PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 )

Kajian Penggunaan Wadah Sampel (Crucible dan Aluminium Foil) Pada Metode Pengujian Kadar Air Jarak Pagar

TEKNIK PENGUKURAN KADAR AIR BENIH JARAK PAGAR

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh:

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Teknik Pengambilan Contoh Benih Kapas dalam Kemasan Plastik Di PT. Nusafarm Intiland corp Asembagus Jawa Timur

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

Buku Panduan ISTA tentang Benih Perdu Tanaman Tropis dan Subtropis Edisi pertama

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Bahan dan Alat C. Tahapan Penelitian 1. Persiapan bahan

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni Agustus 2014 di Laboratorium

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

TEKNIK PENGUKURAN KADAR AIR BENIH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODOLOGI PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.)

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Tempat dan Waktu Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS NYATA CAMPURAN BERASPAL DIPADATKAN MENGGUNAKAN BENDA UJI KERING PERMUKAAN JENUH

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) MUTU FISIK BENIH BEBERAPA KOMODITAS SAYURAN

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

Transkripsi:

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya Kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak Pagar adalah untuk mengetahui metode penghancuran benih jarak pagar yang lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan metode standar. Pengkajian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Benih Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya. Kajian menggunakan benih jarak pagar kelas sebar varietas IP-3A yang telah dihomogenkan dengan aplikasi metode penghancuran benih 4 (empat) jenis perlakuan yang berbeda yaitu : benih utuh, belah dua, belah empat dan ditumbuk (sebagai perlakuan kontrol). Data kajian yang diperoleh selanjutnya dianalisis keragaman (ANOVA 1 arah) pada jenjang nyata 5 %. Jika ada beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada jenjang nyata 5 %. Hasil dari kajian sesuai analisis menunjukkan bahwa perlakuan utuh, belah dua atau belah empat diketahui berbeda nyata dari perlakuan tumbuk (kontrol), namun apabila berdasarkan hasil pengujian kadar air dari semua aplikasi metode penghancuran benih jarak pagar yaitu perlakuan utuh 7,7% ; belah dua 7,6% ; belah empat 7,6% ; kontrol (ditumbuk) 8,2%, semua masuk kedalam standar kelulusan atau memenuhi syarat SNI dalam parameter pengujian kadar air pada benih jarak pagar yaitu 7,0 9,0%. Oleh karena itu, semua perlakuan utuh, belah dua, dan belah empat dapat direkomendasikan sebagai metode penghancuran dalam pelaksanaan pengujian kadar air benih jarak pagar. Kata Kunci : benih jarak pagar, pengujian kadar air, metode penghancuran. PENDAHULUAN Penanganan benih setelah panen merupakan hal yang penting pada kegiatan penyediaan benih unggul. Pengujian kadar air benih merupakan salah satu kegiatan perbenihan yang cukup penting dilakukan, karena kadar air benih erat kaitannya dengan proses pengolahan dan daya simpan benih. Benih yang berkadar air terlalu tinggi akan mengalami kemunduran yang lebih cepat, viabilitas akan menurun selama penyimpanan dan beresiko tinggi terhadap kerusakan mekanis akibat pengeringan. Benih yang berkadar air terlalu rendah juga dapat meningkatkan kepekaan benih terhadap kerusakan mekanis, sehingga dapat mengakibatkan bagian penting benih pecah atau retak yang kemudian mudah terserang cendawan dan dapat menurunkan daya simpannya (Justice dan Bass, 2002). Menurut Penelitian Sa diyah (2008) dengan judul Teknik Pengukuran Kadar Air Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) dengan Menggunakan Metode Langsung dan Tidak Langsung menghasilkan nilai rata-rata kadar air tertinggi pada varietas IP-1P dengan kondisi benih utuh dan pada varietas IP-1A dengan kondisi benih dibelah menjadi empat bagian. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi benih akan mempengaruhi metode pengujian dan hasil kadar air benih jarak pagar. BBPPTP Surabaya merupakan salah satu laboratorium penguji yang telah terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) dengan kode LP 599 - IDN. Dalam pelaksanaan kegiatan di laboratorium, pengujian kadar air merupakan salah satu pengujian standar yang dilakukan dan termasuk dalam ruang lingkup pengujian yang diakreditasi oleh KAN. Oleh karena itu, beberapa pengembangan metode perlu 1

