MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK"

Transkripsi

1 MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK Disusun oleh: Pramita Yulia Andini Penguji: DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JUNI 2014

2 BAB I ILUSTRASI KASUS No. Registrasi Forensik No. Registrasi RSCM Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam :525/SK-II/V/2014 : 0284A0114 : 19 Mei 2014 pukul WIB : 19 Mei 2014 pukul WIB Identitas Jenazah Nama Jenis Kelamin Tempat/ Tanggal Lahir Usia Warganegara Agama Pekerjaan Alamat : Tn. AA : laki-laki : tidak diketahui : 16 tahun : Indonesia :Islam : Pelajar : Cempaka Putih, Jakarta Pusat Riwayat Kasus Pada tanggal 19 Mei 2014 pukul WIB, mayat seorang laki-laki yang tidak dikenal dibawa ke Departemen Ilmu Kedokteran Forensik FKUI RSCM Oleh Kepolisian Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta Pusat. Jenazaah tersebut telah diketemukan pada hari yang sama di Jalan Raya Senen pada pukul WIB. Pihak kepolisian menduga mayat tersebut merupakan korban tawuran. Pihak kepolisian kemudian meminta diadakan pemeriksaan bedah mayat melalui surat permintaan visum bernomor R/21/K/I/2014/LJP untuk dibuatkan visum et repertumnya. Hasil pemeriksaan luar dan bedah mayat yang dilakukan dapat dilihat dalam visum et repertum berikut.

3 DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT DOKTER CIPTO MANGUNKUSUMO Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086 Telp , (Hunting), Fax Nomor Perihal : 525/SK-II/V/2014 : Pemeriksaan atas mayat Tn.AA Jakarta, 19 Mei 2014 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Pramita, SpF, dokter spesialis forensik pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta, atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Jakarta Pusat Sektor Senen No. Pol : B/51/VER/V/2014/Polsek.Senen tertanggal Sembilan belas Mei tahun dua ribu empat belas pukul tujuh belas lebih tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di ruang bedah mayat Departemen Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan luar dan dalam mayat yang menurut surat permintaan tersebut adalah : Nama : Tn. AA Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 16 tahun Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar Alamat : Cempaka Putih, Jakarta Pusat Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, tanpa materai, terikat pada ibu jari kaki kanan HASIL PEMERIKSAAN I. Pemeriksaan Luar Mayat terbungkus dengan satu buah kantong mayat berbahan terpal, warna jingga, bertuliskan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran dua ribu dua belas dan satu helai kain bahan katun warna putih Mayat berpakaian sebagai berikut : a. Satu helai jaket berbahan wol, warna biru, dengan tutup kepala, tanpa merk, tanpa ukuran, pada bagian depan terdpat dua kantong tanpa isi, pada dada terdapat sablonan bertuliskan QUICKSILVER warna coklat dan putih. Pada baju belakang sisi kiri, dua belas sentimeter di atas tepi bawah, tujuh belas sentimeter dari jahitan sambungan kiri, terpotong lima koma lima sentimeter. Pada baju bagian belakang tampak dan teraba basahan darah

