AKUNTABILITAS POLITIK: EVALUASI PUBLIK ATAS PEMERINTAHAN. Temuan Survei Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO SEBUAH EVALUASI PUBLIK

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

MEDIA SURVEI NASIONAL

Mencari Calon Presiden 2014

KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

EVALUASI PUBLIK TERHADAP KINERJA 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

INTERNET, APATISME, DAN ALIENASI POLITIK

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

Metodologi Quick Count

PROTES MASSA DAN KEPEMIMPINAN NASIONAL SEBUAH EVALUASI PUBLIK

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

ARAH BARU PERILAKU PEMILIH

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

EVALUASI 4 TAHUN SBY-BOEDIONO: STAGNASI KEPUASAN PUBLIK TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAN DPR

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES 2014

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

Temuan Survei Nasional: Januari 2016

Merosotnya Leadership SBY di Mata Publik. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Juni 2011

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Temuan Survei: Januari 2015

REFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI

EFEK KAMPANYE DAN EFEK JOKOWI: ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU LEGISLATIF 2014

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN

SILENT REVOLUTION : KAMPANYE, KOMPETISI CALEG, DAN KEKUATAN PARTAI MENJELANG PEMILU Lembaga Survei Indonesia (LSI) Oktober 2008

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PROSPEK ISLAM POLITIK

RILIS SURVEI NASIONAL 2012 STAGNASI PERILAKU PEMILIH: FENOMENA PARTAI POLITIK MATI SURI

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

Blunder Politik Demokrat???? Kasus Nazaruddin dan Perubahan Dukungan Partai. Analisis Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Juni 2011

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

LAPORAN SURVEI NASIONAL Persepsi Publik Terhadap Kepala Daerah Berprestasi 29 SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Publik Terhadap Pilkada DKI Jakarta OKTOBER 2016

ISU AGAMA KALAHKAN AHOK?

Jokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

MAYORITAS PUBLIK INGIN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN. Konpers LSI Juli 2014

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

Temuan Survei Nasional: 1-9 Agustus 2016

PELUANG CALON-CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI JAWA BARAT

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

Transkripsi:

AKUNTABILITAS POLITIK: EVALUASI PUBLIK ATAS PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO BOEDIONO Temuan Survei Nasional Agustus 2010

Latar Belakang Demokrasi secara a prinsip mengutamakan peran sentral publik atau masyarakat a akat dalam proses politik. Oleh karena itu, pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan yang mengakomodasi partisipasi publik dalam setiap proses pembuatan kebijakan. Dalam leksikon ilmu politik, pertautan antara publik dan pemerintah diberi label fungsi representasi. Namun, proses pembuatan kebijakan publik (atau absennya sebuah kebijakan publik) untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam masyarakat adalah sebuah mata rantai panjang yang melibatkan berbagai institusi politik, mulai dari partai politik, parlemen, menteri atau kabinet hingga presiden. Dalam praktiknya, konsep representasi itu bisa dipilah dan diberi label yang berlainan yang kerap dipertukarkan. Responsiveness adalah situasi dimana publik memberikan sinyal tentang pilihan politiknya dan partai politik memberikan tanggapan berupa paket kebijakan. Mandat adalah situasi dimana publik memberikan dukungan mayoritas ke sebuah paket kebijakan untuk dieksekusi oleh pemenang pemilu. Ada pun akuntabilitas adalah situasi dimana publik mengevaluasi proses implementasi kebijakan itu serta menuntut pertanggungjawaban pemerintah. 2

Latar Belakang Dengan kata lain, dimensi representasi esentasi politik mencakup hubungan antara a masyarakat dengan partai, antara partai dengan parlemen dan pemerintah, dan antara pemerintah dengan masyarakat. Setiap lembaga itu tentu bisa dan boleh merumuskan kriterianya sendiri untuk mengukur derajat keberhasilan kinerjanya. Namun pada akhirnya evaluasi publik adalah cara penting untuk mengukur tingkat keberhasilan (atau kegagalan) pemerintah karena publiklah yang akan dikenai dampak sebuah kebijakan. Isu akuntabilitas karena itu menjadi isu penting di pemerintahan yang demokratis. Pertanyaannya, bagaimanakan penilaian publik atas kinerja lembaga-lembaga pemerintahan selama ini? Lebih spesifik lagi, bagaimana mereka mengevaluasi kinerja presiden dan wakil presiden yang memegang peran utama dalam pemerintahan? Bagaimanakah evaluasi mereka atas upaya penanganan pemerintah terhadap isu-isu mutakhir? Sejauh mana faktor-faktor demografis mempengaruhi penilaian publik atas kinerja pemerintah? Sama pentingnya, benarkan evaluasi publik tersebut dipengaruhi sikap partisanship mereka? Dan, apakah sikap dan evaluasi mereka membawa dampak elektoral? 3

