Monthly Market Update RESEARCH TEAM
Ringkasan Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18 persen yoy dikuartal kedua 2016, atau lebih tinggi dari Q2 2015 sebesar 4,66 persen yoy dan Q1 2016 sebesar 4,92 persen yoy. Kinerja sejumlah sektor menjadi penyumbang terbesar PDB. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh 13,51%. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 6,72%. Konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan yang signifikan karena tingginya realisasi belanja pegawai maupun barang pada APBN. Secara akumulatif, pertumbuhan ekonomi pada semester I 2016 mencapai 5,04%. Prospek: Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh semakin pesat. Dengan laju inflasi yang terjaga dan indeks kepercayaan konsumen yang relatif tinggi akan menjaga daya beli masyarakat tetap baik, sehingga konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh baik pula. Pada terjadi inflasi sebesar 0,69 persen MoM dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,15, setelah dibulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 0,66 persen MoM. Secara tahunan, laju inflasi mencapai 3,21 persen (YoY). Inflasi di bulan Juli terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan BBM, kelompok sandang, kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan. Faktor musiman (lebaran) memicu naiknya permintaan barang dan jasa (bahan pangan, makanan jadi, sandang, transportasi) yang mendorong kenaikan harga. Meskipun demikian, angka inflasi di bulan Juli tersebut cukup terkendali, bahkan terendah sejak 6 tahun terakhir. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing sebesar 4,50% dan 7,00%. BI juga mempertahankan 7-days Reverse Repo Rate sebesar 5,25% yang merupakan reformulasi suku bunga kebijakan. Rupiah tercatat terapresiasi sebesar 0,74% dari level Rp13.210/US$ pada akhir bulan Juni 2016 ke level Rp13.112/US$ pada akhir bulan. Dari faktor global, penguatan rupiah dipengaruhi oleh dipertahankannya Fed Fund Rate (FFR) pada rapat FOMC dikisaran 0,25%- 0,50% karena melemahnya data penyerapan tenaga kerja dan GDP AS kuartal II-2016 yang berada dibawah konsensus. Sementara dari sisi domestik, pengumuman reshuffle kabinet jilid II yang menciptakan euforia investor juga turut mendorong penguatan rupiah. Dalam jangka pendek, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak stabil dengan tren menguat. Rilisnya kinerja keuangan emiten kuartal II 2016 serta pemberlakuan Tax Amnesty diharapkan mampu memicu naiknya volume perdagangan dan arus masuk portofolio yang selanjutnya akan mendorong penguatan rupiah dalam beberapa bulan mendatang. Pergerakan yield SUN selama bulan diwarnai fase bullish, ditandai dengan penurunan yield rata-rata sebesar 0,42% dibandingkan bulan lalu. Sentimen positif pasar obligasi dipicu oleh dipertahankannya Fed Fund Rate (FFR) pada rapat FOMC di kisaran 0,25%-0,50% dengan 1
mempertimbangkan kondisi paska Brexit, melemahnya data penyerapan tenaga kerja, dan GDP AS kuartal II-2016 yang berada di bawah konsensus. Kondisi positif dalam negeri seperti menurunnya surplusnya neraca perdagangan dan euforia investor paska pengumuman reshuffle kabinet jilid II juga turut menguatkan pasar obligasi. Pada, rata-rata suku bunga dasar (SBDK) KPR dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia mencapai 10,63%, mengalami penurunan sebesar 0,02% dari rata-rata SBDK bulan lalu. SBDK KPR tertinggi yang ditawarkan sebesar 11,52% yakni Bank Panin, sedangkan SBDK KPR terendah sebesar 9,75% yaitu Maybank. Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan Mei 2016 sebesar Rp335,819 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,70% (mom) atau sebesar 8,19% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan Mei 2016 sebesar Rp348,764 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Mei 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,84% dibandingkan periode April 2016 yakni sebesar 2,70%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia). Outstanding KPR Syariah per bulan Mei 2016 sebesar Rp45,803 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,20% (mom) atau sebesar 11,54% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan Mei 2016 sebesar Rp47,158 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada Mei 2016 mengalami kenaikan menjadi 3,41% dibandingkan periode April 2016 yakni sebesar 2,80%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah). Harga properti residensial pada triwulan I-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan I-2016 berada pada level 191,90 atau tumbuh 0,99% (qtq). Kenaikan harga bangunan (31,97%) dan upah pekerja (23,58%) merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial. Secara triwulanan (qtq), peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Batam sebesar 3,56%(qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 4,15% (yoy), melambat dibandingkan 4,62% (yoy) pada triwulan IV-2015. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial) Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan I-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (77,82%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturut-turut adalah tunai bertahap (15,01%) dan tunai (7,17%). Dari total KPR yang dikucurkan oleh bank sejak Januari sampai Maret 2016 sebanyak 2,02% masyarakat berpenghasilan rendah memanfaatkan FLPP dengan pencairan FLPP sebesar Rp0,37 triliun. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial) 2
DAFTAR ISI RINGKASAN......1 DAFTAR ISI... 3 MAKRO EKONOMI... 4 Produk Domestik Bruto... 4 Inflasi... 5 BI Rate... 6 Nilai Tukar USD-IDR... 7 PASAR SURAT UTANG... 8 INFORMASI PENYALUR KPR... 10 Outstanding KPR... 10 Non Performing Loan (NPL) KPR... 11 Outstanding KPR Syariah...12 Loan to Funding Ratio Perbankan...13 Suku Bunga Dasar KPR...14 INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENTIAL......15 3
MAKROEKONOMI Produk Domestik Bruto Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18 persen di Q2 2016 Market Comment Ekonomi Indonesia tumbuh 5,18 persen yoy dikuartal kedua 2016, atau lebih tinggi dari Q2 2015 sebesar 4,66 persen yoy dan Q1 2016 sebesar 4,92 persen yoy. Kinerja sejumlah sektor menjadi penyumbang terbesar PDB. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh 13,51%. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 6,72%. Konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan yang signifikan karena tingginya realisasi belanja pegawai maupun barang pada APBN. Secara akumulatif, pertumbuhan ekonomi pada semester I 2016 mencapai 5,04%. Prospek: Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh semakin pesat. Dengan laju inflasi yang terjaga dan indeks kepercayaan konsumen yang relatif tinggi akan menjaga daya beli masyarakat tetap baik, sehingga konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh baik pula. Disamping itu penurunan suku bunga juga akan mendorong peningkatan konsumsi dan investasi. Kemudian belanja pemerintah diproyeksikan juga akan lebih optimal mengingat tender-tender proyek sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, dan hambatan belanja APBN seperti tahun 2015 sudah dapat diatasi. 4
Inflasi : (0,69% MoM, 3,21% YoY) Inflasi 2012 4,30% Inflasi 2013 8,08% Inflasi 2014 8,36% Inflasi 2015 3,35% Pada terjadi inflasi sebesar 0,69 persen MoM dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,15, setelah dibulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 0,66 persen MoM. Secara tahunan, laju inflasi mencapai 3,21 persen (YoY). Semua harga kelompok pengeluaran mengalami kenaikan, antara lain sebagai berikut: kelompok bahan makanan naik 1,12 persen mom, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (+0,54 persen mom); kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (+0,24 persen mom); kelompok sandang (+0,44 persen mom); kelompok kesehatan (+0,37 persen mom); kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (+0,51 persen mom); dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (+1,22 persen mom). Faktor musiman (lebaran) memicu naiknya permintaan barang dan jasa (bahan pangan, makanan jadi, sandang, transportasi) yang mendorong kenaikan harga. Prospek: Pada bulan Agustus, laju inflasi diperkirakan stabil. Hal ini seiring dengan berakhirnya faktor musiman (lebaran dan tahun ajaran baru) yang memicu inflasi menjadi cukup tinggi. Laju inflasi tahunan diperkirakan akan tetap terjaga pada kisaran 3,5%- 4% hingga akhir tahun 2016. 5