dilakukan untuk memperluas pengetahuan dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium khususnya pengujian kadar air. Sehingga dirasa perlu melakukan kajian metode penghancuran benih jarak pagar yang nantinya dibandingkan dengan metode standar yang selama ini dilakukan dalam pengujian kadar air di laboratorium perbenihan BBPPTP Surabaya. Tujuan Kajian bertujuan untuk mengetahui metode penghancuran sampel benih jarak pagar yang lebih efektif dan efisien. Manfaat Hasil kajian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai metode penghancuran benih jarak pagar yang lebih efisien yang dapat direkomendasikan sebagai pengganti metode penghancuran sampel benih yang selama ini dilakukan di laboratorium Perbenihan BBPPTP Surabaya. Tempat Penelitian Kajian dilakukan di Laboratorium Fisika Benih Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih jarak pagar varietas IP-3A yang telah dihomogen dan berlabel sebagai kelas benih sebar, kertas label, dan plastik klip. Alat yang digunakan meliputi : timbangan analitik merk ohaus, oven merk memmert, desikator merk duran, crucible dan tutup berbahan porselin, mortar berbahan porselin, pestle, sendok tanduk, cutter, dan sarung tangan tahan panas. METODE PENELITIAN A. Persiapan Bahan Benih jarak pagar dipersiapkan dengan empat metode penghancuran benih yang berbeda yaitu: kontrol (ditumbuk), utuh, belah dua dan belah empat. Untuk metode belah dua dan belah empat, benih dibelah menggunakan cutter kemudian dimasukkan ke dalam plastik klip untuk mengurangi kontak benih dengan udara. Untuk metode tumbuk (control), benih ditumbuk menggunakan mortar dan pestle kemudian dimasukkan ke dalam plastic klip. Sedangkan untuk benih utuh, benih dibiarkan dalam kondisi utuh. B. Pelaksanaan Penelitian Penetapan Kadar Air menggunakan Metode Oven Suhu Rendah Konstan (103 ± 2 o C selama 17 ± 1 jam) dengan tahapan sebagai berikut : Bersihkan alat dan crusible sebelum dipakai, jika wadah (crusible dan tutup) basah maka crusible dan tutup dipanaskan terlebih dahulu dengan oven suhu 130 o C selama 1 (satu) jam, kemudian didinginkan dalam desikator. Nyalakan oven dan atur suhu hingga mencapai 103 ± 2 o C. Timbang crusible dan tutup sebelum digunakan (M1). Lakukan penghancuran ukuran benih yang besar dengan cara penggilingan dengan mortar atau diiris. Masukkan contoh benih yang telah dihaluskan / diiris ke dalam crusible dan ditimbang beserta tutupnya (M2), berat benih 4 5 gram (karena menggunakan crusible ukuran diameter <8 cm). Masukkan crusible berisi contoh benih + tutup ke dalam oven. Buka tutup crusible dan letakkan masingmasing tutup di sebelah crusible. Panaskan benih pada suhu 103 ± 2 o C selama 17 ± 1 jam. Bila sudah selesai, crusible ditutup, keluarkan dari oven dan dinginkan di dalam desikator selama 30 40 menit. Timbang crusible + isi + tutup (M3). Hitung kadar air benih dengan rumus : % Kadar Air = (M2 M3) x 100 % (M2 M1) Dimana, M1 = berat crusible + tutup dalam gram M2 = berat crusible + benih + tutup sebelum dioven M3 = berat crusible + benih + tutup setelah dioven 2

C. Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis keragaman (ANOVA 1 arah) pada jenjang nyata 5 %. Jika ada beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada jenjang nyata 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Metode Penghancuran Terhadap Nilai Kadar Air Benih Jarak Pagar ISTA (2005) menyatakan bahwa dalam pengukuran kadar air, benih-benih yang berukuran besar perlu dihaluskan (grinding). Benih jarak pagar termasuk ke dalam kategori benih besar, namun benih jarak mengandung minyak yang tinggi, penghalusan terhadap benih besar yang mempunyai kandungan minyak tinggi akan menyebabkan terjadinya oksidasi minyak yang berpengaruh terhadap berat benih dan menyebabkan kesalahan dalam penentuan nilai kadar air. Edi (1993) menyebutkan untuk mengatasi hal tersebut terdapat alternatif metode pengukuran kadar air benih besar berminyak, yaitu dengan cara memotong atau memecah benih menjadi bagian-bagian kecil. Grafik Hasil Kadar Air Benih Jarak Pagar Dalam Berbagai Kondisi Benih terlihat pada Gb 1. atau Terima H1). Kemudian data kadar air benih jarak pagar dianalisis lanjutan dengan uji Jarak Berganda DUNCAN. Hasil uji DUNCAN dapat terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Nilai Kadar Air Benih Jarak Pagar Berdasarkan Uji DUNCAN Kondisi Benih Rata-Rata Kadar Air (%) Utuh 7,7 b Belah dua 7,6 b Belah empat 7,6 b Kontrol (Ditumbuk) 8,2 a* Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh satu huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada tingkat kepercayaan 95 %. * Nilai rata-rata kadar air benih tertinggi. B. Metode Penghancuran Perlakuan Benih Utuh Dibandingkan Perlakuan Kontrol (Ditumbuk) Gb. 2 Gb. 3 Gb. 4 Gb. 5 Gb 1. Data kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak Pagar dianalisis keragaman (ANOVA 1 arah) pada jenjang nyata 5 % menunjukkan nilai signifikan 0,000. Hal ini menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan (Sig < 0,05 = Tolak Ho Uji lanjutan DUNCAN, menunjukkan perlakuan masing-masing kondisi benih terhadap nilai kadar air, dimana berdasarkan Tabel 2. terlihat nilai rata-rata kadar air pada kondisi utuh tidak berbeda nyata dengan kondisi belah dua maupun belah empat. Sedangkan pada kondisi kontrol (ditumbuk) menunjukkan berbeda nyata dengan ketiga perlakuan kondisi benih lainnya. Pada kondisi benih kontrol (ditumbuk) (Gb.2) mempunyai nilai rata-rata kadar air tertinggi, yaitu 8,2 % bila dibandingkan dengan lainnya. Hal ini dikarenakan permukaan benih 3

