BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan yang menjalar ke wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. oleh meningkatnya taraf kehidupan ekonomi juga pergerakan dari suatu tempat. ketempat lain dengan berbagai macam aktifitas.

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa keuntungan dalam penghematan waktu bagi pelaku perjalanan

ANALISIS KAPASITAS GERBANG TOL KARAWANG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

Grafik jumlah penumpang TransJakarta rata-rata perhari

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB II STUDI PUSTAKA. Dalam PP No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, disebutkan definisi dari jalan tol

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG

USULAN PEMBANGUNAN JALUR Kereta Api LAYANG CEPAT JAKARTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

BAB III LANDASAN TEORI. maupun taksi kosong (Tamin, 1997). Rumus untuk menghitung tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STUDI PENENTUAN TARIF TOL RENCANA RUAS JALAN MANADO-BITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

TINJAUAN PENETAPAN TARIF TAKSI DI KOTA PADANG

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

3.1. IDENTIFIKASI MASALAH

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

PERBANDINGAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PADA PEMILIHAN RUTE JALAN KELUAR DAN MASUK KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

BAB III METODELOGI III - 1

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

KAJIAN NILAI WAKTU PERJALANAN UNTUK MOBIL PENUMPANG (STUDI KASUS JALAN TEUKU UMAR BANDA ACEH)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya

STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah 1.4 Tujuan

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB IV ANALISIS DATA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM LBE

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu sistem transportasi yang baik dan bermanfaat.

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data

PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

Nindyo Cahyo Kresnanto

OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil perusahaan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kondisi lalu lintas Kota Medan yang kian hari kian semrawut termasuk kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan telah berusaha mengurai kemacatan dengan membangun jalan layang yakni di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Sisingamangaraja menyusul Jalan Jamin Ginting Medan. Namun, usaha tersebut juga tidak memecahkan solusi, Medan sudah membutuhkan sarana jalan bawah tanah atau under pass untuk mengurangi masalah kemacatan lalu lintas. Pembangunan jalan under pass mendesak direalisasikan di Kota Medan, karena tingkat kemacatan lalu lintas sudah semakin parah. Oleh karena itu, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum perlu menambah lagi jumlah jalan layang dan membangun jalan under pass di kota yang sedang berbenah menuju kota metropolitan. Proses pembangunan jalan under pass relatif lebih cepat dilaksanakan, jika dibanding memperlebar ruas jalan dengan cara membebaskan lahan milik masyarakat. Medan, perlu menata kembali sistem dan sarana transportasi umum. Medan harus memiliki sarana angkutan massal yang nyaman, murah dan bebas macat, untuk mengurangi tingkat kemacatan lalu lintas di kota Medan berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa itu, mutlak dibutuhkan peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan penataan sistem sarana transportasi umum. Pertumbuhan jalan sudah tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan di Medan. Jika tidak ada solusi tepat, tingkat kemacetan lalu lintas akan semakin buruk, Jalan under pass diharapkan mampu mengurangi kemacatan lalu lintas

disekitar kawasan yang selama ini dikenal sebagai salah satu titik lokasi rawan macat di Medan. hingga Jalan Juanda Medan. Seputaran Jalan Kolonel Yos Sudarso Medan, sangat rentan terjadi kemacatan. Terlihat kemacatan terjadi di beberapa titik. Di antaranya Simpang Kantor, Simpang Titi Papan, dan Simpang Mabar. Jika pagi hari kemacatan biasanya terjadi pada pukul 07.00-09-00 WIB. Sedangkan pada sore hari pada pukul 17.00-20.00 WIB. Jalan ini merupakan jalur utama warga yang tinggal di tiga kecamatan dekat dengan Jalan Yosudarso. Di antaranya Kecamatan Medan Belawan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Tidak ada jalur lain kecuali jalan yang merupakan akses warga di tiga kecamatan menuju inti kota Medan. Kalaupun ada harus memutar jauh dari Marelan. Kemacatan terburuk biasanya terdapat di Simpang Titi Papan dan Simpang Mabar (Kawasan Industri Mabar). Volume kendaraan yang masuk begitu padat sehingga macat pun tak dapat terhindar. Mulai dari sepeda motor, angkutan kota, mobil pribadi, hingga kontiner yang bertonase tinggi melintas di Jalan Yosudarso. Volume meningkat sementara itu badan jalan tidak diperlebar. Bahkan badan jalan terlihat semakin sempit. Padahal bila kondisi seperti ini dibiarkan maka kehidupan perekonomian akan terganggu. Pada kota besar seperti Medan, ruas jalan menampung volume lalu lintas yang lebih besar dari kapasitas jalan, terutama pada jam-jam sibuk. Hal tersebut mengakibatkan turunnya tingkat pelayanan jalan, ini ditandai dengan turunnya kecepatan lalu lintas dan timbulnya kemacatan. Kondisi ini akan mengurangi efisiensi dari sistem transportasi. Masalah yang ditimbulkan dapat diatasi dengan mengadakan pelebaran jalan, peningkatan kapasitas persimpangan maupun

