HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Ratna Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%) sebesar 37,71%, pakan B (udang rebon 15%) sebesar 36,69%, kemudian pakan A (udang rebon 0%) sebesar 35,85%. Sementara itu, kadar lemak untuk setiap pakan perlakuan hampir sama antara lain, kadar lemak tertinggi terdapat pada pakan perlakuan B (udang rebon 15%) yaitu sebesar 4,13%, pakan A (udang rebon 0%) sebesar 3,74%, pakan C (udang rebon 30%) sebesar 3,55% dan pakan D (udang rebon 45%) sebesar 3,13%. Kadar abu tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 23,79%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%) sebesar 20,44%, pakan B (udang rebon 15%) sebesar 17,85%, kemudian pakan A (udang rebon 0%) sebesar 15,34%. Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu sebesar 3,30% kemudian diikuti pakan B (udang rebon 15%) sebesar 2,99%, pakan C (udang rebon 30%) sebesar 2,58% dan pakan A (udang rebon 0%) sebesar 1,94%. Adapun kadar air tertinggi terdapat pada pakan perlakuan C (udang rebon 30%) yaitu sebesar 10,71%, kemudiaan diikuti pakan D (udang rebon 45%) sebesar 9,83%, pakan B (udang rebon 15%) sebesar 8,23% dan pakan A (udang rebon 0%) sebesar 6,80%. Diagram mengenai analisa kandungan nutrisi (proksimat) pakan perlakuan (udang rebon) dapat dilihat pada Gambar ,85 36,69 37,71 39,11 3,74 4,13 3,55 3,13 15,34 17,85 20,44 23,79 1,94 2,99 2,58 3,30 6,80 8,23 10,71 9,83 36,33 30,11 25,01 20,84 protein lemak abu serat kasar air BETN A ( rebon 0%) B ( rebon 15%) C ( rebon 30%) D ( rebon 45%) Proksimat (%) Gambar 2. Kandungan proksimat pakan perlakuan 8
2 3.1.1 Peningkatan Warna Orange pada Sirip Punggung Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada sirip punggung ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange pada sirip punggung yang dialami perlakuan B (udang rebon 15%) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C (udang rebon 30%) dan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu berkisar (-). Sementara itu, peningkatan warna orange pada sirip punggung yang dialami perlakuan B (udang rebon 15%), C (udang rebon 30%) dan perlakuan D (udang rebon 45%) berbeda nyata terhadap perlakuan A (udang rebon 0%) yaitu berkisar (-,67). Berdasarkan data di atas, diperoleh diagram nilai rata-rata peningkatan warna orange pada sirip punggung ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar ,00,00,00,67,67,67,33,67 Warna TCF,00,00,00,33,67 910,00 909, Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 3. Tingkat warna orange pada sirip punggung Peningkatan Warna Orange pada Sirip Anal Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada sirip anal ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan D (udang rebon 45%) yang warnanya meningkat berkisar antara (-), kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) berkisar (-,67), ikan yang diberi pakan perlakuan B (udang rebon 9
3 15%) berkisar antara (-) dan yang terakhir ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) berkisar antara (-,67). Berdasarkan data di atas, diperoleh diagram nilai rata-rata peningkatan warna orange pada sirip anal ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar 4. Warna TCF ,67,33,67, Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 4 Tingkat warna orange pada sirip anal Peningkatan Warna Orange pada Sirip Ekor Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada sirip ekor ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan B (udang rebon 15%) yang warnanya meningkat berkisar antara (-,67), kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) berkisar (-), ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) berkisar antara (-) dan yang terakhir ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) berkisar antara (-,67). Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata peningkatan warna orange pada sirip ekor ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar 5. 10
