BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Pedurungan Kidul RW IV Semarang. RW IV ini terdiri dari 5 RT dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 178 KK. Penelitian ini telah dilakukan pada Bulan Oktober tahun 2013 terhadap 64 lansia yang terpilih menjadi responden penelitian. 2. Karakteristik responden a. Umur Responden dalam penelitian ini adalah lansia dengan rentang umur antara umur 60 tahun sampai 85 tahun. Rata-rata umur responden 65 ±5,67, data disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Bulan Oktober tahun 2013, n=64. Umur (tahun) Frekuensi Persentase Elderly 60 93,8 Old 4 6,3 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah kategori elderly yaitu sebanyak 60 orang (93,8%), dan kategori old yaitu sebanyak 4 orang (6,3%). 28

2 29 b. Jenis kelamin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin Bulan Oktober tahun 2013, n=64 Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 31 48,4 Perempuan 33 51,6 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah perempuan yaitu sebanyak 33 orang (51,6%), dan yang laki-laki yaitu sebanyak 31 orang (48,4%). 2. Analisis Univariat a. Faktor psikosial Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan factor psikososial Bulan Oktober tahun 2013, n=64 Psikososial Frekuensi Persentase Tidak baik 39 60,9 Baik 25 39,1 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar faktor psikososial adalah tidak baik yaitu sebanyak 39 orang (60,9%), dan yang baik sebanyak 25 orang (39,1%). b. Kejadian depresi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Depresi Lansia Bulan Oktober tahun 2013, n=64 Kejadian Depresi Frekuensi Persentase Tidak depresi Ringan Berat ,9 59,4 29,7 Jumlah

3 30 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar depresi lansia berada dalam kategori ringan yaitu sebanyak 38 orang (59,4%), yang depresi berat sebanyak 19 orang (29,7%) dan yang tidak mengalami depresi sebanyak 7 orang (10,9%). 3. Hubungan antara Faktor Psikososial dengan Kejadian Depresi Lansia Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji korelasi Rank Spearman didapatkan nilai r sebesar -0,797 dengan p value sebesar 0,000 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara faktor psikososial dengan depresi pada lansia. Bentuk hubungan kedua variabel adalah negatif sehingga jika faktor psikososial meningkat maka akan menyebabkan penurunan depresi dan sebaliknya. Gambar hubungan kedua variabel ditunjukkan pada grafik berikut: Depresi Psikososial Grafik 4.1 Gambar hubungan faktor psikososial dengan kejadian depresi pada lansia

4 31 B. Pembahasan 1. Faktor Pikososial pada Lansia Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor psikososial adalah tidak baik yaitu sebanyak 60,9%, dan yang baik sebanyak 39,1%. Faktor psikososial yang tidak baik ini muncul dalam bentuk ketidakmampuan responden untuk bergabung dalam berbagai kegiatan masyarakat seperti melakukan kegiatan bersama masyarakat dan menutup diri dari kegiatan masyarakat. Faktor pikososial yang tidak baik berdasarkan hasil jawaban kuesioner ditunjukkan dari seringnya melakukan penolakan terhadap tetangga yang ingin berkunjung, menutup diri jika ada tetangga yang mengundang, kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, serta lebih banyak mengurung diri di rumah. Rendahnya berbagai kemampuan tersebut mengakibatkan responden kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan sosial yang diakibatkan oleh rendahnya kemampuan bersosialiasi dengan lingkungannya. Hal ini juga dapat disadari karena pada lanjut usia mengalami penurunan dari segala aspek termasuk kemampuan fisik, mental dan juga kemampuan finansial yang pada akhirnya menghambat lansia untuk mampu mengaktualisasikan diri secara optimal. Faktor psikososial ini berkaitan dengan tingkah laku lansia sebagai anggota masyarakat yaitu kaitannya dengan situasi sosial yang ada (Ahmadi, 2009). Sebagaimana ditambahkan oleh Kaplan (2010) bahwa faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial dan penurunan kognitif. Penelitian yang dilakukan oleh Kartinah dan Sudaryanto (2008) menemukan bahwa lansia dengan berbagai gangguan yang ada mempunyai permasalahan psikososial. Permasalahan psikososial pada lansia memerlukan penanganan secara baik dan berkualitas.

