Rico Daniel Sumendap Steenie E. Wallah, M. J. Paransa Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI TEKNIK STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG (STUDI KASUS: JEMBATAN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK)

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

PERHITUNGAN PILECAP JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI

CONTOH CARA PERHITUNGAN JEMBATAN RANGKA BATANG

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

ANALISIS BEBAN JEMBATAN

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, yaitu konstruksi struktur atas dan struktur bawah jembatan. Bagianbagian

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

BAB III LANDASAN TEORI

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

OPTIMASI BERAT STRUKTUR RANGKA BATANG PADA JEMBATAN BAJA TERHADAP VARIASI BENTANG. Heavy Optimation Of Truss At Steel Bridge To Length Variation

5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI DESAIN

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Underpass berbentuk kotak Sumber:

Evaluasi Kekuatan Struktur Atas Jembatan Gandong Kabupaten Magetan Dengan Pembebanan BMS 1992

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PERENCANAAN PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG JALAN RAPAK MAHANG DI DESA SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR GAMBAR...

TUBAGUS KAMALUDIN DOSEN PEMBIMBING : Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D. Dr. Ir. Hidayat Soegihardjo, M.S.

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

STUDI PENGGUNAAN, PERBAIKAN DAN METODE SAMBUNGAN UNTUK JEMBATAN KOMPOSIT MENGGUNAKAN LINK SLAB

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK T

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SUPERMARKET PRASADA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SK SNI T DI KABUPATEN BLITAR.

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

MODUL 5 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

ANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PRATEGANG SEI PULAU RAJA TUGAS AKHIR

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA DUA TUMPUAN BENTANG 120 METER Razi Faisal 1 ) Bambang Soewarto 2 ) M.

PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN RANDUSONGO DI KABUPATEN SLEMAN, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN UNDERPASS JALAN LAKSDA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI PERSIMPANGAN JALAN BABARASARI DAN JALAN LAKSDA ADISUTJIPTO)

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1

Karya Ilmiah Penelitian

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

MODUL 5 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III LANDASAN TEORI

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG DESA TOKO LIMA CALCULATION OF REINFORCED CONCRETE STRUCTURES BRIDGE VILLAGE TOKO LIMA ABSTRACT

DESAIN JEMBATAN BETON BERTULANG ANTARA PULAU BIDADARI DAN PULAU KELOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Kajian Kapasitas Gelagar Beton Bertulang Berdasarkan Sistem Pembebanan BMS 199 dan SNI 005 Rico Daniel Sumendap Steenie E. Wallah, M. J. Paransa Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email : rico_d_sumendap@yahoo.com ABSTRAK Dalam membangun suatu jembatan harus direncanakan untuk mampu memikul beban baik beban hidup maupun beban mati.guna menyeragamkan pengambilan nilai beban maka muncul beberapa metode pembebanan. Dalam skripsi ini diambil metode pembebanan Bridge Management System (BMS 199) dan SNI T-0-005 sebagai objek penelitian.untuk mengetahui besarnya perbedaan beban dari kedua metode pembebanan ini, hal tersebut kemudian ditinjau terhadap struktur bangunan atas jembatan yang menggunakan beton bertulang dengan bentang 8m sampai 30m. Perbedaan momen yang dihasilkan oleh kedua metode pembebanan ini kemudian dihubungkan terhadap perencanaan tulangan lentur gelagar yang menggunakan mutu beton (fc ) 30MPa, mutu baja (fsy) 40Mpa dan dimensi gelagar tertentu. Selain untuk mengetahui besarnya perbedaan dari kedua metode pembebanan ini, dalam skripsi ini juga merencanakan tulangan diafragma, plat lantai, dan gelagar jembatan pada bentang L = 8m, L = 1m, L = 16m, L = 0m, serta menghitunga kapasitas dari masing-masing dimensi gelagar terhadap bentang jembatan yang dihitung berdasarkan metode pembebanan SNI 005 dan BMS 199. Adapun dimensi gelagar yang digunakan adalah b = 40cm, b = 45cm, b = 50cm, b = 60cm, b = 70cm, b = 80cm dengan perbandingan tinggi gelagar terhadap lebar gelagar adalah 3/. Hasil menunjukkan momen yang dihitung dengan metode pembebanan SNI 005 lebih besar dari BMS 199 yaitu 0.37% sampai 0.54%. Dalam perhitungan kapasitas gelagar perbedaan ini sangat kecil pengaruhnya bahkan pada kondisi tertentu tidak berarti. Kata kunci : BMS 199, SNI 005, kapasitas gelagar PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Jembatan merupakan suatu bangunan sipil yang berfungsi untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Setiap jembatan harus direncanakan untuk mampu memikul beban baik yang timbul akibat kendaraan maupun manusia serta pengaruh dari kondisi alam sekitar. Metode pembebanan yang dijadikan obyek penelitian adalah metode pembebanan Bridge Management System 199 dan SNI T-0-005.Kedua metode pembebanan ini merupakan metode pembebanan yang terbaru.metode pembebanan SNI 005 merupakan hasil kajian dari metode pembebanan BMS 199.Hasil kajian dari SNI 005 terhadap BMS 199 salah satunya adalah tentang beban hidup jembatan. BMS 199 menetetapkan faktor beban untuk beban hidup sebesar.0 dan SNI 005 sebesar 1.8. Pada beban terbagi rata lajur D dengan bentang jembatan 30m, SNI 005 menetapkan nilai beban sebesar 9 KPa dan BMS 199 sebesar 8 KPa. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode pembebanan SNI 005 menaikkan faktor beban namun menurunkan nilai dari beban hidup.tidak ada penjelasan secara rinci dari SNI 005 mengapa menaikkan beban tetapi menurunkan faktor beban.penulis tertarik untuk mengetahui besarnya perbedaan beban dari kedua metode pembebanan tersebut, serta pengaruhnya terhadap perencanaan tulangan dari struktur bangunan atas jembatan. Dalam perencanaan tulangan khususnya gelagar beton bertulang, selain gelagar harus direncanakan untuk mampu memikul beban yang ada, namun harus juga mempertimbangkan daktilitas dari gelagar tersebut.dimensi balok yang kecil membutuhkan rasio tulangan yang besar agar bisa memikul beban namun semakin besar rasio tulangan yang dipasang membuat gelagar semakin berada pada kondisi daktail.dimensi balok yang besar membutuhkan rasio tulangan yang kecil untuk memikul beban namun semakin kecil rasio tulangan yang dipasang membuat gelagar berada pada kondisi daktail juga.hal ini membuat perhitungan gelagar menjadi kompleks dan rumit. Oleh karena itulah, selain penulis ingin mengetahui besarnya perbedaan dari hasil kajian SNI 005 terhadap BMS 199, penulis juga ingin mengetahui kapasitas dari beberapa dimensi penampang gelagar beton bertulang terhadap perubahan panjang bentang jembatan. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 19