memperbaiki perkerasan, sementara lahan yang akan digunakan untuk pelebaran jalan tidak lagi mencukupi. Oleh sebab itu PT. Jasa Marga mengantisipasi dengan membuka jalan bebas hambatan yang dikenal sebagai jalan tol Belmera dengan mengutip tol bagi pemakai jalan tersebut. Dalam hal ini jalan tol harus memberi keandalan yang lebih tinggi dari pada jalan alternatif (jalan lama) yang ada. Jalan tol menjamin bahwa operasi kendaraan jalan tol serta pelayanannya harus lebih baik dari pada jalan alternatif yang ada. 2.1. Penelitian Terdahulu a. Marthyn (2007) Berdasarkan hasil survei didapatkan volume kendaraan pada gardu exit gerbang tol Tanjung Morawa untuk tahun 2007 sebesar 1008 kendaraan / jam. Serta berdasarkan hasil survei pada hari yang sama didapatkan waktu pelayanan rata-rata maksimum pada gerbang tol Tanjung Morawa adalah 5.37 detik. 1. Dengan tingkat kedatangan 336 kendaraan/jam per gardu maka Gerbang Tol Tanjung Morawa tidak lagi memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol dengan gerbang tol sistem tertutup pada gardu exit yaitu < 300 kendaraan/jam per gardu. 2. Berdasarkan uji distribusi disimpulkan bahwa distribusi kedatangan kendaraan pada gerbang tol Tanjung Morawa mengikuti distribusi Poisson. 3. Dengan melakukan metode perhitungan regresi linear diperoleh tingkat kedatangan untuk tahun 2010 adalah sebesar 1111 kendaraan/jam dan untuk tahun 2015 adalah sebesar 1335 kendaraan/jam.

4. Dengan tingkat pelayanan seperti pada point sebelumnya maka dengan perhitungan teori antrian untuk multiple channel didapatkan bahwa untuk tahun 2007 gerbang tol Tanjung Morawa masih mampu melayani besarnya jumlah kendaraan yang datang. Sementara untuk tahun 2010 dan tahun 2015 tingkat kedatangan sudah melebihi tingkat pelayanannya maka perlu dilakukan penanganan atau solusi, sehingga dengan metode prioritas untuk waktu pelayanannya ataupun penambahan gardu tandem untuk meningkatkan tingkat pelayanan sehingga mampu melayani tingkat kedatangan yang ada. 5. Dalam usaha meminimumkan nilai urutan prioritas pengambilan kebijakan, yaitu: a. Prioritas pertama adalah meminimumkan waktu pelayanan sekecil mungkin, b. Prioritas kedua adalah kebijakan menambah pintu tol, c. Prioritas ketiga adalah kebijakan penerapan gardu sistem tandem. 2.1.1. Karnawan (2007), Nilai Waktu Perjalan Bus Pengguna Jalan Tol Dalam Kota Perkiraan nilai waktu perjalanan tidaklah mudah. Sejak awal tahun 1960, ahli ekonomi beberapa metoda pengukuran langsung nilai waktu. Bagaimanapun setiap metoda dibangun dengan batasan yang ketat. Problem umum setiap metoda adalah kesulitan mengisolasi penghematan waktu dari faktor lain yang dipertimbangkan pelaku perjalanan.