5 32 2. Kejadian Depresi pada lansia Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar depresi lansia berada dalam kategori ringan yaitu sebanyak 59,4%, yang depresi berat sebanyak 29,7% dan yang tidak mengalami depresi sebanyak 10,9%. Depresi ringan yang banyak ditemukan dalam penelitian ini karena lansia mengalami tekanan dalam kehidupannya yang merasakan adanya ketidakmampuan diri yang berkurang serta adanya rasa kesepian karena berkurangnya peran yang dirasakan. Depresi yang banyak dirasakan oleh responden adalah adanya perasaan gelisah, adanya keadaan yang tidak sesuai harapan, rasa ingin untuk menghindari suatu acara. Lansia merasa merasa mengkhawatirkan sesuatu hal yang buruk bakal terjadi. Berbagai keadaan tersebut menjadi stresor bagi lansi untuk memunculkan perasaan depresi. Lansia merasa tidak mampu lagi melakukan pemenuhan berbagai keinginan yang dapat memuaskan dirinya untuk membuat hidupnya merasa bahagia. Lansia yang tidak mampu bersyukur dengan menerima keadaan yang ada menjadi sangat tertekan yang pada akhirnya memunculkan kejadian depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Sumiarti (2008) menemukan bahwa keterbatasan fisik akibat penyakit yang sering diderita lansia menyebabkan kejadian depresi dimana keterbatasan aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian depresi pada lansia. Penelitian lain dilakukan oleh Sumirta (2008) menemukan bahwa keterbatasan fisik yang dimiliki lansia menjadi pemicu terhadap munculnya depresi pada lansia. Lansia dengan keterbatasan fisik yang besar tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri cenderung menjadi depresi dengan keadaannya. Depresi merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri antara lain: semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan makan. Kejadian depresi neliputi gejala psikologik dan gejala somatik. Gejala psikologik antara lain adalah: menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang, tidak

6 33 dapat mengambil keputusan, mudah lupa dan timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Gejala somatik antara lain: penderita kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat, apatis, bicara dan gerak geriknya pelan, terdapat anoreksia, isomnia, dan konstipasi (Maramis, 2005). Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. Depresi adalah suatu gangguan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh kesedihan, apatis, pesimisme dan kesepian. Keadaan ini sering disebut dengan istilah kesedihan, murung dan kesengsaraan (Yosep, 2007). 3. Hubungan antara faktor psikososial dengan Kejadian Depresi pada Lansia Berdasarkan hasil korelasi Rank Spearman didapatkan nilai korelasi sebesar -0,797 dengan p value sebesar 0,000 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara faktor psikososial dengan depresi pada lansia. Bentuk hubungan kedua variabel adalah negatif sehingga jika faktor psikososial meningkat maka akan menyebabkan penurunan depresi dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Woroaih (2009) yang meneliti tentang hubungan stresor faktor psikosial dengan depresi pada lansia yang menemukan bahwa stresor faktor sosial berhubungan secara signifikan dengan kejadian depresi. Hasil penelitian sejenis lainnya juga ditemukan oleh Marcila (2007) bahwa faktor psikososial menjadi salah satu penyebab terjadinya depresi pada lansia yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Semakin besar stressor psikososial semakin besar kemungkinan mengalami depresi. Adanya stressor psikososial akan menyebabkan perubahan pada diri seseorang, sehingga orang tersebut harus beradaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul. Namun demikian tidak semua orang mampu mengadakan adaptasi dan menanggulanginya sehingga akan timbul keluhan-keluhan kejiwaan.

7 34 Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor psikososial mempengaruhi kejadian depresi pada lansia, yang artinya bahwa faktor psikososial yang merupakan bentuk kepribadian dengan berbagai ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi.. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah pengukuran pada depresi lansia hanya didasarkan pada faktor psikososial sementara terdapat faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini seperti penyakit, faktor biologi dan sebagainya. Peneliti juga menemukan kendala dalam penelitian ini yaitu adanya lansia yang sulit diajak berkomunikasi sehingga peneliti harus menggali infomasi lebih dalam untuk mendapatkan data dari responden.

8 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagian besar lansia memiliki faktor psikososial yang tidak baik yaitu sebanyak 60,9%. 2. Depresi lansia berada dalam kategori ringan yaitu sebanyak 59,4%. 3. Ada hubungan yang bermakna antara faktor psikososial dengan depresi pada lansia di wilayah RW IV Pedurungan Kidul Semarang. B. Saran 1. Masyarakat Hasil penelitian menemukan bahwa faktor psikososial mempengaruhi kejadian depresi pada lansia sehingga diharapkan kepada masyarakat khususnya keluarga yang memiliki anggota keluarga lansia dapat menghindarkan lansia dari gangguan kejiwaan seperti kemunduran psikososial dengan cara mengajak lansia untuk membuka diri terhadap lingkungan dengan berkunjung ke tetangga, menerima tetangga yang berkunjung, menumbuhkan rasa percaya diri dan tidak mengurung diri di dalam rumah. 2. Lanjut Usia Lansia diharapkan dapat tetap menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat seperti mengikuti kegiatan pengajian dan sebagainya. Lansia juga diharapkan dapat bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain sehingga tercipta suasana kebersamaan. 3. Penelitian Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam sehingga dapat diketahui faktor psikososial 35

9 36 yang dirasakan secara lebih lengkap serta mengetahui stressor penyebab depresi yang sering dirasakan oleh kelompok lanjut usia.