4 b. satu helai kemeja... b. Satu helai kemeja sekolah berbahan katun, warna putih, merk SERAGAM, tanpa ukuran. Pada punggung sisi kiri, dua belas sentimeter di atas tepi bawah kemeja, tiga belas sentimeter dari tepi jahitan kiri, tampak terpotong empat koma lima sentimeter. Pada punggung bagian bawah tampak berlumuran bawah c. Satu helai kaos oblong lengan pendek, warna putih, tanpa ukuran, merk ROXIDER, pada bagian depan terdapat sablon bergambar badut warna kuning. Pada bagian belakang lima belas sentimeter di atas tepi jahitan bawah, tiga belas sentimeter dari tepi jahitan kiri tampak terpotong sepanjang lima sentimeter. Pada bagian belakang bawah tampak berlumuran darah d. Satu helasi celana pendek bahan katun, warna ungu, tanpa merk, tanpa ukuran, pada bagian belakang kanan terdapat satu buah kantong tanpa isi dan tampak berlumuran darah. --- Satu helai celana dalam bahan kaos, warna abu-abu, merk CROCODILE, ukuran M. Pada bagian belakang tampak berlumuran darah Tidak ditemukan perhiasan pada mayat Tidak ditemukan benda di samping mayat Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, mudah dilawan. Lebam mayat terdapat pada leher belakang berwarna merah keunguan, hilang pada penekanan Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur kurang lebih lima belas sampai dua puluh tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter, berat badan empat puluh enam kilogram, zakar disunat Pada dahi sisi kanan, satu sentimeter dari garis pertengahan depan, satu sentimeter di atas alis, terdapat tahi lalat berwarna coklat, berbentuk bulat, dengan diameter tiga millimeter. Pada alis kiri, lima sentimeter dari garis pertengahan depan, terdapat dua buah tai lalat berwarna coklat, berbentuk bulat, masing-masing berdiameter dua millimeter dan tiga millimeter Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang enam sentimeter. Alis mata berwarna hitam, tumbuh tebal, panjang satu sentimeter. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang satu sentimeter. Kumis berwarna hitam, tumbuh jarang, panjang lima millimeter. Jenggot berwarna hitam, tumbuh jarang, panjang empat millimeter Kedua mata terbuka masing-masing lima millimeter dan empat millimeter. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bulat dengan garis tengah dua millimeter. Tirai mata berwarna coklat. Selaput bola mata berwarna putih. Selaput kelopak mata berwarna pucat Hidung berbentuk sedang. Kedua daun telinga berbentuk oval Mulut terbuka dua puluh millimeter. Lidah tidak terjulur. Gigi geligi lengkap kecuali geraham belakang ketiga rahang atas kanan dan kiri tidak terdapat

5 12. Dari lubang hidung Dari lubang hidung keluar darah. Dari lubang mulut keluar darah. Dari lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut : a. Pada paha kanan sisi depan, enam belas sentimeter di atas lutut, terdapat luka terbuka tepi rata, dengan dasar otot, sudut kiri tumpul, sudut kanan lancip, jika dirapatkan berbentuk garis lurus sepanjang enam sentimeter b. Pada puncak bahu kiri, dua belas sentimeter dari garis pertengahan depan, terdapat luka lecet berukuran satu sentimeter kali nol koma empat sentimeter c. Pada punggung sisi kiri, dua belas sentimeter garis pertengahan belakang, tiga puluh tiga sentimeter di bawah puncak bahu, seratus sepuluh sentimeter di atas tumit, dengan iga sebelas kiri belakang teraba terpotong, kedua sudut lancip, jika dirapatkan berbentuk garis sepanjang lima sentimeter d. Pada pinggang kiri, empat sentimeter garis pertengahan belakang, setinggi tajuk atas belakang tulang usus, terdapat luka lecet berukuran tiga sentimeter kali tiga sentimeter e. Pada bokong kiri sisi luar, tiga puluh empat sentimeter di atas lutut, terdapat luka lecet berukuran tiga sentimeter kali dua sentimeter f. Pada lutut kiri sisi luar, terdapat luka lecet berukuran lima millimeter kali tiga millimeter Patah tulang tampak pada tulang iga sebelas kiri belakang sisi bawah dan tulang iga dua belas kiri belakang sisi atas II. Pemeriksaan Dalam Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning, daerah dada setebal delapan millimeter, daerah perut setebal sepuluh millimeter. Otot-otot berwarna coklat kemerahan, cukup tebal Sekat rongga badan kanan setinggi sela iga kelima, setinggi sela iga keempat Pada iga kesepuluh kiri tepi bawah, delapan sentimeter garis pertengahan belakang, tampak terpotong tepi rata sepanjang lima sentimeter Iga lain serta tulang dada tidak menunjukkan kelainan Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukkan kelainan Kandung jantung tampak tiga jari dia antara kedua tepi paru. Dalam kandung jantung terdapat sedikit cairan kuning jernih Dalam rongga dada kanan tidak terdapat apa-apa. Dalam rongga dada kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak seratus lima puluh milliliter Selaput dinding perut tampak licin, berwarna kelabu, mengkilat. Dalam rongga perut terdapat darah dan bekuan darah sebanyak lima puluh milliliter. Otot dinding perut berwarna coklat kemerahan

