Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

KAJIAN ANGGARAN PENDIDIKAN. Oleh: KANTOR STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

RAKOR UN & UJIAN SEKOLAH 2017

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

BAB IV GAMBARAN UMUM

Program Kerja 2017 Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

jayapurakota.bps.go.id

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

Tabel 2 Ketimpangangan hasil pembangunan pendidikan antar wilayah masih belum terselesaikan

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Batasan Masalah 6. C. Rumusan Masalah 7. D. Luaran Penelitian 7. E. Kerangka Pikir Penelitian 8

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

TANTANGAN AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH 1

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

STRATEGI AKSELERASI PENCAPAIAN IPM BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

STRATEGI MEWUJUDKAN GENERASI EMAS BANGSA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Transkripsi:

Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF) Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Lampung Strategi Pembangunan Pendidikan di Provinsi Lampung dalam rangka Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pendidikan adalah jiwa sebuah masyarakat karena pendidikan melewati satu generasi ke generasi lainnya ~ Gilbert Keith Chesterton: 1874-1936 Kita tidak selalu bisa membangun masa depan bagi generasi muda, tapi kita bisa membangun generasi muda untuk masa depan ( Franklin D Roosevelt) Abstrak Pendidikan bagaikan sebuah fondasi dalam suatu bangunan, makin kokoh fondasinya makin kuat bangunan tersebut berdiri. Sebagai sebuah fondasi, pendidikan merupakan elemen dasar yang sejak awal perlu dipersiapkan dengan baik karena merupakan investasi pembangunan jangka panjang. Dengan merencanakan kebijakan pendidikan yang baik berarti telah merencanakan masa depan manusia yang baik dan antisipatif terhadap segala bentuk perubahan. Pembangunan manusia (Human Development) di seluruh dunia, termasuk Indonesia, diukur melalui 3 aspek utama, yaitu: Pendidikan, Kesehatan dan Pengeluaran per Kapita. Nilai dari ketercapaian pembangunan manusia ditampilkan dalam bentuk indeks (skor tertentu dengan makna tertentu) yang disebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Aspek dan indikator dari pembangunan manusia ini ditentukan oleh PBB melalui UNDP, sedangkan di Indonesia potret dari IPM di dapat dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS. Dimensi pendidikan ditopang oleh 2 pilar utama yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Sebagai sebuah metode baru, baik HLS dan RLS, mencerminkan berapa banyak penduduk usia produktif yang bersekolah dan dapat memperlihatkan tingkat pendidikan tertinggi penduduk suatu daerah. Page 1

Perbedaan antara HLS dan RLS dipengaruhi oleh usia penduduk yang menjadi sasarannya, jika HLS merefleksikan penduduk yang berusia 7 24 tahun (rentang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi) maka RLS dipengaruhi oleh penduduk dewasa berusia 25 tahun ke atas. Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung (2016), capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung pada tahun 2015 adalah sebesar 66,95, masih di bawah rata-rata nasional yang telah mencapai 69,55. Harapan Lama Sekolah (HLS) di Lampung pada tahun 2015 sebesar 12,25 tahun, ini berarti harapan seorang anak untuk bersekolah di Lampung baru mencapai tingkat SLTA. Angka HLS Lampung ini hanya sedikit di bawah ratarata nasional yang mencapai 12,55 tahun. DI Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar meiliki HLS tertinggi dibanding provinsi lainnya yaitu mencapai 15,03 tahun. Sedangkan Papua memiliki HLS terendah dengan angka 9,95 tahun atau baru mencapai tingkat 1 SLTA. Sementara itu indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Lampung pada tahun 2015 baru mencapai 7,56 tahun atau setingkat kelas 1 SMP. Ini berarti rat-rata lama sekolah penduduk Lampung usia 25 tahun ke atas masih cukup jauh dibandingnkan target wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan sejak tahun 1994. Secara nasional RLS baru mencapai 7,73 tahun atau sedikit di atas RLS Lampung. DKI Jakarta memiliki RLS tertinggi yaitu mencapai 10,70 tahun, sedangkan Papua masih menjadi Provinsi dengan capaian terendah yaitu 5,99 tahun. Dalam pelaksanaan kebijakan peningkatan IPM bidang pendidikan Provinsi Lampung yang paling efektif adalah dengan memastikan tidak ada siswa yang putus sekolah, sehingga nilai HLS akan naik serta memperhatikan penduduk produktif usia 25 tahun yang tidak/putus sekolah agar bisa kembali sekolah dan memiliki ijazah sebagai susatu langkah menaikan nilai RLS Provinsi Lampung. Deskripsi Masalah Berdasarkan kondisinya, saat ini IPM Lampung termasuk dalam kategori sedang, namun jika dibandingkan dengan Provinsi lain khususnya se- Sumatera, nampak bahwa capain IPM Lampung berada pada posisi terendah. Sedangkan untuk dimensi pendidikan Provinsi Lampung berada sedikit di atas Provinsi Bangka Belitung. Adanya disparitas dalam pembangunan antar kabupaten/kota juga merupakan tantangan tersendiri bagi pembangunan manusia khususnya di bidang pendidikan. HLS penduduk Metro dan Bandar Lampung pada tahun 2015 sudah mencapai 14,26 dan 13,35 tahun sementara HLS penduduk di Mesuji baru mencapai 10,78 tahun. Page 2

RLS untuk Kota Bandar Lampung dan Metro sudah melebihi wajib belajar 9 tahun (10,87 dan 10,55 tahun), tetapi untuk Kabupaten Mesuji baru mencapai 6,12 tahun. Jika dilihat dari tren peningkatan/kemajuan pencapaian periode 2010-2015, HLS secara ratarata tumbuh sebesar 2,51 persen per tahun sedangkan RLS tumbuh 0,85 persen per tahun. Secara nasional HLS secara rata-rata tumbuh sebesar 2,23 persen per tahun, sedangkan RLS tumbuh sebesar 1,02 persen. Sehingga dapat dilihat rerata pertumbuhan IPM Provinsi Lampung pada dimensi pendidikan masih dibawah rerata nasional. Merujuk beberapa hasil penelitian dan kajian yang pernah dilakukan sebelumnya terdapat beberapa faktor yang secara signifikan memperngaruhi HLS dan RLS, yaitu: 1. Biaya Pendidikan Meskipun saat ini Pemerintah telah mengalokasikan dana BOS (Belanja Operasional Sekolah), BAUSKM (Bantuan Anak Usia Sekolah Keluarga Miskin), maupun pemberian beasiswa, namun sebagian besar masyarakat masih merasakan beratnya kebutuhan untuk memenuhi biaya pendidikan, baik dalam bentuk iuran komite sekolah, pakaian seragam, buku pelajaran, dan lainnya. 2. Kemiskinan Tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung juga berdampak signifikan terhadap tingginya angka putus sekolah. Hal ini menyebabkan anak usia sekolah yang seharusnya duduk dibangku sekolah terpaksa bekerja membantu perekonomian keluarga. 3. Angka Ketergantungan (dependency ratio) Besarnya jumlah anggota keluarga/angka ketergantungan juga mempengaruhi peluang seorang anak untuk dapat meneruskan pendidikannya. 4. Tempat Tinggal (akses) Tidak meratanya lokasi tempat tinggal penduduk khususnya di wilayah yang memiliki aksesibilitas terbatas menyebabkan biaya tinggi untuk transportasi anak untuk sampai ke sekolah. Sebagai pembanding, berdasarkan hasil Susenas BPS tahun 2014 penyebab utama anak tidak bersekolah/putus sekolah adalah: 1) menikah/mengurus rumah tangga (6,42 %), 2) merasa pendidikan cukup (9,09 %), 3) bekerja (11,97 %) dan 4) tidak ada biaya (50,15 %). Page 3

1. Kondisi Siswa Berdasarkan data Balitbangnovda tahun 2015 jumlah seluruh siswa di Provinsi Lampung sebanyak 1.647.549 siswa (Sumber: data olahan berdasarkan dapodik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung). Dari jumlah tersebut terdapat 151.173 anak tidak bersekolah, yang terbagi dalam 3 kelompok usia, yaitu: Usia 7 12 tahun sebanyak 18.825 anak, 13 15 tahun sebanyak 34.131 anak dan 16 18 tahun sebanyak 98.217 anak (Basis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40 %, Data TNP2K: 2015). Penyebab utama dari anak tidak bersekolah/putus sekolah menurut hasil Susenas BPS tahun 2014 adalah: 1) menikah/mengurus rumah tangga (6,42 %), 2) merasa pendidikan cukup (9,09 %), bekerja (11,97 %) dan 4) tidak ada biaya (50,15 %). Penyebab utama anak putus sekolah adalah alasan tidak ada biaya, namun di sisi lain persepsi anggaran pendidikan di Provinsi Lampung mengacu pada 20 % dari APBD mau pun APBN. Artinya kemungkinan bahwa proporsi di dalam anggaran 20 % pendidikan tersebut belum menjadikan siswa sebagai sasarannya tetapi ke hal teknis lainnya (gaji/tunjangan PTK, pembangunan USB dan RKB atau pun belanja modal/sarana dan prasarana). Matriks 1.1 Kondisi Siswa Anak Putus Sekolah Usia 7 12 Usia 13 15 Usia 16 18 1. tahun tahun tahun Total 18.825 34.131 98.217 151.173 Sumber: data diolah 2. Kondisi Guru Jumlah seluruh guru semua jenjang di Provinsi Lampung sebesar 141.779 guru (Sumber: Data diolah Balitbangnovda 2016). Dari jumlah tersebut yang berstatus PNS sebesar 66,113 guru sedangkan rata-rata rasio guru-siswa Provinsi Lampung sebesar 11,62. Rasio terbesar ada di Kota Bandar Lampung sebesar 13,78 dan yang terkecil di Kabupaten Lampung Utara sebesar 10,09. Ini menunjukan bahwa jumlah guru yang ada cenderung meningkat tetapi tidak sebanding dengan jumlah siswa yang terdaftar di sekolah. Rasio guru-siswa yang cenderung menurun memang terjadi secara nasional dari tahun 2000 2010, yakni dari angka 22,2 menjadi 16,0 (Sumber: Balitbang Kemdikbud RI) dan hal ini terkait dengan distribusi guru yang lebih banyak di kota dari pada di kabupaten. Masalah lainnya mengenai guru adalah kualitas guru. Berdasarkan data LPMP Provinsi Lampung, Kualitas guru di Provinsi Lampung dari skor 0-100 (rata-rata nasional 56,69), nilainya masih di bawah angka tersebut yaitu sebesar 53,38 (aspek pedagogi dan profesionalisme). Page 4

Matriks 2.1 Kondisi Guru Matriks 3.1 Kondisi Sekolah dan Ruang Kelas Rata-rata Seluruh Guru Guru PNS Rasio Guru- Semua Jenjang Siswa 1. 141.779 66.113 11,62 Rata-rata Jumlah Sekolah Ruang Kelas (RK) Rasio RK- Semua Jenjang Siswa 1. 8.566 62.783 26,24 Nilai UKG Provinsi Lampung Nasional Rata-rata 2. SD SMP SMA SMK Provinsi 56,69 50,02 55,4 60,6 55,7 53,38 Sumber: data diolah Kondisi Ruang Kelas Rusak Rusak Rusak Rusak Baik 2. Ringan Sedang Berat Total 17.128 32.670 4.307 4.914 3.764 Sumber: data diolah Jumlah Total 62.783 RK 3. Kondisi Sarana dan Prasarana Kesimpulan Berdasarkan jumlah sekolah semua jenjang dan status di Provinsi Lampung secara umum cukup yakni sebanyak 8.566 sekolah dengan ruang kelas sebanyak 62,783 (Sumber: Data diolah Balitbangnovda Provinsi Lampung: 2016). Rasio antara siswa-ruang kelas rata-rata Provinsi Lampung sebesar 26,24 yang berarti pada setiap satu kelas berisi 26,24 murid/siswa. Dari semua kabupaten/kota, Kota Bandar Lampung memiliki rasio tertinggi yakni sebesar 36,23 dan Kabupaten Pesisir Barat memiliki rasio terendah sebesar 20,48. Meskipun dari segi kuantitas cukup, namun secara kualitas ruang kelas yang masuk kategori baik hanya sebesar 17.128 RK (27,28 %), sisanya sebanyak 45.655 RK (72,72 %) masuk dalam kategori Rusak Ringan, Rusak Sedang, Rusak Berat dan Rusak Total. 1. Penyebab nilai IPM bidang pendidikan Provinsi Lampung yang rendah sangat dipengaruhi oleh penduduk produktif usia 25 tahun yang tidak bersekolah/ memiliki ijazah. Selama ini tidak dibenahi maka nilai IPM Provinsi Lampung akan tetap rendah; 2. Penggunaan metode angka partisipasi memang bukan suatu tindakan yang salah, namun penggunaan indikator tersebut hanya akan merefleksikan jumlah anak usia sekolah yang bersekolah pada usia 7 18 tahun di wilayah tertentu dan belum memperlihatkan kualitas pendidikan serta tidak mempengaruhi nilai IPM. 3. Penyebab siswa tidak bersekolah/putus sekolah terbesar adalah karena faktor tidak ada biaya (50,15%), Page 5

oleh karena itu proporsi anggaran pendidikan perlu diarahkan untuk membenahi hal tersebut terlebih dahulu dibandingkan menambah Unit Sekolah Baru/ Ruang Kelas Baru (USB/RKB); 4. Konsep pendidikan adalah mencakup 3 aspek Utama, yakni: Akses - Tata Kelola Mutu. Ketiga aspek tersebut terkait dan secara keseluruhan saling mempengaruhi, maka perlunya sinkronisasi data dan sinergisitas para stakeholders yang menangani pendidikan, bukan hanya mengejar target jangka pendek berupa nilai IPM. Rekomendasi Beberapa rekomendasi tentang beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Lampung dalam upaya percepatan pembangunan IPM bidang pendidikan antara lain: 1. Dalam jangka pendek, untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah terutama dengan sasaran penduduk produktif usia 25 tahun, maka menggalakkan kembali pendidikan penyetaraan seperti Paket A, B, dan C menjadi hal yang paling memungkinkan. 2. Program sekolah gratis khususnya bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Pemerintah Provinsi bersama Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya harus memastikan bahwa tidak ada siswa yang putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya. Hal ini bisa dilakukan dengan menggratiskan seluruh biaya sekolah dengan pemberian subsidi dalam bentuk BOSDA ataupun pemberian bantuan bersyarat kepada siswa dari keluarga miskin. 3. Membangun basis data terpadu yang dapat merangkum data pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), siswa maupun sarana dan prasarana pendidikan Provinsi Lampung yang terintegrasi, diperbarui, dan sinergis dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Lampung, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Sehingga dapat dipetakan permasalahan yang ada secara rinci, ketersediaan dan sebaran guru, perkembangan siswa apakah melanjutkan atau putus sekolah, kondisi dan sebaran ruang kelas apakah telah memenuhi kebutuhan, dsb. 4. Secara lokus, strategi yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Provinsi adalah memprioritaskan wilayah yang memiliki HLS dan RLS yang rendah sesuai dengan karakteristik permasalahan di wilayah tersebut. Page 6

5. Dalam jangka panjang juga harus dibangun kelembagaan di tingkat masyarakat yang dapat menjadi early warning system bagi anak-anak yang memiliki potensi untuk putus sekolah dan penduduk usia 25 tahun berupa satuan tugas di masing-masing kabupaten/kota yang melibatkan aparat pemerintah sampai jenjang terbawah (perangkat desa) yang diharapkan bisa memberikan sumbangan besar terhadap peningkatan IPM Provinsi Lampung secara signifikan. Rujukan Data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Data Pokok Pendidikan Provinsi Lampung tahun 2015/2016. Data Pendidikan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung 2014/2015. Policy Brief Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. FGD dengan BPS Provinsi Lampung, Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung, Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Dewan Riset Daerah Provinsi Lampung, Akademisi Universitas Lampung, Akademisi Universitas Bandar Lampung, Unsur Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Lampung. Kepala Balitbangnovda Provinsi Lampung, dto Ir. MULYADI IRSAN, MT Pembina Utama Muda NIP. 19670517 199303 1 011 Page 7