Buku Panduan ISTA tentang Benih Perdu Tanaman Tropis dan Subtropis Edisi pertama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku Panduan ISTA tentang Benih Perdu Tanaman Tropis dan Subtropis Edisi pertama"

Transkripsi

1 Buku Panduan ISTA tentang Benih Perdu Tanaman Tropis dan Subtropis Edisi pertama Oleh : Karen M. Poulsen Matt J. Parratt Peter G. Gosling Penerbit : International Seed Testing Association Zurich, Swiss, 1998 Seed International Testing Association, 1998

2 Bab 2: Prinsip Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian Benih Tanaman Tropis dan Sub-Tropis (Bab ini adalah versi pengembangan dari artikel yang telah diterbitkan sebelumnya yaitu: '. 'Gosling, P. G. (1996) International standards and the testing of tropical tree seed. Proceedings IUFRO Seed Symposium on 'Innovations in tropical tree seed technology', Arusha, Tanzania. September Editor Kirsten Olesen Pages " dengan seijin DFSC). Prosedur pengambilan contoh benih dan pengujian benih yang akurat, mudah direproduksi dan sesuai standar sangat penting untuk mengukur mutu benih, meningkatkan efisiensi dalam produksi tanaman dan sebagai dasar peraturan nasional dan internasional untuk memfasilitasi perdagangan benih. Tujuan utama dari International Seed Testing Association (ISTA) adalah memperkenalkan dan mempromosikan pengambilan contoh benih serta prosedur pengujian yang sesuai dengan prinsip-prinsip di atas. Peraturan internasional dalam pengujian benih, dan berbagai buku panduan diterbitkan dan secara teratur diperbaharui oleh ISTA untuk memenuhi peran ini, tetapi titik berat yang dikerjakan adalah benih tanaman pangan dan hortikultura, tanaman semusim dan bunga. Namun demikian, karakteristik benih yang diukur dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapai ketepatan dan reproduktifitas membentuk dasar yang ideal untuk pengujian benih lain seperti tanaman tropis dan semak-semak. Bab ini akan membahas penerapan standar internasional untuk pengambilan dan pengujian contoh benih tanaman tropis. Sejarah pengujian benih sudah dijelaskan secara komprehensif oleh Steiner (I994), MacKay (1972) and Justice (1972). Baldwin (1942) yang telah memberikan gambaran benih tanaman dan milestone melanjutkan. Peraturan awal yang mengatur perdagangan benih dan permintaan kualitas benih berhasil ditetapkan di Switzerland pada tahun Akan tetapi baru pada tahun 1869 Frederich Nobbe mendirikan Pusat Pengujian Benih yang pertama di dunia terletak di Tharand, Saxony, Germany. Peraturan pengujian benih terstandar pertama kali dipublikasikan di USA pada tahun 1897 dan pada tahun 1908 para analis benih dari AS dan Kanada mendirikan Association of Official Seed Analysts (AOSA). International Seed Testing Association (ISTA) dibentuk tahun 1921 dan melakukan aturan pengujian benih pertama kali pada tahun Aturan pengujian benih tidak pernah statis. Para analis benih, ilmuwan, teknolog, profesor, pedagang, petani dan pejabat terkait terus bekerja sama untuk meningkatkan akurasi dan kemampuan untuk memproduksi kembali benih dan pengujian metode benih yang ada serta memperluas manfaat dari metode standar untuk spesies / jenis baru. Saat ini, titik berat semakin diarahkan pada perlakuan pengujian yang sama atau dimodifikasi dengan biaya lebih murah, tanpa mengesampingkan akurasi / ketepatan hasil. Bab ini akan dimulai dengan pembahasan arti pentingnya pengambilan contoh benih sebagai tahap awal dalam pengujian benih. Kemudian menyajikan ringkasan singkat dari beberapa jenis benih yang dijelaskan sebagai tujuan dan

3 prinsip umum pengujian dan aplikasi hasil dengan pertimbangan khusus untuk jenis tanaman tropis. Sehubungan dengan ini, titik berat yang patut digarisbawahi bahwa untuk tanaman pangan dan hortikultura awalnya diutamakan hanya kualitas lot benih sebelum dijual atau ditabur. Namun, terdapat banyak kasus dalam benih tanaman tropis, sehingga sedikit yang diketahui tentang kapan untuk mengumpulkan benih, pengaruh dari sisi transportasi, penanganan, pengolahan dan lain-lain. Pada kualitas benih, bahwa pengujian sementara benih mungkin juga sangat penting. Tabel 1 merangkum mengapa hasil pengujian sementara benih terbukti berpengaruh penting dalam mendeteksi apakah setiap tahap dalam penanganan dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan Tabel 1: Beberapa contoh manfaat yang dapat diperoleh dari pengujian benih pada berbagai tahap penanganan benih. Sebelum pengumpulan a. Menentukan benih tanaman sudah berkembang/ matang dan dalam waktu yang optimal pada saat dikumpulkan. b. Menentukan kualitas benih/ ketersediaan dan apakah pengumpulan benih bermanfaat. Selama pengumpulan, penyimpanan sementara, transportasi dan pengolahan. a. Menentukan penanganan terhadap benih yang berbahaya. b. Menentukan kadar air benih dan apakah pengeringan diperlukan atau harus dihindari. c. Menentukan tingkat kemurnian benih dari kotoran dan apakah proses pembersihan lebih lanjut diperlukan. d. Menentukan tingkat dormansi dan apakah diperlukan perlakuan pendahuluan. Setelah proses pengolahan, sebelum dan selama penyimpanan a. Menentukan apakah benih tersebut cocok untuk penyimpanan. b. Menentukan masa dormansi, apakah perlakuan pendahuluan diperlukan serta perlakuan pendahuluan yang diterapkan c. Menentukan persentase daya berkecambah maksimum lot benih tersebut. d. Menentukan kesesuaian benih dalam penyebaran, penyimpanan atau penaburan yang tepat. e. Menentukan nilai/ harga lot benih tersebut. f. Menentukan kerapatan menabur yang cocok. g. Menentukan apakah terdapat perubahan kualitas dalam penyimpanan. Pengambilan Sampel Ukuran sampel yang diambil untuk pengujian benih seringkali sangat kecil jika dibandingkan dengan lot benih yang diambil. Oleh karena itu contoh benih yang diambil harus bisa mewakili dari lot benih tersebut. Tidak peduli seberapa akurat tahapan pekerjaan teknis selanjutnya di laboratorium pengujian benih, hasil yang ditunjukkan dilihat melalui kualitas sampel yang dipilih. Stok benih yang akan digunakan untuk sampel merupakan percampuran yang seragam sehingga sampel yang akan diambil mencerminkan stok secara akurat.

