisme di Indonesia yang tidak seimbang selama ini mengakibat banyak muncul stigma negatif mengenai identitas kultural etnis Papua. Banyak yang menganggap bahwa masyarakat Papua merupakan masyarakat terbelakang, kuno, dan tidak berpendidikan merupakan hasil dari sikap negara akan masyarakat Papua. Hal ini sangat berkebalikan dengan pandangan yang ada selama ini, dimana masyarakat Papua tidak bisa modern karena mereka menutup diri. Kedua film anak ini berhasil merepresentasikan suku Papua yang sebenarnya ingin memiliki hak-hak kultural yang sama dengan sukusuku yang lain. 164
6 Dari segi praktis, dengan adanya kedua film anak mengenai suku Papua dalam prespektif multikulturalisme, membuat perkembangan dunia film makin beragam. Kedua film anak ini merupakan sebuah bentuk pembelajaran sosial bagi khalayak, khususnya anak-anak agar mampu melihat mengenai multikulturalisme di Indonesia yang pada kenyataannya masih timpang antara satu suku dengan suku yang lain. Hal yang menarik dari kedua film ini adalah pertama, film-film ini merupakan hasil pandangan dari seorang sutradara yang berasal dari Wilayah Timur Indonesia yang mengambil ruang tema mengenai anak-anak melalui pendidikan dan konflik yang berada di pedalaman Papua yang selama ini digambarkan oleh media massa, dengan cara berbeda. Kedua, tema-tema mengenai multikulturalisme sangat jarang dibahas di Indonesia sehingga kedua film anak ini sangat pintar sekali dalam memilih celah dan berharap agar mampu memberikan gambaran yang berbeda. Seperti yang diketahui, bahwa film hendaknya mampu menjadi contoh dan teladan khalayak yang menyaksikan. Dari hal ini film sebagai representasi realitas sosial masyarakat hendaknya memberikan nilai-nilai positif mengingat film merupakan sebuah media yang mencakup semua kalangan. Diskusi sosial dari film ini adalah bahwa film merupakan salah satu produk budaya yang dihasilkan dari suatu fenomena di masyarakat. Fenomena mengenai konflik dan kekerasan akibat adanya perbedaan budaya, ras, suku, dan agama dalam film merupakan suatu bentuk representasi sosial atas realitas yang ada di masyarakat dan hal ini seharusnya mampu dihapuskan atau paling tidak diminimalisir. Hasil dari film ini, menunjukkan bahwa Alenia Pictures mencoba merepresentasikan masyarakat Papua dengan memberikan gambaran yang berbeda bagi khalayak penonton, khususnya adalah anak-anak. Film ini mencoba menampilkan bagaimana Papua kerap ditampilkan secara marginal, kemudian mereka menginginkan adanya keadilan di Papua. Dengan mengambil perspektif multikulturalisme untuk melihat representasi Papua, hasil dari representasi itu menunjukkan bahwa masyarakat di Pulau Papua masih belum mendapatkan hak- 165
7 hak kulturalnya dan menjadi minoritas di tanahnya sendiri. Watak rasial begitu tampak dari sosok masyarakat Papua yang sering dijadikan sebagai stigma negatif. Perilaku negara yang mengenyampingkan Papua tampak jelas digambarkan di dalam kedua film anak ini. Namun Alenia mencoba merepresentasikan bahwa Papua tidaklah seperti itu, dengan menggambarkan bagaimana mereka ingin terbuka, diperhatikan, dan memperoleh kehidupan serta pendidikan yang lebih layak. Kesimpulan dari kedua film anak diatas adalah sebagai berikut ; - Multikulturalisme di Indonesia belum mampu diakomodasi secara baik oleh seluruh masyarakat Indonesia, sehingga terjadi ketimpangan di pulau Papua. - Hal ini ditunjukkan melalui keinginan Alenia untuk menyuarakan ketimpangan tersebut melalui representasi multikulturalisme dalam memandang suku Papua. - Masyarakat Papua secara tidak langsung sering distereotipekan karena memiliki ciri fisik yang berbeda dibanding masyarakat lainnya di Indonesia. - Masyarakat Papua bersikap stereotipe terhadap suku yang lain (khususnya Jawa dalam kedua film ini) adalah akibat adanya perlakuan pemerintah (yang berada di Pulau Jawa) terhadap mereka. - Sikap etnosentrisme karena mereka merasa bahwa nenek moyang mereka memiliki jasa yang besar sehingga adat, norma, dan kebudayaan harus dilakukan. - Masyarakat Papua merupakan masyarakat yang minoritas di Pulaunya sendiri. Dari segi mata pencaharian, ditampilkan bahwa dokter, bos di tambang, guru, berasal dari pulau itu. - Masyarakat Papua memiliki strata sosial yang sangat tegas. - Akomodasi antara suku luar Papua dan suku Papua terkadang berjalan dengan baik, tetapi terkadang pula tidak bisa berjalan dengan baik karena adanya benturan dengan norma masyarakat di Papua. - Ideologi yang disajikan melalui teks kedua film anak ini merupakan ideologi yang positif, karena untuk membela dan memajukan kepentingan 166