Pengukuran Studi ini memfokuskan pada aspek akuntabilitas, yakni evaluasi publik atas tiga lembaga: pemerintah secara umum, presiden, dan wakil presiden. Ketiga-tiganya tiganya adalah lembaga terpenting dalam proses pengambilan dan eksekusi kebijakan publik. Pengukuran dilakukan dalam dua tingkatan. Pertama, studi ini melacak penilaian publik kinerja pemerintah secara umum pada sektor-sektor utama kehidupan publik tanpa mengaitkannya dengan isu yang spesifik. Kedua, secara khusus, studi ini melacak penilaian publik atas kinerja pemerintah dalam menangani dua masalah mutakhir: kasus ledakan tabung kompor gas dan kebijakan tarif dasar listrik (TDL). Untuk mengidentifikasi apakah faktor-faktor demografis membawa pengaruh dalam proses evaluasi tersebut, studi ini melakukan tabulasi silang antara faktor-faktor tersebut dengan penilaian mereka atas kinerja pemerintah, presiden, dan wakil presiden. 4

Pengukuran Faktor partisanship umumnya juga dianggap sebagai faktor penting yang mewarnai kecenderungan evaluatif publik terhadap kinerja pemerintah. Mereka yang menjadi pendukung partai pemerintah umumnya memiliki predisposisi positif terhadap kinerja pemerintah. Untuk mengidentifikasi pengaruh sikap partisan ini, pilihan partai diperlakukan sebagai variabel kontrol atas evaluasi publik. Secara teoritik, evaluasi publik atas kinerja pemerintah yang bersifat retrospektif ini akan membawa dampak elektoral. Untuk mengukur dampak elektoral, data tentang pilihan publik atas partai politik juga digali dan disajikan. 5

Data Data utama yang digunakan dalam studi ini adalah data survei yang dilakukan pada Agustus, 2010. Untuk melacak kecenderungan antar waktu, data-data survei LSI sebelumnya juga dimanfaatkan. Survei ini dibiayai oleh Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI), yang menaungi Lembaga Survei Indonesia (LSI). 6

Metodologi Populasi survei inii adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Sampel: Sampel asal sebanyak 1.850 dipilih dengan teknik multistage random sampling. Jumlah sampel akhir yang dapat dianalisis, dengan response rate (berhasil diobservasi) sekitar 99% (berarti sangat baik) adalah 1.829 responden. Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-2.8% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Waktu wawancara lapangan Agustus 2010. 7

Prosedur Multistage Random Sampling dalam pemilihan sampel Stratifikasi 1 = populasi dikelompokan menurut provinsi, dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total oa pemilih di masing-masing g provinsi. Stratifikasi 2: populasi dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan. Stratifikasi 3: populasi dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%). 8

Lanjutan Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih ilih 10 pemilih (5 laki-laki, l dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di NTB 2%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan, di NTB dipilih hanya 2 desa/kelurahan, dst. Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi p RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masingmasing RT akan dipilih secara random dua Keluarga. 9

Lanjutan Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2 keluarga. Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka. Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, p maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki. 10

Flowchat penarikan sampel Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional Prov 1 Ds 1 Ds n Prov k Ds 1 Ds m Desa/kelurahan di tingkat Provinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional RT1 RT2 RT3. RT5 Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random KK1 KK2 Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Laki-laki Perempuan Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan 11

Validasi Sample

PROFILE DEMOGRAFI RESPONDEN KATEGORI LSI BPS KATEGORI LSI BPS GENDER AGAMA Laki- laki 50.0 50.0 Islam 87.4 88.2 Perempuan 50.0 50.0 Katolik/Protestan 8.8 8.9 DESA-KOTA Lainnya 3.8 2.9 Pedesaan 60.5 59.4 ETNIS Perkotaa 39.5 40.6 Jawa 43.5 41.6 Sunda 16.7 15.4 Melayu 5.1 3.4 Madura 3.8 3.4 Bugis 2.9 2.5 Betawi 1.8 2.5 Minang 2.9 2.7 Lainnya 23.2 28.5 13

