BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari beberapa asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang dihasilkan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. protein (hydrolized vegetable protein/hvp). Asam glutamat digolongkan pada

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

VITAMIN LARUT DALAM AIR. Oleh dr. Sri Utami B.R. MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak. Dampak negatif yang terjadi ialah perubahan gaya hidup, yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nutrition in Elderly

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

7 Manfaat Daun Singkong

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

Karenanya labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit, di antaranya:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

BAB I ORGANISASI ORGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Metabolisme Protein - 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi jenis makanan cepat saji, makanan kemasan dan awetan yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

Sel sebagai unit dasar kehidupan

Sistem Pencernaan Manusia

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

Sistem Pencernaan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

VITAMIN E (α - TOKOFEROL) Dr. Inge Permadhi MS

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk

Kebutuhan : 2 mg/100 mg protein. Farmakokinetik - mudah diabsorbsi - ekskresi dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB 2 PRODUK DAN JASA

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monosodium Glutamat 2.1.1 Definisi MSG Monosodium glutamat adalah hasil dari purifikasi glutamat atau gabungan dari beberapa asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang dihasilkan dari proses hidrolisa protein (hydrolized vegetable protein/hvp). Tubuh manusia dapat menghasilkan asam glutamat, sehingga asam glutamat digolongkon pada asam amino non esensial. Protein nabati mengandung 40% asam glutamat sedangkan protein hewani mengandung 11-22% asam glutamat. 18 Monosodium glutamat adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas didunia termasuk Indonesia dalam bentuk L-glutamic acid sebagai bahan penambah rasa makanan. Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sekitar 0,6 g/kg BB. 19 Gambar 1. Rumus Bangun MSG (https://bamkafmipa45.wordpress.com/2010/11/)

9 Monosodium glutamat berbentuk tepung kristal berwarna putih yang mudah larut dalam air dan tidak berbau. MSG mempunya rumus kimia C 5 H 8 O 4 NNaH 2 O (Gambar 1) dengan persentase unsur pokok yang terkandung dalam MSG diataranya: glutamat 78,2%, Na 12,2%, H2O 9,6%. Di dalam 1 gram MSG mengandung 0,122 Na. 20 2.2.2 Metabolisme MSG Metabolisme glutamat menyebar luas ke jaringan tubuh. Konsumsi glutamat bebas akan meningkatkan kadar glutamat dalam plasma darah. Selanjutnya glutamat di dalam mukosa usus halus akan diubah menjadi alanin dan didalam hati akan diubah menjadi glukosa dan laktat. Kadar puncak MSG dalam plasma dipengaruhi oleh usia hewan coba, cara pemberian dan konsentrasi MSG dalam larutan. Pada hewan baru lahir metabolisme asam glutamat lebih rendah dari pada hewan dewasa. Pemberian MSG secara parenteral akan memberikan reaksi yang berbeda dengan pemberian MSG per oral karena pada pemberian secara parenteral, MSG tidak melalui usus dan vena portal. Sedangkan pada pemberian per oral, MSG akan melalui usus ke sirkulasi portal dan hati. Hati mempunyai kesanggupan untuk metabolisme asam glutamat ke metabolit lain. Oleh karena itu, apabila pemberian glutamat melebihi kemampuan kapasitas hati untuk metabolismenya, maka dapat menyebabkan peningkatan glutamat plasma. 18

10 Glutamat menjalankan beberapa fungsi penting di dalam proses metabolisme di dalam tubuh, antara lain : 1) Substansi untuk sintesa protein Diperkirakan 10-40% glutamat terkandung di dalam protein. L-glutamic acid merupakan bahan yang penting untuk sintesa protein. Asam glutamat memiliki karakter fisik dan kimia yang dapat menjadi struktur sekunder dari protein yang disebut rantai α. 21 2) Pasangan transaminasi dengan α-ketoglutarate L-glutamate disintesa dari ammonia dan α-ketoglutarate dalam suatu reaksi yang dikatalisir oleh L-glutamate dehydrogenase (siklus asam sitrat). Reaksi ini penting dalam biosintesa seluruh asam amino. Glutamat yang diserap ditransaminasikan dengan piruvat dalam bentuk alanin. Alanin dari hasil transaminasi dari piruvat, oleh asam amino dekarboksilat menghasilkan α-ketoglutarat atau oksaloasetat. Glutamat yang lolos dari metabolisme mukosa, dibawa melalui vena portal ke hati. Sebagian glutamat dikonversikan oleh usus dan hati dalam bentuk glukosa dan laktat, kemudian dialirkan ke darah perifer. 22 3) Prekusor glutamin Glutamin dibentuk dari glutamat oleh glutamin sintase. Reaksi ini juga penting dalam metabolisme asam amino. Ammonia akan dikonversikan menjadi glutamin sebelum masuk ke sirkulasi. Glutamat dan glutamin merupakan mata rantai karbon dan nitrogen di dalam proses metabolisme karbohidrat dan protein. 23

