III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Nopember 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juni

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

1 atm selama 15 menit

Lampiran 1. Prosedur Analisis

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

Lampiran 1. Tatacara analisis kimia limbah tanaman jagung. Kadar Air (%) = (W1-W2) x 100% W1. Kadar Abu (%) = (C-A) x 100% B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

Lampiran 1.Diagram alir penelitian proses produksi bioetanol dari hidrolisat fraksi selulosa pod kakao

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Transkripsi:

24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Biokimia Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain autoclave model S-90N, Laminar air flow CRUMA model 9005-FL, Inkubator P-Selecta, Spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2010, Mikroskop Cahaya Binokuler Double Layer XSZ 107T Blesindo, shaker inkubator, oven, lemari pendingin, neraca analitik, jarum ose, magnetic stirrer, penangas air, ph meter, Erlenmeyer, cawan Petri, tabung reaksi, mikropipet, dan peralatan umum laboratorium lainnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah jerami padi yang sudah dihaluskan dengan ukuran ± 40 mesh, Isolat Actinomycetes Acp-1 dan AcP-7, medium YMA (Yeast Malt Agar), media inokulum YM (Yeast Malt), bircwood xilan (Sigma Chemical Co), CMC (Sigma Chemical Co), media fermentasi (jerami padi, yeast ekstrak, Na 2 HPO 4, KH 2 PO 4, MgSO 4.7H 2 O, NaCl, CaCl 2.2H 2 O, larutan mineral), Asam

25 Sulfat (H 2 SO 4 ) pekat, Asam Nitrat (HNO 3 ) pekat, Asam Asetat Glasial 80 %, veratil alkohol, buffer fosfat, DNS, H 2 O 2, akuades, dan kertas saring. C. Prosedur Penelitian 1. Optimasi Fermentasi Fase Padat Isolat Actinomycetes AcP-1 dan AcP-7 ditumbuhkan pada media YM selama 48-96 jam untuk memperoleh jumlah sel yang cukup. Diambil 10 g jerami padi yang telah dihaluskan dengan ukuran ± 40 mesh, kemudian dicampurkan dengan 30 ml buffer phosfat sebagai perbandingan (1:3) dengan variasi ph masing-masing ph: 6,5; 7,0; 7,5; 8,0; 8,5. Kemudian diautoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ºC dan tekanan 2 atm, selanjutnya diinokulasi dengan 10 ml inokulum AcP-1 dan AcP-7 kemudian diinkubasi sampai dengan 21 hari (Beg et al., 2000). Kultur dilakukan dengan menggunakan wadah kaca dengan memperhatikan sisa ruang diatasnya untuk memberikan suasana fakultatif aerobik. Hal yang diamati dalam fermentasi adalah perubahan substrat jerami secara fisik hingga semua substrat terdekomposisi untuk mendapatkan gambaran kondisi fermentasi yang ideal. Setiap selang waktu 3 hari dilakukan pemanenan dengan menambahkan 100 ml akuades yang telah disterilkan dan disaring untuk memisahkan filtratnya untuk diamati beberapa parameter fermentasi yang diuraikan pada prosedur 2.

26 2. Parameter Fermentasi Fase Padat a. Pengukuran APPL Sebanyak 10 ml filtrat yang diperoleh dari hasil fermentasi ditambahkan 0,5 ml HCl 12 M. Lalu disentrifugasi pada 16.000 rpm selama 30 menit. Filtrat kemudian dibuang, endapan yang diperoleh dicuci dengan HCl encer dan dikeringkan pada 100-105 ºC selama 1-2 jam. Berat APPL yang diperoleh dikonversikan sebagai persentase APPL per-gram substrat selama periode fermentasi (Yamac and Tamer, 2008). Untuk menghitung % APPL per-gram substrat persamaan berikut: A = Berat lignin yang terendapkan + tabung (g) B = Berat tabung (g) C = Berat sampel jerami padi (g) b. Pengukuran Kadar Lignin Sebanyak 1 g serbuk jerami padi hasil fermentasi berukuran ± 40 mesh yang sudah dikeringkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 0,2 ml H 2 SO 4 16 M. Kemudian didiamkan selama 2 jam dan dikocok perlahan-lahan. Sampel dilarutkan dalam 250 ml akuades, dipanaskan dalam penangas air pada suhu 100 ºC selama 3 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobotnya (A). Erlenmeyer dan corong dibilas dengan air suling sebanyak 3 kali.