PROFILE DEMOGRAFI RESPONDEN KATEGORI LSI BPS KATEGORI LSI BPS PROVINSI PROVINSI NAD 2.0 2.0 BALI 1.5 1.5 SUMATERA UTARA 5.8 5.8 NTB 2.0 2.0 SUMATERA BARAT 2.1 2.1 NTT 2.0 2.0 RIAU 2.2 2.2 KALIMANTAN BARAT 1.9 1.9 JAMBI 1.3 1.3 KALIMANTAN TENGAH 0.9 0.9 SUMATERA SELATAN 3.3 3.3 KALIMANTAN SELATAN 1.5 1.5 BENGKULU 0.8 0.8 KALIMANTAN TIMUR 1.4 1.4 LAMPUNG 3.3 3.3 SULAWESI UTARA 1.0 1.0 BANGKA BELITUNG 0.5 0.5 SULAWESI TENGAH 1.1 1.1 KEPULAUAN RIAU 0.6 0.6 SELAWESI SELATAN 3.4 3.4 DKI JAKARTA 3.3 3.3 SULAWESI TENGGARA 0.9 0.9 JAWA BARAT 17.2 17.2 GORONTALO 04 0.4 04 0.4 JAWA TENGAH 14.8 14.8 SULAWESI BARAT 0.5 0.5 DI YOGYAKARTA 1.5 1.5 MALUKU 0.6 0.6 JAWA TIMUR 16.4 16.4 MALUKU UTARA 0.5 0.5 BANTEN 4.1 4.1 PAPUA 1.4 1.2 IRJABAR - 0.3 14

Kondisi Indonesia Secara Umum Keadaan politik nasional, keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, keadaan ekonomi nasional

Kondisi politik secara nasional sekarang (%) 50 Per Akhir Tahun 2008 2009 2010 40 30 20 10 39 30 20 11 40 39 38 39 37 37 37 34 34 35 37 34 35 31 32 28 29 29 29 27 24 23 25 23 22 21 19 17 17 8 13 7 10 9 9 10 9 8 8 15 11 40 34 29 27 26 28 23 23 15 17 9 Baik Sedang Buruk Tidak tahu 0 April' 04 Sep'04 Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Jul'09 Jan'10 Mar'10 Aug'10. 16

Keadaan keamanan dan ketertiban secara nasional sekarang (%) Per Akhir Tahun 2008 2009 2010 80 70 60 52 59 60 58 55 57 57 59 69 67 55 59 59 55 50 40 30 20 10 0 30 31 28 24 25 18 14 11 10 12 6 3 2 4 3 29 26 26 27 23 23 22 20 22 20 15 15 13 10 10 10 10 9 5 4 5 6 5 2 2 3 3 Baik Sedang Buruk Tidak tahu Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jul'09 Jan'10 Mar'10 Aug'10. 17

Kondisi penegakan hukum secara nasional sekarang (%) Per Akhir Tahun 70 2008 2009 2010 60 50 40 30 20 10 0 59 61 59 54 48 49 46 46 43 43 41 41 37 37 34 34 35 33 32 30 31 30 32 30 29 26 28 23 24 25 26 22 23 22 22 20 18 18 14 14 14 15 15 11 10 11 6 6 7 7 8 9 7 7 5 5 5 5 5 6 Baik Sedang Buruk Tidak tahu Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09 Jan'10 Mar'10 Aug'10. 18

70 60 50 40 30 20 10 0 Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu 47 53 43 41 38 38 36 37 37 35 33 31 32 32 29 28 29 29 26 23 24 24 22 22 23 23 22 15 50 49 42 28 25 45 58 44 40 33 31 32 31 27 22 24 19 21 17 25 26 37 32 38 39 42 51 52 56 33 31 30 31 31 24 25 25 26 26 27 23 23 21 21 22 18 40 39 21 30 24 34 35 29 10 5 5 5 7 5 0 7 8 6 5 5 6 4 4 5 6 6 7 8 7 5 5 6 4 4 5 2 Sep '03 Okt '04 Des '04 Apr '05 Jun '05 Sept '05 Des '05 Sept '06 Des '06 Apr '07 Jun '07 Sep '07 Des '07 Apr '08 Jun '08 Sep '08 Okt '08 Des '08 Feb '09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09 Nov'09 Jan'10 Mar'10 Aug'10. 19