11 4) Neurotransmitter Glutamat adalah transmitter mayor di otak, berfungsi sebagai mediator untuk menyampaikan transmisi post sipnatik. Selain itu glutamat juga berfungsi sebagai prekusor dari neurotransmitter Gamma Ammino Butiric Acid (GABA). 18 2.2.3 Efek MSG New England Journal of Medicine melaporkan keluhan Chinese Restaurant Syndrome yang dialami beberapa orang setelah makan di restoran China. Keluhan tersebut meliputi rasa terbakar di dada, bagian belakang leher, dan lengan bawah, kebas-kebas pada bagian belakang leher yang menjalar ke lengan dan punggung : perasaan geli, hangat dan kelemahan diwajah, punggung atas, leher dan lengan, sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar, sulit bernapas, mengantuk. 6 MSG dapat menyebabkan berbagai efek patologis pada hewan coba seperti terganggunya sistem hormonal, neurotoksik, nefrotoksik, hepatotoksik, obesitas, gangguan penglihatan, dan gangguan pencernaan. 10,11 Pemberian MSG secara kronis dilaporkan dapat mengakibatkan stres oksidatif pada hewan coba. 12,14 Penelitian yang dilakukan oleh A.O.Eweka yang memberikan MSG pada tikus Wistar dengan dosis 6 gr menyebabkan beberapa perubahan pada gambaran histologis ovarium berupa hipertrofi sel, dan degenerasi serta atrofi pada lapisan sel granulosa. Penemuan ini mengindikasikan bahwa dengan dosis yang lebih

12 tinggi akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan oosit bahkan infertilitas. 24 A.O.Eweka juga melakukan penelitian efek MSG terhadap intestinum tikus. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian 3g MSG mengakibatkan peningkatan basofil dan atrofi sel usus halus (duodenum dan jejenum) tikus pada gambaran histologinya. Pada dosis yang lebih tinggi yaitu 6g MSG, kerusakan usus halus lebih berat, pada gambaran histologis terlihat atrofi dan degenerasi sel. 11 MSG memiliki efek mutagenik yang termanifestasikan sebagai suatu mikronukleus. MSG yang diberikan pada mencit jantan dan betina dengan dosis 3 g/hari, 6 g/hari dan 9 g/hari menyebabkan terbentuknya mikronukleus pada sel darah merah sumsum tulang femur mencit. Pemberian MSG dosis 9 gram pada mencit jantan (jumlahnya 278) dan pada mencit betina (jumlahnya 244) menunjukkan jumlah mikronukleus yang lebih banyak. 25 2.2.4 Efek MSG terhadap duodenum Pada Electron Journal Biomed dikatakan bahwa pemberian MSG pada tikus dapat mengakibatkan peningkatan enzim alkalin pospatase (ALP) intestinum. 27 Perubahan keadaan fisiologi tersebut diduga berkaitan pula dengan perubahan gambaran histologi intestinum karena pada sel yang terjejas berat (sel mati) biasanya sel akan mengeluarkan kandungan enzim sitoplasma dan masuk ke dalam aliran darah sehingga dapat digunakan sebagai landasan diagnostik klinik, termasuk disini enzim alanin pospatase (ALP). 32 I ntestinum pada kelompok