BI Rate Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing sebesar 4,50% dan 7,00%. BI juga mempertahankan 7-days Reverse Repo Rate sebesar 5,25% yang merupakan reformulasi suku bunga kebijakan. BI Rate di level 6,50% Prospek: Dengan prospek laju inflasi tahunan yang relatif terjaga pada kisaran yang ditargetkan oleh Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil dengan tren menguat, maka peluang penurunan suku bunga ke depan masih terbuka lebar. 6
Nilai Tukar USD-IDR Rupiah tercatat terapresiasi sebesar 0,74% dari level Rp13.210/US$ pada akhir bulan Juni 2016 ke level Rp13.112/US$ pada akhir bulan. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar Periode Juli 2016 (Sumber: Bloomberg) Dari faktor global, penguatan rupiah dipengaruhi oleh dipertahankannya Fed Fund Rate (FFR) pada rapat FOMC dikisaran 0,25%-0,50% karena melemahnya data penyerapan tenaga kerja dan GDP AS kuartal II-2016 yang berada dibawah konsensus. Sementara dari sisi domestik, pengumuman reshuffle kabinet jilid II yang menciptakan euforia investor juga turut mendorong penguatan rupiah. Prospek: Dalam jangka pendek, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak stabil dengan tren menguat. Rilisnya kinerja keuangan emiten kuartal II 2016 serta pemberlakuan Tax Amnesty diharapkan mampu memicu naiknya volume perdagangan dan arus masuk portofolio yang selanjutnya akan mendorong penguatan rupiah dalam beberapa bulan mendatang. 7
PASAR SURAT UTANG Pergerakan yield SUN bulan diwarnai fase bullish dengan kenaikan rata-rata sebesar 0,42% dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata 1 bulan Tenor SUN Premium Pasar CB AAA CB AA+ 1 6,40 162 185 2 6,79 174 193 3 6,92 180 193 5 6,99 190 200 7 7,05 198 205 10 7,20 198 206 *CB : Corporate Bonds (Obligasi Korporasi) Pergerakan yield SUN selama bulan diwarnai fase bullish, ditandai dengan penurunan yield rata-rata sebesar 0,42% dibandingkan bulan lalu. Sentimen positif pasar obligasi dipicu oleh dipertahankannya Fed Fund Rate (FFR) pada rapat FOMC di kisaran 0,25%-0,50% dengan mempertimbangkan kondisi paska Brexit, melemahnya data penyerapan tenaga kerja, dan GDP AS kuartal II-2016 yang berada di bawah konsensus. Selain itu, rilisnya data GDP Tiongkok kuartal II-2016 yang lebih baik dari konsesus dan ekspektasi penambahan stimulus oleh Bank of Japan juga mendorong kinerja pasar obligasi. Kondisi positif dalam negeri seperti menurunnya surplusnya neraca perdagangan dan euforia investor paska pengumuman reshuffle kabinet jilid II juga turut menguatkan pasar obligasi. Rata rata Yield SUN pada mengalami penurunan sebesar 0,42% 8
Credit Spread Obligasi rating AAA & rating AA+ mengalami pergerakan terbatas dibandingkan dengan bulan sebelumnya Sumber: IBPA, diolah 9
INFORMASI PENYALUR KPR Outstanding KPR Outstanding KPR mengalami kenaikan Data statistik perbankan Indonesia mencatatkan outstanding KPR per bulan Mei 2016 sebesar Rp335,819 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,70% (mom) atau sebesar 8,19% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Sedangkan total outstanding KPR dan KPA per bulan Mei 2016 sebesar Rp348,764 triliun. Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Mei 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,84% dibandingkan periode April 2016 yakni sebesar 2,70%. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia). Volume outstanding KPR mengalami kenaikan pada Mei 2016 Pertumbuhan outstanding KPR sampai dengan Mei 2016 10
Non Performing Loan (NPL) KPR Bank Indonesia mencatat persentase NPL KPR pada Mei 2016 mengalami kenaikan menjadi 2,84% dibanding bulan lalu sebesar 2,70%. Secara volume, NPL KPR Mei 2016 naik sebesar Rp543 miliar. (Sumber: Statistik Perbankan Indonesia) Persentase NPL KPR naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya 11
