Bab I PENDAHULUAN. dengan sesamanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988:66),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dari berbagai negara memiliki ciri universal dan ciri khusus.

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB 1 PENDAHULUAN. antaranya adalah partikel atau kata bantu yang disebut joshi ( 助詞 ). Joshi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB 2. Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 2. Landasan Teori. digunakan sebagai landasan teori untuk mendukung penelitian skripsi ini. Teori-teori

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB 2. Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

Bab 2. Landasan Teori. baik dalam memberikan penjelasan tentang hubungan antara satu kata dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi sehari hari, seringkali muncul pengutaraan kalimat

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi diperlukan rangkaian kalimat untuk dapat

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bahasa Jepang, terdapat pembagian kelas kata yang disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB 2. Landasan Teori. Noda (1991, hal.38), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hinshi (kelas kata

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat.

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah perilaku mengekspresikan, menyampaikan, dan

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan kata dengan kata dan turut menentukan makna inti sebuah kalimat.

PARTIKEL GA DI DALAM NOVEL KITCHEN KARYA YOSHIMOTO BANANA

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori

BJ システムについて Mengenai BJ System

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat,

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan salah satu unsur yang

Bab 2. Landasan Teori

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. bergantung dan berkelompok dengan anggota masyarakat lainnya. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB 2 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, perasaannya kepada orang lain. Setiap bahasa memiliki ciri

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, atau berkomunikasi satu sama lain. Dengan demikian bahasa

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA

BAB 2 LANDASAN TEORI

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Hinshi Definisi hinshi yang dikemukakan oleh Masuoka dan Takubo (1990:9) adalah: 文中での動き ( 統語的機能 ) に基づいて語を分類したものを 品詞 という

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

PENGGUNAAN KONJUNGSI SOSHITE, SOREKARA, DAN SORENI DALAM MAJALAH NIPPONIA SKRIPSI OLEH LINA SUSANTI NIM

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam makna. Bagi linguistik- ilmu yang khusus mempelajari

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat erat dengan kehidupan manusia. Karena jika berbicara tentang bahasa, maka akan terpikirkan juga tentang bagaimana manusia berkomunikasi dengan sesamanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988:66), bahasa adalah perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa. Misalnya saja, bahasa Indonesia begitu besar perbedaannya dengan bahasa Inggris, baik dari segi struktur, bentukan, kala, dan lain sebagainya. Begitu pula bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia, walaupun berada dalam benua yang sama, yaitu Asia, tetap saja memiliki perbedaan yang besar. Bahasa Jepang selain memiliki ciri-ciri universal, juga mempunyai karakteristik tersendiri, seperti halnya pengunaan 助詞 joshi, sebagai pemarkah fungsi sintaksis dalam kalimat bahasa Jepang. Masuoka (1992:49) dalam bukunya Kiso Nihongo Bunpo mengatakan tentang 助詞 joshi sebagai berikut: 名詞に接続して補足語や主題を作る働きをするもの 語と語 節と節を接続する働きをするもの 等を一括して 助詞 という Meishi ni setsuzokushite hosokugo ya shudai wo tsukuru hataraki wo suru mono, go to go, setsu to setsu wo setsuzokusuru hataraki wo suru mono, nado wo ikkatsushite joshi to iu Sesuatu yang berfungsi menyambung kata dengan kata, klausa dengan klausa, juga membuat nomina (meishi) yang diikutinya menjadi sebuah topik kalimat ataupun pelengkap, dapat disebut dengan joshi 1

