Ekonomi Indonesia Menuju Krisis? Hasan Zein Mahmud Staf Pengajar
Down grading prediksi IMF Setahun terakhir IMF telah empat kali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 3,8% (Okt 14) 3,5% (Apr 15) 3,3% (Juli 15) 3,1% (Okt 15) Gradual pick up di advanced economies, slowdown di emerging economies. Faktor di belakang perlambatan: Harga komoditi,hambatan struktural, kondisi finansial ketat, faktor China, volatilitas pasar keuangan Rendahnya harga komoditi, redistribusi kemakmuran antara negara pengekspor dan pengimpor, melebarkan kesenjangan antar negara
Down grading prediksi IMF Ekonomi Jepang kontraksi, Eropa jalan di tempat, China melambat, AS yang picking up, dengan mudah terseret kembali ke dalam resesi
Faktor China Penopang terbesar pertumbuhan ekonomi global (27%) Pertumbuhan 2-3% di d.e suatu prestasi, pertumuhan di bawah 7% di China dianggap gagal Ekonomi Cina bersin, ekonomi global demam There s no doubt that a slowdown in China will seriously crimp global growth (Fortune 3 Sept) Penurunan tingkat bunga Yuan, percepatan projek infrastuktur dan devaluasi Yuan cerminan kepanikan pemerintah target 7% petumbuhan tidak tercapai China Manufacturing Index 47,3 (Agust) dan 47 (Sept), terendah sejak krisis Asia 2009 indikator kontraksi, ekspor Juli turun 8,3% Pada hari devaluasi harga nikel jatuh 3,5% tinggal USD 10.711 per metric ton. Harga timah anjlok 3,04% menjadi 15.318 / mt. Batu bara nyungsep 8,33% menjadi USD 57.20 / mt. Harga crude oil tumbang 4.18% menjadi USD 43 per barrel Dampak deflasi bagi negara AS, Jepang dan UK
Faktor China Ekspor Jepang ke China 2Q15 turun 18%, Ekspor Korsel selama Agustus turun 9% Harga komoditas semakin turun China merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke dua (12% total ekspor), negara asal impor terbesar. Neraca perdagangan defisit untuk Indonesia (defisit US$ 30 bn th 2014) Ekspor Indonesia ke China turun hampir 30% Januari- Juli 2015
Faktor AS Pertumbuhan terbaik di barisan developed economies (PDB musim semi tumbuh 3,7% yoy) Tingkat pengangguran 5,1% terrendah selama 8 tahun Krisis 2009 bersumber pada capital outflows massif dari e.m ke AS, prekonomian AS tidak terpengaruh, Kini porsi em dalam global GDP naik dari 20% (2009) menjadi 40% (2014). 30% tenaga kerja AS bekerja di sektor berkaitan dengan ekspor dengan mudah ekonomi AS terseret kembali ke dalam resesi
Faktor AS Di sektor keuangan AS, tingkat kepercayaan sedang mengalami titik rendah Bull to bear ratio 0,9 (Sept ) Bandingkan dengan 4,1 (April) DJIA tertinggi 18.451 (19 Mei) 17.142 (Kamis 15 Okt), Turun hampir 6% VIX Index menunjukkan trend naik sejak Agustus Kebijakan moneter the Fed mempengaruhi aliran dana global
Faktor AS Tanggal 2 Okt rilis data new job 142K vs 200K ekspekstasi, menurun dibanding Agustus. Housing starts Agustus 1126K vs 11206 Juli, Dollar menurun cukup tajam. Rupiah menguat 0.12% hari berikutnya Tanggal 6 Okt dirilis data Neraca Perdagangan AS yang defisitnya melebar cukup tajam. Dollar melemah tajam terhadap berbagai mata uang. Pelaku pasar meyakini bahwa FFR tidak akan naik dalam tahun 2015 ini, Capital inflows mulai masuk kembali ke e.m Investor asing kembali memompakan lebih dari Rp 1,4 triliun selama 3 hari (5-7 Okt) Rupiah menguat 1,18% dari Rp 14.503 menjadi Rp 14.179 (Bloomberg). IHSG Naik tajam 3,35%
Beberapa indikator di dalam negeri Kurs Rupiah Rp 13.540 (kurs tengah BCA Senin 19 pukul 14). Rp 8.780 (akhir 2011, Bloomberg) Rp 14.800 (terrendah 25 Sept, Bloomberg) FX Reserve USD 105.3 bn (Agust) USD 101.7 bn (September) utang dan operasi pasar USD 124.6 bn (Tertinggi Agust 2011) CAD 2Q15 US$ 4,477 bn 1Q15 US$ 4,1 bn
Beberapa indikator di dalam negeri IHSG 19 Okt pk 15.00 4.556 Tertinggi (7 Apr 15) 5.523 Imbal hasil obligasi (sukuk pemerintah Agustus 2015) 8,25% Porsi asing dalam kertas berharga Surat Utang Negara Rp 536 tn (Juli 2015) Obligasi Korporasi Rp 18,67 tn (Okt 2014) Saham Rp 1.786 tn (Agustus 2015)
Komentar Kita masih di trend yang menurun Hanya mau mengomentari Defisit Neraca Perdagangan Empat tahun kita belum mampu mengubah defisit kembali menjadi surplus Akar penyebab merosotnya nilai rupiah dan aliran dana keluar dari portfolio Portfolio investasi sangat sensitif terhadap nilai tukar Penurunan nilai tukar merupakan bagian dari country risk yang dihadapi investor asing Spiral dampak negatif: Rp depreciation pull out Reserve drain further depreciation pull out, so on
Komentar Cadangan defisa murni hanya bisa diakumulasikan melalui ekspor Tiap kali cadangan devisa jatuh di bawah titik aman, pemerintah akan menerbitkan obligasi Selain menggerek imbal hasil obligasi ke atas, inverstor akan melihat itu sebagai cerminan ketidak-mampuan kita mengatasi CAD Ketika ekonomi booming, hutang berpeluang membawa efek pengungkit yang tinggi. Ketika ekonomi resesi, hutang memiliki daya pembunuh yang tinggi pula
Thank You Thank you