KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM: LAPORAN KASUS DEATH BY DROWNING: A CASE REPORT

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. lintas. 3 Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta,

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

MATI. Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital tanpa kemungkinan dihidupkan lagi Ada beberapa istilah :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh kadar hemoglobin terhadap lebam mayat (livor mortis)

Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

TANDA KARDINAL PEMERIKSAAN EKSTERNAL JENASAH DIDUGA TENGGELAM DARI DATA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK RSUP SANGLAH BALI TAHUN ABSTRAK

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Sistem Pernafasan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,

Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Kematian Pasti Lebam Mayat ( Livor Mortis )

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian menurut World Health Organization (WHO) merupakan

BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013.

KEDARURATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

MODUL FORENSIK TENGGELAM. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (WHO). Menurut Undang-Undang

REFERAT KOASS FORENSIK PERIODE 22 DESEMBER JANUARI 2015 TENGGELAM DI AIR LAUT/ASIN

BAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau

MICROSCOPIC EXAMINATION OF LUNG SECRETION ON SUSPECTED DROWNING CORPSE AT SANGLAH HOSPITAL IN 2010

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

2015 PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

Sistem Respirasi Pada Hewan

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Efek rokok: Bgmn rokok mempengaruhi penampilan dan kehidupan anda

Pusat Hiperked dan KK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dalam proses hukum untuk kasus kecelakaan lalu. lintas, peran dokter sangat penting, baik itu

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

Masnu atul Hamidah Kunthi Yulianti Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

Bab IV Memahami Tubuh Kita

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

2

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP CIRI-CIRI KORBAN INFANTISIDA DI BALI, TAHUN 2012 SAMPAI 2014

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

Sistem Saraf Tepi (perifer)

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Oleh karena itu ilmu kedokteran forensik bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Sampai saat ini

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

Zat tersebut yang termasuk molekul senyawa adalah nomor. A. (1), (2), dan (3) C. (1), (3), dan (5) B. (2), (3), dan (5) D.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

Transkripsi:

KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM: LAPORAN KASUS Anak Agung Gede Anom Putra Fakultas Kedokteran Universitas Udayana-RSUP Sanglah, Denpasar-Bali ABSTRAK Tenggelam merupakan suatu proses masuknya cairan ke dalam saluran nafas atau paruparu yang menyebabkan gangguan pernafasan sampai kematian. WHO mencatat tenggelam menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia akibat cedera yang tidak disengaja. Penegakan penyebab kematian akibat tenggelam dapat dilihat dari pemeriksaan luar jenazah, pemeriksaan dalam jenazah, dan pemeriksaan tambahan baik pemeriksaan diatom ataupun pemeriksaan darah pada jantung. Dilaporkan suatu kasus kematian akibat tenggelam yang dibuktikan dengan ditemukannya busa putih halus dari hidung dan mulut, tanda-tanda hipoksia, dan washer woman s hand dari pemeriksaan luar, ditemukannya busa putih halus pada tenggorok dan paru-paru, cairan pada kedua rongga dada, bercak paltauf, peningkatan massa paru-paru dari pemeriksaan dalam, dan ditemukannya ganggang hijau dan merah pada pemeriksaan diatom. Dari pemeriksaan tambahan lainnya yaitu pemeriksaan toksikologi, ditemukan kadar etanol dan metanol dalam darah dan urin yang tinggi sehingga besar kemungkinan kejadian tenggelam tersebut diakibatkan oleh gangguan pada sistem saraf pusat akibat kadar alkohol yang berlebihan. Kata kunci: kematian, tenggelam, alkohol DEATH BY DROWNING: A CASE REPORT ABSTRACT Drowning is the process of water inhaled into the airways or lungs causing respiratory impairment until death. WHO reported drowning is the third leading cause of unintentional injuries death in worldwide. The death by drowning can be seen from the external and internal examination of the corpse, and also additional examinations both diatoms and heart s blood tests. Reported a case of death by drowning with smooth white foam from the nostrils and mouth, signs of hypoxia, and the washer woman's hand were found from the external examination; smooth white foam on the throat and lungs, fluid in both pleural, paltauf s spots on the lungs, and increased lung mass were found on the internal examination; and green and red algaes were found on diatoms test. Based on toxicology test as an additional examination, the level of ethanol and methanol in blood and urine was high so that it was probable that drowning was caused by central nervous system disorders as a result of excessive alcohol. Keywords: death, drowning, alcohol PENDAHULUAN Drowning atau tenggelam didefinisikan sebagai masuknya cairan yang cukup banyak ke dalam saluran nafas atau paru-paru. Dalam kasus tenggelam, terendamnya seluruh tubuh dalam cairan