b. Menurut Ridwan (2005), Masalah tarif merupakan salah satu kendala dalam investasi jalan tol di Indonesia. Saat ini, penetapan tarif jalan tol oleh Pemerintah belum terdapat pedoman yang jelas berapa persen terhadap Besar Keuntungan Biaya Operasi Kendaraan (BKBOK). Maka dari sisi pihak swasta membutuhkan suatu penetapan model penentuan tarif tol optimum yang dapat memaksimumkan pendapatan. Penentuan tarif tol optimum dimaksud berupa suatu model matematis yang berdasarkan prinsip teori elastisitas permintaan (price elasticity demand), yaitu apabila harga dinaikkan, permintaan akan mengalami penurunan. 2.2. Tinjauan Teoritis Menurut Sadono (2009), Agung-Nuryadi-Tupi (2012), Permintaan Konsumen terhadap suatu barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan merupakan faktor yang utama yang menentukan pendapatan perusahaan tersebut. Oleh karena itu permintaan menjadi perhatian utama setiap perusahaan. Seperti permasalahan yang dihadapi Gerbang Tol Mabar, lalu lintas harian semakin padat sehingga harus ada tindakan Belmera untuk menambah gardu masuk dan gardu keluar. Ini sebagai pertanda bahwa permintaan pengguna jalan semakin tinggi. Ada beberapa faktor penentu permintaan : 2.2.1. Pendapatan Pengguna jalan Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa. Apabila Pendapatan Pengguna Jalan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli barang dan jasa juga akan turun. Jika Pendapatan Pengguna Jalan meningkat maka

kenaikan harga bisa tidak akan berlaku. Pendapatan Pengguna Jalan merupakan faktor penentu permintaan pengguna jalan terhadap jasa jalan tol Belmera. Semakin tinggi tingkat pendapatan pengguna jalan maka permintaan terhadap jasa jalan tol akan semakin tinggi pula, dan sebaliknya jika pendapatan pengguna jalan menurun sehingga akan mengurangi permintaan jasa jalan tol. Dengan demikian Pendapatan dengan Permintaan memiliki hubungan yang positif. 2.2.2. Harga Harga adalah Biaya Operasi Kendaraan yang dikeluarkan selama perjalanan melalui jasa jalan tol ditambah tarif tol. Dalam pengertian umum tarif ialah biaya atau ongkos yang dibayarkan untuk mendapatkan barang dan jasa. Jadi dalam hal ini tarif tol adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna jalan tol untuk membayar jasa pelayanan ( jasa penggunaan) jalan tol dan karenanya mendapatkan keuntungan akibat dari penerimaan jasa tersebut. Pada dasarnya, jalan tol dibangun dengan maksud untuk mengurangi biaya operasi kendaraan yang disebabkan mungkin oleh panjang jalan lebih pendek serta kecepatan ratarata kendaraan yang lebih tinggi sehingga terjadi penghematan waktu. Dilain pihak pendapatan tol digunakan untuk pengembalian investasi, operasional dan pemeliharaan, serta untuk mengembangkan jalan tol lebih lanjut. Untuk ini maka dilakukan penghitungan tarif tol berdasarkan kemampuan bayar pengguna jalan, besar keuntungan biaya operasi kendaraan dan kelayakan investasi. Pemberlakuan tarif tol ditetapkan bersamaan dengan penetapan pengoperasian jalan sebagai jalan tol. Evaluasi dan penyesuaian tarif tol dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali berdasarkan tarif lama yang disesuaikan dengan