Berdasarkan teori di atas, 助詞 joshi dipakai sebagai penyerta nomina, sehingga membuat nomina tersebut berubah fungsi sintaksisnya, yaitu sebagai morfem fungsi ( 機能形態素 kinoukeitaiso ). Selain fungsi tersebut, setiap 助詞 joshi dalam bahasa Jepang memiliki fungsi spesifiknya masing-masing. Karena tidak ditemukannya padanan kata yang sesuai dalam kata-kata bahasa Indonesia, dalam arti, 助詞 joshi tidak dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia, maka para pelajar asing merasa kesulitan ketika mempelajari bahasa Jepang, terutama tentang 助詞 joshi yang mempunyai fungsi yang penting dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. Menurut Tomita (1993:68): 助詞を使うことは 文中の単語と単語との関係をはっきりさせ 語順が変わっても文として成り立つ場合が多く 意味を取り違えることが少ないという利点があります Joshi wo tsukaukoto wa, bunchuu no tango to tango to no kankei wo hakkiri sase, gojyun ga kawattemo bun toshite naritatsu baai ga ooku, imi wo torichigaeru koto ga sukunai to iu riten ga arimasu. Kelebihan dari pemakaian joshi adalah untuk memperjelas hubungan antara kata perkata dalam sebuah kalimat, juga banyak dipakai untuk meminimalisasi kesalahan pemahaman walaupun terdapat perubahan urutan kata dalam kalimat tersebut. Jadi, peranan 助詞 joshi jelas terlihat ketika telah masuk ke dalam kalimat, karena memang 助詞 joshi tidak dapat berdiri sendiri seperti layaknya kata yang dapat berdiri sendiri ( 自立語 jiritsugo ), karenanya 助詞 joshi sangat terikat erat dengan kata-kata lain. Tetapi walaupun demikian, 助詞 joshi memberi nuansa dalam kalimat, sehingga makna dari suatu kalimat menjadi beragam. 2

Perhatikan contoh berikut ini: (1) 私は両親とバリへ行きますが 弟が家にいて 夏の宿題を一ヶ月で終えます Watashi wa ryoushin to Bali e ikimasuga, otouto ga ie ni ite, natsu no shukudai wo ikkagetsu de oemasu. Saya pergi ke Bali bersama dengan orang tua saya, tetapi adik laki-laki saya diam dirumah, menyelesaikan tugas rumah musim panas selama satu bulan. Dari contoh (1) di atas, dapat dilihat ada sembilan 助詞 joshi dalam sebuah kalimat. Masing-masing 助詞 joshi ini memiliki fungsi sintaksisnya tersendiri. Seperti 助詞 joshi は wa yang melekat pada meishi 私 watashi membuat kata 私 watashi tersebut menjadi topik dari contoh kalimat (1). 助詞 joshi と to membuat meishi di depannya berfungsi sebagai keterangan penyerta. 助詞 joshi へ e membuat fungsi sintaksis dari meishi バリ Bali yang dilekatinya menjadi keterangan tujuan. Dalam kalimat (1) tersebut, terdapat dua 助詞 joshi が ga dengan dua fungsi yang berlainan. 助詞 joshi が ga pertama, yang melekat pada verba 行きます ikimasu berfungsi sebagai joshi penyambung antara dua klausa, yaitu klausa 私は両親とバリへ行きます dan klausa 弟が家にいて 夏の 3

宿題を一ヶ月で終えます. Sedangkan 助詞 joshi が ga kedua berfungsi membuat meishi 弟 otouto di depannya sebagai subjek kalimat. 助詞 に ni dalam kalimat (1) berfungsi sebagai pemarkah keterangan tempat, dengan kegiatan yang statis. Sedangkan 助詞 の no digunakan sebagai penyambung antarkata, maka dalam frase 夏の宿題, の no menyambungkan kata 夏 dan 宿題, untuk menghasilkan makna PR di musim panas. 助詞 を wo berfungsi sebagai pemarkah fungsi sintaksis objek. Dan 助 詞 で de dalam kalimat (1) berfungsi untuk menyatakan bahwa adik lakilaki saya menyelesaikan tugas rumahnya dalam waktu satu bulan, dan sekaligus menjadikan kata yang dilekatinya berfungsi sebagai keterangan waktu. Tentang keberagaman 助詞 joshi ini, Masuoka (1992:49) menyatakan sebagai berikut: 助詞は 文の組み立ておける働きの違いによって主として 格助詞 提題助詞 取り立て助詞 接続助詞 終助詞 等に分かれる Joshi wa, bun no kumitate okeru hataraki no chigai ni yotte omotoshite, kakujoshi, teidaijoshi, toritatejoshi, setsuzokujoshi, shuujoshi, nado ni wakareru. Joshi dibagi menjadi kakujoshi, teidaijoshi, toritatejoshi, setsuzokujoshi, shuujoshi, sesuai dengan fungsi utamanya dalam konstruksi kalimat. Seperti yang diungkapkan pada kutipan di atas, 助詞 joshi bahasa Jepang dibagi menjadi kakujoshi ( 助詞 joshi yang dipakai untuk menghubungkan frase 4