Paralel antara persepsi ekonomi nasional dengan tingkat inflasi (%) 70 18 17 16 60 15 58 53 14 50 50 49 47 12 45 12 12 43 41 42 11 44 11 40 40 37 38 10 37 9 9 34 32 32 9 30 8 31 830 31 8 28 29 7 27 6 6 6 7 7 7 6 7 6 6 21 21 21 24 6 6 20 18 4 4 4 3 10 3 2 2 persepsi kondisi ekonomi nasional: sekarang lebih buruk dari tahun lalu Inflasi Tahunan (sumber: BPS) 0 Se ep '03 kt '04 es '04 O De Ap pr '05 Ju un '05 Sep pt '05 D es '05 Sep pt '06 De es '06 Ap pr '07 Ju un '07 Se ep '07 De es '07 Ap pr '08 Ju un '08 Se ep '08 kt '08 es '08 O De Fe eb '09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Ju un'09 Jul'09 N ov'09 J an'10 Mar'10 Jul'10 0 Secara umum, persepsi terhadap kondisi ekonomi berkorelasi dengan tingkat inflasi. Ketika Inflasi tinggi, yang merasa ekonomi buruk juga cenderung tinggi, begitupun sebaliknya. 20

TEMUAN Penilaian masyarakat atas berbagai kondisi kehidupan nasional cukup bervariasi. Dalam bidang politik, misalnya, penilaian yang mengatakan bahwa kondisi politik dalam keadaan baik sebesar 28%, meningkat dari yang sebelumnya sebesar 26%. Sebaliknya, yang menilai bahwa kondisi politik buruk sebesar 23%, penurunan yang agak besar dari sebelumnya yang sebesar 34%. Kelompok masyarakat yang menilai bahwa kondisi keamanan dan ketertiban dalam keadaan baik jumlahnya menurun, dari 59% ke 55%. Pada saat yang sama, mereka yang menilai bahwa kondisi keamanan dan ketertiban dalam situasi buruk juga menurun. Temuan lain menunjukkan bahwa masyarakat yang menilai bahwa kondisi penegakan hukum dalam keadaan baik jumlahnya menurun, dari 43% ke 35%. Namun pada saat yang sama mereka yang menilai bahwa kondisi penegakan hukum jumlahnya juga menurun dari 32% ke 29%. Sementara untuk kondisi ekonomi, masyarakat yang menilai bahwa kondisi ekonomi lebih baik dari sebelumnya jumlahnya menurun cukup besar, dari 39% ke 29%. Dan sebaliknya, yang menilai bahwa bahwa kondisi ekonomi sekarang lebih buruk jumlahnya meningkat pesat, sebesar 11%. Pernilaian publik atas baik-buruknya kondisi ekonomi nampaknya paralel dengan naikturunnya inflasi di tingkat nasional. 21

ISU MUTAKHIR: TABUNG GAS, TARIF DASAR LISTRIK

Kepuasan atas Upaya Pemerintah Menangani Ledakan Tabung Gas Apakah Ibu/Bapak pernah mendengar atau membaca berita tentang ledakan tabung gas yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini? (%) Jika pernah, apakah Ibui/Bapak sejauh ini sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tidak puas sama sekali terhadap upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah ledakan tabung gas tersebut? (%) 76.9 Tidak pernah, 9 59.8 Jika pernah 18.4 17.4 17.1 Ya, pernah, 91 1.0 Sangat puas Cukup Puas Kurang puas Tidak puas sama sekali 4.7 Tidak tahu/tidak jawab 23