27 Kertas saring beserta residu dipanaskan pada suhu 100-105 ºC selama 1-2 jam. Kertas saring didinginkan dan ditimbang bobotnya (B). Kertas saring dengan residu diabukan dengan muffle furnace pada suhu 600 ºC kemudian didinginkan dan ditimbang bobotnya (C). B = Bobot kertas saring dan residu setelah dioven (g) A = Bobot kertas saring (g) C = Bobot abu (g) (AOAC, 1982). c. Pengukuran Kadar Selulosa Sebanyak 1 g serbuk jerami padi hasil fermentasi berukuran ± 40 mesh yang sudah dikeringkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam labu bundar, tambahkan 15 ml asam asetat 80 % dan 1,5 ml asam nitrat 14 M, kemudian direfluks selama 20 menit. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 91 yang telah diketahui bobotnya (A). Setelah dilakukan penyaringan, padatan hasil dari refluks dicuci dengan etanol. Erlenmeyer dan corong dibilas dengan air suling sebanyak 3 kali. Kertas saring beserta residu dikeringkan pada oven dengan suhu 100-105 o C selama 1-2 jam. Kertas saring didinginkan dan ditimbang bobotnya (B). Kertas saring dengan residu diabukan pada suhu 540 o C, lalu didinginkan ditimbang bobotnya (C).

28 B = Bobot kertas saring dan residu setelah dioven (g) A = Bobot kertas saring (g) C = Bobot abu (g) d. Pengukuran Aktivitas Enzim Ligninase Pengukuran aktivitas enzim ligninase dilakukan dengan cara mengambil 1,6 ml campuran 2,0 mm veratil alkohol, 0,4 mm H 2 O 2 dan 50 mm buffer fosfat ph optimum. Larutan ditambahkan 0,4 ml filtrat hasil fermentasi, diinkubasi 5 menit pada suhu 25 ºC. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 100 ºC dan pengukuran absorbansi dilakukan pada λ 310 nm. Satu unit lignin peroksidase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat mengubah 1μmol veratil alkohol menjadi veratraldehid pada kondisi optimumnya. Untuk menentukan konsentrasi veratraldehid digunakan persamaan berikut: A = Absorbansi ε = Ekstensi molar veratraldehid (9300 M -1 cm -1 ) b = Tebal kuvet (1 cm) c = Konsentrasi (M), (Yadav and Yadav, 2005) Untuk menentukan aktivitas unit enzim digunakan persamaan berikut:

29 c v FP = konsentrasi (μmol / ml) = volume sampel = faktor pengenceran. e. Pengukuran Aktivitas Xilanase Pengukuran aktivitas enzim dilakukan untuk mengetahui enzim dalam menghasilkan xilosa per menit. Aktivitas xilanase diujikan dengan substrat birchwood xilan. Sampel: Sebanyak 1 ml substrat 0,5 % birchwood xilan ditambahkan 0,9 ml buffer fosfat 0,02 M ph optimum. Kemudian larutan ini ditambahkan 0,1 ml filtrat hasil fermentasi (ekstrak kasar enzim) dihomogenisasi dan diinkubasi pada suhu 30 o C selama 30 menit selanjutnya ditambahkan 2 ml pereaksi DNS dan dipanaskan pada 100 o C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Kontrol : Sebanyak 1 ml substrat 0,5 % birchwood xilan ditambahkan 0,9 ml 0,2 M buffer fosfat ph optimum lalu diinkubasi pada suhu 30 o C selama 30 menit. Kemudian ditambahkan 0,1 ml ekstrak enzim dan 2 ml pereaksi DNS dan segera dipanaskan pada suhu 100 o C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Pengukuran absorbansi masing-masing larutan dilakukan pada 540 nm. Satu unit aktivitas enzim xilanase didefinisikan sebagai jumlah mol xilosa yang diihasilkan per menit untuk setiap ml enzim pada kondisi optimumnya.