dengan frase), teidaijoshi ( 助詞 joshi yang dipakai untuk menentukan bagian subyek kalimat), toritatejoshi ( 助詞 joshi yang dipakai untuk menambah makna dan mempunyai fungsi menerangkan), setsuzokujoshi ( 助詞 joshi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat), dan shuujoshi ( 助詞 joshi yang terletak di akhir kalimat dan dipakai untuk lebih menunjukkan perasaan penutur). 格助詞は主に体言に付いて 主として述語とその体言との関連を表します Kakujoshi wa omo ni taigen ni tsuite, shu toshite jutsugo to sono taigen to no kanren wo arawashimasu. Kakujoshi pada umumnya melekat pada taigen (kata benda), dan sebagian besar digunakan untuk menunjukkan hubungan antara predikat dengan taigen yang dilekatinya tersebut. (Tomita, 1993:68) Dari teori Tomita di atas, dapat dipahami bahwa 格助詞 kakujoshi ini menempel pada taigen untuk menunjukkan hubungan suatu taigen dengan predikat dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. Taigen yang dimaksudkan adalah sebuah kata yang berdiri sendiri, tidak dilekati dengan morfem lainnya dan tidak dapat mengalami perubahan ( 用言 yougen ), dalam hal ini taigen dapat pula disebut sebagai kata benda (meishi). Adapun contoh dari 格助詞 kakujoshi, menurut Tomita dalam bukunya, Bunpo no Kiso Chisiki to Sono Oshiekata (1993:68), adalah が, の, を, に, へ, と, で, や, より, から. Dari banyaknya contoh yang ada, penulis dalam penelitian ini hanya membatasi pada analisis kakujoshi で dalam kalimat bahasa Jepang. 5

Kakujoshi で memiliki fungsi beragam. Seperti ditulis Iori dalam buku Nihongo Bunpo Handbook (2000:21), kakujoshi で dipakai untuk menyatakan keterangan tempat ( 場所 basho ), keterangan sarana ( 手段 道具 shudan dougu ), keterangan bahan yang digunakan ( 材料 zairyou ), mengindikasikan jangkauan atau batasan ( 範囲 han i ), menyatakan alasan ( 原因 理由 gen in riyuu ), juga hasil akhir ( まとまり matomari ). Namun dalam penelitian ini, penulis akan membatasi pembahasan tentang kakujoshi で hanya pada kakujoshi で yang bermakna 範囲 han i atau kakujoshi で yang mengindikasikan jangkauan atau batasan. Seperti kalimat berikut: (2) 1 日で仕事を終える Ichinichi de shigoto wo oeru. Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu sehari. (3) 680 円でいろんな風呂に入り放題 Roppyaku hachijyuu en de ironna furo ni hairi houdai. Dengan hanya 680 yen saja bisa masuk ke tempat pemandian sebanyak apapun yang diinginkan. (WU 5/2007:7) (4) そしたら 3 日で作ってきてくれた Soshitara mikka de tsukutte kite kureta. Lalu membuatkannya untuk saya selama tiga hari. (WU 5/2007:7) Dengan melihat contoh kalimat di atas, dapat dilihat bahwa pada kalimat (2), bermakna menyelesaikan pekerjaan dalam waktu sehari. Kakujoshi で dalam 6