Kepuasan atas Upaya Pemerintah Menanggulangi Ledakan Tabung Gas Menurut Sosio-Demografi Puas Tidak puas TT/TJ Pedesaan DESA-KOTA 20.4 73.6 6.1 Perkotaan 15.7 81.4 2.9 PENDIDIKAN <=SD 22.9 70.4 67 6.7 SLTP 17.8 77.1 5.1 SLTA 13.0 84.8 2.2 KULIAH 11.1 87.8 1.0 WILAYAH SUMATERA 18.88 77.5 37 3.7 JAWA+BALI 17.9 77.6 4.5 KALIMANTAN 13.8 82.4 3.8 SULAWESI 29.1 64.5 6.4 INDONESIA TIMUR 14.4 74.9 10.7 PEMILIH PARTAI Demokrat 17.9 79.1 3.0 PDIP 18.9 77.5 3.6 Golkar 27.3 69.6 3.2 PKB 26.0 70.4 3.6 PKS 7.0 91.8 1.3 PAN 10.3 87.0 2.7 PPP 23.7 67.8 8.5 Gerindra 14.4 85.6 0.0 Hanura 24.1 75.9 0.0 Lainnya 23.0 77.0 0.0 24

Sikap terhadap Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) Apakah Ibu/Bapak keberatan atau tidak keberatan dengan kenaikan harga listrik (Tarif Dasar Listrik atau TDL)? (%) 100 75 65.7 50 25 16.2 14.3 38 3.8 0 Tidak keberatan asalkan pelayanan memuaskan Tidak keberatan jika diterapkan pada masyarakat yang mampu Keberatan dengan alasan apa pun Tidak tahu/tidak jawab 25

Sikap terhadap Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) Tidak keberatan asalkan pelayanan memuaskan Tidak keberatan jika diterapkan pada kelompok masyarakat yang mampu Keberatan dengan alasan apa pun Tidak tahu/tidak jawab DESA-KOTA Pedesaan 16.9 14.9 62.7 5.5 Perkotaan 15.2 13.4 70.3 1.1 PENDIDIKAN <=SD 14.4 12.4 67.9 5.4 SLTP 12.2 18.5 66.5 2.8 SLTA 20.7 13.5 64.0 1.8 KULIAH 23.1 20.0 55.0 1.9 WILAYAH SUMATERA 18.7 16.3 56.4 8.6 JAWA+BALI 14.2 11.3 72.6 1.9 KALIMANTAN 16.9 22.1 59.3 1.7 SULAWESI 23.1 14.8 58.4 3.7 INDONESIA TIMUR 17.9 27.8 48.2 6.1 PEMILIH PARTAI Demokrat 18.7 19.2 57.6 4.4 PDIP 16.6 8.3 72.8 2.3 Golkar 19.2 16.1 62.6 2.2 PKB 13.5 12.8 70.6 3.1 PKS 17.5 12.4 65.9 4.2 PAN 13.6 8.4 72.8 5.2 PPP 19.9 8.5 70.5 1.1 Gerindra 12.4 7.4 76.6 3.7 Hanura 10.4 14.5 75.1 0.0 Lainnya 15.0 19.5 59.99 56 5.6 26

Setuju atau Tidak Setuju dengan: Kenaikan TDL untuk membantu Masy. yang Belum Mampu Pemerintah menaikkan TDL bagi kelompokmasyarakat yang dinilai mampu, dengan alasan untuk membantu kelompok masyarakat yang belum mampu atau belum mendapatkan listrik. Apakah Ibu/Bapak setuju dengan alasan pemerintah tersebut? (%) 100 75 50 25 55.1 31.4 0 6.2 1.5 Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 5.8 Tidak tahu/tidak jawab 27

Setuju atau Tidak Setuju dengan: Kenaikan TDL untuk membantu Masy. yang Belum Mampu Menurut Sosio-Demografi Setuju Tidak Setuju TT/TJ DESA-KOTA Pedesaan 63.7 29.3 7.0 Perkotaan 57.8 38.3 3.9 PENDIDIKAN <=SD 58.88 32.1 91 9.1 SLTP 67.2 30.2 2.6 SLTA 59.4 38.0 2.7 KULIAH 69.5 29.5 1.0 WILAYAH SUMATERA 61.9 30.6 76 7.6 JAWA+BALI 58.3 36.8 4.9 KALIMANTAN 74.4 19.0 6.6 SULAWESI 69.9 24.0 6.0 INDONESIA TIMUR 66.6 27.3 6.1 PEMILIH PARTAI Demokrat 68.0 26.8 5.1 PDIP 63.0 33.1 4.0 Golkar 69.1 24.3 6.6 PKB 53.7 44.0 2.3 PKS 61.1 37.6 1.3 PAN 59.7 33.0 7.3 PPP 45.5 48.2 6.3 Gerindra 63.2 36.8 0.0 Hanura 49.4 44.1 6.5 Lainnya 70.6 27.0 2.4 28

