MATEMATIKA DASAR (Himpunan Terurut Parsial (Poset))

dokumen-dokumen yang mirip
22 Matematika Diskrit

BAB 5 POSET dan LATTICE

BAB 5 POSET dan LATTICE

MATEMATIKA DASAR (Kardinalitas)

RELASI FUNGSI. (Kajian tentang karakteristik, operasi, representasi fungsi)

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

MATEMATIKA DASAR (Validitas Pembuktian)

Matematika Diskrit 1

BAB II RELASI DAN FUNGSI

Kode MK/ Nama MK. Cakupan 8/29/2014. Himpunan, Relasi dan fungsi Kombinatorial. Teori graf. Pohon (Tree) dan pewarnaan graf. Matematika Diskrit

Relasi. Oleh Cipta Wahyudi

Oleh : Winda Aprianti

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

Matematika Diskret. Mahmud Imrona Rian Febrian Umbara RELASI. Pemodelan dan Simulasi

Makalah Himpunan dan Logika Matematika Poset dan Lattice

RELASI BINER. 1. Hasil Kali Cartes

KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Relasi dan Fungsi. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP

Hasil kali kartesian antara himpunan A dan himpunan B, ditulis AxB adalah semua pasangan terurut (a, b) untuk a A dan b B.

MATEMATIKA DASAR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Matematika Komputasi RELASI. Gembong Edhi Setyawan

PERKALIAN CARTESIAN DAN RELASI

BAB 2 RELASI. 1. Produk Cartesian

MATEMATIKA DASAR (Ekivalensi dan Kuantifikasi)

KALKULUS (Relasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Matriks. Contoh matriks simetri. Matriks zero-one (0/1) adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Contoh matriks 0/1:

RELASI EKUIVALENSI PADA SUBGRUP FUZZY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

Definisi 1. Relasi biner R antara A dan B adalah himpunan bagian dari A x B. A x B = {(a, b) a A dan b B}.

OPERASI BINER. Yus Mochamad Cholily Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PRA A*-ALJABAR SEBAGAI SEBUAH POSET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

BAB 3 FUNGSI. f : x y

Definisi 1. Relasi biner R antara A dan B adalah himpunan bagian dari A x B. A x B = {(a, b) a A dan b B}.

Matriks. Contoh matriks simetri. Matriks zero-one (0/1) adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Contoh matriks 0/1:

MENENTUKAN DEVIASI DARI HIMPUNAN TERURUT PARSIAL

PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT. Mariatul Kiftiah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STMIK PARNA RAYA MANADO TAHUN 2010

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

Pengantar Matematika Diskrit

MATEMATIKA DISKRIT BAB 2 RELASI

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

Relasi & Fungsi. Kuliah Matematika Diskrit 20 April Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1

BAB I PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN RELASI

SISTEM BILANGAN REAL

RELASI KLASIK 5.1 PENDAHULUAN

PEWARNAAN GRAF: POLINOMIAL KROMATIK DAN TEOREMA INVERSI MOBIUS

1 P E N D A H U L U A N

Matriks, Relasi, dan Fungsi

RELASI DAN FUNGSI. /Nurain Suryadinata, M.Pd

DEFINISI. Relasi biner R antara himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari A B. Notasi: R (A B).

Produk Cartesius Relasi Relasi Khusus RELASI

INF-104 Matematika Diskrit

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

Fahmi Ulfa Nur Hidayati dan Suryoto Program Studi Matematika Jurusan Matematika FSM UNDIP

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 FUNGSI

Diktat Kuliah. Oleh:

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

Ulang Kaji Konsep Matematika

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BILANGAN BULAT. Operasi perkalian juga bersifat tertutup pada bilangan Asli dan bilangan Cacah.

PENDAHULUAN. 1. Himpunan

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu

MATEMATIKA DISKRIT RELASI

POLITEKNIK TELKOM BANDUNG

FUNGSI. range. Dasar Dasar Matematika I 1

RELASI DAN FUNGSI. Nur Hasanah, M.Cs

URUTAN PARSIAL PADA SEMIGRUP DAN PADA KELAS- KELAS DARI SUATU SEMIGRUP

Logika, Himpunan, dan Fungsi

Fungsi. Hidayati Rais, S.Pd.,M.Si. October 26, Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko. Rollback Malaria :)

Restia Sarasworo Citra 1, Suryoto 2. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q.