13 kontrol menunjukkan gambaran histologi yang normal yaitu villi tampak panjang, epitel kolumner, beberapa kripte Lieberkuhn, kelenjar Brunner dan patche Payeri. Sedangkan intestinum pada kelompok perlakuan yang diberi MSG 6g menunjukkann peningkatan basofil pada nukleus, hipertrofi sel, dan distorsi epitel. Pada kelompok perlakuan yang diberi MSG 3g tidak terjadi perubahan pada kelenjar Brunner dan patche Payer. 11 Pada penelitian lain disebutkan terjadi peningkatan jumlah sel goblet dan sekresi mukosa intestinum. 27 Peningkatan basofil merupakan indikasi bahwa ada peningkatan sintesis protein mukosa oleh retikulum endoplasma kasar sebagai konsekuensi dari peningkatan asupan makanan karena palabilitas MSG. Ini menguatkan fakta bahwa MSG menyebabkan peningkatan nafsu makan dan dengan demikian menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas. 25 Hipertrofi sel adalah hasil dari proliferasi sel karena peningkatan asupan MSG. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan terjadinya hipertrofi sel pada dosis 6g MSG sedangkan pada dosis 3g MSG tidak terjadi hipertrofi sel. 11 Pada penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa dosis MSG yang lebih tinggi dan paparan MSG yang lebih lama mengakibatkan perubahan degeneratif dan atrofi yang diamati pada kelenjar Brunner bagian duodenum. Mekanisme bagaimana MSG dapat mengakibatkan perubahan degeneratif tersebut belum diketahui, masih diperlukan penelitian lebih lanjut. 11 Perubahan degeneratif telah dilaporkan mengakibatkan kematian sel yaitu kematian sel apoptosis dan nekrosis. Kedua jenis kematian tersebut berbeda secara morfologi dan biokimiawi. Kematian sel patologis dianggap sebagai

14 nekrosis yang disebabkan karena pengaruh dari luar sel seperti osmotik, suhu, toksin, radikal bebas, dan trauma. 26 MSG disebutkan bertindak sebagai toksin dan radikal bebas bagi intestinum yang dapat mengakibatkan nekrosis. Derajat nekrosis tergantung pada besar dan lama paparan toksin dan radikal bebas. Proses nekrosis seluler melibatkan gangguan struktural dan fungsional integritas membran sel. 11 2.2 Duodenum 2.2.1 Anatomi Duodenum Gambar 2. Anatomi Duodenum (http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-fisiologi-intestinumtenue.html) Duodenum merupakan bagian intestinum dengan panjang dari duodenum ± 25 cm, dimulai dari akhir pylorus lambung, disebelah kanan tulang belakang pada vertebra lumbal 1, kemudian membentuk C-shaped curve mengelilingi kaput pankreas dan akhirnya berhubungan dengan jejunum disebelah kiri vertebra

15 lumbal 2. Duodenum merupakan bagian paling proksimal, paling lebar, paling pendek, dan paling sedikit pergerakannya dari bagian usus halus lainnya. 28-2 2.2.2 Histologi dan Fisiologi Duodenum Gambar 3. Gambaran Histologi Duodenum potongan Transversal (http://eleshmeraa.blogspot.com/2013/06/histologi-usus.html) Gambar 4. Gambaran Histologi Duodenum Potongan Longitudinal (http://eleshmeraa.blogspot.com/2013_06_01_archive.html)

16 Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: 1) Lapisan mukosa Pada lapisan mukosa terdapat epitel, laminan propria, dan muskularis mukosa. Intestinum ditandai oleh banyak tonjolan mirip jari yang disebut vili. Adanya vili ini menyebabkan peningkatan lapisan permukaan menjadi 10 kali lipat. Terdapat sel goblet yang terpulas pucat dan kelenjar intestinal (kripte Lieberkuhn) tubuler pendek di lamina propria. Vili merupakan modifikasi permukaan mukosa. Di antara vili terdapat ruang intervilus. Epitel melapisi masing-masing vilus dan kelenjar intestinal. Setiap vilus memiliki bagian tengah lamina propria, berkas otot polos yang meluas ke dalam vili dari muskularis mukosa, dan sebuah pembuluh limfe sentral yaitu lakteal. Kripte Lieberkuhn terletak di lamina propria dan bermuara ke dalam intervilus. 30,31 Pada intestinum juga terdapat tonjolan halus mirip rambut disebut mikrovili yang membentuk membran plasma (brush border) mengandung enzim enterokinase, disakaridase, dan aminopeptidase. Adanya brush border menyebabkan peningkatan lapisan permukaan menjadi 20 kali lipat. 31 Pada irisan duodenum tertentu, kelenjar submukosa duodenal meluas ke dalam lamina propria. Lamina propria juga mengandung serat jaringan ikat halus dengan sel retikuler, jaringan limfoid difus, dan nodulus limfoid. 30 2) Lapisan submukosa Lapisan submukosa duodenum hampir terisi penuh oleh kelenjar duodenal (kelenjar Brunner) yang merupakan ciri khas dari duodenum. Kelenjar ini