Temuan Isu atau peristiwa ledakan tabung kompor gas yang kerap muncul di media massa nampaknya banyak diketahui oleh masyarakat. Proporsi dari mereka yang mengetahui peristiwa itu sangat besar: 91%. Artinya, 9 dari sepuluh orang tahu akan peristiwa tersebut. Dari mereka yang tahu kabar tersebut, mayoritas menilai bahwa mereka kurang puas atau tidak puas sama sekali dengan cara penanganan masalah ledakan tabung gas. Persentase kedua kategori ini mendekati 77%. Artinya, dari 10 orang yang mengetahui peristiwa ledakan tabung gas ini, kurang lebih 8 orang merasa kurang atau tidak puas dengan penanganan pemerintah. Proporsi mereka yang kurang puas atau tidak puas itu di atas 70% untuk masing-masing kategori tingkat pendidikan. Namun di sana juga terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar proporsi mereka yang kurang atau tidak puas sama sekali dengan respon pemerintah dalam menangani masalah ledakan tabung gas. 29

Temuan Secara umum, sikap partisanship tidak mewarnai evaluasi masyarakat atas cara penanganan pemerintah terhadap musibah ledakan tabung kompor gas. Tidak peduli pilihan partainya, mayoritas mereka (di masing-masing partai) kurang puas atau tidak puas sama sekali dengan pemerintah. Yang menarik, proporsi pemilih Partai Demokrat (79,1%) yang kurang puas atau tidak puas sama sekali justru lebih tinggi dari proporsi pemilih PDIP yang memberikan penilaian sama (77,5%). Dukungan politik mereka terhadap partai utama yang berada di pemerintahan tidak mengurangi penilaian negatif mereka terhadap pemerintah dalam penanganan ledakan tabung kompor gas. Sebaliknya, pemilih partai oposisi (PDIP) tidak lebih galak dibandingkan dengan pemilih Partai Demokrat. Temuan menarik lainnya, proporsi pemilih PKS yang merasa kurang puas atau tidak puas sama sekali terhadap cara penanganan pemerintah adalah yang paling tinggi (91,8%), sementara pemilih Golkar proporsinya paling rendah (69,6%). Variasi ini nampaknya lebih bisa diterangkan oleh faktor pendidikan dan asal daerah ketimbang faktor partai atau sikap partisanship. p 30

Temuan Evaluasi masyarakat terhadap kebijakan tarif dasar listrik (TDL) terlihat tidak stabil. Ketika ditanyakan apakah mereka setuju terhadap kenaikan TDL, mayoritas menjawab tidak setuju dengan alasan apapun (65,7%) meskipun dalam pilihan tersedia jawaban bahwa itu diterapkan pada kelompok yang mampu. Namun ketika rumusan pertanyaan diubah dengan wording dengan alasan untuk membantu kelompok masyarakat yang belum mampu, sebanyak 61,3% menyatakan bahwa mereka sangat setuju atau setuju. Mirip dengan isu ledakan tabung kompor gas, sikap partisanship tidak menjelaskan variasi penilaian masyarakat atas kebijakan TDL. Namun, nampaknya faktor kedaerahan lebih bisa menjelaskan variasi penilaian tersebut. 31

KEPUASAN TERHADAP KINERJA PRESIDEN & WAKIL PRESIDEN

Kepuasan terhadap Kinerja SBY & Boediono Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono telah dilantik pada tanggal 20 Oktober 2009 yang lalu. Secara umum, sejauh ini seberapa puas Ibu/Bapak dengan kerja presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono? %) 100 75 66 53 PUAS 50 TIDAK PUAS 40 Tidak tahu/tidak jawab 32 25 0 SBY 2 BOEDIONO 7 Yang merasa puas dengan SBY 66%, Boediono 53%. Puas = Sangat + Cukup Puas Tidak Puas = Kurang + Tidak Puas sama sekali 33