tidak diperlukan. Yang diperlukan adalah adanya cukup cairan yang menutupi lubang hidung dan mulut sehingga kasus tenggelam tidak hanya terbatas pada perairan yang dalam seperti laut, sungai, danau, atau kolam renang, tetapi mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan di mana hanya bagian muka yang berada di bawah permukaan air. 1,2 Pengertian terbaru yang diadopsi World Health Organization (WHO) tahun 2002 menyatakan bahwa tenggelam merupakan suatu proses kejadian gangguan pernapasan akibat perendaman (submersion) atau pencelupan (immersion) dalam cairan. Proses kejadian tenggelam diawali dengan gangguan pernapasan baik karena jalan nafas seseorang berada di bawah permukaan cairan (submersion) ataupun air hanya menutupi bagian wajahnya saja (immersion). 3 WHO menyatakan bahwa 0,7% penyebab kematian di dunia atau lebih dari 500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. 3 WHO juga mencatat pada tahun 2004 di seluruh dunia terdapat 388.000 orang meninggal karena tenggelam dan menempati urutan ketiga kematian di dunia akibat cedera tidak disengaja. 4 Menurut Global Burden of Disease (GBD), angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibandingkan seluruh kasus kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air, dan bencana lainnya. 5 Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada anak-anak berumur kurang dari 5 tahun. Selain umur, faktor resiko lain yang berkontribusi meningkatkan terjadinya kasus tenggelam di antaranya jenis kelamin terutama laki-laki yang memiliki angka kematian dua kali lipat terhadap perempuan, penggunaan alkohol atau penyalahgunaan obat pada 50% kasus yang melibatkan remaja maupun dewasa, anak-anak tanpa pengawasan saat berada di air, perburukan dari kondisi medis sebelumnya (kejang, sakit jantung, pingsan), dan percobaan bunuh diri. 4 Kasus tenggelam lebih banyak terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) sebesar 90% dan sisanya 10% terjadi di air laut. 5 ILUSTRASI KASUS Jenazah berjenis kelamin laki-laki, berusia sekitar 22 tahun dengan kewarganegaraan Portugal, diterima di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah Denpasar tanggal 11 Agustus

2012. Dari keterangan yang didapatkan saat itu, korban merupakan seorang peselancar dan sedang melakukan kegiatan olahraga selancar sebelumnya. Saaat diterima, jenazah tersebut masih memakai pakaian berupa baju lengan panjang dan celana pendek dalam keadaan basah serta terdapat pasir halus berwarna putih di sekitar tubuhnya. Jenazah tersebut telah dilakukan pemeriksaan luar jenazah, pemeriksaan dalam jenazah, pemeriksaan diatom, dan pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan toksikologi. Pada pemeriksaan luar jenazah, ditemukan tanda kematian berupa lebam mayat pada tubuh bagian belakang dengan warna merah gelap dan hilang pada penekanan; ditemukan pula kaku mayat pada rahang, anggota gerak atas dan bawah yang mudah dilawan. Untuk tanda kematian lainnya berupa tanda pembusukan tidak ditemukan. Selain tanda kematian, pada jenazah ditemukan pelebaran pembuluh darah pada selaput lendir kedua bola mata dan pada selaput lendir kedua kelopak mata. Ditemukan juga busa halus berwarna putih yang keluar dari kedua lubang hidung dan mulut. Pada selaput lendir bibir dan jaringan di bawah kuku jari-jari tangan dan kaki tampak kebiruan. Kulit telapak tangan dan telapak kaki tampak keriput. Pada jenazah tidak ditemukan luka-luka, tidak tampak dan tidak teraba patah tulang. Pada pemeriksaan dalam jenazah ditemukan busa halus warna putih pada batang tenggorok sampai percabangan pipa udara (carina). Dalam rongga dada ditemukan cairan berwarna merah kehitaman, masing-masing sebanyak 250 ml dalam rongga dada kanan dan 120 ml dalam rongga dada kiri. Pada pemeriksaan organ paru-paru ditemukan adanya bercak-bercak pendarahan permukaan depan baga bawah, bercakbercak kemerahan berbentuk bulat pada permukaan bawah baga bawah pada paru kanan; serta ditemukan adanya bintik pendarahan pada sela antar baga, bercakbercak pendarahan pada permukaan depan baga bawah, bercak-bercak kemerahan berbentuk bulat pada permukaan bawah baga bawah pada paru kiri. Kedua paru mengeluarkan darah bercampur buih halus berwarna putih tanpa dilakukan penekanan. Berat paru kanan 800 gram dan paru kiri sebesar 750 gram. Pada paru juga ditemukan adanya perdarahan luas pada hampir seluruh parenkim paru, alveoli yang melebar, pada beberapa tempat tampak kerusakan dinding alveoli disertai