4 Warna TCF 916,33,33,67,33,67,67,67, Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 5. Tingkat warna orange pada sirip ekor Peningkatan Warna Orange pada Badan Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada badan ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan B (udang rebon 15%) yang warnanya meningkat berkisar antara (-,67), kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) tidak berbeda nyata terhadap ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu berkisar antara (-) dan yang terakhir ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) berkisar antara (-). Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata peningkatan warna orange pada badan ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar 6. Warna TCF 910,67,67,67,33,67,67,67,33, Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 6. Tingkat warna orange pada badan 11
5 3.1.5 Bobot Tubuh Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot tubuh ikan rainbow kurumoi. Peningkatan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan B (udang rebon 15%) yang bobotnya mencapai 3,31 g, kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) yang bobotnya mencapai 3,22 g, ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) yaitu mencapai 3,19 g dan ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) mencapai 2,89 g. Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata bobot tubuh ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari seperti yang terlihat pada Gambar ,56 Bobot (g) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 2,23 2,42 2,24 2,23 2,68 2,84 2,48 2,53 3,52 3,93 3,36 1,99 3,67 3,69 3,36 3,22 3,31 3,19 2,89 0,5 0 0 hari 10 hari 20 hari 30 hari 40 hari Pemeliharaan ke- Gambar 7. Bobot rata-rata tubuh ikan rainbow kurumoi Panjang Tubuh Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan panjang total tubuh ikan rainbow kurumoi. Peningkatan panjang total tertinggi terdapat pada perlakuan C (udang rebon 30%) yang mencapai 6 cm, kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) mencapai 5,85 cm, ikan yang diberi pakan perlakuan B (udang rebon 15%) yaitu mencapai 5,83 cm dan ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) mencapai 5,77 cm. Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata panjang total tubuh ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari seperti yang terlihat pada Gambar 8. 12
6 7,00 6,00 5,23 5,27 5,17 5,18 5,44 5,86 5,87 5,62 5,83 6,09 6,04 5,88 6,07 6,44 6,12 5,84 5,85 5,83 6 5,77 5,00 Panjang (cm) 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 0 hari 10 hari 20 hari 30 hari 40 hari Pemeliharaan ke- Gambar 8. Panjang total rata-rata tubuh ikan rainbow kurumoi 3.2 Pembahasan Penelitian ini melakukan rekayasa bahan baku dengan teknologi sederhana dengan penambahan tepung udang rebon pada pelet komersial. Tepung udang rebon adalah hasil pengolahan udang rebon yang biasa digunakan dalam masakan atau konsumsi manusia. Pemanfaatan udang rebon ini dilakukan karena udang rebon dinilai sangat murah untuk dijadikan sebagai bahan tambahan pakan ikan hias dengan tujuan meningkatkan kualitas warna ikan hias (Suyatmo 2000). Tepung udang rebon mengandung bahan-bahan seperti mineral, protein, kitin, dan karotenoid. Oleh karena itu, tepung udang rebon dapat ditambahkan ke dalam pakan buatan sebagai sumber astaxanthin alami. Adapun komposisi nutrisi udang rebon menurut Suwoyo dan Mangampa (2008) antara lain lemak (11,88%), protein (41,13%), serat kasar (1,48%), kadar abu (13,30%) dan kadar air (4,25%). Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6 dapat dilihat bahwa peningkatan warna orange mulai tampak terjadi pada hari ke 20 dan mencapai puncaknya pada hari ke 40. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan dengan penambahan tepung udang rebon yang mengandung karotenoid telah terserap secara maksimal sehingga dapat mempertajam warna orange pada sirip punggung, sirip anal, sirip ekor dan badan rainbow kurumoi. Hal ini sesuai menurut Satyani dan Sugito (1997) dalam Mara (2010) bahwa peningkatan warna mulai terlihat setelah dua minggu perlakuan dan 13