yang semakin luas dengan adanya perlakuan ditumbuk. Berbeda dengan perlakuan kondisi benih yang lain yaitu utuh (Gb.3), belah dua (Gb. 4) dan belah empat (Gb. 5). Pada kondisi benih utuh diperoleh nilai yang lebih tinggi, yaitu 7,7 % bila dibandingkan dengan belah dua, yaitu 7,6 % dan belah empat, yaitu 7,6 % walaupun secara hasil statistik tidak berbeda nyata. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan pada saat benih diberi aplikasi metode penghancuran. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kadar air benih. C. Metode Penghancuran Perlakuan Benih Belah Dua Dibandingkan Perlakuan Kontrol (Ditumbuk) Kondisi belah dua bila dibandingkan dengan benih kontrol (ditumbuk) menunjukkan ada beda nyata antara kedua perlakuan tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan luas permukaan benih pada saat dioven. Semakin luas permukaannya, maka kandungan air yang teruapkan juga akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan hasil kadar air benih pada perlakuan kontrol (ditumbuk), dimana mempunyai nilai kadar air yang lebih tinggi yaitu 8,2 % bila dibandingkan dengan belah dua yaitu 7,6 %. Kondisi benih belah dua diasumsikan akan lebih mempermudah proses penguapan air bila dibandingkan dengan benih utuh. Akan tetapi hasil kadar air ternyata sebaliknya. Hal ini diduga benih dengan kondisi belah dua mengalami pelepasan uap air dari dalam benih ke lingkungan sekitar atau desorpsi. Namun apabila dibandingkan dengan benih kontrol (ditumbuk), metode penghancuran dibelah dua dirasa lebih efisien karena mengurangi waktu penghancuran. Sesuai dengan ketentuan dari BPMBTPH (2006) menyatakan bahwa selama penetapan kadar air harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah contoh kirim diterima, serta diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar. D. Metode Penghancuran Perlakuan Benih Belah Empat Dibandingkan Perlakuan Kontrol (Ditumbuk) Uji lanjutan DUNCAN perlakuan benih terhadap kondisi benih menunjukkan nilai yang berbeda dimana perlakuan belah empat mempunyai nilai sama dengan belah dua yaitu 7,6 % dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (ditumbuk) yaitu 8,2 %. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan luas permukaan yang diuapkan. Sehingga kadar air benih perlakuan kontrol (ditumbuk) lebih tinggi bila dibandingkan dengan benih belah empat. Hasil pengujian kadar air benih dengan aplikasi metode penghancuran benih belah empat, yaitu 7,6 % menunjukkan nilai lebih rendah bila dibandingkan dengan benih utuh, yaitu 7,7 %. Hal ini dapat dikarenakan benih belah empat mengalami desorpsi (pelepasan uap air dari dalam benih ke lingkungan sekitarnya), sehingga sebagian kandungan air yang terdapat dalam benih belah empat menguap ke lingkungan sekitar. Kadar air dalam benih akan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara disekitarnya pada setiap keadaan. Kadar air kesetimbangan benih tidak selalu sama untuk setiap jenis benih, lot benih, keadaan lingkungan penyimpanan, dan tingkat kelembaban nisbinya. Benih kapas dan kacang tanah yang memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi mempunyai kadar air kesetimbangan masing-masing ialah 9,1 % dan 7,0 %, pada RH 60% dan suhu sekitar 12 o C 25 o C (Justice dan Bass, 2002). Data tersebut dapat menjadi angka taksiran terhadap nilai kadar air kesetimbangan benih jarak pagar, meski data tersebut mungkin dapat berbeda pada benih kapas dan kacang tanah dengan kondisi yang lain. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air yaitu contoh benih hanya dapat diterima apabila dikemas dalam kemasan yang kedap udara dan utuh, penetapan kadar air dilakukan sesegera mungkin setelah sampel diterima dan selama penetapan kadar air seminimal mungkin terjadi ekspose udara (BPMBTPH, 2006). Untuk jenis tanaman yang tanpa memerlukan penghancuran, proses penghancuran tidak boleh lebih dari dua menit (Anonim, 2012). Berdasarkan ISTA Rules (2005), benih berukuran besar dan benih yang memiliki 4

coating yang dapat menghalangi atau menghambat hilangnya air dari benih perlu dihancurkan sebelum pengeringan. Apabila tidak mungkin dilakukan penghancuran, diperbolehkan dengan cara dipotong. Benih jarak pagar dapat dimasukkan kategori benih berukuran besar dan perlu adanya perlakuan penghancuran mengingat kulit benihnya yang keras. Namun apabila dibandingkan berdasarkan standar nilai kadar air dengan komoditas yang lain sesuai Tabel 2, kadar air jarak pagar (7 9 %) memiliki standar kadar air yang relatif tidak jauh berbeda dengan kapas (8 10 %); kenaf (6 9 %); tembakau (6 8 %); dan rosella (7 9 %). Sedangkan benih yang berukuran besar seperti kakao dan kopi kadar airnya minimal 30 %. Dari data pengkajian metode penghancuran benih jarak pagar pada pengujian kadar air diperoleh hasil bahwa perlakuan kontrol (ditumbuk) berbeda nyata dengan kondisi benih utuh, belah dua atau belah empat. Namun apabila berdasarkan hasil pengujian kadar air dari semua aplikasi metode penghancuran benih jarak pagar yaitu (utuh sebesar 7,7 % ; belah dua 7,6 % ; belah empat 7,6 % ; kontrol / ditumbuk 8,2 %), semua masuk kedalam standar kelulusan / memenuhi syarat SNI dalam parameter pengujian kadar air jarak pagar yaitu 7 9 %. Oleh karena itu, semua perlakuan benih yang belah dua, belah empat dan utuh dapat direkomendasikan sebagai metode penghancuran pada pengujian kadar air benih jarak pagar. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak Pagar dilakukan dengan metode oven suhu rendah konstan dengan suhu 103 ± 2 o C selama 17 ± 1 jam. Dari hasil pengkajian tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Hasil kadar air perlakuan kontrol / ditumbuk pada benih jarak pagar yaitu 8,2 % dinyatakan berbeda nyata dengan perlakuan utuh (7,7 %), belah dua (7,6 %) maupun belah empat (7,6 %). b. Hasil kadar air perlakuan utuh pada benih jarak pagar yaitu 7,7 % dinyatakan berbeda nyata dengan benih kontrol (8,2 %) karena perbedaan luas permukaan dari kedua perlakuan tersebut. c. Hasil kadar air perlakuan dibelah dua pada benih jarak pagar yaitu 7,6 % dinyatakan berbeda nyata dengan benih kontrol (8,2 %) karena permukaan yang diuapkan dari benih kontrol lebih luas bila dibandingkan dengan benih belah dua. d. Hasil kadar air perlakuan dibelah empat pada benih jarak pagar yaitu 7,6 % dinyatakan berbeda nyata dengan benih kontrol (8,2 %) karena perbedaan luas permukaan dari kedua perlakuan tersebut. e. Aplikasi metode penghancuran dengan perlakuan benih utuh, belah dua atau belah empat, semua dapat direkomendasikan sebagai metode penghancuran pada pengujian kadar air benih jarak pagar, hal ini dikarenakan hasil pengujian kadar air dari semua perlakuan masuk kedalam standar kelulusan / memenuhi syarat SNI dalam parameter pengujian kadar air jarak pagar yaitu 7 9 %. B. Saran Saran berdasarkan dari hasil kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak Pagar adalah sebagai berikut : a. Hasil kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak Pagar dapat direkomendasikan sebagai metode penghancuran yang paling efektif dan efisien dari segi waktu pelaksanaan yaitu perlakuan benih utuh. b. Kajian lanjutan mengenai metode pengujian kadar air benih jarak pagar dapat dilakukan dengan pengujian kadar air menggunakan suhu tinggi (130-133 0 C) sehingga dapat mempercepat pelaksanaan pengujian kadar air (tidak lagi selama 17 ± 1 jam). c. Perlu adanya kajian lebih mendalam mengenai kadar air benih jarak pagar sehingga dapat diperoleh informasi lebih tepat untuk perlakuan benih jarak pagar. 5

DAFTAR PUSTAKA BPMBTPH, 2006. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dirjen Tanaman Pangan. Dirjen Hortikultura deptan. Jakarta. 282 hal. ISTA Rules. 2005. International Rules For Seed Testing Edition 2005. Switzerland. Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. (terjemahan). PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 446 hal. Mahmud, Z., A. A. Rivaie dan D. Allorerung. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcasl.). Pusat Kajian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. 35 hal. Sa diyah. 2008. Teknik Pengukuran Kadar Air Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) dengan menggunakan Metode Langsung dan Tidak Langsung. IPB. Bogor. Prihandana, R. dan R. Hendroko. 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar. Agromedia Pustaka. Jakarta. 84 hal. Schmidtt L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis 2000 (terjemahan). Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Dephut. Jakarta. 529 hal. 6