6 22. Lidah berwarna kelabu Lidah berwarna kelabu, penampang merah kecoklatan. Tulang lidah utuh. Rawan gondok utuh. Rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna coklat kemerahan, perabaan kenyal, penampang berwarna coklat. Kelenjar kacangan berwarna merah kecoklatan Batang tenggorok berisi darah dan busa halus. Selaput lender berwarna kelabu kemerahan Kerongkongan berisi cairan merah kehitaman, selaput lendirnya berwarna kelabu pucat Paru kanan terdiri dari tiga baga, baga atas berwarna kelabu keunguan, baga bawah berwarna merah keunguan, perabaan kenyal. Penampangnya berwarna merah, pada pemijatan keluar darah dan busa halus, berat tiga ratus empat puluh gram Paru kiri terdiri atas dua baga, baga atas berwarna merah keunguan, perabaan kenyal. Penampangnya berwarna merah, pada pemijatan keluar darah dan busa halus, berat dua ratus gram. Pada baga bawah paru kiri, tampak terpotong sepanjang dua sentimeter dikelilingi resapan darah dua sentimeter kali satu sentimeter. Pada permukaan bawah baga, terdapat resapan darah dua sentimeter kali dua sentimeter dan empat sentimeter kali dua sentimeter Jantung tampak sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat, perabaan kenyal Katup jantung tidak menunjukkan adanya kelainan. Lingkaran katup serambi kanan berukuran sepuluh sentimeter, sedangkan serambi kiri berukuran sembilan sentimeter. Lingkaran katup nadi paru berukuran lima koma lima sentimeter, dan katup batang nadi berukuran empat koma lima sentimeter. Tebal otot bilik jantung kanan tiga millimeter dan kiri sebelas millimeter. Pembuluh nadi jantung tidak teraba mengeras, tidak menebal, dan tidak tersumbat. Sekat jantung berwarna coklat kemerahan Berat jantung dua ratus dua puluh gram Hati berwarna coklat, permukaan licin, tepi tajam, perabaan kenyal. Penampang hati berwarna coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah Sembilan ratus lima puluh gram Kandung empedu berisi cairan encer berwarna kuning kecoklatan, selaput lendir seperti beludru. Saluran empedu tidak tersumbat Limpa berwarna ungu, permukaan keriput, tepi tajam, perabaan kenyal. Penampangnya berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram Pada tepi limpa tampak terpotong tiga sentimeter kali dua sentimeter Kelenjar liur perut berwarna coklat kemerahan, permukaan menunjukkan belah-belah, perabaan kenyal, penampangnya berwarna coklat pucat, gambaran kelenjar jelas. Berat kelenjar liur perut delapan puluh gram Lambung berisi darah dan sisa makanan butiran cabe. Selaput lendirnya berwarna kelabu kemerahan. Lambung bagian atas tampak terpotong sepanjang satu koma lima sentimeter dikelilingi resapan darah dua sentimeter kali nol koma lima sentimeter

7 Usus dua belas jari berisi lendir berwarna coklat disertai darah. Selaput lendir berwarna merah Usus halus berisi... Usus halus berisi lendir berwarna coklat kemerahan pada sepertiga atas, sepertiga tengah terdapat lender berwarna kuning, sepertiga bawah terdapat feses lunak berwarna kuning. Selaput lendirnya berwarna kelabu Usus besar berisi feses setengah padat, berwarna kuning. Selaput lendirnya berwarna kelabu Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning, penampang berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, berwarna kuning kemerahan, penampang berlapis Ginjal kanan bersimpai lemak tipis, simpai ginjal mudah dilepas, permukaan ginjal licin, warna coklat pucat dengan pelebaran pembuluh darah, penampang berwarna coklat pucat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat, berat ginjal kanan sembilan puluh gram. Ginjal kiri simpai lemak tertutup resapan darah, simpai ginjal mudah dilepas, resapan darah positif, permukaan ginjal licin warna coklat pucat dengan pelebaran pembuluh darah, penampang berwarna coklat pucat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tersumbat, berat ginjal kiri seratus gram Kandung kemih tidak berisi apa-apa. Selaput lendirnya berwarna kelabu pucat Kulit kepala bagian dalam tidak ada resapan darah. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak utuh. Selaput lunak utuh. Otak besar pada permukaan menunjukkan gambaran pelebaran pembuluh darah, tampak pucat. Penampang otak besar tampak pelebaran pembuluh darah, batas daerah abu-abu dan putih jelas. Otak kecil pada permukaan tampak pelebaran pembuluh darah. Batang otak berwarna putih. Bilik otak tampak sedikit cairan bening. Berat otak seribu empat ratus tiga puluh gram Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka pada punggung kiri berturutturut menembus kulit, jaringan bawah kulit, lemak, otot, sela iga sepuluh, sela iga sebelas, iga sepuluh tepi bawah, iga sebelas, tepi bawah paru kiri baga bawah, sekat rongga badan, limpa, lambung sepanjang empat belas sentimeter, arah dari kiri atas belakang ke kanan depan bawah dengan sudut enam puluh derajat KESIMPULAN Pada mayat anak laki-laki berusia enam belas tahun ini ditemukan luka terbuka pada paha kanan dan punggung, terpotongnya limpa, lambung, paru kiri, iga sekat rongga badan akibat kekerasan tajam Selanjutnya ditemukan luka lecet pada bahu, pinggang, bokong, lutut akibat kekerasan tumpul Selain itu ditemukan pula tanda-tanda perawatan, organ-organ pucat, darah pada rongga perut dan rongga dada Sebab matinya orang ini adalah kekerasan tajam pada punggung kiri yang memotong paru kiri dan limpa yang menyebabkan perdarahan

