HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Nia Aprindah Rau Sefti Rompas Vandri D.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

DISUSUN OLEH: ANDINI WIDANTI A006

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB III METODE PENELITIAN

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

STUDI KOMPARATIF KONSEP DIRI LANSIA DI UPTD RUMOH SEUJAHTRA GEUNASEH SAYANG BANDA ACEH DAN LANSIA YANG TINGGAL DI DESA LAMBARO SUKON ACEH BESAR TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Muliana Warni*) Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.Kep**) Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns**) STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2014 *) Mahasiswa PSIK Stikes Ngudi Waluyo **) Dosen Pembimbing PSIK Stikes Ngudi Waluyo ABSTRAK Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia, Dukungan keluarga terhadap lansia sebagai upaya rehabilitatif dan kuratif antara lain membantu mencukupi kebutuhannya, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi sehingga akan membentuk Mekanisme koping yang baik digunakan individu untuk melindungi diri dari situasi yang mengancam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Leyangan Semarang. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Diskriptif Korelasi. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional Populasi penelitian ini adalah seluruh lansi di Desa Kabupaten Semarang sebanyak 375 orang dengan sampel yang diteliti 79 responden menggunakan teknik random sampling serta alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Berdasarkan Uji analisis data menggunakan analisis Chi Square dengan nilai τ sebesar - 8,206 dan p value sebesar 0,017 menunjukkan hasil penelitian bahwa Ada hubungan Dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Hendaknya para keluarga memberikan dukungan kepada lansia sehingga akan terbentuk mekanisme koping yang baik sehingga lansia dapat menangani masalah yang dihadapi dimasa tua secara mandiri dan positif serta dapat meningkatkan kesehatan lansia. Kata Kunci : Dukungan keluarga, Mekanisme koping, lansia Kepustakaan : 28 (2007-2012) PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 miliar. Pertambahan penduduk lanjut usia di negara maju telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Negara kembang saat inipun mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena Ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan Di Desa Kabupaten Semarang 1

keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nugroho, 2008). Kegiatan Program P2M serta Lansia merupakan kegiatan salah satu program kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan RI sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah terhadap Visi Nasional serta komitmen Global untuk mencapai Milenium Development Global Goals (MDGs) Tahun 2015 di mana program P2M mempunyai tujuan yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih dari 19 juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Jumlah lansia pada tahun 2009 sebanyak 14,439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Depkes RI, 2012). Proporsi penduduk usia lebih dari 65 tahun untuk provinsi Jawa Tengah sebesar 7,10% untuk tahun 2007, sebesar 7,77 % untuk tahun 2008, sebesar 7,77% untuk tahun 2009, sebesar 7,11% untuk tahun 2010, sebesar 7,05 % untuk tahun 2011. Jumlah penduduk usia lanjut 60 tahun ke atas di Kabupaten Semarang dalam tahun 2012 sebanyak 100.050 jiwa atau 10,66 persen dari total jumlah penduduk sebanyak 938.802 jiwa (Dinkes Jateng, 2011). Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai kemunduran yang terjadi adalah kemampuankemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru. Kemunduran lain yang dialami adalah kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul (Maryam, et.,al, 2012). Menjadi tua sering kali identik dengan ketidakberdayaan serta kesepian. Satu persatu anak pergi dari rumah membentuk keluarga sendiri, kehidupan sosial dan keberdayaan finansial menurun setelah pensiun. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia (Darmojo, 2004). Dukungan keluarga terhadap lansia sebagai upaya rehabilitatif dan kuratif antara lain membantu mencukupi kebutuhannya, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi. Keluarga merupakan support system bagi lansia dan mempertahankan kesehatannya. Dukungan keluarga dalam pelayanan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia. Mempertahankan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi spiritual lansia (Maryam, et,.al, 2012). Hasil penelitian dari Hapsanti (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan mekanisme koping pada pasien DM kronik di poli penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia, lama menderita DM, pengetahuan, dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada pasien DM kronik di poli penyakit dalam RSUP Dr Kariadi Semarang dengan p value 0,001 (α = 0,05). Perbedaan Di Desa Kabupaten Semarang 2

