BAB I PENDAHULUAN. yang memadai, suatu perusahaan tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien. level memiliki peranan yang penting, termasuk buruh.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat pada masa sekarang. Banyak

I. PENDAHULUAN. Perusahaan pada era globalisasi, saat ini memiliki persaingan yang cukup ketat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3, minyak dan gas bumi sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya.

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak perkembangan dalam berbagai bidang. Hal ini terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dikonsumsi oleh konsumen serta bermanfaat bagi mereka. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang sangat ketat dalam semua bidang usaha. Bidang usaha tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan sebagai pertukaran dalam melakukan tugas di dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. komponen penting dalam mencapai kinerja. Robbins (2007) mengungkapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota pariwisata karena memiliki asset

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities,

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini banyak terjadi perubahan didalam segala

PENTINGNYA MEMPELAJARI KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja sangat berhubungan dengan kualitas hidup. Hal ini dikarenakan kehidupan individu dihabiskan dilin

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi empiris pada perusahaan asuransi di Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang semakin ketat serta bagaimana cara agar perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

I. PENGANTAR II. DATA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul Pengaruh Kepuasan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Dan dapat memajukan. perusahaan sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilki agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan. Setiap perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat

Kuesioner (Job Insecurity) A. Arti Penting Aspek Kerja 1. Sangat Tidak Penting (STP) 2. Tidak Penting (TP) 3. Tidak Tahu, Apakah penting atau tidak

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Empiris Pada Karyawan Non Medis Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini, membawa dampak timbulnya persaingan di dunia usaha yang semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, PT. X telah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak pelaksana kegiatan produksi. Begitu pula dengan PT X, sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. hal, salah satunya adalah komitmen karyawan terhadap organisasi. Komitmen

GAMBARAN KOMITMEN ORGANISASI PERUSAHAAN BIDANG KONTRUKSI PT. XYZ DI JAKARTA BARAT

Pengelolaan Keluhan Pelanggan/E-Complaint Dalam Perspektif Manajemen Mutu

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA ABSTRAKSI. Derajat Sarjana S-1

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. penting yang dibutuhkan dalam menjaga kepercayaan individu dan organisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan besar membutuhkan modal, materi, dan yang paling penting adalah sumber daya manusia. Tanpa adanya sumber daya manusia yang memadai, suatu perusahaan tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien meskipun perusahaan tersebut memiliki modal yang cukup bahkan berlebih serta materi dan peralatan yang lengkap. Sumber daya manusia dari berbagai macam level memiliki peranan yang penting, termasuk buruh. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi guna meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa buruh memegang peranan yang penting dalam perusahaan karena buruh mampu mengerjakan secara operasional mesin-mesin yang tidak dapat dikerjakan oleh karyawan bagian manajerial atau staf. Apabila cara kerja buruh ini lamban atau kurang termotivasi, produksi pun akan terhambat sehingga akan menurunkan penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu, seorang buruh bukan hanya perlu memiliki skill yang baik dalam mengoperasikan mesin dan melakukan proses produksi barang, tetapi juga 1

2 memerlukan sikap-sikap lain seperti kejujuran, kesetiaan, komitmen dalam bekerja, dan juga rasa memiliki pada perusahaan. Demikian juga pada PT. X, perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil yang telah berdiri sejak tahun 1975. Perusahaan ini merupakan salah satu eksportir produk tekstil terbesar di Indonesia yang mengekspor hasil produksinya ke 25 negara. Dengan kemajuan dalam manajemen, mesin berkualitas tinggi, memilih bahan-bahan terbaik, dan terus menerus mengembangkan sumber daya manusianya, perusahaan ini dapat mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya. Bukan hanya meningkatkan dan mengembangkan skill, seluruh karyawan PT.X harus memiliki nilai-nilai perusahaan seperti: Generousity, yaitu komitmen untuk menyintai, dan bekerja dengan maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan. Integrity, yaitu bertanggung jawab atas setiap perilaku dan dampak dari perilaku tersebut. Success, yaitu memfokuskan tubuh, pikiran, dan jiwa untuk meraih kesuksesan. Teamwork, yaitu kerja sama. Education, yaitu keinginan untuk terus belajar dan berkembang, dan yang terakhir adalah exellence, yaitu secara konsisten menghasilkan produk dengan kualitas yang luar biasa. Pada PT.X ini sendiri terdiri dari 18 divisi yaitu divisi accounting & finance, divisi corporate secretary & external regulation, divisi HRD, divisi internal audit, divisi IT, divisi marketing, non division (sekretaris komisaris), operation, divisi EPIC, divisi director, divisi processing, divisi project, divisi purchasing, divisi QA, divisi Research and Development, divisi sell, divisi teknis, dan divisi leasing. Dari 18 divisi ini, divisi operation merupakan divisi yang memiliki peranan penting dalam perusahaan karena divisi ini berhubungan