1. Mengetahui perbedaan beban antara SNI 005 dengan BMS 199 akibat dari hasil kajian SNI 005 terhadap BMS 199.. Membandingkan hasil momen maksimum BMS 199 terhadap SNI 005. 3. Mengetahui besarnya pengaruh dari perbedaan beban BMS 199 dan SNI 005 terhadap perencanaan tulangan lentur gelagar jembatan. 4. Mengetahui kapasitas dari masing-masing dimensi gelagar yang dipilih terhadap perubahan bentang jembatan. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu : 1. Menjadi bahan referensi pembelajaran dalam perencanaan gelagar jembatan dan balok beton bertulang.. Memberikan informasi tentang besarnya perbedaan beban antara BMS 199 dan SNI 005 serta pengaruhnya terhadap penulangan jembatan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan metode pembebanan jembatan. 3. Memudahkan perencana dalam pemilihan dimensi gelagar pada setiap bentang jembatan beton betulang yang terletak diatas dua perletakkan sederhana. LANDASAN TEORI Struktur Bangunan Atas Jembatan Pada umumnya struktur bangunan atas jembatan terdiri dari : 1. Sandaran dan tiang sandaran. Trotoar 3. Gelagar 4. Slab atau plat lantai kendaraan yang diatasnya terdapat lapis perkerasan jalan 5. Balok diafragma / balok melintang 6. Perletakkan (rol dan sendi) 5 Beban -.0 Tidak Ada Pejalan Kaki Sumber :Bridge Management System 199 Berat Sendiri : Tabel. Berat Volume Material BMS 199 Sumber :Bridge Management System 199 Beban Lajur D : a. Beban Terbagi Rata b. Beban Terpusat P = 44.0 kn/m Dimana, P adalah beban garis dengan satuan kn/m. ada beban lalu lintas yang merupakan suatu beban terpusat seperti beban garis (KEL) lajur D dan beban truk T berlaku suatu faktor yang muncul akibat dari kejut yaitu Faktor Beban Dinamik (DLA). Tabel 3. Faktor Beban Dinamis BMS 199 Pembebanan Jembatan Menurut BMS 199 Faktor Beban No. Tabel 1. Faktor Beban BMS 199 Jenis Beban 1 Berat Sendiri Faktor Beban Keadaan Batas Deskripsi atau Keterangan Biasa (Max) Terkurangi (Min) Baja, aluminium 1.1 0.9 Sumber :Bridge Management System 199 Beban Truk T Beton Pracetak 1. 0.9 Beton cor ditempat 1.3 0.8 Kayu 1.4 0.7 3 Beban Lajur "D" Beban Truk "T" -.0 Tidak Ada -.0 Tidak Ada 4 Gaya Rem.0 Tidak Ada Gambar 1. Beban Truk BMS 199 Sumber :Bridge Management System 199 TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 0