kalimat ini dipakai untuk menunjukkan batasan ( 範囲 han i ) subjek untuk melakukan pekerjaannya, yaitu hanya dalam waktu sehari. Begitu pula dengan kalimat (3) dan kalimat (4). Tetapi di sini terlihat ada sesuatu yang menarik, bahwa kakujoshi で yang menunjukkan batasan tersebut selalu mengikuti kata bilangan, seperti satu hari 1 日 ichinichi, enam ratus delapan puluh yen 680 円 roppyaku en, juga tiga hari 3 日 mikka. Alfonso dalam bukunya, Japanese Language Patterns volume II mengatakan, DE s function of signaling means shows up clearly with expressions concerning money; when some time is expressed, DE signals a period of time within which an activity takes place. (1966:323) Fungsi DE yang mengindikasikan makna menunjukkan dengan jelas melalui ekspresi mengenai uang; dan ketika suatu waktu diekpresikan, maka DE mengindikasikan suatu periode waktu dimana aktifitas tersebut dilakukan Jadi, kakujoshi で yang menunjukkan batasan ( 範囲 han i ) memang sangat berkaitan dengan kata bantu bilangan ( 助数詞 josuushi ), yaitu sebagai penghitung juga alat ukur suatu bilangan. Bukan hanya berhubungan, tetapi juga menunjukan batas waktu pengerjaan suatu aktifitas yang sedang berlangsung. Sedangkan mengenai kata bantu bilangan ini, Tomita (1991:83) mengatakan bahwa kata bantu bilangan ( 助数詞 josuushi ) dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu kata bantu yang menyatakan urutan ( 順序 junjo ), kata bantu yang menyatakan jumlah atau kuantitas ( 数量 suuryou ), juga kata bantu yang menyatakan waktu atau suatu saat ( 時刻 jikoku ). 7

(5) 日本史のことなんて 55 ページで見てください Nihonshi no koto nante, gojyuugo peeji de mite kudasai. Jika berbicara tentang sejarah Jepang, lihatlah di halaman 55. (6) 集中的な学習により 三ヶ月での修了も可能 Shuuchuutekina gakushuu ni yori, sanka getsu de no shuuryou mo kanou. Bila dengan konsentrasi belajar, maka dalam waktu tiga bulan pun bisa selesai. (NJ 12/2003:27) Kata bantu yang menyatakan urutan ( 順序 junjo ) yang dilekati oleh kakujoshi で akan bermakna pada urutan. Seperti dalam contoh kalimat (5), 55 ページで dapat dimaknai pada urutan halaman ke-55, dengan asumsi awal bahwa halaman tersebut berurut dari halaman ke-1, sampai ke halaman ke- 55 tempat artikel tentang sejarah Jepang tersebut berada. Dalam contoh kalimat (6), kakujoshi で mengikuti kata 三ヶ月 yang berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat tersebut, membuat maknanya menjadi dalam batas waktu tiga bulan lamanya. Jika dilihat dari makna yang terbentuk, maka kata 三ヶ月 tersebut masuk dalam klasifikasi kata bantu bilangan yang menyatakan waktu atau suatu saat ( 時刻 jikoku ). Jika melihat begitu beragamnya pertikel bahasa Jepang juga didukung oleh ketiadaan padanan untuk joshi dalam bahasa Indonesia, maka ketika berbahasa Jepang, kadangkala banyak orang kebingungan dalam menggunakan joshi, karena begitu banyaknya fungsi dan pola penggunaan masing-masing joshi tersebut, jika sudah masuk dalam sebuah kalimat. Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk mempelajari dan menganalisis fungsi joshi bahasa Jepang, khususnya tentang 8