7 peningkatan warna masih terus terlihat sampai dengan hari ke 40. Akan tetapi, terdapat penurunan warna atau warna menjadi pudar pada setiap perlakuan. Hal ini terjadi dikarenakan ikan dimungkinkan mengalami stres terhadap lingkungan yaitu kualitas air pemeliharaan. Hal ini sesuai menurut Tappin (2010) bahwa tingkat stres dapat mempengaruhi warna ikan hias. Tingkat stres ini bisa ditimbulkan perubahan suhu serta kondisi kualitas air lainnya. Selain itu, menurut Sulawesty (1997) dalam Mara (2010) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kecerahan warna pada ikan hias antara lain kondisi ikan stres sebagai akibat dari kualitas air yang menurun. Rata-rata peningkatan warna orange pada sirip punggung, sirip anal, sirip ekor dan pada badan terendah terdapat pada perlakuan A (udang rebon 0%). Sedangkan rata-rata peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan D (udang rebon 45%). Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang lebih besar memiliki kandungan karotenoid yang lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih kecil. Hal ini sesuai menurut pendapat Sulawesty (1997) dalam Mara (2010), bahwa ikan rainbow yang diberikan karotenoid dengan konsentrasi tertinggi memberikan perubahan warna pada tubuh dan sirip paling tinggi. Akan tetapi, kemungkinan peningkatan kualitas warna berbanding terbalik dengan konsentrasi karotenoid yang diberikan bisa terjadi ketika asupan nutrisi yaitu pakan yang berkarotenoid tidak di imbangi dengan kualitas air yang mendukung sehingga ikan tidak mengalami stres. Hal ini sesuai menurut Tappin (2010) bahwa peningkatan kualitas warna pada ikan hias dengan teknologi pengkayaan pakan atau lingkungan tidak bersifat permanen dikarenakan adanya keterkaitan antara faktor nutrisi, genetika, lingkungan serta faktor lain yang mempengaruhi. Perlunya menciptakan nutrisi dan lingkungan yang tetap terkontrol untuk memperoleh warna yang diinginkan. Perlakuan A (udang rebon 0%) menunjukkan bahwa warna pada tubuh ikan juga mengalami peningkatan selama penelitian. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya usia ikan rainbow kurumoi. Semakin bertambah usia dan ukuran tubuh ikan, maka warna pada tubuhnya akan semakin meningkat dan jelas terlihat. Hal ini sesuai menurut Strebakken (1992) dalam Mara (2010), bahwa ada 14
8 beberapa faktor yang mempengaruhi pigmentasi antara lain, ukuran, umur ikan, perkembangan seksual dan faktor genetik. Berdasarkan hasil pengamatan ikan rainbow kurumoi yang diberi pakan dengan penambahan tepung udang rebon, memberikan peningkatan kualitas warna hingga akhir penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tepung udang rebon tersebut mengandung karotenoid. Selain itu, ikan merupakan salah satu hewan yang tidak dapat mensintesis karotenoid sendiri, sehingga pada saat ditambahkan sumber karotenoid ke dalam pakannya warna kulit tubuhnya akan meningkat. Ikan jantan dewasa akan menyimpan karotenoid pada kulit tubuhnya sehingga warna akan semakin jelas terlihat pada perkembangan seksualnya. Menurut Bjerkeng et al. (1992) dalam Mara (2010), bahwa pada penelitian Bjerkeng et al. terhadap ikan rainbow trout, bahwa kandungan atau akumulasi karotenoid pada ikan dewasa jantan lebih banyak terdapat di bagian kulit, pada ikan dewasa betina lebih banyak terdapat di bagian daging atau otot. Karotenoid yang terdapat dalam jenis udang-udangan berfungsi sebagai peningkat warna pada tubuh ikan dan merupakan komponen utama pembentuk pigmen merah dan kuning (Bjerkeng et al dalam Mara, 2010 ). Selain itu, menurut Iwasaki dan Murakoshi (1992) dalam Mara (2010) bahwa senyawa karotenoid mempunyai aktivitas antioksidan untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi dan beberapa senyawa karotenoid merupakan prekursor vitamin A. Menurut Latscha (1991) dalam Mara (2010) bahwa karotenoid secara struktural berhubungan dengan sumber-sumber utama vitamin A, retinol dan β-karoten. Karotenoid merupakan bentuk aktif dari vitamin A. Sebagian besar vitamin A terdapat dalam bentuk eter esensial retinil bersama karotenoid akan larut dalam lemak. Proses pencernaan lemak dalam lambung tidak begitu efektif karena pada lambung tidak terdapat enzim yang dapat mencerna lemak. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan lemak tersebut berasal dari hati, pankreas dan dinding usus sehingga proses pencernaan lemak secara intensif dimulai pada segmen usus. Karotenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Lipase pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu 15