3 langsung dengan pembuatan produk, yaitu kain dari awal proses hingga siap untuk dijual. Salah satu bagian yang penting dalam divisi operation ini adalah divisi weaving. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bagian General Affair, proses weaving adalah bagian paling pertama dalam produksi kain yaitu proses menenun benang hingga terbentuk menjadi kain yang akan diproduksi. Apabila hasil produksi dari bagian weaving kurang memuaskan atau kualitasnya kurang baik, akan mempengaruhi juga ke bagian-bagian lainnya, terutama bagian produksi. Hasil dari divisi weaving ini yang berupa kain akan dipakai untuk membuat bahan garmen atau produk tekstil yang lain, sehingga kualitas dari kain itu sendiri akan menentukan bagaimana hasil dari produk akhir yang akan dipasarkan. Adapun jam kerja untuk buruh operator weaving ini dibagi menjadi tiga jadwal dengan jam kerja masing-masing jadwal adalah delapan jam, yaitu dari pukul 07.00-15.00, 15.00-23.00, dan 23.00-07.00. Pembagian jadwal ini juga diputar berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan. Jumlah karyawan dalam divisi weaving ini merupakan jumlah karyawan terbanyak kedua setelah divisi produksi. Hingga bulan Juli 2015, tercatat ada 123 orang buruh operator weaving. Pada bagian weaving ini, 70 karyawan telah bekerja lebih dari satu tahun. Bahkan ada yang sudah bekerja selama 20 tahun, namun sebagian besar telah bekerja selama 5-10 tahun. Proses weaving ini sendiri terbagi atas sebelas tahap dengan menggunakan mesin-mesin yang berbeda. Setiap karyawan harus memiliki keterampilan teknis

4 seperti kemampuan mengoperasikan mesin untuk pria dan tangan tidak basah untuk pria dan wanita, karena apabila tangan mereka basah, kotoran dapat dengan mudah menyerap pada benang. Setiap karyawan memegang dua buah mesin. Selain itu, dalam proses ini juga dibutuhkan disiplin yang tinggi, kerja sama, dan komunikasi. Penilaian kinerja buruh operator weaving dilakukan dengan menggunakan KPI (Key Performance Index) yang disusun oleh perusahaan berdasarkan dua aspek besar yaitu result dan process. Result adalah standar penilaian berdasarkan hasil kerja, sedangkan Process adalah standar penilaian berdasarkan proses kerja, dimana dalam process sendiri dibagi menjadi dua aspek yaitu PDCA (Plan, Do, Check, Action) & Values dan People Management. Dari kedua aspek tersebut diturunkan menjadi beberapa indikator, dimana setiap orang memiliki indikator penilaiannya masing-masing berdasarkan jobdesc yang dimilikinya. Hasil akhir dari KPI adalah rata-rata hasil kerja (result) dan proses kerja (process) berupa nilai akhir yang berkisar antara satu sampai lima. Penilaian dengan menggunakan KPI ini dilakukan setiap satu semester (enam bulan). Hasil dari proses weaving yang dilakukan oleh buruh operator weaving, maupun mengenai kinerja karyawan itu sendiri jarang mendapat keluhan baik dari atasan, dan bisa dikatakan memuaskan. Hal ini dapat dilihat melalui hasil akhir dari produksi tekstil di PT.X. Selain dieskpor ke beberapa negara, di Indonesia sendiri juga digunakan untuk mengolah pakaian-pakaian dari brand-brand internasional seperti Zara dan Mango. Berdasarkan hasil KPI (Key Performance