8 Demikianlah saya uraikan... Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dokter yang memeriksa, Dr.Pramita, SpF NPM

9 BAB II PEMBAHASAN UMUM A. Prosedur Medikolegal Ilmu kedokteran forensik (Legal Medicine) adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan kesehatan dan jiwa manusia, seperti kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaanm maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama polisi dicurigai adanya suatu tindak pidana. Untuk dapat memberi bantuan yang maksimal bagi berbagai keperluan tersebut diatas, seorang dokter dituntut untuk dapat memanfaatkan ilmu kedokteran yang dimilikinya secara optimal. Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh undang-undang untuk melakukannya dengan sejujurjujurnya serta menggunakan pengetahuan yang sebaik-baiknya. Bantuan yang wajib diberikan oleh dokter apabila diminta oleh penyidik antara lain adalah melakukan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap seseorang, baik terhadap bagian tubuh atau benda yang diduga berasal dari tubuh manusia. Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan korban, dokter diharapkan dapat menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban, bilamana kelainan itu timbul, apa penyebab serta apa akibat yang timbul terhadap kesehatan korban. Dalam hal korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya kematian dan perkiraan cara kematian. Penyidik berwenang untuk meminta keterangan ahli, sesuai dengan KUHAP Pasal 133 ayat (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Yang termasuk dalam kategori peyidik menutut KUHAP Pasal 6 ayat (1) jo PP no.27 tahun 1983 pasal 2 dan 3 ayat (1) yaitu Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan

10 Dua, sedangkan untuk pembantu penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan Dua. Apabila di suatu kepolisian sektor tidak terdapat pejabat penyidik seperti di atas, maka Kepala Kepolisian Sektor yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula sebagai penyidik karena jabatannya (PP no.27 tahun 1983 pasal 2 ayat 2). Wewenang penyidik untuk meminta keterangan ahli tersebut diperkuat dengan kewajiban dokter untuk memberikannya bila diminta seperti yang tertuang dalam pasal 179 KUHAP yang berbunyi Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Keterangan ahli tersebut dituangkan dalam bentuk Visum et Repertum (VER), yaitu keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Visum et Repertum adalah suatu alat bukti yang sah sebagaimana yang ditulis dalam pasal 184 KUHAP. Permintaan Visum et Repertum (VER) tersebut harus dibuat dalam bentuk tertulis, yaitu dalam bentuk Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV). Pada SPV tertera kop surat, pihak yang meminta visum, pihak yang dituju, identitas korban, dugaan penyebab kematian, permintaan apakah pemeriksaan luar dan atau bedah mayat, jabatan peminta visum serta tanda tangan yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat (2), yaitu Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Pihak yang berhak membuat VER adalah dokter yang sudah mengucapkan sumpah sewaktu mulai menjabat sebagai dokter, sebagaimana tertuang dalam Stb 350 tahun VER memuat kop surat, terdiri atas lima bagian, yaitu Pro Justisia di bagian atas, pendahuluan, pemberitaan, kesimpulan, dan penutup. Permintaan Visum et Repertum (VER) tersebut harus dibuat dalam bentuk tertulis, yaitu dalam bentuk Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV). Pada SPV tertera kop surat, pihak yang meminta visum, pihak yang dituju, identitas korban, dugaan penyebab kematian, permintaan apakah pemeriksaan luar dan atau bedah mayat, jabatan peminta visum serta tanda tangan yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat (2), yaitu Permintaan keterangan ahli sebagaimana