dengan eritrosit, di dalam lumen alveoli dan jaringan interstitial berisi bahan amorf eosinofilik serta pelebaran pembuluh darah. Pada pemeriksaan diatom ditemukan ganggang hijau berinti banyak dan ganggang merah pada getah paru. Pemeriksaan tambahan pada jenazah yang berupa pemeriksaan toksikologi dilakukan dengan mengukur kadar metanol dan etanol. Kadar metanol dalam sampel darah adalah 239,36 ppm, kadar metanol dalam urin adalah 200,8 ppm, dan kadar etanol dalam sampel darah adalah 2634,82 ppm. DISKUSI Perkiraan waktu kematian (post mortem interval) dapat ditentukan dari tandatanda kematian yang terdapat pada jenazah seperti livor mortis (lebam mayat), rigor mortis (kaku mayat), dan dekomposisi (tanda pembusukan). 1 Pada ilustrasi kasus di atas dari pemeriksaan luar ditemukan lebam mayat pada tubuh bagian belakang berwarna merah gelap dan hilang dengan penekanan serta kaku mayat pada bagian rahang, anggota gerak atas dan bawah di mana kaku mayat tersebut mudah dilawan tanpa ditemukan tanda pembusukan. Lebam mayat (hipostasis postmortem) adalah perubahan warna merah keunguan pada daerah tubuh yang terjadi karena akumulasi darah dari pembuluh darah kecil yang dipengaruhi oleh gravitasi. Lebam mayat biasanya muncul antara 30 menit sampai 2 jam setelah kematian, biasanya mencapai perubahan warna yang maksimal dan menetap dalam 8-12 jam. Sementara rigor mortis atau kekakuan dari tubuh mayat setelah kematian terjadi karena menghilangnya adenosine triphosphate (ATP) dari otot. Kaku mayat biasanya muncul 2-4 jam setelah kematian dimulai dari otot-otot yang lebih kecil seperti rahang, dan berurutan menyebar ke kelompok otot besar seperti pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, lengkap dalam 6-12 jam. Kaku dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Pada kematian karena tenggelam, rigor mortis dapat muncul menyeluruh hanya dalam 2 sampai 3 jam. Pembusukan (dekomposisi) terbentuk oleh dua proses yaitu autolisis (penghancuran sel dan organ oleh enzim intraseluler) dan putrefaction (disebabkan oleh bakteri dan fermentasi), akan tampak kira-kira 24 jam pasca kematian, berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, secara bertahap akan menyebar ke