Beban Pedestrian Beban Truk T Tabel 4. Beban Pedestrian BMS 199 Sumber :Bridge Management System 199 Pembebanan Jembatan Menurut SNI 005 Berat sendiri SNI 005 sama dengan berat sendiri BMS 199. Beban Lajur D : a. Beban Terbagi Rata Faktor Beban 1.8 Beban Pedestrian Gambar 4. Beban Truk SNI 005 Sumber : SNI T-0-005 Gambar 5. Beban Pejalan Kaki SNI 005 Sumber :SNI T-0-005 Gambar. Grafik Beban UDL SNI 005 Sumber : SNI T-0-005 b. Beban Terpusat : P = 49.0 kn/m Tabel 5. Faktor Beban Dinamis SNI 005 Gambar 3. Faktor Beban Dinamis SNI 005 Sumber : SNI T-0-005 Tipe Keruntuhan Balok Balok beton bertulang akan mengalami 3 tipe keruntuhan yaitu : Keruntuhan Seimbang (Balancedreinforcedment) Suatu penampang dikatakan bertulangan seimbang (balance) apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral pada posisi di mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja tarik dan regangan tekan beton maksimum 0,003. Dalam hal ini baja dan beton mengalami leleh secara bersamaan. Keruntuhan Tekan (Overreinforced) Bila penampang balok mengandung jumlah tulangan tarik lebih banyak dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang balok dikatakan bertulangan lebih (overreinforced). Berlebihnya tulangan mengakibatkan garis netral bergeser ke bawah, beton mencapai regangan maksimum 0,003 sebelum baja tarik mencapai luluh Bila dibebani lebih besar lagi struktur akan mengalami kehancuran tiba-tiba (hancur getas) yaitu beton hancur sebelum baja leleh. Keruntuhan Tarik (Underreinforced) Bila suatu penampang mengandung jumlah tulangan tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang disebut bertulangan kurang (underreinforced). TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 1

Letak garis netral naik sedikit dibandingkan kondisi seimbang, baja tarik mencapai regangan luluh sebelum beton mencapai regangan 0,003. Perencanaan Tulangan Gelagar h Gambar 6. Diagram Tegangan Regangan Balok Pada kondisi seimbang yaitu Cc + Cs = T K u * M R K bd u = 0.003 sc fsc Asc K A ud fsc sc A st b d st 1 Ast A 0.85 bd sc 0.85f c Regangan Tegangan Modifikasi Tegangan fsy 1 f ' c (1) Asc d sc 0.85 f ' c Ku 1 0.5K u f sy bd d () c 1 Dimana, Ku = 0.4 A f ' c 0.34 bd f A sy st 1 METODE PENELITIAN fst sc 0.85f c fst γk ud bd (3) C s C c Zc T Gaya d sc Zs dc A Tabel dan Grafik Hubungan Antara Luas Tulangan Perlu Terhadap Bentang Jembatan Menentukan Kapasitas Dari Tiap Dimensi Gelagar Terpilih Perencanaan Tulangan Lentur Gelagar Pada Bentang Terpilih Perencanaan Tulangan Lentur Diafragma dan Plat Jembatan Gambar Rencana Kesimpulan Saran SELESAI Gambar 7. Bagan Alir Penelitian Tabel 5. Tipikal Jembatan Rencana TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015

HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Antara BMS 199 dan SNI 005 Terhadap Beban Lajur D a. Beban Terbagi Rata (UDL) Tabel 6. Hubungan Beban UDL BMS 199 dan SNI 005 Gambar 9. Grafik Momen KEL BMS 199 dan SNI 005 Dari perhitungan momen KEL diatas, momen dari pembebanan SNI 005 lebih besar 0.3% dari BMS 199.Jika dibuat kedalam bentuk grafik, garis momen kedua metode pembebanan tersebut adalah saling berhimpit. Tabel 8. Hubungan Beban Lajur D BMS 199 dan SNI 005 Gambar 8. Grafik Momen UDL BMS 199 dan SNI 005 Dari perhitungan momen UDL diatas, momen dari pembebanan SNI 005 lebih besar 1.5% dari BMS 199. b. Beban Terpusat (KEL) Tabel 7. Hubungan Beban KEL BMS 199 dan SNI 005 Gambar 10. Grafik Momen Beban Lajur D BMS 199 dan SNI 005 TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 3

Hubungan Antara BMS 199 dan SNI 005 Terhadap Beban Truk T Tabel 9. Hubungan Beban Truk T BMS 199 dan SNI 005 Gambar 11. Grafik Momen Beban Pejalan Kaki BMS 199 dan SNI 005 Kombinasi Pembebanan Untuk Gelagar Seluruh perhitungan momen dibuat menjadi sebuah persamaan umum dengan variabel yang divariasikan adalah panjang bentang (L) jembatan dan lebar gelagar (b). a. Gelagar Tengah BMS 199 : M ud 6.094L b 6.888L 61.463L 0.303 (4) SNI 005 : M ud 6.094L b 6.938L 61.603L 0.303 (5) Tabel 10. Momen Rencana Gelagar Tengah Gambar 10. Grafik Momen Beban Truk T BMS 199 dan SNI 005 Selisih momen akibat beban truk antara SNI 005 dengan BMS 199 adalah sebesar 16.5 kn-m. Hubungan Antara BMS 199 dan SNI 005 Terhadap Beban Pejalan Kaki Tabel 9. Hubungan Beban Pejalan Kaki BMS 199 dan SNI 005 Dari perhitungan momen rencana untuk gelagar tengah yang ditinjau dari bentang 8m sampai 30m, momen dari pembebanan SNI 005 naik sebesar 4.30kN-m sampai 49.00kN-m atau 0.37% sampai 0.54%. TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 4

b. Gelagar Tepi BMS 199 : M ud 6.094L b 6.483L 11.868L 6.918 (6) SNI 005 : M ud 6.094L b 6.401L 10.667L 56.596 (7) Tabel 11. Momen Rencana Gelagar Tengah Penulangan Gelagar Jembatan Karena beban dari gelagar tengah lebih besar dari gelagar tepi maka dimensi gelagar tepi dibuat seragam dengan gelagar tengah. Berikut ini adalah kapasitas dari tiap dimensi gelagar yang dibatasi dengan Asc/bd minmum = 0.0035 dan Ast/bd maksimum = 0.0634 terhadap bentang jembatan yang dihitung berdasarkan pembebanan BMS 199 dan SNI 005 serta menggunakan mutu beton (fc ) 30 MPa dan mutu baja (fsy) 40 MPa. Kapasitas Gelagar Terhadap Bentang Jembatan Tabel 1. Rasio Tulangan b = 50cm BMS 199 Dari perhitungan momen rencana untuk gelagar tepi yang ditinjau dari bentang 8m sampai 30m, momen dari pembebanan SNI 005 turun sebesar 5.654kN-m sampai 63.008-m atau 0.66% sampai 1.1%. Momen yang bekerja pada gelagar tepi lebih kecil dari gelagar tengah oleh karena itu momen pada gelagar tengah digunkan sebagai momen rencanan dalam perencanaan tulangan gelagar. Kombinasi Beban Diafragma BMS 199 : Momen Tumpuan = 73.341 kn-m Momen Lapangan = 69.171 kn-m SNI 005 : Momen Tumpuan = 76.860 kn-m Momen Lapangan = 71.337 kn-m Gambar 1. Grafik Rasio Tulangan b = 50cm beban BMS 199 Tabel 1. Rasio Tulangan b = 50cm SNI 005 Pembebanan Plat Lantai Kendaraan BMS 199 Momen Arah X = 46.040 kn-m Momen Arah Y = 8.168 kn-m SNI 005 Momen Arah X = 46.573 kn-m Momen Arah Y = 8.468 kn-m TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 5

Tabel 16. Perbandingan Luas Tulangan Perlu b=70cm Gambar 13. Grafik Kapasitas Penampang beban BMS199 Tabel 16. Perbandingan Luas Tulangan Perlu b=80cm Gambar 14. Grafik Kapasitas Penampang beban SNI 005 Perbandingan Luas Tulangan Perlu Tabel 13. Perbandingan Luas Tulangan Perlu b=40cm Tabel 13. Perbandingan Luas Tulangan Perlu b=45cm Tabel 14. Perbandingan Luas Tulangan Perlu b=50cm Berdasarkan dimensi gelagar yang diteliti, akibat dari kajian pembebanan SNI 005 terhadap BMS 199 luas tulangan tekan (Asc) naik sebesar 0.79% sampai 4.0% dan luas tulangan tarik (Ast) 0.% sampai 0.5%. Perencanaan Tulangan Lentur Gelagar Pada Tiap Variasi Bentang Berikut ini adalah hasil dari perencanaan tulangan lentur gelagar pada bentang 8m, 1m, 16m, dan 0m yang menggunakan diameter tulangan 5mm. Tabel 17. Hasil Perhitungan Tulangan Lentur Gelagar Beban BMS 199 Tabel 15. Perbandingan Luas Tulangan Perlu b=60cm Tabel 18. Hasil Perhitungan Tulangan Lentur Gelagar Beban SNI 005 TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 6

Dari kedua tabel diatas, pada bentang 16 m dan 0 m dimensi gelagar dan tulangan yang dihitung berdasarkan beban BMS 199 dan SNI 005 adalah sama atau pada kondisi ini perbedaan dari kedua metode pembebanan tersebut tidak berarti. Perencanaan Tulangan Lentur Plat dan Diafragma Tabel 19. Hasil Perhitungan Tulangan Lentur Diafragma Beban BMS 199 Tabel. Standar Beban Lalu Lintas SNI 005 dan BMS 199 Beban Lajur "D" Faktor Beban Beban UDL KEL Truk (kn) (Kpa) (kn/m) BMS 199.0 8.0 44.0 450 SNI 005 1.8 9.0 49.0 500 c. Kapasitas dari dimensi penampang gelagar adalah sebagai berikut : Tabel 3. Kapasitas Gelagar b (cm) BMS 199 SNI 005 40 8m 8m 45 8-11m 8-11m 50 9m 13m 9m 13m 60 13m 18m 13m 18m Tabel 0. Hasil Perhitungan Tulangan Lentur Diafragma Beban SNI 005 Tabel 1. Hasil Perhitungan Plat Jembatan Beban ARAH BMS 199 SNI 005 X f1 60 mm f1 60 mm Y f1 100 mm f1 100 mm PENUTUP Simpulan a. Beban mati yang diberikan dari kedua sistem pembebanan ini adalah sama yaitu, berat isi beton bertulang, γ c= 5 kn/m 3. Begitupun juga dengan faktor beban mati yang diberikan oleh kedua sistem pembebanan ini adalah sama yaitu sebesar K u ms = 1.30 b. Beban Lalu Lintas SNI 005 menaikkan beban lalu lintas dan menurunkan faktor beban, sehingga berdasarkan perhitungan matematis momen dari metode pembebanan SNI 005 untuk Uniformly Distributed Load (UDL) naik sebesar 1.5%, Knife Edge Load (KEL) naik sebesar 0.7%, dan beban truk T naik sebesar 16.50kN dengan kondisi truk berada ditengah bentang dan jarak antara roda sama yaitu sebesar 5m. 70 17m 3m 17m 3m 80 1m 8m 1m 8m Pada perhitungan perencanaan tulangan gelagar luas tulangan tekan (Asc) naik sebesar 0.79% sampai 4.0% dan luas tulangan tarik (Ast) 0.% sampai 0.5%. Pada bentang 16m dan 0m dimensi gelagar dan tulangan yang dihasilkan berdasarkan pembebanan BMS 199 dan SNI 005 adalah sama, hal ini disebabkan karena luas tulangan perlu yang dihitung dengan kedua metode pembebanan ini berada pada range luas tulangan yang sama. d. Berdasarkan perhitungan pembebanan dalam hal ini bangunan atas jembatan, momen dari SNI 005 naik 0.37% sampai 0.54% dan dalam perhitungan tulangan perbedaan ini sangat kecil pengaruhnya bahkan pada kondisi tertentu tidak berarti. Saran a. Penelitian ini perlu dilanjutkan terhadap bangunan bawah jembatan yaitu dalam perencanaan abutmen dan pondasi jembatan untuk mengetahui lebih lagi tentang perbedaan beban yang terjadi dari kedua metode pembebanan ini serta pengaruhnya terhadap perencanaan struktur bangunan bawah jembatan. b. Penelitian ini juga perlu dilanjutkan dengan menggunkan dimensi penampang yang lain, bentang jembatan yang lain, mutu material yang lain, dan tipikal jembatan yang lain. TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 7

DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional, 005.Standar Pembebanan Untuk Jembatan, Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Marga, 199. Bridge Management System, Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Marga, 014. Perencanaan Bangunan Atas Jembatan, Ambon. Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Jakarta. Hal 00-03 Vis, W.C. dan Kusuma Gideon, 1971. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, Erlangga,Jakarta. TEKNO Vol.13/No.64/Desember 015 8