17 tidak terdapat di bagian lain intestinum (jejenum dan ileun) dan kolon. Muskularis mukosa terputus jika kelenjar duodenal menembus ke dalam lamina propria. Sekresi dari kelenjar Brunner masuk di dasar kripte Lieberkuhn. 30 3) Lapisan Muskularis Potongan longitudinal duodenum muskularis esterna terdiri atas lapisan otot polos sirkuler dalam dan lapisan longitudinal luar, diantaranya terdapat jaringan ikat. 30 4) Lapisan serosa Lapisan serosa mengandung sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel adiposa. Serosa membentuk lapisan terluar bagian pertama duodenum. 30 Ciri khas duodenum adalah adanya kelenjar Brunner tubuloasiner yang bercabang di submukosa. Duktus ekskretoriusnya menembus muskularis mukosa untuk mencurahkan sekresinya di dasar kelenjar intestinal. Kelenjar duodenal mengeluarkan atau membebaskan produknya ke dalam lumen sebagai respon terhadap masuknya kimus asam dari lambung dan stimulasi parasimpatis oleh saraf vagus. 30 Fungsi utama kelenjar Brunner adalah melindungi mukosa duodenum dari isi lambung yang sangat korosif. Sekresi mukus dan ion bikarbonat yang alkalis dari kelenjar duodenal yang masuk ke duodenum, menetralkan kimus asam sehingga tercipta lingkungan yang lebih sesuai untuk enzim pencernaan yang masuk ke duodenum dari pankreas. Kelenjar Brunner juga diperkirakan

18 menghasilkan hormon polipeptida yaitu urogastron. Hormon ini menghambat sekresi asam hidroklorida oleh sel parietal lambung dan meningkatkan proliferasi epitel di usus halus. 30 2.2.3 Histopatologi Duodenum Dalam kondisi normal sel berada dalam keadaan homeostatis, dimana terdapat keseimbangan sel dengan lingkungan sekitar. Sel yang terjejas didefinisikan sebagai satu rangkaian perubahan biokimia atau morfologi yang terjadi ketika kondisi homeostatis mengalami gangguan hebat. 32 Kerusakan atau kematian sel dapat melalui berbagai cara, antara lain: 32 1) Disrupsi mekanikal Trauma langsung yang kuat akan menyebabbkan robeknya membran sel, sitoplasma tertumpah keluar sehingga sel rusak. 2) Kegagalan integritas fungsional membran Kerusakan membran dapat disebabkan karena sitolisis, tertutupnya saluran ion spesifik, kegagalan pompa ion, perubahan lipid dan ikan silang dari protein membran. Pada epitel mukosa duodenum, kegagalan integritas fungsional dapat dinilai dengan skor Manja. 33 Tabel 2. Integritas Epitel Mukosa Duodenum No. Skor Integritas Epitel Mukosa Duodenum 1. 0 Tidak ada perubahan patologis 2. 1 Deskuamasi epitel 3. 2 Erosi permukaan epitel (gap 1-10 sel epitel/ lesi) 4. 3 Ulserasi epitel (gap >10 sel epitel/lesi)

19 3) Tertutupnya jalur metabolik Gangguan metabollik intraseluler terjadi akibat penutupan satu atau dua jalur metabolik yang kemudian dapat menyebabkan kerusakan sel membran. 4) Rusaknya atau hilangnya DNA 5) Defisiensi metabolit yang penting Defisiensi setiap metabolit penting seperti vitamin, oksigen, glukosa atau hormon akan merusak sel. Metabolit tersebut penting sebagai antioksidan yang melindungi sel dengan melepas radikal bebas serta sebagai sumber energi. 2.3 Madu 2.3.1 Komposisi dan Manfaat Madu Madu mengandung beberapa komponen umum yang terdapat didalamnya, yaitu glukosa, asam organic, protein, ragi, vitamin, bijih renik, minyak, zat zat berwarna pigmen dan garam mineral seperti potassium, belerang, kalsium, sodium, fosfor, magnesium, besi, mangan. Komposisi madu dan kandungan kimia madu tercantum pada tabel dibawah ini. 34 Tabel 3. Komposisi umum madu Kandungan Rata-rata Kisaran Deviasi Standar Fruktosa/Glukosa 1,23 0,76 1,86 0,126 Fruktosa% 38,38 30,91 44,26 1,77 Glukosa% 30,31 22,89 44,26 3,04 Maltosa% 7,3 2,7 16,0 2,1 Sukkrosa% 1,31 0,25 7,57 0,87 Gula% 83,27