11 dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Pada pemeriksaan dan visum et repertum jenazah, jenazah yang dimintakan untuk dibuat visum et repertumnya harus diberikan label yang memuat identitas mayat, diberi cap jabatan yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Hal tersebut sesuai dengan bunyi KUHAP Pasal 133 ayat 3, Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Permeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar dan pemerisaan dalam (bedah mayat). Pemeriksaan luar meliputi pemeriksaan terhadap luka-luka dan kelainan lainnya tanpa merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan dalam meliputi pemeriksaan yang dapat merusak keutuhan jaringan jenazah, seperti membuka rongga tengkorak, leher, dada, dan perut, panggul. Pada pemeriksaan dalam ini dapat diketahui sebab kematian korban yang tidak dapat diketahui jika hanya dengan pemeriksaan luar saja. Seperti yang tertuang pada KUHAP Pasal 134 ayat (1): Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. Bila akan dilakukan pemeriksaan dalam atau bedah mayat atau autopsi, keluarga korban perlu diberi tahukan, selanjutnyaapabila ada keberatan dari pihak keluarga, pihak kepolisian wajib untuk menerangkan sejelas-jelasnya kepada keluarga seperti yang dituangkan dalam KUHAP Pasal 134 ayat (2) : Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut. Jika dalam 2x24 jam tidak ada keluarga yang memberi tanggapan, boleh dilakukan pemeriksaan bedah mayat sesuai dengan KUHAP Pasal 134 ayat (3): Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini. Jenazah hanya boleh dibawa keluar institusi kesehatan dan diberi surat keterangan kematian bila seluruh pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah

12 dilakukan. Apabila jenazah dibawa pulang paksa, tidak ada surat keterangan kematian. B. Tanda Kematian 1. Lebam Mayat (Livor mortis) Setelah kematian klinis, maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merahungu pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Lebam mayat biasanya mulai tampat menit pasca kematian, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah jika mayat dipindahkan posisi atau memucat pada penekanan. Karena sistem peredaran darah sudah tidak berfungsi lagi, setelah mati klinis eritrosit akan menempati tempat terbawah tubuh akibat gaya gravitasi. Lebam ini biasanya berwarna merah keunguan (livid) dan menempati tempat terbawah sesuai dengan posisi kematian pasien, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas yang keras. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh bertumpuknya eritrosit dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit untuk berpindah lagi. Selain itu, hal tersebut juga diakibatkan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Lebam mayat dapat digunakan sebagai tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian, dan memperkirakan saat kematian. 2. Kaku Mayat Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat mulaitampak sekitar 2 jam setelah mati klinis. Kaku ini dimulai dari otot-otot kecil, dan berlanjut ke otot-otot yang lebih besar atau ke arah dalam. Kaku mayat akan menjadi lengkap setelah 12 jam, lalu dipertahankan selama 12 jam dan akan menghilang dalam urutan yang sama. Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, tubuh yang kurus dengan otot yang kecil, dan suhu lingkungan tinggi.

13 Kaku mayat dapat digunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat kematian. 3. Penurunan Suhu Penurunan suhu terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin melalui radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelmbaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian. Penurunan suhu akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi telentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada umumnya orangtua serta anak kecil. 4. Pembusukan Pembusukan merupakan proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril dan timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan (daerah sigmoid). Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar keseluruh perut dan dada, dan bau busuk mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman. Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk. Pembentukan gas didalam tubuh dimulai didalam lambung dan usus, akan mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung. Gas yang terdapat didalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira jam pascamati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pascamati di alis mata, sudut mata, lubang hidung, dan diantara bibir. Telur ini akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan mengidentifikasi spesies lalat dan panjang larva, dapat memperkirakan usia larva tersebut yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian. 5. Adiposera