pengaruh inflasi sesuai dengan formula Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 48 ayat (3), Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 pasal 68 ayat (1) : Tarif Baru = tarif lama (1 + inflasi)...(1) Inflasi dihitung berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Regional yang ditetapkan oleh Biro Pusat Stastistik (BPS) Inflasi = {IHK 1 IHK o }/ IHK o...(2) Dimana : IHK = Indeks Harga Konsumen berdasarkan perhitungan BPS IHK 1 = Indeks Harga Konsumen saat pengusulan IHK o = Indeks Harga Konsumen tarif tol awal IHK meliputi 7 kelompok 1. Makanan 2. Minuman 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan, rekreasi dan olahraga 7. Transportasi dan komunikasi Jumlah komoditi yang diukur meliputi 281 komoditi dan survei IHK, ini biasanya dilakukan setiap bulan oleh BPS. 2.2.2.1. Biaya Operasi Kendaraan Suatu nilai yang menyatakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian suatu kendaraan. Dewasa ini terdapat beberapa model.

penghitungan biaya operasi kendaraan yang telah dikembangkan dan dipergunakan dibeberapa negara mulai dari model BOK yang mempunyai spesifikasi sederhana dengan mengabaikan dengan beberapa komponen sampai dengan model yang sangat detail dengan variabel yang kompleks serta kebutuhan data yang tinggi dan penerapannya tidak mudah. Model penghitungan BOK yang dipakai oleh PT Jasa Marga menggunakan model yang dibuat oleh PCI (Pacific Consultants International). Model ini merupakan model empiris yang dikembangkan sejak tahun 1979 dalam Feasibility Study Jakarta Intra Urban. Komponen biaya operasi kendaraan dalam model BOK dari PCI adalah penjumlahan dari biaya gerak (Running Costs) dan biaya tetap (Standing Costs), elemen kedua biaya tersebut adalah sebagai berikut : a. Biaya Gerak (Running Costs) : 1. Konsumsi bahan bakar. 2. Konsumsi oli mesin. 3. Pemakai ban. 4. Biaya pemeliharaan suku cadang dan biaya upah kerja mekanik. 5. Biaya awak untuk kendaraan komersil. 6. Depresiasi kendaraan b. Biaya Tetap (Standing Costs) : 1. Bunga Modal 2. Asuransi Menurut PT. Jasa Marga (Persero)TBk Cabang Belmera hasil survei Kecepatan dan Waktu serta Jarak Tempuh pada tanggal 11 dan 12 Agustus 2011

adalah rata-rata Kecepatan Perjalanan = 56,40 Km/Jam. Persamaan untuk menghitung Biaya Operasi Kendaraan (BOK) di Jalan Tol Per Kilometer adalah : a. Persamaan konsumsi bahan bakar. Gol I : Y = 0,04376 x S2 4,94078 x S + 207,0484 Y = Konsumsi bahan bakar (liter/1000 km), b. Persamaan konsumsi oli mesin. Gol I : Y = 0,00029 x S2 0,03134 x S + 1,69613 Y = Konsumsi oli mesin (liter/1000 km), c. Persamaan dari pemakaian ban. Gol I : Y = 0,0008848 x S 0,0045333 Y = pemakaian ban/1000 km, d. Biaya pemeliharaan i. Suku Cadang Gol I : Y = 0,0000064 x S + 0,0005567 Y = Biaya suku cadang dikalikan dengan harga kendaraan yang terdepresiasi/1000 km. ii. Biaya upah mekanik Gol I : Y = 0,00362 x S + 0,36267 Y = Jam kerja mekanik dikalikan dengan upah/jam/1000 km e. Persamaan dari penyusutan (depresiasi) Gol I : Y = 1 / (2,5 S + 100)