kakujoshi で, dengan judul Analisis Kakujoshi で yang Bermakna Cakupan Bilangan dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis-Semantik). 1.2 Rumusan Masalah Dengan adanya kesulitan yang banyak dialami pelajar asing yang telah dipaparkan di atas, maka penulis ingin mengemukakan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1. Fungsi sintaksis seperti apakah yang dapat dibentuk dari kakujoshi で yang bermakna cakupan/batasan, yang berhubungan dengan setiap unit dalam suatu kalimat bahasa Jepang? 2. Makna apa sajakah yang terbentuk dengan adanya kakujoshi で yang berfungsi sebagai penanda makna batasan dalam kalimat bahasa Jepang? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan demikian, tujuan penelitian ini dilakukan ialah untuk: 1. Mendeskripsikan tentang fungsi sintaksis seperti apa saja yang dapat dibentuk dari kakujoshi で yang bermakna cakupan/batasan, yang berhubungan dengan setiap unit dalam suatu kalimat bahasa Jepang. 2. Mendeskripsikan makna apa sajakah yang terbentuk dengan adanya kakujoshi で yang berfungsi sebagai penanda makna batasan dalam kalimat bahasa Jepang. 9

1.4 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian dan analisis Kakujoshi で dalam kalimat bahasa Jepang ini menggunakan metode kualitatif untuk pencarian sumber data umum. Dengan metode ini, penulis dapat mencari data yang dianggap dapat dianalisis dan dikaji secara gamblang menurut teori yang mendukung penelitian. Teknik yang penulis gunakan adalah teknik deskriptif analitis, yaitu dengan cara menelaah, menggali konsep dan teori yang didapat dari buku-buku referensi, yang mendukung pemecahan masalah yang diteliti, lalu mendeskripsikan dan menganalisis sumber data tersebut sesuai dengan teori yang ada. Juga teknik sisip untuk mengetahui adanya nuansa makna yang tersirat dalam suatu data. Adapun urutan penulisan dilakukan dalam enam langkah, yaitu dimulai dengan menentukan tema, menetapkan teori serta materi, mencari dan mengambil datadata pada sumber data umum, menganalisis data, menulis dan melaporkan hasil penelitian, dan menyajikan hasil penelitian. 1.5 Organisasi Penulisan Dengan demikian, tahap penelitian ini akan terbentuk dalam empat bab yang mencakup landasan teori yang digunakan, analisis data, juga kesimpulan yang diambil oleh penulis. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk membantu para pelajar asing untuk mengetahui dengan jelas bagaimanakah fungsi kakujoshi で ini, khususnya untuk kakujoshi で yang bermakna cakupan bilangan dalam pengaplikasiannya sehari-hari. 10

Adapun yang akan dibahas dalam bab I adalah tentang latar belakang penulis mengambil kakujoshi で sebagai penelitian, bagaimana kesulitan yang dihadapi para pelajar asing tentang bahan ini. Juga dijabarkan tentang rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, tujuan penelitian dilakukan, juga metode serta teknik yang digunakan. Dalam bab II akan mengkaji tentang teori-teori yang pendukung penelitian, pandangan kakujoshi で melalui sisi sintaksis juga sisi semantik, juga membahas dengan jelas keseluruhan tentang kakujoshi で yang bermakna cakupan bilangan. Pada bab III, dalam analisis data, penulis akan mengungkapkan tentang pengaplikasian kakujoshi で yang bermakna cakupan bilangan dalam bahasa sehari-hari yang biasa ditemui melalui sumber data umum, lalu bagaimana hubungannya dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang kakujoshi で yang bermakna cakupan bilangan tersebut. Lalu pada bab terakhir, dalam bab IV, penulis akan mengungkapkan kesimpulan yang penulis dapatkan melalui penelaahan teori juga penyesuaian pada sumber data yang ada. 11