BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

KONTRAK BELAJAR PBLK Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke dalam bahasa inggris berarti pukulan. Ada

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU MAKAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI METRO UTARA TAHUN 2013

BAB I LATAR BELAKANG

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA LANSIA HIPERTENSI DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KAB. MOJOKERTO NURUL YAZID

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GERAKAN GEMAR MAKAN BUAH DAN SAYUR (GEMABYUR) DALAM PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO HIPERTENSI DI DUSUN SABRANG GIRIPURWO PUSKESMAS GIRIMULYO I 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH)

*SAMA SEKALI TIDAK BOLEH DIKONSUMSI SELAMA PROGRAM*:

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

B A B I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

Apa itu Kalsium (Ca)?

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Diit Hipertensi 1. Kepatuhan a. Pengertian Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance) Pada keadaan ini penderita patuh secara sungguh-sungguh terhadap diit pada hipertensi. 2) Penderita yang tidak patuh (non compliance) Pada keadaan ini penderita tidak melakukan diit terhadap hipertensi (Azwar, 1996). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan 1) Faktor predisposisi a) Kepercayaan atau agama yang dianut Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita, 6

dimana penderita memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih baik tabah terhadap anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya (Notoadmojo, 1993). b) Faktor geografi (lingkungan yang jauh atau jarak) Lingkungan yang jauh atau jarak dari pelayanan kesehatan yang memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan (Rich MV, Etal, 1995). c) Individu 1). Sikap atau motivasi individu ingin sembuh Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya (Hawari, 1996). 2). Pengetahuan Menurut Schere dan Bruce (2001), mengikuti bahwa pengetahuan mempengaruhi kompetensi perasaan dalam mengatur gejala. Penelitian lain juga dilaporkan bahwa penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak teridentifikasi mempunyai gejala batuk dan sakit, mereka berfikir bahwa mereka sudah merasa sembuh sehat sehingga menghentikan minum obat sebelum waktunya (Hawari, 1996). 7

2) Faktor reinforcing a) Dukungan petugas Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi penderita, sebab petugas adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran petugas kesehatan dapat ditumbuhkan dalam diri penderita maka anjuran, perintah yang diberikan petugas akan dapat diterima oleh penderita dengan baik, begitu juga motivasi atgau dukungan yang diberikan petugas sangat besar artinya terhadap kepatuhan pasien untuk melakukan kontrol terhadap penyakit yang diderita (Friedman, 1998). b) Dukungan sosial keluarga Selain dukungan petugas, dukungan keluarga sangatlah tidak kalah pentingnya, karena keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya (Friedman, 1998). 8

3) Faktor enabling Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita menerima penjelasan dari tenaga kesehatan yang meliputi : jumlah tenaga kesehatan, gedung serba guna untuk penyuluhan dan lain-lain (Notoadmojo, 2002). 2. Diit hipertensi Diit hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami (Purwati, 1997). Hanya saja banyak orang yang menganggap diet hipertensi sebagai sesuatu yang merepotkan dan tidak menyenangkan. Banyak makanan kesukaan bisa masuk daftar terlarang, misalnya garam penyedap, pop corn asin, dan kentang. 1). Tujuan diet hipertensi menurut Purwati, 1997) sebagai berikut: a. Mengurangi asupan garam Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalsium, magnesium, dan kalium. Puasa garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya kita cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram per hari. b. Memperbanyak serat Mengkonsumsi lebih banyak sayur yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. 9

Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikhawatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat, misalnya semangkuk sereal mengandung sekitar 7 gr serat. c. Menghentikan kebiasaan buruk Menghentikan rokok, kopi, dan alkohol dapat mengurangi beban jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras. Sedangkan alkohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu, kopi dapat memacu detak jantung. Menghentikan kopi berarti menyayangi jantung agar tidak terbebani lebih berat. d. Perbanyak asupan kalium Penelitian menunjukkan dengan mengkonsumsi 3500 mg kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah ideal yang dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal. Makanan yang banyak mengandung kalium misalnya pisang, sari jeruk, jagung, dan brokoli. e. Penuhi kebutuhan magnesium Penelitian menunjukkan bahwa asupan magnesium yang tinggi yaitu menurut RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 3500 mg dapat mengurangi tekanan darah pada seseorang yang mengalami 10

hipertensi. Sumber makanan yang banyak mengandung magnesium misalnya kacang tanah, bayam, kacang polong, dan makanan laut. f. Lengkapi kebutuhan kalsium Kandungan kalsium yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu 800 mg yang setara dengan tiga gelas susu dapat mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi. Makanan yang banyak mengandung kalsium misalnya keju rendah lemak dan ikan seperti ikan salmon. g. Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan darah, seperti : tomat, wortel, seledri, bawang putih dan kunyit. 2). Macam diet rendah garam menurut Ignatius sebgai berikut: a). Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na) Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau hipertensi berat. pada pengolahan makanan tidak ditambahkan garam. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. b). Diet Garam Rendah II (600-1200 mg Na) Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat. pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah I. Pada pengolahan makanan boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2g). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. 11

c). Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na) Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau hipertensi ringan.pemberian makanan sehari sama dengan diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt (4) garam dapur. B. Dukungan sosial keluarga 1. Keluarga Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau sebagai asuhan keperawatan, keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan terpengaruhi (Marilyn, 1998). 2. Fungsi keluarga menurut Model Friedman : a. Fungsi afektif Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, saling menghargai dan kehangatan di dalam keluarga. b. Fungsi sosialisasi Interaksi atau hubungan dalam keluarga, bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. 12

c. Fungsi kesehatan Sejauh mana keluarga menyediakan pangan, perlindungan dan merawat anggota yang sakit, sejauh mana pengetahuan tentang masalah kesehatan, kemampuan keluarga untuk melakukan 5 tugas kesehatan dalam keluarga serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi : 1) Mengenal masalah kesehatan Keluarga mengetahui pengertian, gejala, tanda, dan faktor penyebab, serta persepsi keluarga terhadap masalah. 2) Mengambil keputusan Keluarga mengetahui masalah yang dirasakan keluarga, keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit. 3) Merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga mengetahui keadaan penyakit, mengetahui sifat dan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui keberadaan falisitas pelayanan kesehatan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga, sikap keluarga terhadap yang sakit. 4) Memelihara rumah yang sehat Sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kekompakan antar anggota keluarga. 13

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan, terjangkau oleh keluarga. d. Fungsi ekonomi Keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. Yang termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari masyarakat setempat (Marilyn, 1998). Dalam perubahan perilaku kesehatan, perlu suatu dukungan yang dilakukan oleh anggota keluarga. Untuk merubah perilaku seseorang perlu ada faktor dukungan yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga penderita. Dukungan dari anggota keluarga adalah merupakan aset kesehatan dan juga merupakan hubungan sosial yang dapat mempertinggi derajat kesehatan (Utami, 2003). 3. Jenis dukungan sosial keluarga Terdapat empat jenis atau dimensi dukungan yaitu : a. Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemilihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga 14

yang menderita hipertensi (misalnya umpan balik penegasan) (Marilyn, 1998). b. Dukungan penghargaan (penilaian) Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator indentitas anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat (penghormatan) positif untuk penderita hipertensi, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif penderita hipertensi dengan yang lain seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri) Marilyn, 1998). c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stress (Marilyn, 1998). d. Dukungan informatif Keluarga berfungsi sebuah sarana kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, sarana-sarana atau umpan balik. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan seharihari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat (Utami, 2003). 15

C. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan pengetahuan diit pasien hipertensi Keluarga harus dilibatkan dalam program pendidikan dan penyuluhan agar mereka mampu mendukung usaha pasien dalam patuh terhada diit yang dianjurkan untuk mengontrol hipertensi. Dukungan sosial keluarga merupakan faktor penting dalam kepatuhan terhadap program medis. Dukungan sosial keluarga meliputi dukungan emosional berupa ungkapan, empati, dan kepedulian, dukungan penghargaan berupa bimbingan dan pemecahan masalah, dukungan instrumental berupa uang, peralatan dan modifikasi lingkungan, dukungan informatif berupa memberi nasehat, petunjuk, dan saran-saran. Dukungan sosial keluarga secara terus-menerus biasanya diperlukan agar penderita hipertensi tersebut mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima untuk bertahan hidup dengan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya (kepatuhan terhadap diit). Keluarga selalu dilibatkan dalam program pendidikan sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan pasien, mendukung kepatuhan terhadap diit dan mengetahui kapan harus mencari pertolongan dari profesional kesehatan, keluarga juga harus memperingatkan bahwa diit yang tidak dilakukan pada pasien hipertensi dapat menimbulkan masalah yaitu tekanan darahnya akan semakin meningkat sehingga akan menjadi stroke (Brunner dan Suddarth, 2001). 16

D. Kerangka Teori Faktor predisposisi : - Kepercayaan - Geografi - Individu Faktor reinforcing : - Dukungan petugas - Dukungan sosial Perilaku kepatuhan diit dalam hipertensi Faktor enabling : - Fasilitas kesehatan Gambar 1. Kerangka teori Lawrence Green, 1980 dalam Notoadmojo, 2003 E. Kerangka Konsep Variabel independen Dukungan sosial keluarga Variabel dependen Kepatuhan diit hipertensi F. Hipotesis Gambar 2. Kerangka konsep penelitian Ha : Ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan diit pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Semarang Selatan. 17