9 berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak monogliserid dan kolesterol (Affandi et al. 2005). Rahayu (2008) dalam Mara (2010) menambahkan bahwa dalam sitoplasma sel mukosa usus halus, karotenoid dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam lemak secara difusi pasif kemudian digabungkan dengan kilomikron lipoprotein yang merupakan asam lemak dan monogliserida yang dibentuk menjadi trigliserida atau lipid kemudian berkumpul membentuk gelembung dan bergabung dengan lipoprotein lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle bersama dengan retinol masuk kedalam saluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil palmitat. Apabila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat akan diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau retinol binding protein (RBP) yang disintesis dalam hati. Selanjutnya, ditransfer ke protein lain untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Dengan demikian, karotenoid yang terdapat dalam tepung udang rebon dapat terserap dalam tubuh. Penyerapan karotenoid dalam sel-sel jaringan akan mempengaruhi sel-sel pigmen (kromatofor) dalam kulit ikan. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen merah pada sel pigmen merah (erithophores) sehingga warna merah dan jingga yang dihasilkan akan tampak lebih jelas. Menurut Vevers (1982) dalam Mara (2010), karotenoid pada hewan berperan dalam pemberian warna kuning, jingga dan merah. Namun bila berikatan dengan protein akan menjadi karotenoprotein, yang menghasilkan warna biru dan ungu. Karotenoid tersebut diidentifikasi sebagai astaxanthin dan canthaxanthin. Berikut ini, ikan uji selama 40 hari pemeliharaan. 16
10 1 Gambar 9. Ikan rainbow kurumoi kontrol (1) dan ikan rainbow kurumoi yang diberi perlakuan tepung udang rebon (2) Sementara itu, data hasil pengukuran terhadap pertumbuhan diperoleh data bahwa setiap perlakuan tidak berbeda nyata, menunjukkan pemberian tepung udang rebon pada pakan yang diberikan, tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ikan rainbow kurumoi. Hal ini disebabkan kurangnya kecernaan pakan dengan tambahan tepung udang rebon yaitu tingginya serat kasar pakan yang diberi perlakuan tepung udang rebon. Menurut Wiadnya et al. (2000), salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan adalah aspek fisiologi pencernaan dan pakan yaitu terkait dengan kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh dan panjang tubuh. Menurut Cho et al. (1985) dalam Haetami (2002), serat kasar akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi menyebabkan semakin berkurangnya masukan protein yang dapat dicerna. Zat gizi pakan dan pertumbuhan ikan merupakan faktor pembatas pertumbuhan. Kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses (Maynard et al dalam Haetami 2002). Berdasarkan data selama pemeliharaan, diperoleh data pertumbuhan yang mengalami penurunan antara lain penurunan bobot dan penurunan panjang total tubuh ikan. Penurunan bobot tubuh ikan mulai terjadi pada hari ke 20 yaitu pada perlakuan D (udang rebon 45%) kemudian hari ke 30 naik dan pada hari ke 40 terjadi penurunan bobot tubuh ikan pada setiap perlakuan. Hal ini dimungkinkan karena terkait dengan nafsu makan ikan yang cenderung rendah pada perlakuan D 2 17
11 (udang rebon 45%) dibandingkan perlakuan dengan dosis tepung udang rebon yang lebih rendah. Kemungkinan pakan dengan dosis udang rebon 45% memiliki bau yang lebih menyengat dibandingkan dengan pakan pada perlakuan lainnya sehingga mempengaruhi nafsu makan ikan. Hal ini sesuai menurut Parakkasi (1986) dalam Nurfadhillah (2010) bahwa kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit) dan tekstur pakan mempengaruhi nafsu makan ikan. Selain itu, kondisi ikan yang stres akibat dari penanganan saat pengambilan data sampling, kondisi ikan yang sakit serta perubahan lingkungan dapat menyebabkan nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai menurut Huaolian et al. (2002), bahwa selain dikarenakan jumlah energi pada pakan, pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi juga oleh kondisi ikan ketika stres, sakit atau adanya perubahan lingkungan