TEORI HIMPUNAN Penyajian Himpunan

PERTEMUAN Relasi dan Fungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

TEORI HIMPUNAN (Kajian tentang Karakteristik, Relasi, Operasi dan Representasi Himpunan)

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

BAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi.

FUNGSI. Modul 3. A. Definisi Fungsi

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY

UTS MATDAS Kerjakan dalam kelompok terdiri atas 2-4 orang perkelompok. Setiap kelompok mengerjakan sebuah paket soal.

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan

Bahan kuliah Matematika Diskrit. Himpunan. Oleh: Didin Astriani P, M.Stat. Fakultas Ilkmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri

Aljabar Boole. Meliputi : Boole. Boole. 1. Definisi Aljabar Boole 2. Prinsip Dualitas dalam Aljabar

1 Preliminaries The Algebra of Sets... 3

SEMIGRUP BENTUK BILINEAR TERURUT PARSIAL DALAM BATASAN SUBHIMPUNAN FUZZY

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

R = {(Amir, IF251), (Amir, IF323), (Budi, IF221), (Budi, IF251), (Cecep, IF323) }

2.4 Relasi dan Fungsi

Transkripsi:

MATEMATIKA DASAR (Himpunan Terurut Parsial (Poset)) Antonius Cahya Prihandoko University of Jember Indonesia Jember, 2015 Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 1 / 26

Outline 1 Himpunan Terurut Parsial 2 Himpunan Terurut Total 3 Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut 4 Himpunan Bagian Terurut Total 5 Elemen Awal dan Elemen Akhir Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 2 / 26

Outline 1 Himpunan Terurut Parsial 2 Himpunan Terurut Total 3 Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut 4 Himpunan Bagian Terurut Total 5 Elemen Awal dan Elemen Akhir Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 2 / 26

Outline 1 Himpunan Terurut Parsial 2 Himpunan Terurut Total 3 Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut 4 Himpunan Bagian Terurut Total 5 Elemen Awal dan Elemen Akhir Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 2 / 26

Outline 1 Himpunan Terurut Parsial 2 Himpunan Terurut Total 3 Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut 4 Himpunan Bagian Terurut Total 5 Elemen Awal dan Elemen Akhir Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 2 / 26

Outline 1 Himpunan Terurut Parsial 2 Himpunan Terurut Total 3 Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut 4 Himpunan Bagian Terurut Total 5 Elemen Awal dan Elemen Akhir Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 2 / 26

Himpunan Terurut Parsial Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 3 / 26

Ingat Urutan parsial atau partial order pada sebuah himpunan A adalah suatu relasi yang bersifat: 1 refleksif 2 antisimetris 3 transitif Jika relasi R pada A mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, maka (a, b) R dinyatakan dengan a b (dibaca a mendahului b) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 4 / 26

Ingat Urutan parsial atau partial order pada sebuah himpunan A adalah suatu relasi yang bersifat: 1 refleksif 2 antisimetris 3 transitif Jika relasi R pada A mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, maka (a, b) R dinyatakan dengan a b (dibaca a mendahului b) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 4 / 26

Ingat Urutan parsial atau partial order pada sebuah himpunan A adalah suatu relasi yang bersifat: 1 refleksif 2 antisimetris 3 transitif Jika relasi R pada A mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, maka (a, b) R dinyatakan dengan a b (dibaca a mendahului b) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 4 / 26

Contoh 1 Jika A suatu himpunan tak kososng. Relasi subset pada keluarga himpunan 2 A merupakan urutan partial pada 2 A. 2 Jika K sebarang himpunan bagian dari R, maka relasi merupakan urutan parsial pada K. 3 Misal V = {A, B, C, D, E} dan diagram yang berarti x y jika x = y atau jika seseorang dapat pergi dari x ke y mengikuti arah panah pada diagram berikut: maka diagram tersebut mendefinisikan suatu urutan parsial pada v. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 5 / 26