seluruh perut dan dada serta menimbulkan bau busuk. Menurut hukum Casper, media tempat mayat berada juga berperan dalam proses pembusukan. Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam udara, air, dan tanah adalah 1:2:8. 1,2 Dari lebam mayat yang ditemukan menunjukkan waktu perkiraan kematiannya antara 2-8 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan, sedangkan dari kaku mayat yang ditemukan menunjukkan waktu kematiannya sekitar 4-6 jam sebelum dilakukan pemeriksaan luar sehingga dapat ditarik irisan waktu kematian antara 4-6 jam sebelum dilakukan pemeriksaan luar terhadap jenazah. Diagnosis kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan bila tidak dijumpai tanda yang yang khas baik pada pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam. 1 Pada ilustrasi kasus, dari pemeriksaan luar ditemukan jenazah masih memakai baju dan celana dalam keadaan basah dan terdapat pasir di sekitar tubuhnya. Hal tersebut bisa terjadi kalau seluruh tubuh terbenam dalam air. Pada jenazah juga ditemukan adanya busa halus berwarna putih yang keluar dari kedua lubang hidung dan mulut. Busa dihasilkan dari campuran udara, mukus dan cairan aspirasi yang terkocok-kocok saat adanya upaya pernapasan yang hebat. Hal ini menjadi penanda bahwa korban masih hidup waktu berada dalam air. 5,6 Selain busa halus, ditemukan juga selaput lendir bibir dan jaringan di bawah kuku jari-jari tangan dan kaki tampak kebiruan menunjukkan terjadinya sianosis yang menandakan adanya hipoksia pada jaringan. Kulit telapak tangan dan kaki tampak keriput menunjukkan adanya washer woman s hand, dimana warna putih dan keriput tersebut disebabkan oleh inhibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya membutuhkan waktu lama. Selain itu pada korban meninggal karena tenggelam biasanya ditemukan adanya cadaveric spasm, yaitu tanda intravital yang terjadi pada waktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti rumput atau benda-benda lain dalam air, ataupun luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan benda-benda dalam air 1,2 tetapi pada jenazah ini tidak ditemukan luka-luka, tidak tampak dan tidak teraba patah tulang. Dari pemeriksaan dalam, pada jenazah ditemukan batang tenggorok berisi busa halus warna putih sampai

percabangan pipa udara (carina) dan juga keluar dari kedua paru tanpa dilakukan penekanan. Busa yang keluar berupa cairan edema dari paru mengandung eksudat, protein, dan surfaktan yang bercampur dengan air dari media tempat korban tenggelam. Biasanya berwarna putih, terkadang merah atau merah muda, karena bercampur dengan darah akibat terjadinya perdarahan intrapulmonal. Busa tersebar dari trakea, bronkus utama, dan saluran napas yang lebih kecil. 2 Temuan lainnya adalah adanya cairan pada kedua rongga dada di mana ini dapat diakibatkan oleh perembesan dari pleura atau akibat disintegrasi postmortem antara paru dan pleura. 6 Pada pemeriksaan organ paru-paru ditemukan adanya bercak-bercak pendarahan permukaan depan lobus bawah, bercak-bercak kemerahan berbentuk bulat pada permukaan bawah lobus bawah pada paru kanan; serta ditemukan adanya bintik pendarahan pada sela antar lobus, bercak-bercak pendarahan pada permukaan depan lobus bawah, bercak-bercak kemerahan berbentuk bulat pada permukaan bawah baga bawah pada paru kiri. Bercakbercak ini disebut sebagai bercak paltauf, bercak pendarahan yang terjadi akibat peningkatan tekanan yang menyebabkan pecahnya dinding alveolar, ditemukan paling sering di permukaan anterior dan batas dari paru tetapi dapat pula ditemukan di subpleura apabila telah terjadi perembesan atau ruptur yang lebih lanjut. 5,6 Setelah dilakukan penimbangan, berat paru kanan 800 gram dan paru kiri sebesar 750 gram. Umumnya massa paru korban tenggelam antara 700-1000 gram akibat edema dan kongesti paru yang berat dimana berat paru normal sekitar 250-300 gram. 6 Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosis kematian akibat tenggelam yaitu pemeriksaan diatom dan pemeriksaan darah jantung. Pemeriksaan diatom ini dilakukan pada jaringan paru jenazah yang masih segar, dan dilakukan pada jaringan ginjal, otot skelet atau sumsum tulang paha apabila jenazah sudah membusuk. Jika seseorang meninggal karena tenggelam, maka cairan bersama diatom akan masuk ke dalam saluran pernapasan atau pencernaan dan menuju aliran darah melewati dinding kapiler yang rusak pada waktu korban masih hidup. Diatom merupakan alga uniseluler mikroskopik yang mempunyai ukuran bervariasi