Y = Depresiasi dikalikan dengan setengah dari harga kendaraan terdepresiasi/1000 km. f. Biaya tetap (standing Cost) i. Persamaan dari suku bunga Gol I : Y = 150 / (500 x S) Y = Biaya suku bunga dikalikan dengan setengah harga kendaraan terdepresiasi/1000 km ii. Persamaan dari asuransi Gol I : Y = 38 / (500 x S) Y = Asuransi dikalikan dengan harga kendaraan baru/1000 km Tabel 2.1. Biaya Operasi Kendaraan (BOK) di Jalan Tol Belmera Per Km No Komponen BOK Harga Satuan (Rp) BOK Gol I (Rp)/KM 1 konsumsi bahan bakar 4.500,-/1 304,14 2 konsumsi minyak pelumas 30.000,-/1 25,53 3 Pemakaian Ban 525.000,-bh 95,28 4 Biaya Suku Cadang - 106,68 5 Biaya Upah Mekanik 20.000,-/jam 11,34 6 Depresi Kendaraan 116.250,- 241,18 7 Tingkat Bunga - 309,18 8 Asuransi - 208,87 Total BOK di Jalan TOl Belmera Per Kilometer = Rp. 1.302,20/Km Harga kendaraan baru Rp 155.000.000,- diambil dari surat kabar. Berdasarkan tabel 2.1. diatas dapat di ketahui biaya operasi kendaraan dijalan tol Belmera per kilometer adalah sebesar Rp 1.302,20,-/km.

Tabel 2.2. Biaya Operasi Kendaraan di Jalan Tol Belmera No Gerbang Asal Gerbang Tujuan Jarak Tempuh (Km) BOK (Rp) 1 Mabar Belawan 11.10 14.454,42 2 Tanjung Mulia Belawan 14.60 19.012,12 3 H. Hanif Belawan 17.20 22.788,50 4 Bandar Selamat Belawan 22.30 29.039,06 5 Amplas Belawan 27.90 36.331,39 6 Tanjung Morawa Belawan 35.00 45.577,00 Sumber : Hasil Survei Belmera dan Hasil Penelitian Dari tabel 2.2. dapat diketahui biaya operasi kendaraan dari gerbang asal masuk sampai akses keluar tujuan gerbang tol. Masuk dari pintu Gerbang Tol Mabar dengan tujuan Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 11,10 km maka biaya operasi kendaraan yang akan dikeluarkan oleh pengguna jalan tol sebesar Rp 14.454,42,-. Jika pengguna jalan masuk dari Gerbang Tol Tanjung Mulia dengan tujuan keluar Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 14.60 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 19.012,12,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol H. Hanif dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 17,20 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 22.788,50,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol Bandar Selamat dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 22,30 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 29.039,06,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol Amplas dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 27,90 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 36.331,39,-. Jika pengguna jalan masuk dari pintu Gerbang Tol Tanjung Morawa

dengan tujuan keluar pintu Gerbang Tol Belawan dengan jarak tempuh 35.00 km maka biaya operasi kendaraan sebesar Rp 45.577,00,-. 2.2.2.2. Tarif Konsep tol adalah pembangunan jalan yang dibiayai sepenuhnya oleh pengguna jalan tol dengan dijembatani terlebih dahulu oleh investor. Melalui konsep ini dana pemerintah (APBN) dapat dipergunakan untuk membangun prasarana lainnya didaerah yang belum berkembang. Investor memperoleh pengembalian terhadap investasinya melalui hasil pengumpulan tol yang telah diperhitungkan sejak awal masa operasi sampai dengan akhir masa konsesi, dengan penyesuaian tarif tol secara berkala setiap 2 (dua) tahun yang sudah diperhitungkan dalam business plan yang merupakan bagian dari Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) antara pemerintah dan investor. Tabel 2.3. Perubahan Tarif Tol Pada Tanggal 07 Oktober 2011 No Gerbang Asal Gerbang Tujuan Tarif (Km) 1 Mabar Belawan 3.000,- 2 Tanjung Mulia Belawan 3.000,- 3 H. Hanif Belawan 3.500,- 4 Bandar Selamat Belawan 3.500,- 5 Amplas Belawan 4.500,- 6 Tanjung Morawa Belawan 5.500,- Sumber : Kepmen PU no. 277/KPTS/M/2011 Untuk penentuan tarif tol ada pertimbangan pertimbangan : a. Penghematan Biaya Operasi Kendaraan. Biaya operasi kendaraan sangat dipengaruhi oleh waktu perjalanan. Sebagai contoh, terjadinya kemacetan lalu lintas akan menyebabkan naiknya