20 Tabel 3. Komposisi umum madu Kandungan Rata-rata Kisaran Deviasi Standar Mineral% 0,169 0,020 1,028 0,15 Asam bebas 0,43 0,13 0,92 0,16 Nitrogen 0,041 0,133 0,026 Air% 17,2 13,4 22,9 1,5 Tabel 4. Komposisi vitamin dan mineral madu Nutrisi Unit Jumlah Ratarata dalam 100 gr Madu Kalori Kkal 304 2.800 Vitamin : A IU - 5.000 B1 (thiamin) mg 0,004-0,006 1,5 B2 (riboflavin) mg 0,002-0,06 1,7 Asam nikotinat mg 0,11-0,36 20 (niasin) B6 (piridoksin) mg 0,008-0,32 2,0 Asam pantotenat mg 0,02-0,11 10 Asam folat mg - 0,4 B12 mg - 6 (sianokobalamin) C IU 2,2-2,4 60 D IU - 400 E (tokoferol) - 30 Biotin - 0,3 Mineral : Kalsium mg 4-30 1.000 Klorin mg 2-20 - Tembaga mg 0,01-0,12 Yodium mg - 0,15 Besi mg 1-3,4 18 Magnesium mg 0,7-13 400 Fosfor mg 2-60 1,00 Kalium mg 10-470 - Natrium mg 0,6-40 - Seng mg 0,2-0,5 15 Rekomendasi Kebutuhan Sehari

21 Enzim, vitamin, mineral yang terkandung dalam madu dikatakan dapat membantu pertumbuhan dan perbaikan jaringan. 35 Madu memiliki banyak peranan penting bagi tubuh secara umum, yaitu sebagai antimikroba, antikanker, antiperdarahan, mengobati luka, kecantikan kulit wanita, bermanfaat untuk wanita hamil dan menyusui, memperingan masa persalinan, sebagai obat anemia anak, membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak, melindungi pencernaan anak serta sebagai antioksidan. Berdasarkan uji klinik, madu berguna sebagai sumber nutrisi yang bernilai tinggi, mereduksi inflamasi dan udem, stimulasi epitelisasi dan regenerasi jaringan, mudah larut dalam darah, membantu proses pembekuan darah, menetralisir kadar asam dalam darah, menstabilkan tekanan darah, meningkatkan hemoglobin, meningkatkan imunitas, mudah diserap tubuh, menguatkan kerja hepar dan jantung, tidak menimbulkan obesitas serta menurunkan kadar kolesterol berbahaya. 36,37 2.3.2 Manfaat Madu sebagai Antioksidan dan Antiinflamasi Istilah stres oksidatif menggambarkan ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh. Madu telah dilaporkan mengandung antioksidan seperti oksidase glukosa, katalase, asam askorbat, flavonoid, asam fenolik, karoten, asam organik, asam amino dan protein. Antioksidan utama dari madu adalah asam fenolik dan flavonoid. 36 Asam fenolik dan flavonoid tersebut dapat mempercepat proses penyembuhan kerusakan jaringan akibat radikal bebas. 38

22 Penyebab paling sering inflamasi pada jaringan tubuh adalah radikal bebas. Potensi antioksidan dan antiinflamasi dari madu diduga saling berhubungan. Pemberian madu memiliki efek positif pada percobaan penyakit radang usus pada tikus. Madu sama efektifnya dengan prednisolon sebagai pengobatan inflamasi pada kolitis. Mekanismenya yaitu madu mencegah pelepasan radikal bebas oleh jaringan yang mengalami proses inflamasi. Pengurangan inflamasi ini bisa disebabkan karena efek bakterial yang terkandung dalam madu atau efek antiinflamasi secara langsung. Pada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap kelinci yang mengalami peradangan, madu terbukti menurunkan infiltrat neutrofil dan aktivitas myeloperoksidase. 36 Flavonoid yang terkandung dalam madu terbukti dapat penghambat pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-α and IL-1β. Ekspresi inos dan produksi oksigen reaktif juga terhambat secara signifikan. 39 Madu dapat bertindak sebagai antioksidan yang melindungi serta memperbaiki intestinum tikus dari bahaya mukositis akibat induksi methrotexat. 17 Efek antioksidan dan antiinflamasi oleh madu terhadap traktus gastrointestinal yaitu memperbaiki kerusakan brush border intestinum. 39