mulai dari 5 sampai lebih dari 500 μm. 1,2 Pada kasus, dalam pemeriksaan getah paru ditemukan ganggang hijau berinti banyak dan ganggang merah. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah pada jantung dilakukan dengan menentukan berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah yang berasal dari bilik jantung kiri dan kanan. Apabila berat jenis dan kadar elektrolit pada darah di jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan maka disimpulkan korban tenggelam di air tawar. Sedangkan pada korban yang tenggelam di air asin akan ditemukan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah di jantung kanan lebih rendah dari jantung kiri. 1 Penyebab dari kejadian tenggelam sangat beraneka ragam. Konsumsi alkohol masih menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kejadian tenggelam. Dari kasus dilakukan pemeriksaan toksikologi dengan mengukur kadar alkohol, baik metanol dan etanol dalam darah dan urin. Pemeriksaan ini dilakukan karena korban merupakan ahli dalam olahraga selancar dan ditemukan meninggal saat melakukan olahraga tersebut. Hasilnya ditemukan kadar metanol dalam sampel darah adalah 239,36 ppm dan dalam urin adalah 200,8 ppm, sedangkan untuk kadar etanol dalam sampel darah adalah 2634,82 ppm (1 ppm = 1 mg/l). Kadar alkohol (etanol) dalam darah sangat mempengaruhi berbagai sistem organ dalam tubuh. Dari semua sistem organ dalam tubuh, yang paling dipengaruhi oleh alkohol adalah sistem saraf pusat. Gangguan pada sistem saraf pusat akan menyebabkan gangguan koordinasi pada sistem sensorik dan motorik. Kadar alkohol (etanol) dalam darah 0,2-0,3 g/100ml akan menyebabkan jalan yang sempoyongan, gangguan pada sensorik dan motorik, atau bisa juga letargi dan tertidur. Kadar alkohol dalam darah antara 0,3-0,4 g/100ml akan menyebabkan gangguan keadaran, stupor hingga tidak sadarkan diri, dan jika di atas 0,4 g/100ml menyebabkan korban tidak sadar, koma, bahkan kematian. 2 Metanol lebih beracun dari etanol. Efek toksiknya biasanya akan timbul setelah 8-36 jam dengan tandatanda seperti pusing, sakit perut, pandangan kabur dan kebutaan permanen, setelah itu menyebabkan koma dan kematian. Mengkonsumsi 30 ml metanol sudah dapat menyebabkan kematian. Kadar metanol di dalam darah di atas 100 ppm sudah menyebabkan keracunan. 1

RINGKASAN Dilaporkan satu kasus tenggelam dengan waktu perkiraan kematian 4-6 jam sebelum pemeriksaan luar jenazah dilakukan. Dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam yang dilakukan terhadap jenazah tersebut sangat mendukung bahwa kematiannya disebabkan oleh tenggelam. Ini diperkuat lagi dengan pemeriksaan diatom, di mana ditemukan adanya ganggang hijau berinti banyak dan ganggang merah pada pemeriksaan getah paru. Kejadian tenggelam pada kasus ini disebabkan karena menurunnya fungsi saraf pusat akibat konsumsi alkohol (metanol dan etanol) yang berlebihan. DAFTAR PUSTAKA 1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun in A, Sidhi, dkk. Ilmu kedokteran forensik. Ed I. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. Review article: Drowning. New England Journal of Medicine. 2012;366:2102-10. 4. World Health Organization. Drowning. Fact sheet No347; Okt 2012 [diakses Desember 2013]; Diunduh dari http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs347en/ 5. Wulur RA, Mallo JF, Tomuka DC. Gambaran temuan autopsi kasus tenggelam di BLU RSU Prof DR R D Kandou Manado periode Januari 2007-Desember 2011. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado; 2013 6. Phiank, Khusaini H. Spasme larynx pada kasus tenggelam; Juni 2012 [diakses Desember 2013]; Diunduh dari http://www.medicimestuffs.com/ 2012/06/spasme-larynx-padakasus-tenggelam/ 2. DiMaio DJ, DiMaio VJ. Forensic pathology. Ed II. New York: CRC Presss LLC; 2001. 3. Szpilman D, Bierens JJLM, Handley AJ, Orlowski JP.