Contoh 1 Jika A suatu himpunan tak kososng. Relasi subset pada keluarga himpunan 2 A merupakan urutan partial pada 2 A. 2 Jika K sebarang himpunan bagian dari R, maka relasi merupakan urutan parsial pada K. 3 Misal V = {A, B, C, D, E} dan diagram yang berarti x y jika x = y atau jika seseorang dapat pergi dari x ke y mengikuti arah panah pada diagram berikut: maka diagram tersebut mendefinisikan suatu urutan parsial pada v. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 5 / 26

Contoh 1 Jika A suatu himpunan tak kososng. Relasi subset pada keluarga himpunan 2 A merupakan urutan partial pada 2 A. 2 Jika K sebarang himpunan bagian dari R, maka relasi merupakan urutan parsial pada K. 3 Misal V = {A, B, C, D, E} dan diagram yang berarti x y jika x = y atau jika seseorang dapat pergi dari x ke y mengikuti arah panah pada diagram berikut: maka diagram tersebut mendefinisikan suatu urutan parsial pada v. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 5 / 26

Definisi POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a b dan a b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b a berarti a b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 6 / 26

Definisi POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a b dan a b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b a berarti a b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 6 / 26

Definisi POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a b dan a b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b a berarti a b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 6 / 26

Definisi POSET Suatu himpunan A bersama-sama dengan relasi urutan parsial R tertentu pada A disebut himpunan terurut parsial atau Partially Ordered Set (POSET), yang dinyatakan sebagai (A, R) atau (A, ). Perhatikan notasi-notasi berikut: a < b berarti a b dan a b (dibaca: a murni mendahului atau murni membawahi b) b a berarti a b (dibaca: b mengikuti atau mengatasi a) b > a berarti a < b (dibaca: b murni mengikuti atau murni mengatasi a) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 6 / 26

Komparabel dan Urutan Invers Dua anggota a dan b dari POSET dikatakan tidak komparabel jika a b dan b a, yaitu jika tidak ada elemen yan mendahului elemen lainnya. Jika relasi R pada himpunan A mendefinisikan urutan parsial (refleksif, antisimetris dan transitif) maka relasi invers R 1 juga mendefinisikan urutan parsial di A, dan disebut urutan invers. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 7 / 26

Komparabel dan Urutan Invers Dua anggota a dan b dari POSET dikatakan tidak komparabel jika a b dan b a, yaitu jika tidak ada elemen yan mendahului elemen lainnya. Jika relasi R pada himpunan A mendefinisikan urutan parsial (refleksif, antisimetris dan transitif) maka relasi invers R 1 juga mendefinisikan urutan parsial di A, dan disebut urutan invers. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 7 / 26

Himpunan Terurut Total Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 8 / 26

Definisi Urutan total pada himpunan A adalah urutan parsial di A dengan tambahan sifat trikotomi sebagai berikut: a < b, a = b, atau a > b untuk setiap anggota a, b A. Himpunan A bersama-sama dengan urutan total tertentu di A disebut himpunan terurut total atau totally ordered set (TOSET) Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 9 / 26

Contoh Misal R himpunan bilangan riil (dengan urutan asal), maka setiap dua elemen dalam R selalu komparabel, maka urutan parsial pada R merupakan urutan total. Misal M = {1, 2, 3, 4, 5} dan didefinisikan relasi R sebagai kelipatan dari, maka R merupakan urutan parsial, tetapi bukan urutan total, sebab 3 bukan kelipatan 2, 5 bukan kelipatan 3. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 10 / 26

Contoh Misal R himpunan bilangan riil (dengan urutan asal), maka setiap dua elemen dalam R selalu komparabel, maka urutan parsial pada R merupakan urutan total. Misal M = {1, 2, 3, 4, 5} dan didefinisikan relasi R sebagai kelipatan dari, maka R merupakan urutan parsial, tetapi bukan urutan total, sebab 3 bukan kelipatan 2, 5 bukan kelipatan 3. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 10 / 26

Himpunan Bagian dari Himpunan Terurut Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 11 / 26