tempat hidupnya. Sementara itu, untuk penurunan panjang total tubuh ikan terjadi pada hari ke 40. Penurunan panjang total tubuh ikan terjadi karena ikan terserang penyakit yang menyebabkan bagian sirip ekornya luka atau geripis sehingga mempengaruhi proses pengukuran panjang total tubuh ikan. Ikan mengalami sakit pada minggu terakhir pemeliharaan, ikan tidak mau makan dan sirip bagian ekor mengalami luka-luka sehingga bagian siripnya geripis atau hilang sebagian. Menurut Tappin (2010), penyakit yang biasa menyerang ikan rainbow yaitu sejenis patogen yang menyebabkan jamur pada tubuh ikan, luka pada sirip ekor dan nafsu makan ikan menurun. 18
Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning Dan Tepung Kepala Udang Terhadap Peningkatan Kualitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning Dan Tepung Kepala Udang Terhadap Peningkatan Kualitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus) Riza Solihah, Ibnu Dwi Buwono, dan Titin Herawati Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW MERAH (Glossolepis incisus, Weber 1907) MELALUI PENGKAYAAN SUMBER KAROTENOID TEPUNG KEPALA UDANG DALAM PAKAN
PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW MERAH (Glossolepis incisus, Weber 1907) MELALUI PENGKAYAAN SUMBER KAROTENOID TEPUNG KEPALA UDANG DALAM PAKAN [Color quality improvement of red rainbow fish (Glossolepis
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW KURUMOI (Melanotaenia sp.) MELALUI PENAMBAHAN TEPUNG UDANG REBON PADA PELET KOMERSIAL AI TETY NURBAETY
PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW KURUMOI (Melanotaenia sp.) MELALUI PENAMBAHAN TEPUNG UDANG REBON PADA PELET KOMERSIAL AI TETY NURBAETY DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kecerahan Warna Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan alami (Simpson et al. 1981 dalam Utomo dkk 2006), sedangkan sumber
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 1: 1-5 ISSN : 88-3137 PENGKAYAAN PAKAN YANG MENGANDUNG MAGGOT DENGAN TEPUNG KEPALA UDANG SEBAGAI SUMBER KAROTENOID TERHADAP PENAMPILAN WARNA DAN PERTUMBUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan potensial besar untuk usaha budidaya yang meliputi perairan umum seluas 141.690 hektar, sawah seluas seluas 88.500
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)
Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus) Effect of Spirulina platensis Concentration in Diet to
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Perubahan Warna Pengamatan selama 50 hari terhadap tingkat perubahan warna ikan koi varietas Kohaku telah dilakukan dengan menggunakan Toca Colour Finder yang telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum merupakan tanaman holtikultura yang banyak dimanfaatkan sebagai campuran dalam masakan, minuman, saus, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak
34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan peternakan dimasa mendatang bertujuan untuk mewujudkan peternakan yang modern, efisien, mandiri mampu bersaing dan berkelanjutan sekaligus dapat memberdayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)
PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam pembentukan hormon-hormon anak ginjal, testis, dan ovarium. Kolesterol merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Perubahan kandungan nutrisi daun mata lele Azolla sp. sebelum dan sesudah fermentasi dapat disajikan pada Gambar 1. Gambar1 Kandungan nutrisi daun mata lele Azolla
Lebih terperinciMODIFIED TOCA COLOUR FINDER
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 1 Oktober 2012 ISSN: 2302-3600 MODIFIED TOCA COLOUR FINDER (M-TCF) DAN KROMATOFOR SEBAGAI PENDUGA TINGKAT KECERAHAN WARNA IKAN KOMET (Carasius
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap Kolesterol Daging Ayam Broiler. Hasil pengatamatan kadar kolesterol daging pada ayam broiler pada penelitian
Lebih terperinciNutrisi Pakan pada Pendederan kerapu
Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,
Lebih terperinciPROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN
3. PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa pakan merupakan sumber energi dan materi bagi ikan. Di dalam proses pemanfaatannya, pakan akan mengalami beberapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Koi 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimilikinya. Klasifikasi adalah lanjutan dari identifikasi. Nenek moyang
Lebih terperinciGambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang
Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan marigold (Tabel 7) dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ubi Jalar Ungu Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah, dan biji. Batang tanaman
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak
Lebih terperinciBIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)
BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Ikan lele merupakan salah satu hasil perikanan budidaya yang menempati urutan teratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Laboratorium Lapang Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor merupakan laboratorium lapang yang terdiri dari empat buah bangunan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBERIAN ASTAXANTHIN PADA PENINGKATAN KECERAHAN WARNA IKAN BADUT (Amphiprion ocellaris) ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIVITAS PEMBERIAN ASTAXANTHIN PADA PENINGKATAN KECERAHAN WARNA IKAN BADUT (Amphiprion ocellaris) Erma
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Mojosari Itik Mojosari merupakan salah satu jenis itik lokal yang cukup populer di Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh jumlah penduduk yang pesat, pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan protein. Kondisi ini memerlukan adanya berbagai langkah untuk mengatasinya. Salah satu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Lemak Daging Ayam Broiler yang Diberi Probiotik Berbasis Susu Sapi dan Susu Kedelai Fermentasi. Hasil pengamatan kadar lemak daging ayam broiler pada peneitian dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bakso merupakan salah satu olahan daging secara tradisional, yang sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki rasa yang khas, enak,
Lebih terperinciPengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)
Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus) Riki MS Karo-Karo 1),Syammaun Usman 2) dan Irwanmay 2) 1) Program Studi Manajemen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan
Lebih terperinciKLASIFIKASI, FUNGSI DAN METABOLISME VITAMIN
KLASIFIKASI, FUNGSI DAN METABOLISME VITAMIN Oleh Drh. Imbang Dwi Rahayu, M.Kes. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang Sebelum abad ke dua puluh, karbohidrat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah berkembang dengan cepat. Pangan fungsional yang merupakan konvergensi antara industri, farmasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam buras) merupakan salah satu hewan ternak yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan salah satu jenis ternak unggas yang diciptakan Allah SWT untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat dimanfaatkan baik dari
Lebih terperinciGambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,
Lebih terperinciPendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan
Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1. 1 Pertumbuhan, Konversi Pakan, dan Kelangsungan Hidup Pada pemeliharaan 4 minggu pertama, biomassa ikan yang diberi pakan mengandung rgh belum terlihat berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan daging unggas khususnya daging ayam broiler sudah banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa dagingnya yang dapat diterima semua kalangan,
Lebih terperinci1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar
Lebih terperinciPROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)
PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat
Lebih terperinciTingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini, berat badan setiap ekor mencit ditimbang dari mulai tahap persiapan sampai akhir perlakuan. Selama penggemukan mencit diberi pakan berlemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg (Anggitasari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)
TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.
Lebih terperinci