5 Index) pada semester lalu, yaitu periode Juli Desember 2014, ditemukan bahwa produktivitas PT.X telah mengalami peningkatan sebesar lima hingga 10%. Melalui penilaian yang dilakukan oleh PIC weaving pada periode Januari Juni 2014, ditemukan hanya terdapat dua hingga tiga persen target yang belum tercapai. Sedangkan dari kualitas hasil pekerjaan sendiri, 95% sudah berada pada grade A dan grade B. Terkadang keluhan justru datang dari buruh operator weaving sendiri mengenai transportasi antar jemput. hal ini hanya terjadi satu sampai dua kali. Turn over yang terjadi di bagian weaving ini sangat jarang, dan biasanya yang mengundurkan diri adalah karyawan wanita yang mengikuti suami sehingga tidak bekerja lagi. Hal ini juga hanya terjadi satu sampai dua kali dalam setahun. Dalam melakukan kegiatan kerja, karyawan operator dipantau setiap minggunya oleh PIC (supervisor) dari divisi weaving dan dibuat laporan mengenai kinerja selama seminggu itu. Ini dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat apakah target yang ditentukan sudah tercapai atau belum. Hingga saat ini pencapaian target tidak dijumpai masalah yang berarti. Meskipun ada kesalahan, biasanya kesalahan yang terjadi hanya kesalahan kecil. Selain kemampuan teknis yang dimiliki, buruh operator weaving juga perlu memiliki sikap kerja yang positif seperti yang tercantum dalam PDCA dan Values. Di samping itu, buruh operator weaving juga perlu mengaplikasikan nilainilai perusahaan dalam pekerjaan mereka, dimana terdapat dua nilai perusahaan yaitu Generousity dan Integrity yang juga dinilai dalam aspek Plan pada PDCA. Salah satu nilai PT.X adalah Generousity yang bisa dikatakan mencerminkan

6 komitmen organisasi, dimana nilai ini mencerminkan beberapa karakteristik dari organizational commitment ini antara lain adalah menerima dan mendukung tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan untuk mengerahkan tenaga dan berusaha untuk kemajuan organisasi, dan keinginan untuk tetap berada dalam organisasi. Menurut Allen dan Meyer (1993), komitmen organisasi teridentifikasi dalam tiga tipe komitmen yaitu affective commitment yaitu keadaan dimana karyawan merasa terikat secara emosional dan teridentifikasi pada organisasi, continuance commitment yaitu keadaan dimana keinginan karyawan untuk tetap bekerja atau meninggalkan perusahaan berdasarkan pertimbangan untung rugi, dan normative commitment yaitu keadaan dimana karyawan merasa wajib untuk tetap bertahan untuk bekerja dalam organisasi karena adanya tekanan normatif. Ketiga hal tersebut merupakan keadaan psikologis yang dapat menggolongkan hubungan pekerja dengan organisasi atau memiliki implikasi yang mempengaruhi pekerja untuk tetap berada dalam organisasi tersebut. Dengan dimilikinya nilai Generousity yang mencerminkan komitmen organisasi pada buruh operator weaving, maka diasumsikan bahwa buruh operator weaving memiliki attitude yang merupakan salah satu faktor produktivitas. Selain itu, organizational commitment ini melebihi kesetiaan karena melibatkan kontribusi aktif untuk memenuhi tujuan organisasi. Padahal, menurut Istijanto (2006), karyawan yang memiliki kesetiaan atau loyalitas tinggi bersedia bekerja melebihi kondisi biasa, bangga menceritakan perusahaan mereka kepada orang lain, bersedia menerima berbagai tugas, merasa ada kesamaan nilai dengan