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain, objek yang diteliti adalah penderita DM, teknik sampling yang digunakan quota sampling, sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti lansia dengan teknik sampling simple random sampling. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang terdapat 375 lansia. Hasil wawancara terhadap 10 lansia diperoleh 6 orang (60,0%) dengan mekanisme koping mal adaptif yaitu makan berlebihan bila ada masalah dan menghindar bertemu orang bila sedang marah di mana 4 orang (66,7%) yang mendapatkan dukungan keluarga kategori baik yaitu keluarga memperhatikan jadwal makan sehari-hari dan 2 orang (33,4%) yang mendapatkan dukungan keluarga kategori kurang baik yaitu keluarga tidak mau mendengarkan keluhan terkait dengan kesehatan dan tidak memberikan makanan yang sehat dan bergizi. Diperoleh pula 4 orang (40,0%) dengan mekanisme koping adaptif yaitu berbicara dengan orang lain di mana 2 orang (50,0%) yang mendapatkan dukungan keluarga kategori baik yaitu keluarga memperhatikan jadwal makan sehari-hari dan 2 orang (50,0%) yang mendapatkan dukungan keluarga kategori kurang baik yaitu keluarga tidak mau mendengarkan keluhan terkait dengan kesehatan dan tidak memberikan makanan yang sehat dan bergizi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan judul, Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping pada Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Populasi sasaran adalah seluruh lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, yaitu sebanyak 375 lansia. jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 79 lansia. Etika Penelitian 1. Informed consent 2. Anonymity 3. Confidentiality 4. Avoid Discomfort Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Editing, Scoring, Coding (Pemberian kode), Tabulating, Entering, Transfering (Pemindahan), Cleansing HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Lansia Dukungan Frekuensi Persentase Keluarga (n) (%) Kurang 15 19,0 Cukup 35 44,3 Baik 29 36,7 Jumlah 79 100,0 Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada Lansia di Desa Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 35 orang (44,3%). Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping pada Lansia Mekanisme Frekuensi Koping (n) Mal adaptif 37 46,8 Persentase (%) Adaptif 42 53,2 Jumlah 79 100,0 Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa mekanisme koping pada lansia di Desa Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori adaptif yaitu sebanyak 42 orang (53,2%). Di Desa Kabupaten Semarang 3

Analisis Bivariat Tabel 5.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping pada Lansia Dukungan keluarga Mal adaptif Mekanisme Koping Adaptif Total F % F % f % Kurang 12 80,0 3 20,0 15 100,0 Cukup 14 40,0 21 60,0 35 100,0 Baik 11 37,9 18 62,1 29 100,0 p- value 0,01 7 Jumlah 37 46,8 42 53,2 79 100,0 Berdasarkan hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Leyangan Semarang diperoleh hasil, responden yang mendapat dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak 15 orang dimana sebagian besar mereka melakukan mekanisme koping kategori mal adaptif yaitu 12 orang (80,0%) lebih banyak dari pada yang melakukan mekanisme koping kategori adaptif yaitu 3 orang (20,0%). Responden yang mendapat dukungan keluarga yang cukup baik sebanyak 35 orang dimana sebagian besar mereka melakukan mekanisme koping kategori adaptif yaitu 21 orang (60,0%) lebih banyak dari pada yang melakukan mekanisme koping kategori mal adaptif yaitu 14 orang (40,0%). Responden yang mendapat dukungan keluarga yang baik sebanyak 29 orang dimana sebagian besar mereka melakukan mekanisme koping kategori adaptif yaitu 18 orang (62,1%) lebih banyak dari pada yang melakukan mekanisme koping kategori mal adaptif yaitu 11 orang (37,9%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square sebesar 8,206 dan nilai p value sebesar 0,017 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Leyangan Semarang. Artinya jika responden mendapatkan dukungan keluarga yang baik maka mekanisme koping akan menjadi adaptif pada lansia di Desa Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Gambaran Dukungan Keluarga pada Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada Lansia di Desa Kabupaten Semarang dalam kategori kurang yaitu sebanyak 15 orang (19,0%). Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang menyatakan bahwa keluarga tidak pernah memberi uang untuk keperluan sehari-hari, belum menyediakan alat transportasi yang digunakan untuk bepergian sehingga lansia kesulitan dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya bahkan tidak menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya. Selain itu, keluarga sulit diajak bicara tentang masalah kesehatan dan keluarga tidak percaya dengan kemampuan lansia dalam menjaga kesehatan. Dukungan keluarga yang kurang baik tersebut disebabkan olah factor sosioekonomi yang rendah dari keluarga. Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya (Purnawan, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada Lansia di Desa Di Desa Kabupaten Semarang 4