Definisi Jika relasi R mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, dan B subset pada A, maka urutan parsial R di A akan menginduksi urutan parsial R pada B secara alamiah: Untuk a, b B, (a, b) R atau a b berlaku di B jika hanya jika (a, b) R atau a b juga berlaku di A. Himpunan terurut (B, R ) disebut himpunan bagian (urutan parsial) dari himpunan terurut (A, R). Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 12 / 26

Definisi Jika relasi R mendefinisikan suatu urutan parsial pada A, dan B subset pada A, maka urutan parsial R di A akan menginduksi urutan parsial R pada B secara alamiah: Untuk a, b B, (a, b) R atau a b berlaku di B jika hanya jika (a, b) R atau a b juga berlaku di A. Himpunan terurut (B, R ) disebut himpunan bagian (urutan parsial) dari himpunan terurut (A, R). Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 12 / 26

Contoh Jika V = {A, B, C, D, E} mempunyai urutan seperti diagram berikut: Tentukan subset-subset dari V. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 13 / 26

Himpunan Bagian Terurut Total Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 14 / 26

Totally Ordered Subset Misal A himpunan terurut parsial, maka urutan parsial pada A akan menginduksi urutan parsial pada subset-subsetnya, dan beberapa subset dapat memiliki urutan total. Subset-subset {b, a, c}, {e, a, c}, dan {e, d, c} merupakan himpunan bagian terurut total. Subset-subset {b, a, e}, {a, c, d}, dan {a, e, d} bukan merupakan himpunan bagian terurut total. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 15 / 26

Totally Ordered Subset Misal A himpunan terurut parsial, maka urutan parsial pada A akan menginduksi urutan parsial pada subset-subsetnya, dan beberapa subset dapat memiliki urutan total. Subset-subset {b, a, c}, {e, a, c}, dan {e, d, c} merupakan himpunan bagian terurut total. Subset-subset {b, a, e}, {a, c, d}, dan {a, e, d} bukan merupakan himpunan bagian terurut total. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 15 / 26

Elemen Awal dan Elemen Akhir Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 16 / 26

Elemen Awal dan Elemen Akhir Misal A adalah himpunan terurut. Elemen a A disebut elemen awal dari A jika dan hanya jika a mendahului setiap elemen dari A. Elemen b A disebut elemen akhir dari A jika dan hanya jika b mengatasi setiap elemen dari A. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 17 / 26

Elemen Awal dan Elemen Akhir Misal A adalah himpunan terurut. Elemen a A disebut elemen awal dari A jika dan hanya jika a mendahului setiap elemen dari A. Elemen b A disebut elemen akhir dari A jika dan hanya jika b mengatasi setiap elemen dari A. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 17 / 26

Contoh Pada himpunan terurut berikut: tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi subset pada himpunan 2 A, maka (2 A, R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2 A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x R 0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai, maka (W, R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 18 / 26

Contoh Pada himpunan terurut berikut: tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi subset pada himpunan 2 A, maka (2 A, R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2 A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x R 0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai, maka (W, R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 18 / 26

Contoh Pada himpunan terurut berikut: tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi subset pada himpunan 2 A, maka (2 A, R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2 A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x R 0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai, maka (W, R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 18 / 26

Contoh Pada himpunan terurut berikut: tidak memiliki elemen awal, tetapi memiliki elemen akhir yaitu c. Himpunan bilangan asli memiliki elemen awal, yakni 1, tetapi tidak memiliki elemen akhir. Jika R merupakan relasi subset pada himpunan 2 A, maka (2 A, R) merupakan POSET dan bukan TOSET. Elemen awal dari 2 A adalah π dan elemen akhirnya adalah A. Jika W = {x R 0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai, maka (W, R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki elemen awal dan elemen akhir. Mengapa? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 18 / 26

Elemen Maksi dan Elemen Mini Misal A merupakan suatu himpunan terurut. Suatu elemen a A disebut elemen maksi jika tidak ada elemen A yang murni mengikuti a. Suatu elemen b A disebut elemen mini jika tidak ada elemen A yang murni mendahului b. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 19 / 26

Elemen Maksi dan Elemen Mini Misal A merupakan suatu himpunan terurut. Suatu elemen a A disebut elemen maksi jika tidak ada elemen A yang murni mengikuti a. Suatu elemen b A disebut elemen mini jika tidak ada elemen A yang murni mendahului b. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 19 / 26