Puas dengan kinerja Presiden & Wakil Presiden (%) Menurut Pendidikan Responden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono telah dilantik pada tanggal 20 Oktober 2009 yang lalu. Secara umum, sejauh ini seberapa puas Ibu/Bapak dengan kerja presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono? %) 100 75 68 65 61 62 58 50 50 50 47 SBY Boediono 25 0 <= SD SLTP SLTA KULIAH Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono pada kalangan terpelajar Cenderung lebih rendah dibandingkan pada kalangan kurang terpelajar. 34

Puas dengan kinerja Presiden & Wakil Presiden (%) Menurut Wilayah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono telah dilantik pada tanggal 20 Oktober 2009 yang lalu. Secara umum, sejauh ini seberapa puas Ibu/Bapak dengan kerja presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono? %) 100 75 50 76 56 60 59 51 39 67 60 83 70 SBY Boediono 25 0 SUMATERA JAWA BALI KALIMANTAN SULAWESI INDONESIA TIMUR Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono paling rendah di wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan. 35

Puas dengan kinerja Presiden & Wakil Presiden (%) Menurut Desa-Kota Secara umum, apakah sejauh ini Ibu/Bapak sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tidak puas sama sekali dengan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono? (%) 100 75 69 58 60 47 50 SBY Boediono 25 0 Desa Kota Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono di Kota lebih rendah dibanding di desa. 36

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Trend Evaluasi atas Kinerja Presiden: Puas dengan kinerja Presiden & Wakil Presiden (%) 80 77 85 80 80 79 74 75 71 69 65 65 63 49 51 69 70 70 67 67 64 63 63 5656 58 55 54 55 56 58 64 65 53 54 63 56 62 61 59 58 50 56 58 56 59 58 60 45 52 53 54 55 50 49 49 50 49 51 51 48 39 SBY JK Boediono 65 66 53 45 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Nov'04 Des'004 Mar'05 Jun'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Jun'06 Sep'06 Nov' 06 Des'06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09 Nov'09 Jan'10 Mar' 10 Aug'10. 37

TEMUAN Dalam satu tahun terakhir, sejak Juli 2009 sampai dengan Agustus 2010, proporsi masyarakat yang puas dengan kinerja presiden, Yudhoyono, terus menurun. Bulan Juli 2009 mencatat rekor tertinggi kepuasan masyarakat atas kinerja presiden yakni 85%, dan sejak itu menurun pada bulan November 2009 menjadi 75%, menurun lagi pada bulan Januari 2010 ke 70%, dan pada bulan Maret 2010 menjadi 65%, dan sedikit menaik (1%) pada bulan Agustus 2010. Sementara evaluasi atau tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja wakil presiden, Boediono, bersifat fluktuatif. Pada bulan November 2009 tingkat kepuasan masyarakat berada pada level 49% dan naik pada bulan Januari 2010 ke 51%, kemudian menurun ke tingkat 45% sebelum akhirnya menaik pada bulan Agustus 2010 di tingkat 53%. Faktor Pendidikan nampaknya sedikit berpengaruh terhadap tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja presiden. Secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah tingkat kepuasan mereka terhadap kinerja presiden. Selain itu, tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden lebih banyak ditemui di pedesaan dan wilayah Sumatra serta Indonesia bagian Timur. 38

EFEK ELEKTORAL

Partai yang Dipilih Jika Pemilu Diadakan Sekarang 50 45 40 35 30 25 26.6 22.3 20 15 14.9 12.3 10 5 0 5.6 5.3 3.7 3.1 2.1 1.2 Demokrat PDIP Golkar PKS PKB PPP PAN Gerindra Hanura Lainnya Tidak jawab/rahasia 2.8 Jika Pemilu diadakan sekarang, Demokrat mendapat suara terbanyak. 40

Trend Suara Partai (3 teratas) 35 32 32 30 29 27 27 PD 25 20 21 Golkar 15 10 14 14 12 11 11 14 13 11 9 15 12 PDIP 5 0 Apr'09 (kpu) Jan'10 Feb'10 Mar'10 Apr'10 Ags'10 41

Trend Suara Partai (lainnya) 9 8 7 6 5 4 3 8 8 6 5 5 5 5 5 4 4 4 3 5.6 5 4 4 3 3 3 3 3 PKS PPP PAN PKB Hanura 2 2 Gerindra 2.1 1 1 1 1 1 1 0 Apr'09 (kpu) Jan'10 Feb'10 Mar'10 Apr'10 Ags'10 42