biaya operasi kendaraan karena bahan bakar yang digunakan menjadi tidak efektif. Di samping itu, kemacetan akan memperpanjang waktu perjalanan. Menurut Ridwan (2005), masalah tarif merupakan salah satu kendala dalam investasi jalan tol di Indonesia. Saat ini, penetapan tarif jalan tol oleh Pemerintah belum terdapat pedoman yang jelas berapa persen terhadap biaya operasi kendaraan (BOK). Maka dari sisi pihak swasta membutuhkan suatu penetapan model penentuan tarif tol optimum yang dapat memaksimumkan pendapatan. b. Keuntungan Bersama Pemakai jalan tol mempunyai keuntungan dari segi penghematan biaya operasi kendaraan maupun waktu perjalanan. Di sisi lain tol harus dapat menghasilkan keuntungan bagi pemilik. Jadi tarif tol harus bisa menghasilkan keuntungan bersama bagi pengelola maupun pemakai jalan tol dan tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat langsung dalam jalan tol. Penyesuaian tarif tol secara berkala meringankan beban pengguna jalan tol, tanpa kenaikan berkala, tarif tol akan tetap selama masa konsesi ( 35 tahun), namun akan terlalu tinggi untuk tahun-tahun pertama. Adapun kegunaan uang tol yang dibayarkan pengguna jalan adalah sebagai berikut : 1. Pengembalian modal dan pinjaman (berikut bunga) untuk membangun jalan tol. 2. Pemeliharaan rutin 3. Pemeliharaan periodik dan program peningkatan (pelapisan ulang, pelebaran jalan, penambahan gardu dan lain-lain)

4. Biaya operasi (petugas operasional, patroli, ambulans, rescue, derek dan pengamanan lalu lintas) 5. Corporate Social Responsibility (tanggung jawab dan kepedulian sosial) terhadap masyarakat dalam lingkungan jalan tol. 6. Pembayaran pajak, antara lain : pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai dan lain-lain). Tabel 2.4. Biaya Menggunakan Jalan Tol Belmera = BOK + Tarif Tol No Lokasi BOK (Rp) Tarif Tol (Rp) Harga (Rp) 1 Mabar Ke Balawan 14.454,42,- 3.000,- 17.454,42 2 Tj. Mulia ke Belawan 19.012,12,- 3.000,- 22.012,12 3 H. Hanif ke Belawan 22.788,50,- 3.500,- 26.288,50 4 Bdr. Selamat ke Belawan 29.039,06,- 3.500,- 32.539,06 5 Amplas ke Belawan 36.331,39,- 4.500,- 40.831,39 6 Tj. Morawa ke Belawan 45.577,00,- 5.500 51.077,00 Sumber : hasil penelitian 2.2.3. Harga Substitusi Harga substitusi adalah biaya lain yang dikeluarkan yang bukan kendaran memilih jalan tol Belmera atau biaya yang dikeluarkan selama kendaraan menggunakan jalan non tol Belmera. Seperti biaya untuk pemenuhan bahan bakar selama perjalanan, biaya oli pelumas mesin, baiaya penyusutan dalan pemakaian ban, biaya pemeliharaan dan lainnya. Persamaannya dapat dilihat sebagai berikut : 1. Persamaan konsumsi bahan bakar. Gol I : Y = 0,05693 x S2 6,42593 x S + 269,18567 Y = Konsumsi bahan bakar (liter/1000 km) 2. Persamaan konsumsi oli mesin. Gol I : Y = 0,00037 x S2 0,04070 x S + 2,20405

Y = Konsumsi oli mesin (liter/1000 km), 3. Persamaan dari pemakaian ban. Gol I : Y = 0,0008848 x S 0,0045333 Y = pemakaian ban/1000 km. 1. Persamaan dari biaya pemeliharaan i. Biaya suku cadang Gol I : Y = 0,0000064 x S + 0,0005567 Y = Biaya suku cadang dikalikan dengan harga kendaraan yang terdepresiasi/1000 km ii. Biaya upah mekanik Gol I : Y = 0,00362 x S + 0,36267 Y = Jam kerja mekanik dikalikan dengan upah/jam/1000 km 2. Persamaan dari penyusutan (depresiasi) Gol I : Y = 1 / (2,5 S + 100) Y = Depresiasi dikalikan harga kendaraan terdepresiai /1000 km. S = Kecepatan (km/jam) 3. Biaya tetap (standing Cost) a. Persamaan dari suku bunga Gol I : Y = 150 / (500 x S) Y = Biaya suku bunga dikalikan 1/2 dari harga kendaraan