Contoh Pada himpunan terurut berikut: Elemen maksi adalah c dan elemen mini adalah b dan e. Jika W = {x R 0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai, maka (W, R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki baik elemen maksi maupun elemen mini. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 20 / 26

Contoh Pada himpunan terurut berikut: Elemen maksi adalah c dan elemen mini adalah b dan e. Jika W = {x R 0 < x < 1} dan relasi R didefinisikan sebagai, maka (W, R) merupakan TOSET, tetapi W tidak memiliki baik elemen maksi maupun elemen mini. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 20 / 26

Batas Atas dan Batas Bawah Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x B, b x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x B, x a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(b). Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 21 / 26

Batas Atas dan Batas Bawah Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x B, b x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x B, x a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(b). Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 21 / 26

Batas Atas dan Batas Bawah Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x B, b x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x B, x a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(b). Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 21 / 26

Batas Atas dan Batas Bawah Misal B adalah subset dari suatu himpunan terurut parsial A. Suatu elemen b A disebut batas bawah dari B jika untuk setiap x B, b x, yaitu b membawahi setiap elemen B. Jika suatu batas bawah dari B mengatasi setiap batas bawah yang lain dari B, maka batas bawah itu disebut batas bawah terbesar atau infrimum dari B dan dinotasikan dengan inf (B). Suatu elemen a A disebut batas atas dari B jika untuk setiap x B, x a, yaitu a mengatasi setiap elemen B. Jika suatu batas atas dari B mengatasi setiap batas atas yang lain dari B, maka batas atas itu disebut batas atas terkecil atau suprimum dari B dan dinotasikan dengan sup(b). Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 21 / 26

Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f, g} merupakan himpunan terurut dengan diagram: Jika W = {b, c, e} maka 1 batas atas dari W adalah c, a dan d. 2 batas atas terkecil (sup(w )) = c 3 batas bawah dari W adalah g 4 batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 22 / 26

Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f, g} merupakan himpunan terurut dengan diagram: Jika W = {b, c, e} maka 1 batas atas dari W adalah c, a dan d. 2 batas atas terkecil (sup(w )) = c 3 batas bawah dari W adalah g 4 batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 22 / 26

Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f, g} merupakan himpunan terurut dengan diagram: Jika W = {b, c, e} maka 1 batas atas dari W adalah c, a dan d. 2 batas atas terkecil (sup(w )) = c 3 batas bawah dari W adalah g 4 batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 22 / 26

Contoh Misal V = {a, b, c, d, e, f, g} merupakan himpunan terurut dengan diagram: Jika W = {b, c, e} maka 1 batas atas dari W adalah c, a dan d. 2 batas atas terkecil (sup(w )) = c 3 batas bawah dari W adalah g 4 batas bawah terbesar dari W (inf (W )) = g. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 22 / 26

Himpunan yang Similar Suatu himpunan terurut A dikatakan similar dengan himpunan terurut B dan dinyatakan A = B jika dan hanya jika ada fungsi f : A B yang satu-satu dan onto, serta untuk setiap a 1, a 2 A berlaku a 1 < a 2 f (a) < f (b) Pemetaan f disebut pemetaan similar dari A ke B. Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 23 / 26

Contoh Misal A = {1, 2, 5, 10} adalah himpunan terurut dengan relasi faktor dari dan B = {t, u, v, w} juga himpunan terurut dengan diagram sebagai berikut: maka A dan B merupakan dua himpunan yang similar karena terdapat fungsi f : A B dimana f = {(1, v), (2, u), (5, w), (10, t)} Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 24 / 26

Contoh Diketahui A = {1, 2, 3,...} dan N = { 1, 2, 3,...} merupakan himpunan terurut dengan urutan alamiah x y. Kita perhatikan bahwa 1 2 tetapi 1 2 dan tidak ada elemen awal dari N, sehingga tidak terdapat fungsi similar f. Jadi A tidak similar dengan N. Bagaimana jika A adalah himpunan dari 10 elemen pertama A dan N adalah himpunan dari 10 elemen pertama N? Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 25 / 26

Terima kasih Selamat belajar dan sukses Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Poset Jember, 2015 26 / 26