14 Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. 6. Mummifikasi Mummifikasi merupakan proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat. Hal ini menyebabkan terjadinya pengeringan jaringan yang dapat menghentikan pembusukan. Mummifikasi jarangterjadi pada cuaca yang normal. BAB III PEMBAHASAN KASUS A. Prosedur Medikolegal Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis yang sesuai dengan KUHAP pasal 351 (3): Surat ini terdiri atas : 1. Institusi pengirim : Kepolisian Sektor Kawasan Senen 2. Tujuan surat : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo 3. Identitas : Tn.AA, Laki-laki, 16 tahun, Islam, Indonesia, Cempaka Putih, Jakarta Pusat 4. Dugaan penyebab kematian : Pembunuhan akibat tawuran 5. Permintaan penyidik : Pemeriksaan luar dan bedah mayat 6. Jabatan pengirim : AKP Kapolsek

15 Prosedur Medikolegal telah terpenuhi pada kasus ini, karena Surat Permintaan Visum yang dibuat oleh polisi berpangkat AKP yang ditujukan kepada dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan terdapat label mayat yang sesuai dengan SPV yang diikatkan pada ibu jari kaki kanan. B. Tanda Pasti Kematian Pada pemeriksaan mayat, ditemukan kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh dan sukar dilawan. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, mudah dilawan. Lebam mayat terdapat pada leher belakang berwarna merah keunguan, hilang pada penekanan. Hilangnya lebam karena penekanan ini menunjukkan mayat meninggal kurang dari 8 jam. C. Kesimpulan Pada mayat laki-laki berusia 16 tahun dan ini ditemukan tanda-tanda kekerasan tajam. Selanjutnya sebab matinya orang ini adalah kekerasan tajam pada punggung kiri yang memotong paru kiri dan limpa yang menyebabkan perdarahan. Perkiraan mati mayat ini adalah 8 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.. DAFTAR PUSTAKA 1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 2. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 3. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson s Forensic Medicine. 13th edition. London: Hodder Arnold; 2011.

16

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 Serang, 27 Juni 2015 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F. Dokter Spesialis Forensik

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim Serang, 29 Desember 2014 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar SpF. DFM, Dokter Spesialis Forensik pada

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013.

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013. PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013. Serang, 08 Oktober 2013 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar SpF. DFM, Dokter Spesialis Forensik

Lebih terperinci

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No : R/10/XI/2011 SAT POLAN Lampiran : - Perihal : Pemeriksaan jenazah a.n. Srimongkhon Sakhon Pro: Justicia Rahasia

Lebih terperinci

Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Kematian Pasti Lebam Mayat ( Livor Mortis )

Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Kematian Pasti Lebam Mayat ( Livor Mortis ) Tanatologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan Sebab-Sebab Kematian Korban Tindak Pidana Pembunuhan. Ilmu kedokteran forensik merupakan ilmu

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 648/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 648/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 648/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini tentu akan menyebabkan Indonesia memiliki perilaku dan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 384/Pid/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N. Nomor 384/Pid/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor 384/Pid/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Bandung, yang mengadili perkara-perkara Pidana dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori) Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan Toksikologi (Teori) KELOMPOK 2 Anggota : 1. Adi Lesmana 2. Devy Arianti L. 3. Dian Eka Susanti 4. Eneng Neni 5. Eningtyas 6. Khanti 7. Nurawantitiani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Pendahuluan Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Afiksia

Lebih terperinci

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

KONSEP MATI MENURUT HUKUM KONSEP MATI MENURUT HUKUM A. DEFINISI KEMATIAN Menurut UU no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117, kematian didefinisikan sebagai Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi system jantung-sirkulasi

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

MATI. Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital tanpa kemungkinan dihidupkan lagi Ada beberapa istilah :

MATI. Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital tanpa kemungkinan dihidupkan lagi Ada beberapa istilah : THANATOLOGI DEFINISI Berasal dari kata thanatos : yang berhubungan dengan kematian, logos : ilmu Thanatologi : ilmu yang mempelajari tentang kematian dan peruahan yang terjadi setelah kematian serta faktor

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes visum et Repertum Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Visum et Repertum 2.1.1. Pengertian Visum et Repertum Secara harfiah kata Visum et Repertum berasal dari kata visual (melihat) dan reperta (temukan), sehingga Visum et Repertum

Lebih terperinci

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan:

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan: P U T U S A N NOMOR : 556 / PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK Nama DM : 1. Achmad Juanda NIM : 1407101030361 2. Muhammad Ikbar NIM : 1407101030344 3. Thifla Farhani NIM : 1407101030267 4. Nurul Hikmah Amanatillah NIM : 1407101030233

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

Umur/ Tgl lahir : 15 Tahun / 27 September 1997 Jenis Kelamin : Laki-laki.