7 perusahaan, merasa terinspirasi, dan memerhatikan nasib perusahaan secara keseluruhan. Apabila hanya dengan loyalitas yang tinggi saja karyawan atau pekerja dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi, maka diharapkan dengan komitmen organisasi yang tinggi karyawan atau pekerja dapat menghasilkan produktivitas yang lebih baik. Menurut Gomes (2003:159), Secara umum, pengertian produktivitas dikemukakan orang dengan menunjukkan pada rasio output terhadap input. Selain itu, Gomes juga menyebutkan lima faktor yang memengaruhi produktivitas yaitu knowledge, skills, abilities, attitude, dan behavior. Apabila dilihat dari hasil KPI selama satu tahun terakhir, dapat terlihat bahwa adanya peningkatan yang cukup signifikan dalam produktivitas dan terlihat juga bahwa tidak dijumpai masalah yang berarti. Ini menunjukkan bahwa buruh operator weaving sudah memiliki kemampuan dan pemahaman yang cukup baik untuk melakukan pekerjaannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mayer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005), hubungan komitmen organisasi (affective dan continuance) dengan kinerja adalah positif dan kuat. Pada tahun 2010, Nur Cahyani dalam penelitiannya mengemukakan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas. Selain itu, pada tahun 2012 Nurul Arifah juga mengemukakan hal yang serupa dalam penelitiannya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 10 orang buruh operator weaving, empat (40%) diantaranya telah bekerja lebih dari empat tahun, lima orang (50%) telah bekerja antara tiga sampai empat tahun, dan satu (10%) orang

8 telah bekerja selama satu tahun, diperoleh data sebagai berikut: lima orang (50%) bertahan untuk bekerja di PT.X dengan alasan karena penghasilan dan fasilitas yang diperoleh mereka selama bekerja di PT.X lebih besar daripada di tempat lain dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari; tiga orang (30%) bertahan untuk tetap bekerja di PT.X dengan alasan adanya timbal balik, yaitu keinginan untuk tetap bekerja karena PT.X sudah memberikan banyak hal kepada buruh operator weaving; dan dua orang (20%) bertahan untuk tetap bekerja di PT.X dengan alasan karena sudah merasa nyaman dan cocok bekerja di PT.X, bahkan merasa PT.X sudah seperti rumah sendiri. Seluruh buruh operator weaving di PT.X yang diwawancarai mengungkapkan bahwa mereka menguasai pekerjaan mereka, tujuh orang (70%) merasa senang dan puas dengan pekerjaan yang mereka miliki; dua orang (20%) merasa biasa saja dengan pekerjaannya dalam arti mereka tidak menyukai namun tidak juga membenci pekerjaannya; dan satu orang (10%) merasa jenuh dengan pekerjaannya. Meskipun target yang ditentukan kadang tidak tercapai, atau kualitasnya terkadang kurang baik, namun masalahnya lebih terletak pada mesin yang terkadang error atau benang yang kusut. Dari survey awal yang dilakukan terlihat bahwa buruh operator weaving memiliki berbagai alasan untuk tetap bekerja di PT.X. Mereka juga mengakui bahwa mereka sudah menguasai pekerjaan mereka. Oleh karena itu, peneliti berniat untuk melihat lebih lanjut hubungan antara komitmen organisasi dan produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X.

9 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui hubungan antara komitmen organisasi dengan produktivitas buruh operator weaving di PT.X. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitan Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai komitmen organisasi dan produktivitas buruh operator weaving di PT.X. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dan produktivitas buruh operator weaving di PT.X. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1) Memberikan informasi kepada bidang Psikologi, khususnya dalam bidang Industri dan Organisasi mengenai hubungan antara komitmen organisasi dengan produktivitas. 2) Memberikan masukan bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik komitmen organisasi dan produktivitas, maupun yang ingin memperdalam penelitian ini.

10 1.4.2 Kegunaan Praktis 1) Memberikan informasi kepada pemilik, general affair, maupun PIC dari buruh operator weaving mengenai hubungan komitmen organisasi yang dimiliki oleh buruh operator weaving di PT.X dan produktivitas. 2) Memberikan informasi kepada pemilik, general affair, maupun PIC dari buruh operator weaving mengenai hasil penelitian untuk memberikan gambaran mengenai tindak lanjut yang harus dilakukan oleh pihak PT.X yang bertanggung jawab atas pekerjaan buruh operator weaving. 1.5 Kerangka Pikir Komitmen organisasi memiliki peranan yang penting dalam perusahaan karena dengan memiliki komitmen organisasi, karyawan akan merasa bahwa mereka memiliki ikatan yang kuat dengan perusahaan sehingga mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan perusahaan. Apabila karyawan ini bekerja dengan maksimal, produktivitas perusahaan akan meningkat. Oleh karena itu dapat dikatakan komitmen organisasi berhubungan dengan produktivitas. Nur Cahyani dalam penelitiannya pada tahun 2010 mengemukakan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas. kemudian, pada tahun 2012 Nurul Arifah juga mengungkapkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Allen dan Meyer dalam bukunya mengungkapkan bahwa affective commitment memiliki hubungan