Outstanding KPR Syariah Outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan Outstanding KPR Syariah per bulan Mei 2016 sebesar Rp45,803 triliun, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,20% (mom) atau sebesar 11,54% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Total outstanding KPR dan KPA Syariah per bulan Mei 2016 sebesar Rp47,158 triliun. Persentase NPL KPR Syariah pada Mei 2016 mengalami kenaikan menjadi 3,41% dibandingkan periode April 2016 yakni sebesar 2,80%. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah). Volume outstanding KPR Syariah mengalami kenaikan pada Mei 2016 Pertumbuhan KPR Syariah mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya Persentase NPL KPR Syariah meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya 12
Loan to Funding Ratio Perbankan Tabel Loan to Funding Ratio Penyalur KPR LFR Bank BTN 102,63% Bank Danamon 90,95% Bank CIMB Niaga 92,51% Bank Permata 85,51% Bank BRI 86,80% Bank Panin 93,38% Bank Maybank 86,57% Bank BNI 89,80% Bank Mandiri 87,49% Bank BCA 77,88% Average 89,35% Posisi LFR (Loan to Funding Ratio) per Juni 2016 menunjukkan rata-rata posisi di bawah LFR yang ditetapkan Bank Indonesia Posisi rata-rata LFR 10 (sepuluh) bank penyalur KPR per Juni 2016 adalah sebesar 89,35%. Dilihat dari tabel menunjukan bahwa Bank BTN (102,63%), Bank CIMB Niaga (92,51%), dan Bank Panin (93,38%) memiliki LFR yang melewati batas atas dari LFR yang ditetapkan BI, yaitu 92%. Sumber: Laporan Triwulan (Q2) 2016 masing-masing bank, diolah 13
Suku Bunga Dasar KPR Tabel Suku bunga dasar KPR Penyalur KPR SBDK (KPR) Bank BRI 10,25% Bank BCA 10,25% Bank CIMB Niaga 11,00% Bank Mandiri 10,25% Bank BNI 10,50% Bank Maybank 9,75% Bank Panin 11,52% Bank BTN 10,50% Bank Danamon 11,25% Bank Permata 11,50% Average 10,63% Sumber: Website masing-masing bank Pada, dari 10 besar Bank Penyalur KPR di Indonesia rata-rata SBDK untuk KPR sebesar 10,63%, mengalami penurunan rata-rata SBDK sebesar 0,02% dari bulan lalu. Suku bunga dasar KPR tertinggi yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 11,52% yaitu Bank Panin. Sedangkan suku bunga dasar KPR terendah yang ditawarkan saat ini adalah sebesar 9,75% yaitu Maybank. Dengan penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin pada bulan Juni menjadi 6,50% diharapkan menjadi sentimen positif turunnya suku bunga kredit yang berdampak pada penurunan suku bunga KPR, sehingga kepemilikan rumah yang terjangkau dapat ditingkatkan. Tingkat Suku Bunga Dasar KPR dari 10 bank mengalami penurunan dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 10,63%. Pada rata-rata suku bunga dasar KPR 10 bank penyalur KPR mengalami penurunan dari bulan sebelumnya 14
INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Pertumbuhan Harga Properti Residensial Pertumbuhan indeks harga properti residensial pada triwulan I-2016 meningkatan dari triwulanan sebelumnya Harga properti residensial pada triwulan I-2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan I-2016 berada pada level 191,90 atau tumbuh 0,99% (qtq). Kenaikan harga bangunan (31,97%) dan upah pekerja (23,58%) merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial. Secara triwulanan (qtq), peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil. Berdasarkan wilayah, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kota Batam sebesar 3,56%(qtq), sedangkan kenaikan harga rumah terendah terjadi di Manado (0,10%, qtq). Secara tahunan, harga properti residensial tumbuh melambat. Pertumbuhan harga properti residensial tercatat 4,15% (yoy), melambat dibandingkan 4,62% (yoy) pada triwulan IV-2015. Data Survey Harga Properti Residensial BI menyebutkan bahwa pada triwulan I-2016, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebagian besar konsumen (77,82%) memilih fasilitas KPR dalam transaksi pembelian properti, kemudian berturut-turut adalah tunai bertahap (15,01%) dan tunai (7,17%). Dari total KPR yang dikucurkan oleh bank sejak Januari sampai Maret 2016 sebanyak 2,02% masyarakat berpenghasilan rendah memanfaatkan FLPP dengan pencairan FLPP sebesar Rp0,37 triliun. (Sumber: Survey Harga Properti Residensial) Disclaimer: The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, none of any PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) and/or their respective employees and/or agents make any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied) of PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report. For further information please contact our number +6221-2700 400. 15