Umur/ Tgl lahir : 15 Tahun / 27 September 1997 Jenis Kelamin : Laki-laki. P U T U S A N Nomor : 105/Pid.Sus/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHAHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl.Lahir : 21 tahun / 25 November 1991.

P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl.Lahir : 21 tahun / 25 November 1991. P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan

Lebih terperinci

Bagian Kedua Penyidikan

Bagian Kedua Penyidikan Bagian Kedua Penyidikan Pasal 106 Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 9/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 9/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 9/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 200 /Pid/2012/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 200 /Pid/2012/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 200 /Pid/2012/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat Banding menjatuhkan putusan sebagai

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 UPT Balai Informasi Teknologi LIPI BAB I Anatomi Tubuh Manusia Anatomi Tubuh Manusia disusun kedalam beberapa bagian sistem tubuh, yaitu : 1. Sistem Kerangka Kerangka tubuh Kerangka tubuh manusia terdiri

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 143/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 143/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 143/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DIMEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam peradilan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBUNUHAN ANAK CACAT MENTAL OLEH AYAH KANDUNG DALAM PUTUSAN NOMOR 223/PID.B/2016/PN.MJK

BAB III DESKRIPSI PEMBUNUHAN ANAK CACAT MENTAL OLEH AYAH KANDUNG DALAM PUTUSAN NOMOR 223/PID.B/2016/PN.MJK BAB III DESKRIPSI PEMBUNUHAN ANAK CACAT MENTAL OLEH AYAH KANDUNG DALAM PUTUSAN NOMOR 223/PID.B/2016/PN.MJK A. Deskripsi Kasus Kasus yang diteliti oleh penulis pada dasarnya merupakan putusan tindak pidana

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 36/PID/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA,

P U T U S A N NOMOR : 36/PID/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, P U T U S A N NOMOR : 36/PID/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding telah

Lebih terperinci

TEORI FENOMENA ORGAN

TEORI FENOMENA ORGAN TEORI FENOMENA ORGAN By: Syariffudin Definisi Teori Fenomena Organ Yaitu sebuah teori untuk menilai fungsi organ organ dalam secara fisiologi maupun secara patalogis dengan didasarkan pada apa yang terlihat

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR MEDIKO-LEGAL. Budi Sampurna

PENGANTAR MEDIKO-LEGAL. Budi Sampurna PENGANTAR MEDIKO-LEGAL Budi Sampurna PROFESI KEDOKTERAN SUMPAH HIPOKRATES : LARANGAN-LARANGAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN (Hindari perbuatan amoral / non standar) UTAMAKAN KEBEBASAN PROFESI RAHASIA KEDOKTERAN

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PPNS ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. Lahir : 15 Tahun / 15 Februari 1996;

P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. Lahir : 15 Tahun / 15 Februari 1996; P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA di MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 310/ PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 310/ PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 310/ PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi) Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak (Vincent dan Dominick, 2001). a. Trauma Benda Tumpul

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB V PERTIMBANGAN HUKUM. A.Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur. perkara pengeroyokan ini adalah sebagai berikut :

BAB V PERTIMBANGAN HUKUM. A.Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur. perkara pengeroyokan ini adalah sebagai berikut : BAB V PERTIMBANGAN HUKUM A.Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur Adapun pertimbangan pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur dalam rangka menetapkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama : AZHARI Alias JIRO

P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama : AZHARI Alias JIRO 1 P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 35/PID/2012/PT-MDN.-

P U T U S A N Nomor : 35/PID/2012/PT-MDN.- P U T U S A N Nomor : 35/PID/2012/PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, dalam yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam peradilan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 136/Pid/2014/PT-MDN

P U T U S A N Nomor : 136/Pid/2014/PT-MDN P U T U S A N Nomor : 136/Pid/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ---- PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA SEL SARAF, terdiri dari 1. Dendrit 2. Badan Sel 3. Neurit (Akson) Menerima dan mengantarkan impuls dari dan ke sumsum tulang belakang atau otak ORGAN PENYUSUN SISTEM

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI KEPEMERINTAHAN. Jaminan Kematian. Jaminan Kecelakaan. Aparatur Sipil Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 399/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 399/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 399/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ---- PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia Sistem komunikasi utama dalam tubuh manusia: Sistem Syaraf Perangkat Penunjang: Otot Perangkat sensor tubuh (panca indera) Berfungsi mengontrol keseimbangan