Temuan Selama bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2010, Partai Demokrat mencatat rekor dukungan tertinggi dari masyarakat pemilih pada level 32%. Pada periode enam bulan setelahnya, dukungan terhadap Partai Demokrat terus menurun, dan stabil pada tiga bulan terakhir di level 27%. Sebaliknya, Partai Golkar dan PDIP mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir. Golkar meningkat dari 11% ke 12%, sementara PDIP naik relatif besar sejak mengalami penurunan tajam di bulan April 2010 ke 9%, dan menjadi 15% di bulan Agustus. Partai-partai lainnya (PAN, PPP, PKB, Gerindra dan Hanura) tidak mengalami fluktuasi yang tajam kecuali PKS selama enam bulan terakhir. 43

KESIMPULAN

KESIMPULAN Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah tampaknya bercampur. Kelompok masyarakat yang menilai kondisi kehidupan masyarakat pemerintah lebih baik dari saat sebelumnya sedikit meningkat atau stabil pada sektor kehidupan politik. Sementara pada sektor kehidupan lainnya, yakni kondisi keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, dan kondisi ekonomi, proporsi yang mengatakan lebih baik menurun. Evaluasi masyarakat atas kinerja pemerintah dalam merespon masalah-masalah mutakhir cenderung negatif. Mayoritas masyarakat merasa kurang puas atau tidak puas sama sekali terhadap cara penangan pemerintah terhadap musibah ledakan tabung kompor gas. Sementara, untuk kebijakan kenaikan tarif daftar listrik (TDL), mayoritas dari mereka terlihat mendua: Tidak mendukung kebijakan itu dengan alasan apapun, namun ketika formulasi pertanyaan diubah untuk membantu mereka yangb tak mampu mereka mendukung. Sikap partisanship dari masyarakat tidaklah berpengaruh atas evaluasi mereka terhadap cara penanganan pemerintah terhadap dua isu mutakhir yang populer di masyarakat, yakni ledakan tabung kompor gas dan TDL. Pilihan partai (partai pendukung pemerintah maupun partai oposisi) tidak menentukan variasi kepuasan atau ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah. 45

KESIMPULAN Prediktor yang lebih baik yang menentukan level kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah adalah tingkat pendidikan dan wilayah dimana mereka tinggal. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja presiden menurun dalam satu tahun terakhir, dan stabil pada tiga bulan terakhir di level 65-66%. Sementara tingkat kepuasan terhadap wakil presiden terlihat fluktuatif, menaik, menurun, dan kemudian menaik lagi pada tiga bulan terakhir. Faktor yang menentukan variasi tingkat kepuasan masyarakat terhadap presiden adalah tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal. Evaluasi masyarakat terhadap kinerja pemerintah, presiden, dan wakil presiden nampak membawa pengaruh atas dukungan elektoral yang diberikan pemilih. Pergeseran dukungan elektoral bisa diidentifikasi pada tiga partai besar: Partai Demokrat, Partai Golkar dan PDIP. Bagaimana kita menafsirkan penurunan dukungan suara terhadap Partai Demokrat dan pada saat yang sama terjadi kenaikan dukungan suara terjadi pada Partai Golkar dan PDIP? 46

KESIMPULAN Salah satu jawaban yang mungkin adalah posisi masing-masing parti terhadap pemerintah. Partai Demokrat adalah partai pendukung pemerintah, sementara PDIP berada dim luar pemerintahan sebagai partai oposisi. Namun penjelasan ini terkesan lemah, sebab kenaikan suara PDIP terjadibukanpadamasaketikapdip menegaskan posisinya sebagai partai oposisi dan menunjukkan sikapnya secara tegas berseberangan dengan pemerintah sebagaimana kasus kebijakan penalangan Bank Century. Maka, penafsiran lain yang bisa diajukan adalah ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemerintah, terutama cara penanganan pemerintah atas masalah mutakhir. Kenaikan suara PDIP nampaknya adalah ekses dari kinerja pemerintah, bukan bersumber dari posisi PDIP sebagai partai oposisi. Hal ini sejajar dengan pergerakan dukungan partai oposisi lainnya, yakni Gerindra dan Hanura. Secara umum dukungan terhadap kedua partai ini kecil, dan sedikit menaik pada periode yang sama dengan PDIP. 47

Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng - Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id