terdepresiasi/1000 km b. Persamaan dari asuransi Gol I : Y = 38 / (500 x S) Y = Asuransi dikalikan dengan harga kendaraan baru/1000 km. Tabel 2.5. Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Jalan Non Tol Belmera Per Km No Komponen BOK Harga Satuan (Rp) BOK Gol I (Rp)/Km 1 Konsumsi bahan bakar 4.500,-/l 656,98 2 Kosumsi minyak pelumas 30.000,-/l 42,88 3 Pemakaian ban 525.000,-/bh 35,97 4 Biaya suku cadang - 82,93 5 Biaya upah mekanik 20.000,-/jam 9,03 6 Depresiasi kendaraan 116.250.000,- 36,06 7 Tingkat bunga - 712,32 8 Ansuransi - 481,21 Total BOK Jalan Non Tol Belmera Per Kilometer = Rp 2.057,38 / km Sumber : hasil penelitian Dari tabel 2.5. diatas dapat dilihat bahwa biaya operasi kendaraan di jalan non tol Belmera perkilometer adalah sebesar Rp 2.057,38,-. Dengan harga bahan pada saat penelitian berlangsung. Tabel 2.6. Biaya Operasi Kendaraan di Jalan Non Tol No Lokasi Jarak Tempuh (km) BOK (Rp) 1 Mabar ke Belawan 14.00 28.803,32,- 2 Tj. Mulia ke Belawan 16,20 33.329,56,- 3 H. Hanif ke Belawan 19,80 40.736,13,- 4 Bdr. Selamat ke Belawan 25,50 52.463,19,- 5 Amplas ke Belawan 31,60 65.013,21,- 6 Tj. Morawa ke Belawan 38,20 78.591,92,- Sumber : hasil penelitian 2.2.4. Waktu Tempuh

1. Jarak adalah tujuan yang ditempuh kendaraan (biasanya ditunjukan dalam odometer) dari suatu tempat ketempat yang lain. a. Penentuan jarak pada jalan tol. 1. Jarak dihitung berdasarkan jenis tempuh yang terjauh yang dimungkinkan, termasuk jalan akses. 2. Kondisi kapasitas dan aturan penggunaan jalan memungkinkan semua pada golongan kendaraan menggunakan rute perjalanan yang sama. b. Penentuan jarak pada jalan non tol (arteri). 1. Jarak dihitung berdasarkan jarak antara titik temu jalan dengan zona asal tujuan. 2. Kondisi kapasitas dan aturan penggunaan jalan memungkinkan timbulnya perbedaan rute perjalan pada golongan kendaraan yang berbeda. 3. Pemilihan rute perjalanan berdasarkan urutan perioritas, yaitu kelaziman penggunaan dan jarak tempuh yang terpendek. 2. Kecepatan Rata-Rata Kendaraan/jam adalah kecepatan rata-rata kendaraan yang bergerak didifinisikan sebagai Jarak tempuh dibagi waktu tempuh : V rata-rata = jarak tempuh / waktu tempuh. a. Penentuan kecepatan pada jalan tol : 1. Kecepatan dihitung berdasarkan rata-rata data sampling yang diambil dengan mengikuti perjalanan kendaraan. 2. Sampling diambil untuk mewakili waktu-waktu sibuk dan waktu tidak sibuk pada jam kerja yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari. b. Penentuan kecepatan pada jalan arteri atau non tol :