30 f. Pengukuran Aktivitas Selulase Pengukuran aktivitas enzim selulase diuji dengan melihat aktivitas endoglukanase dengan pengujian enzim pada substrat karboksimetil selulosa (CMC, Sigma). Substrat: Sebanyak 1 ml substrat 0,5 % CMC ditambahkan 0,9 ml buffer fosfat 0,02 M ph optimum. Kemudian larutan ini ditambahkan 0,1 ml filtrat hasil fermentasi (ekstrak kasar enzim) dihomogenisasi dan diinkubasi pada suhu 30 o C selama 30 menit selanjutnya ditambahkan 2 ml pereaksi DNS dan dipanaskan pada 100 o C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Kontrol: Sebanyak 1 ml substrat 0,5 % karboksimetil selulosa (CMC, Sigma) ditambahkan 0,9 ml 0,2 M buffer fosfat ph optimum lalu diinkubasi pada suhu 30 o C selama 30 menit. Kemudian ditambahkan 0,1 ml ekstrak enzim dan 2 ml pereaksi DNS dan segera dipanaskan pada suhu 100 o C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Pengukuran absorbansi masing-masing larutan dilakukan pada 540 nm. Satu unit aktivitas enzim selulase didefinisikan sebagai jumlah mol glukosa yang diihasilkan per menit untuk setiap ml enzim pada kondisi optimumnya. 3. Analisis Permukaan dengan Mikroskop Cahaya Beberapa tahap analisis struktur permukaan dengan mikroskop cahaya yaitu, yang pertama sampel dikeringkan terlebih dahulu dengan sprei drying sampai kadar air mencapai 4 %. Pemilihan sampel yang lebih tipis dengan ketipisan yang sama

31 antara sampel yang sudah difermentasi dan sampel yang belum difermentasi ±0,01 mm, bila perlu setipis mungkin sehingga dengan mudah kita melihat struktur permukaanya. Sampel diletakkan pada preparat dan diatur perbesaranya 100 x. 4. Pembuatan Media a. Pembuatan Media YMA (Yeast Malt Agar) Medium YMA terdiri dari 4 g ekstrak khamir, 10 g ekstrak malt, 15 g glukosa, 15 g agar-agar per 1 Liter media, dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ºC dan tekanan 2 atm, kemudian ditambahkan 50 µg/l Nistatine dan 25 µg /L Streptomycine, dan secara aseptis dimasukkan ke cawan petri. b. Pembuatan Media Inokulum YM (Yeast Malt) Medium YM terdiri dari 4 g ekstrak khamir, 10 g ekstrak malt dan 15 g glukosa per 1 Liter media, dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ºC dan tekanan 2 atm. c. Pembuatan Media Fermentasi Medium fermentasi terdiri dari 2 g jerami padi, 6 g ekstrak khamir, 5,3 g Na 2 HPO 4, 1,98 g KH 2 PO 4, 0,2 g MgSO 4.7H 2 O, 0,2 g NaCl, 0,05 g CaCl 2.2H 2 O, 1 ml larutan mineral per 1 Liter media, dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ºC dan tekanan 2 atm (Yamac dan Tamer, 2008).

32 5. Pembuatan pereaksi a. Pembuatan Buffer fosfat 1. Larutan Stok A (NaH 2 PO 4 2H 2 O 0,2 M) Sebanyak 27,8 g NaH 2 PO 4 2H 2 O dilarutkan ke dalam 1000 ml akuades. 2. Larutan Stok B (Na 2 HPO 4 2H 2 O 0,2 M) Sebanyak 35,6 g Na 2 HPO 4 2H 2 O dilarutkan ke dalam 1000 ml akuades. b. Pembuatan Pereaksi DNS Larutan A: 3 gram NaOH; 0,6 g fenol; 3 g DNS dalam 240 ml akuades. Larutan B: 0,25 g Na-sulfit; 2 g Na-K-tartarat dan 5 ml akuades. 3 ml larutan B ditambahkan pada 240 ml larutan A dan ditambahkan akuades hingga volume 300 ml.