Kabupaten Semarang dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 35 orang (44,3%). Lansia di Desa Leyangan Semarang menyatakan bahwa keluarga membantu pekerjaan sehari-hari jika tidak sibuk. Mereka juga memberi nasehat jika sedang sakit serta menyarankan ke dokter hanya ketika sakit. Keluarga juga memberikan bimbingan dalam menjaga kesehatan dan peduli dalam berbagai keadaan serta memperhatikan semua kebutuhan hingga merasa berharga. Dukungan dari keluarga digunakan oleh lansia dalam menanggulangi persoalanpersoalan yang dihadapi khusunya yang berkaitan dengan kesehatan dan kualitas hidup. Dukungan keluarga dalam kategori cukup baik ini dimungkinkan karena didukung oleh aspek spiritual yang baik dari keluarga. Aspek spiritual sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Agama yang mengajarkan perilaku berbuat baik kepada orang tua mendorong seseorang untuk mau merawat dan mengasuh orang tua ketika sudah tua dengan menharap pahala dari Tuhan (Purnawan, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada Lansia di Desa Kabupaten Semarang dalam kategori baik yaitu sebanyak 29 orang (36,7%). Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang menyatakan bahwa keluarga bersedia menolong jika sakit dan memberi semangat untuk menjaga kesehatan sehingga lansia merasa menghadapi persoalan tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal tersebut didukung oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan dan pengetahuan yang baik dari keluarga lansia. Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya (Purnawan, 2008). Gambaran Mekanisme Koping pada Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme koping pada lansia di Desa Kabupaten Semarang dalam kategori adaptif yaitu sebanyak 42 orang (53,2%). Mekanisme koping pada lansia dalam kategori adaptif ditunjukkan dengan perilaku dalam menghadapi masalah dimana mereka akan berbicara dengan orang lain jika ada masalah. Jika masalah yang dihadapi berkaitan dengan kesehatan mereka akan menggunakan relaksasi untuk mengaasi sakit, latihan seimbang untuk menjaga kesehatan atau penatalaksanaan non farmakologis lainnya. Ketika menghadapi masalah psikologis seperti cemas atau stress tidak melampiaskan dengan makan berlebihan ketika cemas, stres, menghindari orang lain saat marah ataupun merusak barang di sekitar. Hal tersebut didukung oleh tingkat pendidikan mereka yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme koping pada lansia di Desa Kabupaten Semarang dalam kategori maladaptif yaitu sebanyak 37 orang (46,8%). Mekanisme koping pada lansia Di Desa Kabupaten Semarang 5