11 yang positif dan kuat dengan produktivitas. Normative commitment juga berhubungan dengan produktivitas meskipun hubungan ini tidak sekuat hubungan affective commitment dan produktivitas. Di sisi lain, continuance commitment memiliki hubungan yang negatif dengan produktivitas. Hal ini didukung oleh penelitian Mayer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005), hubungan komitmen organisasi (affective dan continuance) dengan kinerja adalah positif dan kuat. Berdasarkan Allen dan Meyer, komitmen organisasi sendiri terdiri atas tiga komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Affective commitment pada buruh operator weaving di PT.X dapat terlihat dari buruh operator weaving yang merasa terikat secara emosional pada perusahaan. Affective commitment pada buruh operator weaving juga dapat dipengaruhi oleh kenyamanan yang dirasakan buruh operator weaving dalam bekerja berasarkan jam kerja yang standar dan lingkungan fisik yang sejuk. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan kekeluargaan juga dirasakan oleh buruh operator weaving bukan hanya dari rekan sekerja tetapi juga dari atasannya yang menghargai buruh operator weaving. Continuance commitment pada buruh operator weaving merupakan kesadaran buruh operator weaving akan kerugian yang mereka terima apabila mereka meninggalkan organisasi atau perusahaan, yaitu belum tentu ada perusahaan lain yang mau menerima mereka. Selain itu juga kebanyakan dari mereka sudah bekerja cukup lama di PT.X dan usia mereka juga sudah tidak muda lagi. Buruh operator weaving yang bekerja di PT.X memperoleh upah yang sesuai dengan UMR, terkadang disertai oleh bonus dan THR yang

12 besar. Selain itu, adanya tunjangan makan, kesehatan dan transportasi serta adanya kegiatan kebersamaan yang dilaksanakan secara rutin. Hal tersebut mempengaruhi continuance commitment pada buruh operator weaving. Normative commitment pada buruh operator weaving terlihat dari perasaan buruh operator weaving bahwa ia harus dan wajib untuk terus bekerja dalam perusahaan tersebut karena bahwa PT. X telah memberikan imbalan untuk mereka berupa penerimaan, selain itu juga baik dari atasan langsung maupun pemimpin perusahaan memperlakukan semua buruh yang bekerja dengan sangat baik. Mereka memberikan jam kerja yang sesuai dengan kemampuan manusia. Hal ini membuat mereka untuk tetap bersedia bekerja di PT.X, bukan lagi karena tidak ada pilihan lain namun karena mereka merasa berhutang budi. Normative commitment pada buruh operator weaving ini dipengaruhi oleh pengalaman sosialisasi buruh operator weaving selama bekerja di PT.X, seperti dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan buruh operator weaving selama bekerja di PT.X. Selain itu, adanya anggota keluarga lain yang bekerja di PT.X juga dapat mempengaruhi normative commitment pada buruh operator weaving di PT.X. Komitmen organisasi pada buruh operator weaving ini tercantum dalam nilai generousity. Selain nilai integrity, generousity ini juga merupakan salah satu indikator dalam penilaian Key Perfomance Index pada aspek Plan yang tercakup dalam process. Oleh karena itu, komitmen organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X. Apabila buruh operator weaving memiliki komitmen organisasi yang tinggi, maka produktivitas mereka juga akan tinggi.