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN MEDIS

SURAT KETERANGAN MEDIS SURAT KETERANGAN MEDIS & VISUM et REPERTUM Presented by : Sarah Habibah Nurul Azizah M David Grandisa Deden Panji W Neti Watini LAB. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL FK UNJANI SURAT KETERANGAN MEDIS

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

MODUL FORENSIK PEMERIKSAAN LUAR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

MODUL FORENSIK PEMERIKSAAN LUAR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat MODUL FORENSIK PEMERIKSAAN LUAR Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 1 NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem

Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem LAPORAN KASUS Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem Alfred C. Satyo Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 680/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 680/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 680/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan kuantitas kejahatan. Seiring dengan adanya perkembangan tindak

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI BANDUNG DI BANDUNG

PENGADILAN TINGGI BANDUNG DI BANDUNG PUTUSAN Nomor 281/Pid/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG DI BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2015 ADMINISTRASI KEPEMERINTAHAN. Jaminan Kematian. Jaminan Kecelakaan. Aparatur Sipil Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR KELENGKAPAN POIN-POIN SURAT KETERANGAN VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP. Ada/Tidak Keterangan

DAFTAR KELENGKAPAN POIN-POIN SURAT KETERANGAN VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP. Ada/Tidak Keterangan DAFTAR KELENGKAPAN POIN-POIN SURAT KETERANGAN VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP Poin 1. Logo institusi yang mengeluarkan/menerbitkan VeR 2. Kop surat 3. Logo institusi jejaring 4. Pro Justitia 5. No. Surat

Lebih terperinci

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar LATIHAN PERNAFASAN Pengantar 1. Teknik pernafasan: kembangkan perut pada saat menarik nafas dalam, dan kempiskan perut pada saat membuang nafas. 2. Sebaiknya bernafas melalui hidung. 3. Biarkan dada mengikuti

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 430/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 430/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P U T U S A N NOMOR : 430/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 KETERAMPILAN KLINIK 4 PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 598/PID/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam pengadilan tingkat banding,

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

Pijat urat akupuntur

Pijat urat akupuntur Pijat urat akupuntur Gambar dibawah ini adalah segala macam penyakit manusia seperti;paru paru,jantung,ususbesar,lambung,tenggookan,ginjal,sendi,kepala,otak besar/ kecil,kelenjar tiroid,pankreas,saluran

Lebih terperinci

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No.333/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO: 262/Pid. B/2006/PN. GRESIK TENTANG KEALPAAN YANG MENYEBABKAN ORANG LAIN MATI

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO: 262/Pid. B/2006/PN. GRESIK TENTANG KEALPAAN YANG MENYEBABKAN ORANG LAIN MATI BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO: 262/Pid. B/2006/PN. GRESIK TENTANG KEALPAAN YANG MENYEBABKAN ORANG LAIN MATI A. Kasus tentang Kealpaan yang Menyebabkan Orang Lain Mati Tindak pidana

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 107/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03 Muntah tanpa Sebab Bayi belum selesai makan, tiba-tiba "BOOMM!" Makanannya mengotori baju. Mengapa? Gumoh hingga muntah kerap terjadi pada bayi berusia kurang dari enam bulan. Perilaku ini membuat ibu

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 456/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 456/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 456/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 235/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 235/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 235/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, yang mengadili perkara perkara Pidana dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

: Tani / Guru Madrasah.

: Tani / Guru Madrasah. P U T U S A N NOMOR : 364 /PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana. 22 BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, BENTUK UMUM VISUM ET REPERTUM, DAN VISUM ET REPERTUM MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM A. Tinjauan Umum Penyidikan a. Pengertian Berdasarkan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2 1. Bagian mata yang berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata adalah... Pupil

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 728/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 728/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 728/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 125/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Terdakwa ditahan dalam Tahanan Kota oleh :

P U T U S A N. Nomor : 125/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Terdakwa ditahan dalam Tahanan Kota oleh : P U T U S A N Nomor : 125/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikalangan masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BEDAH MAYAT KLINIS DAN BEDAH MAYAT ANATOMIS SERTA TRANSPLANTASI ALAT ATAU JARINGAN TUBUH MANUSIA (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tanggal 16 Juni 1981) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci