EVALUASI INSTALASI LISTRIK GEDUNG DI HOTEL MAQNA GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PEMASANGAN INSTALASI LISTRIK TEGANGAN RENDAH YANG SESUAI DENGAN PERSYARATAN PUIL Oleh : Hartono ABSTRAK

Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

STUDY DESIGN OF ELECTRICAL BUILDING DISTRIBUTION

BAB III KEBUTUHAN GENSET

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. lama semakin pesat. Seiring dengan itu konsumsi daya listrik pun semakin besar.

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : INSTALASI ELEKTRIK / IT SEMESTER / SKS : IV / 2

Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000

SUB BIDANG PERANCANGAN

Kata Kunci : Transformator Distribusi, Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Rugi-rugi, Efisiensi

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

S I L A B U S. 1. Identitas mata kuliah

SISTEM KELISTRIKAN GEDUNG RUANG BELAJAR POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan

INSTALASI PENERANGAN AC DAN PENANGKAL PETIR WISMA ATLET KAWASAN SPORT CENTRE RUMBAI PEKAN BARU

APLIKASI PERENCANAAN PERHITUNGAN INSTALASI LISTRIK PENERANGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR ABSTRAK

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

Amandemen 1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peran penting karena berhubungan langsung dengan

PERANCANGAN ULANG INSTALASI LISTRIK DENGAN MEMPERHITUNGKAN FAKTOR DEMAND DAN DROP TEGANGAN DI VILLA CHEZ BALI KEROBOKAN, KUTA TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

LAPORAN INSPEKSI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK PLTU BANTEN 1 X 660 MW (PT. LESTARI BANTEN ENERGI) 27 FEBRUARI - 1 MARET 2017

Oleh Asep Sodikin 1), Dede Suhendi 2), Evyta Wismiana 3) ABSTRAK

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971

Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan

PERTEMUAN 15. Gambar Simbol

INSTALASI LISTRIK TENAGA OLEH : HASBULLAH, S.PD., MT

YUNANTO KURNIAWAN D

PERENCANAAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20KV

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

Oleh : Bambang Dwinanto, ST.,MT Debi Kurniawan ABSTRAKSI. Kata Kunci : Perangkat, Inverter, Frekuensi, Motor Induksi, Generator.

SUB BIDANG PERANCANGAN

DASAR INSTALASI LISTRIK. Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI com Mobile :

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KOKO SURYONO D

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN RUGI TEGANGAN DAN SUSUT (LOSSES) SETELAH PENGGANTIAN KONEKTOR PRES (CCO)

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DI GEDUNG PT.STRA GRAPHIA TBK

ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN KAPASITOR. Ratih Novalina Putri, Hari Putranto

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Sub pokok bahasan dan Rincian materi

BAB II LANDASAN TEORI

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

PRAKTIKUM I N S T A L A S I L I S T R I K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

SISTEM PENGAMANAN MOTOR LISTRIK 3 FASA PADA BERBAGAI GANGGUAN

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

BAB III. Transformator

TEORI LISTRIK TERAPAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

SISTEM DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK PADA KERETA API KELAS EKONOMI, BISNIS DAN EKSEKUTIF

PENGURANGAN ARUS NETRAL PADA SISTEM DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT KAWAT MENGGUNAKAN TRANSFORMATOR WYE-DELTA

ANALISA KOORDINASI PROTEKSI INSTALASI MOTOR PADA PT. KUSUMAPUTRA SANTOSA KARANGANYAR

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

Transkripsi:

ELECTRCHSAN, VOL. 1, NO.1, ME 2014 EVALUAS NSTALAS LSTRK GEDUNG D HOTEL MAQNA GORONTALO Moh Rifki Binol, Sabhan Kanata, Tri Pratiwi Handayani Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas chsan Gorontalo ABSTRAK Pada instalasi kelistrikan yang sangat besar masalah aliran daya menjadi sangat penting, ka rena hal ini menyangkut masalah operasi yang ekonomis, keandalan dan susut jaringan. Perubahan struktur jaringan maupun pusat pusat pembangkit mutlak diperhatikan, karena bila salah satu komponen tersebut keluar dari sistem, akan diikuti oleh perubahan aliran daya maupun profil tegangan sehingga study aliran daya sangat diperlukan untuk menganalisa aliran daya baik saat ini maupun untuk masa yang akan datang. kata kunci : instalasi listrik, pembebanan setiap lantai. PENDAHULUAN ndikator secara fisik dari suatu perkembangan kota adalah semakin banyaknya gedung gedung yang dibangun secara bertingkat dan megah. Sebuah kota seakan mempunyai wibawa dan menjadi daya magnet bagi manusia apabila mempunyai banyak gedung bertingkat, sebagai contoh kota Jakarta, yang merupakan kota terbesar di ndonesia merupakan kota tujuan utama urbanisasi di ndonesia karena megahnya kota dengan banyaknya gedung-gedung bertingkat selayaknya pencakar langit. Mengevaluasi nstalasi Listrik pada suatu bangunan haruslah mengacuh pada peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan standar hotel, Pada gedung bertingkat biasanya membutuhkan energi listrik yang cukup besar, Oleh karena itu nstalasi listriknya harus diperhitungkan sebaik mungkin agar energi listrik dapat terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan keinginan kita bersama.. LANDASAN TEOR Dalam system penyaluran energi listrik di semua negara, dibuat suatu peraturan dan standarisasi. Di ndonesia dan negara-negara lain di dunia, diberlakukan peraturan tentang instalasi listrik. Persyaratan umum instalasi listrik di ndonesia diselenggarakan oleh komisi para ahli. Komisi ini beranggotakan utusan dari gabungan industry kelistrikan serta jawatan-jawatan pemerintah, dengan persetujuan komisi besar untuk normalisasi yang bertempat di Belanda. Pemasangan nstalasi Listrik, terkait erat dengan peraturan-peraturan yang mendasarinya. Tujuan dari persyararan-prasyaratan tersebut adalah : 1. Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik; 2. Keamanan instalasi beserta peralatan listriknya; 3. Menjaga gedung dan isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik; 4. Menjaga ketersediaan tenaga listrik yang aman dan efisien. Agar energi listrik dapat dimamfaatkan secara aman dan efisien, ditentukan syarat-syarat yang ketat bagi para pengguna energy listrik. Peraturan Umum nstalasi Listrik disingkat PUL 1964, yang merupakan penerbitan pertama dan PUL 1977 dan PUL 1987 adalah penerbitan PUL yang kedua dan ketiga yang merupakan hasil penyempurnaan atau revisi dari PUL sebelumnya, maka PUL 2000 merupakan terbitan ke-4. Jika dalam penerbitan PUL 1964, 1977 dan 1987 nama buku ini adalah Peraturan Umum nstalasi Listrik, maka pada penerbitan sekarang tahun 2000, namanya menjadi Persyaratan Umum nstalasi Listrik dengan tetap mempertahankan singkatannya yang sama yaitu PUL. Penggantian dari kata Peraturan menjadi Persyaratan dianggap lebih tepat karena pada perkataan peraturan terkait pengertian adanya kewajiban untuk mematuhi ketentuannya dan sangsinya. Sebagaimana diketahui sejak AVE sampai dengan PUL 1987 pengertian kewajiban mematuhi ketentuan dan sangsinya tidak diberlakukan sebab isinya selain mengandung hal-hal yang dapat dijadikan peraturan juga mengandung rekomendasi ataupun ketentuan atau persyaratan teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik. Sejak dilakukannya penyempurnaan PUL 1964, publikasi atau terbitan standar EC (nternational Electrotechnical Commission) khususnya EC 60364 menjadi salah satu acuan utama disamping standar internasional lainnya. Juga dalam terbitan PUL 2000, usaha untuk lebih mengacu EC ke dalam PUL terus dilakukan, walaupun demikian dari segi kemanfaatan atau kesesuaian dengan keadaan di ndonesia beberapa ketentuan mengacu pada standar dari NEC (National Electric Code), VDE ( Verband Deutscher Elektrotechniker) dan

ELECTRCHSAN, VOL. 1, NO.1, ME 2014 SAA (Standards Association Australi). PUL 2000 yang diambil dari EC, yang berpengaruh pada merupakan hasil revisi dari PUL 1987, yang pemilihan dari perlengkapan listrik dan cara dilaksanakan oleh Panitia Revisi PUL 1987 yang pemasangannya di berbagai ruang khusus. ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi Ketentuan dalam Bagian 8 ini merupakan dalam Surat Keputusan Menteri No:24- bagian dari EC 60364 Part 7, Requirements for 12/40/600.3/1999, tertanggal 30 April 1999 dan special installations or locations. No:51-12/40/600.3/1999, tertanggal 20 Agustus 8. Bagian 9 meliputi Pengusahaan instalasi listrik. 1999. Pengusahaan dimaksudkan sebagai Garis-garis besar yang dituangkan dalam PUL perancangan, pembangunan, pemasangan, 2000 yaitu : pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik serta proteksinya. Di 1. Bagian 1 dan Bagian 2 tentang Pendahuluan EC 60364, pemeriksaan dan pengujian awal dan Persyaratan dasar merupakan padanan dari instalasi listrik dibahas dalam Part 6: EC 364-1 Part 1 dan Part 2 tentang Scope, Verification. PUL 2000 berlaku untuk instalasi Object Fundamental Principles and Definitions. listrik dalam bangunan dan sekitarnya untuk 2. Bagian 3 tentang Proteksi untuk keselamatan tegangan rendah sampai 1000 V a.b dan 1500 V banyak mengacu pada EC 60364 Part 4 tentang a.s, dan gardu transformator distribusi tegangan Protection for safety. Bahkan istilah yang menengah sampai dengan 35 kv. Ketentuan berkaitan dengan tindakan proteksi seperti tentang transformator distribusi tegangan SELV yang bahasa ndonesianya adalah menengah mengacu dari NEC 1999. tegangan extra rendah pengaman digunakan sebagai istilah baku, demikian pula istilah. PEMBAHASAN PELV dan FELV. PELV adalah istilah SELV Spesifikasi Gedung dimaksudkan untuk yang dibumikan sedangkan FELV adalah sama mengetahui spesifikasi beban yang akan dilayani dengan tegangan extra rendah fungsional. dari setiap ruang yang terdapat dalam sebuah Sistem kode untuk menunjukan tingkat proteksi gedung, kita dapat mengetahui pembebanan yang yang diberikan oleh selungkup dari sentuh dilayani dari setiap ruangan dalam sebuah gedung, langsung ke bagian yang berbahaya, seluruhnya sehingga dapat diketahui pula jumlah beban (daya) diambil dari EC dengan kode P (nternational yang dilayani dari sebuah gedung, yang merupakan Protection). Demikian pula halnya dengan penjumlahan dari total beban yang dilayani dari pengkodean jenis sistem pembumian. Kode TN setiap ruang dalam gedung tersebut. spesifikasi mengganti kode PNP dalam PUL 1987, gedung dapat membantu dalam proses demikian juga kode TT untuk kode PP dan kode mengevaluasi instalasi listrik dari gedung tersebut T untuk kode HP. tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan denah 3. Bagian 4 tentang Perancangan instalasi listrik, masing2 ruangan dan tabel spesifikasi gedung dalam EC 60364 Part 3 yaitu Assessment of Hotel Maqna Gorontalo. General Characteristics, tetapi isinya banyak mengutip dari SAA Wiring Rules dalam section Perhitungan Pembebanan Lantai 1 Hotel General Arrangement tentang perhitungan kebutuhan maksimum dan penentuan jumlah titik sambung pada sirkit akhir. 4. Bagian 5 tentang Perlengkapan Listrik mengacu pada EC 60364 Part 5: Selection and erection of electrical equipment dan standar NEC 5. Bagian 6 tentang Perlengkapan hubung bagi dan kendali (PHB) serta komponennya merupakan pengembangan Bab 6 PUL 1987 dengan ditambah unsur unsur dari NEC. di Hotel Maqna Gorontalo, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 125 A dengan beban total 6. Bagian 7 tentang Penghantar dan pemasangannya tidak banyak berubah dari Bab 42.922 W = 53.653 VA, untuk mengurangi resiko 7 PUL 1987. Perubahan yang ada mengacu pada saat beban puncak maka perhitungan pada EC misalnya cara penulisan kelas pembebanan sebagai berikut : tegangan dari penghantar. Ketentuan dalam. cos Φ Bagian 7 ini banyak mengutip dari standar 42. 922 W = 380.. 0,8 VDE. Dan hal hal yang berkaitan dengan tegangan tinggi dihapus. = 42.922 7. Bagian 8 tentang Ketentuan untuk berbagai ruang dan instalasi khusus merupakan = 142 A di perencanaan sebesar adalah 125 A pengembangan dari Bab 8 PUL 1987. Dalam Sesuai dengan daftar tabel standar beban kuat arus PUL 2000 dimasukkan pula klarifikasi zona

ELECTRCHSAN, VOL. 1, NO.1, ME 2014 maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 142 A, jika masih menggunakan MCB yang di rencanakan dari awal 125 A maka akan terjadi drop tegangan pada saat beban puncak. Jadi kesimpulannya untuk perhitungan MCB 3 fasa tidak sesuai dengan dengan PUL.karena MCB Seharusnya yang digunakan MCB 3 fasa 142 A, hanya digunakan MCB 3 fasa 125 A, maka dari itu untuk tegangan lantai 1 hotel sering drop. fasa dengan menggunakan jenis kabel NYM 3 x 4 mm 2 yang terdapat pada tabel 2.5 maka sudah pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang dijelasakan ditabel 2.5 adalah 10 A. 2400 =. 2400 =. = 2400 = 11 A 2400 =. jadi kesimpulannya : untuk perhitungan MCB 3 fasa tidak sesuai dengan dengan PUL di karenakan MCB yang di pakai tidak sesuai dengan total beban untuk R.S.T. Perhitungan Pembebanan Lantai 2 Hotel di Hotel Maqna Gorontalo, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 125 A dengan beban total 41.666 W = 52.083 VA, untuk mengurangi resiko pada saat beban puncak maka perhitungan pembebanan sebagai berikut :. cos Φ 41,666 W = 380.. 0,8 = 41,666 = 137 A di perencanaan awal sebesar adalah 125 A Sesuai dengan daftar tabel standar beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 2 hotel sebesar 137 A, jika masi menggunakan MCB yang di rencanakan dari awal 125 A maka akan terjadi drop tegangan pada saat beban puncak. Kesimpulan dari pembebanan di lantai 2 hotel ini belum sesuai dengan standar PUL ( Peraturan Umum nstalasi Listrik ) karena MCB yang digunankan di instalasi listrik seharusnya 137 A hanya mengunakan MCB 125 A, maka dari itu pembebanan untuk lantai 2 hotel ini masi sering drop teganagan sama seperti pembebanan instalasi listrik lantai 1. fasa dengan menggunakan jenis kabel NYM 3 x 4 mm 2 yang terdapat pada tabel 2.5 maka sudah pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang dijelasakan ditabel 2.5 adalah 10 A. 2400 =. 2840 =. = 2840 = 12 A 2400 =. jadi kesimpulannya sesuai dengan PUL yang terterah pada tabel 2.5 Perhitungan Pembebanan Lantai 3 Hotel di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 3, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 200 A dengan beban total 39.136 W = 48.920 VA, untuk. cos Φ 39,136 W = 380.. 0,8

ELECTRCHSAN, VOL. 1, NO.1, ME 2014 = 39,136 = 128 A di perencanaan awal sebesar adalah 200 A untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 128 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di gunakan sebesar 200 A untuk pembebanan lantai 3 ini sudah sesuai dengan standar PUL.jadi untuk posisi pembebanan lantai 3 hotel ini sudah aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi beban puncak. Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai 3 ini berbeda dengan pembebanan instalasi listrik lantai 1 dan lantai 2 hotel. Jika di lantai 1 dan lantai 2 hotel sering drop tegangan untuk lantai 3 hotel ini tidak terjadi drop tegangan, karena MCB yang di gunakan untuk lantai 3 ini yaitu 200 A, jadi sudah sesuai dengan standar PUL. fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang dijelasakan di tabel 2.5 adalah harus 10A. 2400 =. P = V. 2840 =. = 2840 = 12 A 2400 =. jadi kesimpulannya sesuai dengan PUL yang terterah pada tabel 2.5 Perhitungan Pembebanan Lantai 4 Hotel di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 4, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 200 A dengan beban total 41,662 W = 52,078 VA, untuk. cos Φ 41,662 W = 380.. 0,8 = 41,662 = 137 A di perencanaan awal sebesar adalah 200 A untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 137 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di gunakan untuk pembebanan lantai 4 ini sudah sesuai dengan standar PUL.jadi untuk posisi pembebanan lantai 4 hotel ini sudah aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi beban puncak. fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang dijelasakan ditabel 2.5 adalah harus mengunakan MCB 10 A. 2400 =. 2400 =. 2400 =. jadi kesimpulannya sesuai dengan PUL yang ada pada tabel 2.5 Perhitungan Pembebanan Lantai 5 Hotel di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 5, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 60 A dengan beban total 7.168 W = 8,960 VA, untuk

ELECTRCHSAN, VOL. 1, NO.1, ME 2014. cos Φ 7.168 W = 380.. 0,8 = 7.168 = 23 A di perencanaan awal sebesar adalah 60 A untuk pembebanan lantai 5 hotel sebesar 23 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB sebesar 60 A yang di gunakan untuk pembebanan lantai 5 ini sudah sesuai dengan standar PUL. Yang terdapat pada tabel 2.5 Arus Beban jadi untuk posisi pembebanan lantai 5 hotel ini sudah posisi aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi beban puncak. fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan diperencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa 10 A, sedangkan MCB yang dijelasakan ditabel 2.5 adalah harus 10A. 4400 =. = 4400 = 20 A Karena di fasa R untuk lantai 5 ini digunakan pada AC lobby maka untuk MCB yang di gunakan sebesar 20 A 392 =. = 392 = 2 A Maqna Gorontalo sudah sesuai dengan Standar PUL. DAFTAR PUSTAKA Andrian, S, Jufriadi. 2007, Laporan Tugas Akhir, PPNS-TS Christian Darmasetiawan, Lestari Puspakesuma ; Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu ; Grasindo Edi setiawan Sistem Kelistrikan industri jilid 1,2 dan 3 F.Suryatmo ; Teknik Listrik nstalasi Penerangan ; Rineka Cipta F.Suryatmo, Teknik Listrik nstalasi Penerangan, 2002 Hidayat, Edhy Prasetyo, modul Ajar nstalasi Listrik. PPNS TS Harten P, Van and r, E Setiawan, nstalasi Listrik Arus Kuat Jilid 2 Bandung. Joseph A, Edminister, 1984, Rangkaian Listrik Gedung Bertingkat, Penerbit Erlangga, jakarta Jurnal instalasi listrik gedung bertingkat Komari,r Sistem Tenaga Listrik Gedung Bertingkat Modul Peraturan nstalasi Listrik, 2006, Biro Klasifikasi ndonesia. Neidle, Michael; Teknologi nstalasi Listrik; Erlangga, Jakarta. 1982 Persyratan Umum nstalasi Listrik, PUL, 2000 Sumardjati, Prih; Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1, 2 dan 3.pdf. mam Sugandi, r. Dkk ; Panduan nstalasi Listrik untuk Rumah Berdasarkan PUL 2000 1200 =. = 1200 = 5 A Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai 1 dan 2 hotel ini berbeda dengan pembebanan instalasi listrik lantai 3 sampai lantai 5 hotel, untuk di lantai 1 dan lantai 2 hotel sering drop tegangan karena MCB 3 fasa yang digunakan tidak sesuai standar PUL yaitu hanya mengunakan MCB 125 A yang seharusnya mengunakan MCB di atas 125 A, berbeda untuk lantai 3 samapai lantai 5 hotel ini tidak terjadi drop tegangan, karena MCB yang di gunakan sesuai dengan tegangan yang masuk. V. KESMPULAN 1. Setelah di evaluasi untuk instalasi listrik dan pembebanan di tiap lantai gedung Hotel Maqna Gorontalo maka tidak akan mengalami drop tegangan jika terjadi beban puncak. 2. Dengan adanya evaluasi ini maka instalasi listrik dan pembebanan tiap lantai gedung di Hotel