8 etnis Papua dalam memperoleh hak mereka, yaitu hak untuk memperoleh pendidikan dan perdamaian di tanah Papua. Kedua film anak ini mampu memberikan gambaran mengenai etnis Papua, mampu digambarkan secara apik di dalam film ini. Film ini mencoba menyajikan gambaran etnis Papua secara baru melalui prespektif multikulturalisme. Film ini menyajikan bagaimana etnis Papua, sebagai sosok minoritas mencoba memberikan perlawanan terhadap gambaran-gambaran yang tidak baik dan penuh stereotipe atas dirinya, dengan memberikan solusi happy ending di setiap film anak ini. B. Saran Secara teoritis, peneliti berusaha mengajak dan mencoba memberikan kontribusi baik berupa pemikiran dan gagasan ilmiah, serta mencoba untuk menambah pengetahuan melalui riset-riset mengenai representasi dalam media film yaitu dalam penelitian ini adalah representasi suku Papua dalam prespektif multikulturalisme. Diharapkan penelitian ini mampu menunjang kemajuan bagi disiplin ilmu komunikasi, khususnya adalah komunikasi budaya dan bidang perfilman. Melalui kedua film ini bisa dilihat bagaimana multikulturalisme belum berimbang. Hal ini mengakibatkan adanya dampak negatif akan gambaran mengenai masyarakat Papua di Indonesia. Pendekatan analisis isi kualitatif melalui studi naratif digunakan untuk melihat bagaimana agar sebuah struktur penceritaan mampu memberikan gambaran naratif secara efisien mengenai perspektif multikulturalisme dalam menampilkan suku Papua. Secara praktis, peneliti berharap dengan kehadiran film-film anak yang mampu menampilkan nilai multikulturalisme, seperti film Denias Senandung di Atas Awan dan Di Timur Matahari. Besar harapannya agar kedua film ini bisa menjadi inspirasi dan penggugah bagi sineas-sineas Indonesia untuk menghasilkan sebuah karya film yang bernilai edukatif dan inspiratif, dengan mengangkat tema mengenai multikulturalisme di Indonesia. Keberadaan film yang mengangkat mengenai multikulturalisme di Indonesia sangatlah penting. Hal ini cukup menarik karena selama ini keanekaragaman yang ada lebih sering digambarkan dengan 167
9 pertengkaran dan konflik. Melalui sebuah film, seorang sutradara mampu menampilkan gambaran atas realitas yang berbeda dari anggapan yang ada selama ini dan memberikan sebuah representasi yang baru untuk mendukung konsep multikulturalisme yang masih sangat timpang di Indonesia. Secara sosial, penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai pentingnya representasi mengenai suku Papua dalam perspektif multikulturalisme dalam menyuarakan suara rakyat Papua yaitu pengakuan terhadap hak-hak kultural masyarakat minoritas di dalam media massa, khususnya di dalam media perfilman. Diharapkan agar sineas-sineas mampu menampilkan gambaran etnis Papua secara lebih berimbang. Penelitian ini diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk berpikir kritis mengenai permasalahan multikulturalisme di Indonesia dalam media massa dan memberikan solusi sebagai jalan keluar dari permasalahan itu. 168
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berusaha melihat bagaimana konstruksi dalam film Samin VS Semen dan film Sikep Samin Semen bekerja. Konstruksi ini dilihat melalui konsep yang ada di dalam film
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses analisis tanda dalam film telah dilakukan untuk mengetahui representasi multikulturalisme dalam film Cheng Cheng Po. Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh, film
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang multikultural, multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau kebudayaan), yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah banyak dan sarat akan pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk para penonton film ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lugu, bodoh dan pantas untuk dijadikan guyonan. Padahal belum tentu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etnis Papua beberapa kali telah diangkat dalam media massa, contohnya dalam tayangan televisi maupun film. Hal ini menunjukkan bahwa stasiun televisi ingin menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam alur penyajian novel dan film memperlihatkan penyajian yang berbeda, meski sama- sama di dominasi oleh dialog dan peristiwa. Dalam film, banyak peristiwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan budaya yang beraneka ragam, hal ini menjadi nilai tersendiri bagi Indonesia. Sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak
BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Dunia adalah panggung sandiwara merupakan pemikiran yang relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dengan sebuah peran, dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. verbal. Komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari hari ialah. yang melibatkan banyak orang adalah komunikasi massa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari hari aktivitas yang paling sering kita lakukan adalah berkomunikasi. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal. Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi setiap minggunya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lainnya, maupun perjalanan antar benua banyak dilakukan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian analisis resepsi menekankan poin penting terhadap khalayak yang dapat memaknai sendiri teks yang dibacanya dan tidak selalu sejalan dengan apa yang menjadi ideologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu bangsa yang di dalamnya terdapat keberagaman suku, agama, ras dan lain-lain. Namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film yang dibuat untuk memberikan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. penulis lakukan dengan judul DINAMIKA ISU-ISU MULTIKULTUR DALAM IKLAN TELEVISI COCA-COLA PERIODE
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil analisis semiotika pada penelitian yang penulis lakukan dengan judul DINAMIKA ISU-ISU MULTIKULTUR DALAM IKLAN TELEVISI COCA-COLA PERIODE 1990-2010 (Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan
Lebih terperinci2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.
93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat
Lebih terperinciBerkaitan dengam dua konsep di atas, maka keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya,meskipun individu maupun masyarakat
RANGKUMAN MATERI A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia 1. Makna keragaman manusia Berdasarkan KBBI, ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) music, lagu, langgam; (4) warna,
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gegar budaya atau biasa dikenal dengan culture shock sering kali dialami oleh individu ketika mereka memasuki budaya baru. Ketika memasuki budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE
ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai
Lebih terperinci(www.beritabali.com), dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan hiburan terus meningkat. Menurut Briggs dalam Susilana (2008:6), Media adalah sarana fisik untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang modern, membuat seorang kreator film akan lebih mudah dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perfilman terus melakukan perkembangan baik dalam hal teknologi peralatannya, maupun dalam segi kreativitasnya. Dengan peralatan film yang modern, membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, fungsi film selain menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Kemudian, film mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.
digilib.uns.ac.id 128 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Film PK merupakan film bertemakan agama yang memberikan gambaran tentang pluralitas elemen agama yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di negara India.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman di dalamnya seperti budaya, ras, agama, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk negara multikultur yang juga
Lebih terperinciMENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN
ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang tampak pada dialog
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam penyampaian pesan dan komunikasi, di zaman sekarang manusia tidak lagi harus bersusah payah untuk bertemu atau menggunakan alat komunikasi telegram.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun rohani dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nilai adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusai baik yang berbentuk jasmani maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciPemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti
151 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan analisis pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti mendapatkan hal-hal atau makna di balik
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat perpanjangan alat indra. Melalui media massa, dapat diperoleh informasi tentang orang, benda atau tempat
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM I. UMUM Kesadaran manusia akan kebutuhan hiburan memberi peluang besar pada industri perfilman untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang setiap jamannya. Film adalah sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, juga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu scene ada 9 orang perempuan dengan penampilan yang hampir sama yaitu putih, bertubuh mungil, rambut panjang, dan sebagian besar berambut lurus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinci