I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,
|
|
- Sonny Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk individu, sosial dan religius sehingga dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Dengan demikian, dalam ruang pembangunan manusia dianggap sebagai objek atau sasaran pembangunan. Sebagai sasaran pembangunan, manusia harus mampu memanfaatkan, mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi guna mewujudkan pembangunan kearah yang lebih maju. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif. Melalui pendidikan seseorang diberikan pengetahuan agar dapat memahami gejala-gejala yang terjadi dan juga diberikan keahlian yang berguna untuk kemajuan manusia. Selain itu, pendidikan juga diarahkan untuk mengarahkan, mendidik, mengembangkan dan menggali potensi dari calon-calon dari generasi penerus bangsa sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan dapat berkembang sesuai tuntutan zaman. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia yang dapat berlangsung dalam ruang lingkup keluarga dan masyarakat. Menurut Redja Mudyahardjo (2001:11)
2 pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan yang telah berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Dari uraian di atas, pendidikan merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan manusia. Untuk itu, selain keluarga dan masyarakat, pemerintah juga dituntut berperan aktif dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang cerdas, yang nantinya akan berguna bagi pembangunan pada masa yang akan datang sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah mengusahakan pelayanan pendidikan secara merata bagi warga masyarakat Indonesia baik itu melalui jenjang pendidikan formal dan non formal. Pelayanan pemerintah mengenai pendidikan secara merata pada jenjang pendidikan formal terlihat dari upaya pemerintah dalam merumuskan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar, yang menetapkan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar dan 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Adapun implementasi dari peraturan pemerintah tersebut adalah telah didirikannya bangunan sekolah dasar berdasarkan Instruksi Presiden (SD
3 INPRES), program bantuan beasiswa, bantuan operasional sekolah, dan juga pengadaan buku-buku sekolah secara gratis. Dalam kenyataannya, program pemerintah untuk mensukseskan pendidikan formal di Indonesia belum dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan, karena sampai saat ini fenomena-fenomena anak yang mengalami putus sekolah atau droup out dari tingkat Sekolah Dasar ke tingkat SLTP masih saja ada. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Selain itu, keadaan krisis ekonomi yang melanda Indonesia selama sepuluh tahun belakangan ini juga ikut berperan penting terhadap terpuruknya sosial ekonomi di dalam keluarga terutama pada keluarga yang keadaan ekonominya di bawah standar karena krisis tersebut berdampak pada pemenuhan kebutuhan anak akan pendidikan, baik itu berupa anggaran biaya pendidikan maupun fasilitas-fasilitas pendukung yang menunjang keberhasilan anak dalam melaksanakan pendidikan seperti makanan yang bergizi dan suasana belajar yang kondusif. Dalam situs di ungkapkan bahwa dari aspek pendidikan 1,8 juta anak SD berusia 7-12 tahun dan 4,8 juta anak usia tahun tidak bersekolah, dan sebanyak 26 juta anak usia SD putus sekolah, selain itu 16 juta anak diatas usia 10 tahun tergolong buta huruf. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2008 Provinsi Lampung, jumlah penduduk Provinsi Lampung adalah jiwa, dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar jiwa dan jumlah penduduk usia tahun sebesar jiwa. Adapun komposisi penduduk menurut jenis usia sekolah dari 11
4 kabupaten yang ada di provinsi Lampung, akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah penduduk dan penduduk usia sekolah provinsi lampung tahun No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk seluruhnya Penduduk usia 7-12 tahun Penduduk usia tahun 1 Bandar Lampung Lampung Selatan Lampung Tengah Lampung Utara Lampung Barat Tulang Bawang Tanggamus Lampung Timur Metro Way Kanan Pesawaran Jumlah Sumber:Rangkuman Data Penduduk Usia Sekolah Tahun 2008(RPdd-04) atau data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Adapun data mengenai anak putus sekolah atau droup out berdasarkan tingkat SD dan Tingkat SLTP menurut Departemen Pendidikan Provinsi Lampung Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
5 Tabel 2. Jumlah Putus Sekolah atau Droup Out Tingkat SD dan SLTP Provinsi Lampung tahun No Kabupaten/Kota Putus Sekolah SD Putus Sekolah SLTP SD MI Jumlah SLTP MTS Jumlah 1 Bandar Lampung Lampung Selatan Lampung Tengah Lampung Utara Lampung Barat Tulang Bawang Tanggamus Lampung Timur Metro Way Kanan Pesawaran Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Berdasarkan kedua tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 11 Kabupaten yang ada di Provinsi Lampung, jumlah penduduk usia sekolah antara usia 7-12 tahun yang harus mengalami droup out sebesar jiwa atau 0,4% dan pada usia tahun sebesar atau 0,8% dari jumlah penduduk usia sekolah pada usia tersebut. Dari persentase tersebut jumlah anak putus sekolah di Provinsi Lampung memang masi cenderung sedikit namun tetap dibutuhkan perhatian yang kompleks dalam menangani permasalahan tersebut. Melihat masih adanya anak yang mengalami putus sekolah atau droup out yang yang kemungkinan disebabkan oleh faktor ekonomi, dan faktor sosial membuat pemerintah menyadari bahwa dunia pendidikan saat ini tidak terlepas dari peranan uang. Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah terutama Departemen Pendidikan Nasional memusatkan perhatiannya pada jenjang pendidikan non formal atau
6 informal, dengan menyelenggarakan program kesetaraan paket A (setara dengan Sekolah Dasar), paket B (setara dengan SLTP), dan paket C (setara dengan SLTA). Program kesetaraan merupakan langkah yang sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan dan program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dimana penyelenggaraan program ini ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah besncana, dan derah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memmadai bahkan juga bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dan calon TKI. Meskipun pemerintah telah memberikan jalan keluar dengan diadakannya program kesetaraan, permasalahan muncul dari sikap orangtua yang kurang memiliki kesadaran untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah padahal mereka merupakan pihak yang paling bertanggungjawab atas perkembangan anak baik fisik maupun psikis. Dari fenomena yang ada, keadaan ekonomilah yang lebih dominan dalam mempengaruhi minimnya tingkat kesadaran orangtua mengenai pemenuhan hak anak dalam memperoleh pendidikan terutama pendidikan formal di sekolah dan juga adanya persepesi negatif orangtua dalam melihat pendidikan. Mereka menganggap pendidikan tidak penting karena banyak kasus yang muncul, dalam memperoleh pekerjaan ternyata seseorang yang tamatan SD mempunyai pekerjaan yang tidak terlalu berbeda dengan yang tamat SMA.
7 Bagi keluarga yang ekonominya di bawah standar, ketika mereka memiliki uang maka mereka akan lebih mendahulukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dibandingkan harus menyekolahkan anaknya karena dalam implementasinya, meskipun program pemerintah telah memihak bagi keluarga miskin, ternyata pendidikan selalu saja berkaitan dengan uang. Ketika sosial ekonomi menjadi faktor utama anak tidak memiliki kesempatan dalam memperoleh pendidikan, maka anak dipandang sebagai faktor produksi yang harus berperan aktif untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga dengan cara masuk angkatan kerja, sebagaiman yang diungkapkan Bellamy dalam Ananta (2004:149) bahwa kekuatan yang paling kuat mendorong anak -anak ke dalam lingkungan pekerjaan yang membahayakan dan melemahkan adalah eksploitasi terhadap kemiskinan. Dengan adanya faktor ini, mau tidak mau anak terpaksa ikut serta bekerja. Salah satu kesempatan untuk menambah penghasilan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, modal, keahlian, dan keterampilan yang terbatas adalah bekerja di sektor informal. Pekerjaan ini tidak hanya dilakukan oleh penduduk usia kerja saja melainkan anak-anak di bawah usia kerja yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan sektor informal yang banyak diminati pekerja anak adalah menjadi pekerja rumah tangga, karena merupakan lapangan pekerjaan yang mudah ditemukan dan tidak membutuhkan persyaratan formal. Banyak orang yang percaya bahwa bekerja sebagai pekerja rumah tangga merupakan jalan yang
8 mudah bagi anak untuk keluar dari kemiskinan. Pekerja anak yang bekerja di sektor rumah tangga disebut pekerja rumah tangga anak (PRTA). Bekerja sebagai pekerja rumah tangga merupakan jenis pekerjaan yang tidak terlalu mudah untuk dikerjakan pada usia anak karena membutuhkan energi yang cukup untuk mengerjakan kegiatannya. Biasanya pekerjaan sehari-hari yang dilakukan PRTA adalah melakukan pekerjan domestik, seperti mencuci, mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah. Kehadiran pekerja rumah tangga anak biasanya direkrut melalui jalur resmi seperti agen dan yayasan atau melalui jalur informal seperti melalui keluarga, kerabat, tetangga dan lain-lain. Eksistensi pekerja rumah tangga anak cukup besar dan tersebar pada hampir seluruh keluarga kelas menengah di Indonesia bahkan cenderung meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan hasil Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Jurnal Perempuan (2005:51), menyatakan bahwa Survei Modul Kependudukan tahun 2001 mencatat bahwa jumlah Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Indonesia mencapai jiwa dan 26,7 persen di antaranya ( jiwa) adal ah pekerja rumah tangga anak. Pada tahun 2003, International Labour Organization (ILO) bekerjasama dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial Fisip UI mengungkapkan bahwa jumlah PRTA mencapai jiwa atau 34,84 persen dari jumlah total jiwa PRT yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun data jumlah pekerja rumah tangga di Sumatera menurut ILO pada tahun 2003 dalam jurnal perempuan yaitu:
9 Tabel 3. Hasil International Labour Organization (ILO) Jumlah PRT di Sumatera Provinsi Jumlah Rumah Tangga Jumlah PRT Persentase PRT terhadap rumah tangga(%) Jumlah PRTA Persentase PRTA terhadap PRT (%) Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Jumlah Sumber: Survei ILO IPEC tahun 2003 Dari data diatas dapat dilihat bahwa Provinsi Lampung termasuk pada urutan pertama di Wilayah Sumatera yang memiliki jumlah pekerja rumah tangga terbanyak, dimana terdapat jiwa pekerja rumah tangga usia dewasa dan jiwa pekerja rumah tangga usia anak. Sungguh miris melihat banyaknya usia anak yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak karena ketika mereka terpaksa memilih untuk bekerja maka kesempatan bermain, tumbuh kembang dan akses kesehatan, komunikasi dan informasi, istirahat dan rekreasi, berpartisipasi secara aktif dalam mengemukakan pendapatnya, bahkan kesempatan untuk belajar, pelatihan dan memperoleh pendidikan akan berkurang bahkan hilang padahal pendidikan sangat berguna untuk masa depan anak.
10 Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh human right watch dari 44 pekerja anak di Indonesia yang diwawancarai mengenai kesempatan pendidikan, hanya satu yang diperbolehkan menghadiri sekolah formal oleh majikannya ( Dari uarian ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang menghambat kesempatan pendidikan pekerja rumah tangga anak mengingat Pemerintah telah menyelenggarakan program kesetaraan paket A, paket B, dan paket C yang difokuskan pada masyarakat yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan formal. Tabel. 4 Jumlah Penduduk Dan Penduduk Usia Sekolah Kelurahan Negeri Besar Tahun No. Nama Desa Jumlah Penduduk Seluruhnya Penduduk Usia 7-12 tahun 1 Negeri Besar Tiuh Baru Kiling-Kiling Kali Awi Jumlah Penduduk Usia Tahun Sumber: Rangkuman Data Penduduk Usia Sekolah Tahun 2008 Atau Data Dari Kelurahan Negeri Besar Adapun data mengenai pekerja rumah tangga anak (PRTA) menurut hasil observasi PKPA Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
11 Tabel. 5 Hasil Observasi PKPA (2008) Jumlah PRTA Di Negeri Besar No. Pendidikan Jumlah PRTA Seluruhnya Jumlah PRTA Usia 7-12 tahun Jumlah PRTA Usia Tahun Persentase (%) 1 Masih Sekolah % 2 Tidak Bersekolah % 3 Tidak Tamat SD % Jumlah % Sumber: hasil observasi PKPA 2008 Berdasarkan hasil observasi PKPA (2008) dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya anak-anak perempuan dari berbagai Kecamatan Negeri Besar maupun dari luar Kecamtan Negeri Besar seperti dari Lampung Utara, bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak (PRTA) untuk pekerjaan kerumah-tanggaan maupun mengasuh anak. 2. Selama 26 hari observasi, ditemukan 64 orang PRTA dengan variasi umur 7-12 tahun dan tahun. 3. Sebanyak 11 orang (9 persen) masih sekolah dan 43 orang (83 persen) tidak bersekolah, diantaranya 10 (8 persen) orang tidak menamatkan sekolah dasar. 4. Hanya sembilan orang dalam observasi yang ditemukan berasal dari Kecamatan Negeri Besar. Selebihnya berasal dari desa-desa di 13 kabupaten/kota di Way Kanan (53 orang), serta 8 orang berasal dari luar Kabupaten Way Kanan yaitu Lampung Utara (tujuh orang), Palembang (dua orang). (
12 Dari fenomena diatas masih banyaknya pekerja rumah tangga anak (PRTA) yang memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak di kelurahan Negeri Besar? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak di kelurahan Negeri Besar. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu sosial pada khususnya sosiologi yang berkaitan dengan masalah sosial dan dapat dijadikan bahan masukan untuk proses penelitian yang akan datang berhubungan dengan masalah sosial khususnya masalah pekerja rumah tangga anak.
13 2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan muncul beberapa rekomendasi solusi pemerintah, orangtua pekerja rumah tangga anak.
BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyumbangkan kemampuan usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu aspek yang menyumbangkan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang
Lebih terperinciDINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG
IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi terbesar dalam mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah sektor pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu rumah tangga sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di kota-kota
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia meningkat seiring dengan perubahan dan perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan hidup yang semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak merupakan modal utama bagi suatu negara dalam mempersiapkan kondisi negara yang kuat, aman dan
Lebih terperinciPekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)
Tugas Makalah Masalah Sosial Anak Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) Disusun Oleh : Muhammad Alhada Fuadilah Habib (NIM. 071114030) DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial, adalah perilaku komunikasi antar manusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak akan menjadi motor penggerak kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Bagaimana kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi keluarga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, yang sesuai dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan
Lebih terperinci2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Pendididikan sangat penting dalam kehidupan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah membawa dampak pada keterlantaran, ketunaan sosial hingga masalah sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang
Lebih terperinciC. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Pembangunan nasional merupakan suatu proses yang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciRisalah Kebijakan (POLICY BRIEF)
Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF) Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Lampung Strategi Pembangunan Pendidikan di Provinsi Lampung dalam rangka Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciSekapur Sirih. Bandar Lampung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Drs. Mohamad Razif, M.Si.
Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,54 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengangguran merupakan suatu fenomena yang terjadi di semua negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional, berkiprah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional, berkiprah mencerdaskan kehidupan bangsa serta terus menerus meningkatkan sumber daya manusia,
Lebih terperinciPemerintah Harus Berhenti Mengabaikan atau Menyangkal Adanya Eksploitasi
Pemerintah Harus Berhenti Mengabaikan atau Menyangkal Adanya Eksploitasi (Jakarta, 11 Februari 2009) Pemerintah Indonesia gagal memberikan perlindungan anak-anak yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinci-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari
Lebih terperinciKETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
No. 34/05/19/Th.XIV, 4 Mei 2016 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Februari 2016 mencapai 687.648 orang, bertambah sebanyak 21.806 orang dibandingkan jumlah angkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai sektor primer memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum. Upah minimum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang amat penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian terbukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu rumah tangga sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan ke dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan berguna bagi nusa dan
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP
PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai masuk pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG
LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015-2025 B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program pembangunan
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/07/18/Th.X, 1 Juli 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.
S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan di bidang pendidikan. Pengembangan sumber daya manusia didasarkan pada kenyataan bahwa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi
Lebih terperinciKETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
No. 76/11/19/Th.XIV, 7 November 2016 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Agustus 2016 mencapai 705.173 orang, bertambah sebanyak 17.525 orang dibandingkan jumlah angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal pendidikan
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/01/18/Th.X, 4 Januari 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan, seseorang dapat memiliki karir yang baik dan memiliki kemampuan. Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini.
Lebih terperinciSensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki
Lebih terperinciGrafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka
Lebih terperinciMengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.
INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN JAMBI TAHUN 2014
INDEKS KEBAHAGIAAN JAMBI TAHUN 2014 No.13/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 INDEKS KEBAHAGIAAN JAMBI TAHUN 2014 SEBESAR 70,10 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan Jambi tahun 2014 sebesar 70,10 pada skala 0-100.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Memiliki lapangan pekerjaan, terlindung dari pengangguran, dan memperoleh kehidupan yang layak merupakan hak yang tidak dapat dicabut dari seseorang sebagai martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa, karena melalui pendidikan dapat tercipta sumber daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciMENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA
MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA Oleh: Arrista Trimaya * Naskah diterima: 30 Januari 2015; disetujui: 12 Februari 2015 Menteri
Lebih terperinciRILIS HASIL AWAL PSPK2011
RILIS HASIL AWAL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015
No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/11/18/Th.IX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,62 PERSEN Penduduk yang bekerja pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengembangan sumber daya manusia. Meskipun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengembangan sumber daya manusia. Meskipun pengembangan sumber daya manusia (SDM) tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciPenambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah
Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan
55 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40 (BT) Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan sampai 6º45 (LS)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut berimplikasi dalam kebutuhan manusia yang juga tinggi. Baik materiil dan spiritual. Berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan taraf kehidupan masyarakat secara umum. Kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan
Lebih terperinciRESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak
RESUME Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak seperti tingginya angka kematian anak, perawatan kesehatan yang buruk,terbatasnya kesempatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciDocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program di segala bidang secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat
Lebih terperinciperluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan bagian dari sebuah keluarga yang patut diberi perhatian, kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak senantiasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BEASISWA MELALUI KARTU CALAKAN BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki
Lebih terperinci