1. Kecepatan dihitung berdasarkan rata-rata data sampling yang diambil dengan mengikuti perjalanan kendaraan. 2. Sampling diambil untuk mewakili waktu-waktu sibuk dan waktu tidak sibuk pada jam kerja yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari. Pada tabel 2.7. dibawah ini dapat dilihat bahwa waktu tempuh dijalan tol Belmera dari jalan akses Gerbang Tol Mabar ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 13.42 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Tanjung Mulia ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 16.47 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Hanif ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 21.30 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Bandar Selamat ke jalan akses setelah keluar Belawan adalah 27.10 menit, dari jalan akses Gerbang Tol Amplas ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 32.38 menit dan dari jalan akses Gerbang Tol Tanjung Morawa ke jalan akses setelah keluar Gerbang Tol Belawan adalah 38.42 menit. Tabel 2.7. Waktu Tempuh di Jalan Tol Belmera No Lokasi Waktu Tempuh Jalan Tol (Menit) 1 Mabar ke Belawan 13.42 2 Tj. Mulia ke Belawan 16.47 3 H. Hanif ke Belawan 21.30 4 Bdr. Selamat ke Belawan 27.10 5 Amplas ke Belawan 32.38 6 Tj. Morawa ke Belawan 38.42 Sumber : Hasil Survei Belmera Tabel 2.8. Waktu Tempuh Jalan Non Tol No Lokasi Waktu Tempuh Jalan Tol (Menit) 1 Mabar ke Belawan 25.00 2 Tj. Mulia ke Belawan 32.48 3 H. Hanif ke Belawan 47.26 4 Bdr. Selamat ke Belawan 64.19 5 Amplas ke Belawan 81.13

6 Tj. Morawa ke Belawan 91.43 Sumber : hasil survei Belmera Dapat dilihat pada tabel 2.7 dan 2.8 diatas adalah Waktu tempuh di jalan tol Belmera dan di jalan non tol Belmera merupakan dari hasil survei Belmera pada bulan september 2011 dan menjadi waktu tempuh tercepat di seluruh jalan tol yang dikelola oleh PT Jasa Marga (Persero)Tbk. 2.3. Kerangka Konseptual Pada tanggal 07 Oktober 2011 pukul 00.00 wib diberlakukan tarif tol baru beberapa ruas jalan tol PT Jasa Marga (Persero)Tbk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 277/KPTS/M/2011. Salah satunya pemberlakuan kenaikan tarif baru ini adalah jalan tol Belmera. Dengan kenaikan tarif tol yang diatur yang diatur 2 (dua) tahun sekali dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dapat dilakukan berdasarkan laju inflasi dan juga hasil evaluasi terhadap Standar Pelayanan Minimum (SPM), tetapi pemerintah juga mempunyai tujuan yang lain yaitu menarik investor swasta dalam investasi pada bidang jalan tol. Pemerintah mengharapkan para investorpun mulai tergoda untuk turut serta dalam pembangunan jalan tol. Salah satunya dengan kewajiban membayar tarif jalan tol yang dibebankan pada konsumen sebagai upaya pengembalian investasi, pemeliharaan dan pengembangan jalan tol. Namun apakah aturan penyesuaian tarif tol malah memberikan dampak kepada konsumen pengguna jalan tol, dan apakah kebijakan kenaikan tarif tol dapat disesuaikan kemampuan bayar pengguna jalan serta masih dapatkah keuntungan dengan memilih melakukan perjalan melalui jalan tol. Pengusaha

jalan tol selalu berjanji untuk meningkatkan pelayanan jalan tol, namun masih banyak janji yang tidak terpenuhi, seperti kemacatan yang sulit diatasi yang terjadi di jalan-jalan tol di Indonesia. Dalam hal inilah penulis ingin menjadikan suatu kajian dan penelitian. Apakah pengguna jalan tol masih mendapatkan keuntungannya menggunakan jalan tol Belmera. PENDAPATAN PENGGUNA JALAN WAKTU TEMPUH Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahannya dapat diajukan beberapa hipotesa. Hipotesa ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan dan tidak terlepas dari kerangka teori yang terkait. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan pendapatan pengguna jalan terhadap frekuensi pengguna jalan tol untuk memilih jalan tol Belmera.

2. Ada pengaruh negatif dan signifikan waktu tempuh yaitu yang tepat cepat sampai tujuan bagi pengguna jalan untuk memilih jalan tol Belmera terhadap frekuensi pengguna jalan tol Belmera.