dalam kategori maladaptif ditunjukkan dengan perilaku dalam menghadapi masalah dimana mereka memecahkan masalah dengan emosional seperti membentak-bentak orang lain, mencaci maki oranglain ataupun memukul atau melempar dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Selain itu mereka juga meninggalkan kewajibannya kepada Tuhannya seperti tidak menjalankan ibadah yang seharusnya mereka lakukan. Perilaku mal adaptif tersebut didukung oleh jenis Kelamin mereka sebagian besar laki-laki. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping pada Lansia Berdasarkan hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Leyangan Semarang diperoleh hasil, responden yang mendapat dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak 15 orang dimana sebagian besar mereka melakukan mekanisme koping kategori mal adaptif yaitu 12 orang (80,0%) lebih banyak dari pada yang melakukan mekanisme koping kategori adaptif yaitu 3 orang (20,0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga yang kurang baik melakukan mekanisme koping kategori mal adaptif. Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang menyatakan bahwa keluarga tidak menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi lansia dan diajak bicara tentang masalah kesehatan dan keluarga tidak percaya dengan kemampuan lansia dalam menjaga kesehatan menyebabkan perilaku lansia dalam menghadapi masalah dengan emosional seperti membentak-bentak orang lain, mencaci maki orang lain ataupun memukul atau melempar dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Hal tersebut dimungkinkan karena faktor emosional yang tinggi dari lansia. Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stres dalam perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit, mungkin ia menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan (Purnawan, 2008). Responden yang mendapat dukungan keluarga yang cukup baik sebanyak 35 orang dimana sebagian besar mereka melakukan mekanisme koping kategori adaptif yaitu 21 orang (60,0%) lebih banyak dari pada yang melakukan mekanisme koping kategori mal adaptif yaitu 14 orang (40,0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga yang cukup baik melakukan mekanisme koping kategori adaptif. Keluarga lansia di Desa Leyangan Semarang memberi nasehat jika sedang sakit serta menyarankan ke dokter hanya ketika sakit. Keluarga juga memberikan bimbingan dalam menjaga kesehatan dan peduli dalam berbagai keadaan serta memperhatikan semua kebutuhan hingga merasa berharga sehingga dalam menghadapi masalah lansia khususnya yang berkaitan dengan kesehatan mereka akan menggunakan relaksasi untuk mengaasi sakit, latihan seimbang untuk menjaga kesehatan atau penatalaksanaan non farmakologis lainnya. Ketika menghadapi masalah psikologis seperti cemas atau stress tidak melampiaskan dengan makan berlebihan ketika cemas, stres, menghindari orang lain saat marah ataupun merusak barang di sekitar. Hal tersebut dimungkinkan karena didukung oleh faktor usia mereka yang sudah tua Di Desa Kabupaten Semarang 6

Responden yang mendapat dukungan keluarga yang baik sebanyak 29 orang dimana sebagian besar mereka melakukan mekanisme koping kategori adaptif yaitu 18 orang (62,1%) lebih banyak dari pada yang melakukan mekanisme koping kategori mal adaptif yaitu 11 orang (37,9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga yang kurang baik melakukan mekanisme koping kategori adaptif. Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang menyatakan bahwa keluarga bersedia menolong jika sakit dan memberi semangat untuk menjaga kesehatan sehingga lansia merasa menghadapi persoalan tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga mereka berbicara dengan orang lain jika ada masalah, menggunakan relaksasi untuk mengatasi sakit atau penatalaksanaan non farmakologis lainnya. Ketika menghadapi masalah psikologis seperti cemas atau stress tidak melampiaskan dengan makan berlebihan, menghindari orang lain saat marah ataupun merusak barang di sekitar. Hal tersebut dikarenakan faktor motivasi hidup mereka yang baik Adanya motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi untuk menghadapi dan menyalesaikan masalah akan membentuk koping yang destruktif. Jika tiap-tiap kebutuhan dapat dicapai, maka individu termotivasi untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi berikutnya, sehingga individu akan mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square sebesar 8,206 dan nilai p value sebesar 0,017 maka dapat disimpulkan ada hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Kabupaten Semarang. Artinya jika responden mendapatkan dukungan keluarga yang baik dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Leyangan Semarang menjadi adaptif. Penurunan kondisi fisik atau biologis, kondisi psikologis serta perubahan sosial terjadi pada usia lanjut. Lansia bahkan juga masyarakat menganggap seakan-akan tugasnya sudah selesai. Mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase ini (Tamher & Noorkasiani, 2009). Usia lanjut dengan berbagai masalahnya memerlukan bermacam tindakan preventif. Salah satu masalah yang dihadapi antara lain keadaan kesehatan jiwanya menjasi terancam. Selain kekurangan penghasilan, lansia umumnya mengalami kehilangan peran dan identitas, kedudukan, volume dan jenis kegiatan sehari-hari, status, wibawa dan otoritas serta kehilangan hubungan dengan kelompok bahkan harga diri. Menghadapi proses kehilangan tersebut lansia memerlukan mekanisme koping (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2010). Stuart dan Sundeen (2007) menjelaskan bahwa mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif dan mal adaptif. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Mekanisme koping maladaptif adalah Di Desa Kabupaten Semarang 7

mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan atau mungkin tidak makan sama sekali, bekerja berlebihan, menghindar. Mekanisme koping dapat adaptif dan mal adaptif tergantung faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari individu tersebut, misalnya tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dan tipe kepribadian. Faktor eksternal berasal dari stresor yang dapat dilihat dari jumlah, sifat dan lamanya. Faktor eksternal yang lain berupa dukungan orang terdekat (Stuart & Sundeen, 2007). Koping yang efektif menempati tempat yang sentral terhadap daya tahan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial dan spiritual. Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan, tetapi justru penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Nursalam dan Kurniawati, 2007). Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2010). Stuart dan Sundeen (2007) menjelaskan bahwa mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif dan mal adaptif. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan atau mungkin tidak makan sama sekali, bekerja berlebihan, menghindar. Mekanisme koping dapat adaptif dan mal adaptif tergantung faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari individu tersebut, misalnya tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dan tipe kepribadian. Faktor eksternal berasal dari stresor yang dapat dilihat dari jumlah, sifat dan lamanya. Faktor eksternal yang lain berupa dukungan orang terdekat (Stuart & Sundeen, 2007). PENUTUP Kesimpulan Dukungan keluarga pada Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 35 orang (44,3%). Mekanisme koping pada lansia di Desa Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori adaptif yaitu sebanyak 42 orang (53,2%). Ada hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan nilai chi square sebesar 8,206 dan p value sebesar 0,017. Saran Hendaknya para lansia meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme koping sehingga dapat menangani masalah yang dihadapi dimasa tua secara mandiri dan positif. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bastable, 2003. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan Pembelajaran. Jakarta : EGC. Di Desa Kabupaten Semarang 8

Darmojo, 2004. Buku Ajar Geriartri. Jakarta : Balai Penerbit. FKUI. Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta. Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Tengah, 2011. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah. Effendi dan Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Friedman, 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC Ghozali, 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hapsanti. 2012 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Mekanisme Koping pada Pasien Diabetes Mellitus Kronik di Poli Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi. Semarang. Skripsi PSIK : Unimus. Hudjana, 2004. Stres Tanpa Distres Seni mengolah Stres, Kanisius,Yogyakarta. Hurlock, 2004. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Jhonson dan Leny, 2010. Keperawatan Keluarga. Plus Contoh Askep Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Keliat, 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. Kuntjoro, 2004. Dukungan Sosial pada Lansia. www.e-psikologi.com. Lazarus, 2009. Stress, Appraisal and Coping. New York : Springer. Maryam, 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Netuveli, 2006. Quality of Life in Older Ages.London: Department of Primary Care and Social Medicine. Imperial College. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC. Nursalam dan Kurniawati, 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Prasetyawati, 2011. Kedokteran Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta Purnawan, 2008. Pengantar Prilaku Manusia. Jakarta : EGC. Setiadi, 2008.Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha ilmu. Setyoadi, Noerhamdani dan Ermawati, 2013.Perbedaan Tingkat Kualitas Hidup Pada Wanita Lansia di Komunitas dan Panti (The Difference Quality of Life Level in Elderly Women at the Community at the Aging Institution). http//www.jeniskelamin perempuan dengan ADL.pdf [diakses tanggal 18 Oktober 2013]. Stuart & Sundeen, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Di Desa Kabupaten Semarang 9

Sugiono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tamher dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Di Desa Kabupaten Semarang 10