13 Berdasarkan hasil Key Performance Index yang dikeluarkan oleh PT.X pada Januari-Juni 2014, buruh operator weaving di PT.X memiliki hasil yang cukup baik, dari hasil kerja maupun proses kerja. Menurut Gomes, produktivitas dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu knowledge, skill, abilities, attitude, dan behavior. Pada buruh operator weaving, knowledge adalah pengetahuan buruh operator weaving mengenai pekerjaan yang mereka lakukan; skill adalah keterampilan buruh operator weaving dalam melakukan pekerjaan mereka; abilities adalah kemampuan buruh operator weaving dalam melakukan pekerjaan mereka berdasarkan latihan dan pengalaman dalam pekerjaannya; attitude adalah sikap kerja yang dimiliki buruh operator weaving; dan behavior adalah perilaku yang sering dilakukan oleh buruh operator weaving selama melakukan pekerjaannya. Adapun faktor-faktor ini terjaring dalam penilaian KPI pada PT.X yang tercantum dalam aspek Result dan Process. Result adalah standar penilaian berdasarkan hasil kerja, sedangkan Process adalah standar penilaian berdasarkan proses kerja, dimana dalam process sendiri dibagi menjadi dua yaitu PDCA (Plan, Do, Check, Action) & Values dan People Management. Buruh operator weaving yang produktif adalah mereka yang pada aspek result setidaknya mencapai target yang ditentukan baik secara kualitas maupun kuantitas pada kurun waktu yang telah ditentukan. Sedangkan dalam aspek process, buruh operator weaving yang produktif adalah mereka yang setidaknya mampu melakukan PDCA sesuai dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan nilai-nilai teamwork, customer satisfaction, dan strive for excellence di bawah supervisi dan harus selalu diawasi. Selain itu juga

14 dapat melakukan people management yang sederhana. Sebaliknya buruh operator weaving yang tidak produktif adalah mereka yang tidak mencapai standar yang ditetapkan baik dalam result maupun process. Berdasarkan penjabaran diatas, buruh operator weaving yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi, akan memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas yang tinggi ini dapat dilihat melalui hasil Key Performance Index, yaitu buruh operator weaving yang mampu mencapai target yang ditentukan baik secara kualitas maupun kuantitas pada kurun waktu yang telah ditentukan dan mereka yang setidaknya mampu melakukan PDCA sesuai dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan nilai-nilai teamwork, customer satisfaction, dan strive for excellence di bawah supervisi dan harus selalu diawasi, serta dapat melakukan people management yang sederhana. Di sisi lain, buruh operator weaving yang memiliki komitmen organisasi yang rendah akan memiliki produktivitas yang rendah, yang dapat terlihat melalui buruh operator weaving yang tidak mampu mencapai standar yang ditetapkan baik dalam result maupun process pada penilaian Key Performance Index. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara komponen komitmen organisasi dan produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X.

15 1.5.1 Bagan Kerangka Pikir Faktor-faktor komitmen organisasi: 1. Antecendent Affective Commitment (organizational characteristic, person characteristic, workplace) 2. Antecendent continuance commitment 3. Antecendent normative commitment Faktor Produktivitas (Gomes, 2003:160) : 1. Knowledge 2. Skill 3. Abilities 4. Attitude 5. Baehavior Buruh Operator Weaving di PT.X Komitmen Organisasi Produktivitas Affective Commitment Continuance Commitment Normative Commitment Bagan 1.1 Kerangka Pikir

16 1.6 Asumsi Berdasarkan kerangka pikir, peneliti menarik beberapa asumsi yaitu : Komitmen organisasi memiliki peranan penting dalam mendukung kemajuan organisasi, salah satunya dengan meningkatkan produktivitas. Generousity adalah salah satu nilai perusahaan yang tercantum dalam Key Performance Index yang mencerminkan komitmen organisasi, sehingga apabila buruh operator weaving mampu menerapkan nilai tersebut, maka diasumsikan mereka memiliki komitmen organisasi. Apabila buruh operator weaving di PT.X memiliki komitmen organisasi maka mereka mampu menerapkan sikap kerja yang positif serta melakukan nilai-nilai perusahaan yang akan mendukung maka diasumsikan buruh operator weaving dapat meningkatkan produktivitas mereka. 1.7 Hipotesis Terdapat hubungan antara komitmen organisasi dan produktivitas pada buruh operator weaving.