4 Dalam prakteknya, berbagai komponen benih, (benih murni dan benih tanaman lain) jarang ditemukan sejenis dalam seluruh bagian, oleh karena itu akan bijaksana apabila mengambil beberapa sampel 'utama' dari berbagai kumpulan massa, kemudian menggabungkan benih dan menjadikan campuran yang sering kita sebut sebagai benih komposit. Aturan ISTA (para 2.6.3) mendeskripsikan bahwa ukuran sampel yang diajukan berbeda untuk setiap pengujian, misalnya kadar air dan kemurnian, dan ukuran contoh pengiriman yang diajukan berbeda dengan contoh kerja untuk spesies yang berbeda (Tabel 2A, Bagian 1,2 dan 3). Ukuran sampel untuk pengujian juga dapat bergantung pada ukuran masing-masing benih, jumlah dan jenis pengujian yang diperlukan serta nilai benih. Dalam pengujian kadar air, ukuran sampel yang dikirim, dianjurkan 100 g untuk benih yang harus dipotong selama penentuan kadar air, dan 50 g untuk yang lainnya. Sampel untuk kadar air ditentukan secara universal 2 x 5 g sampel (lihat Tabel 2 dan teks yang menyertainya). Sebagai 'aturan praktis' sampel yang diperlukan untuk pengujian kemurnian dan daya berkecambah / daya tumbuh setidaknya sekitar benih murni. Akan tetapi, untuk spesies benih yang sangat kecil (misalnya Eucalyptus spp.) jumlah benih menjadi tidak praktis jika menggunakan ukuran sampel tersebut. Dalam kasus ini meskipun sampel 1-5 g mungkin berisi puluhan ribu benih, biasanya diterima sebagai kesepakatan yang masuk akal. Untuk jenis benih dengan ukuran yang sangat besar, sampel yang berjumlah 5,000 benih menjadi tidak praktis. Hal ini biasanya ditentukan untuk mengambil sampel dari 1 kg benih, asalkan berisi antara benih. Di mana apabila ukuran benih lebih besar adalah kurang tepat untuk mengurangi sampel di bawah 500 benih, bahkan jika benih tersebut memiliki bobot lebih dari 1 kilogram. Hal ini juga penting untuk mencegah, atau setidaknya meminimalkan, kemungkinan perubahan kualitas benih antara pengambilan contoh benih dan pengujian. Hal yang jelas untuk memastikan adalah kadar air benih yang diangkut menggunakan kontainer / wadah yang tahan air, sehingga kemurnian benih dan daya berkecambah tidak rusak atau terlalu panas. Tes kualitas fisik Pengujian Kadar Air Tujuan dan prinsip umum dari pengujian kadar air Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan persentase (tiap berat) kadar air (mc) dari contoh benih, (dan mengambil kesimpulan kadar air (mc) dari lot benih). Nilai ini biasanya dalam laporan disebut sebagai berat segar (f wt.) tetapi juga dapat dilaporkan sebagai berat kering (d.wt) perhatikan apa perbedaannya. Prinsip umum penentuan kadar air adalah sebagian besar metode bergantung pada asumsi bahwa pemanasan benih akan menghilangkan kelembaban. Oleh karena itu dengan cara pengeringan benih untuk berat konstan, setiap penurunan berat/ bobot akan mencerminkan kehilangan air. Untuk benih yang mengandung sejumlah besar zat yang mudah menguap seperti resin, lemak, minyak

5 dan lain-lain. Hal ini sedikit keliru karena zat ini juga dapat dihilangkan dengan pemanasan. Akan tetapi, untuk jenis - jenis ini kesalahan pada umumnya relatif kecil, jika suhu maksimum dijaga hingga C dan pemanasan dihentikan antara jam, maka perbedaan yang diperoleh lebih sedikit dari teori yang ada. Penerapan hasil dan pertimbangan khusus untuk benih tanaman tropis Kadar air benih merupakan hal penting karena beberapa alasan. Kadar air sangat penting dalam menentukan kemampuan penyimpanan seperti memperlama daya simpan. Meskipun perawatan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa perbedaan antara benih 'ortodoks' dan 'rekalsitran' diperhitungkan. Benih 'Ortodoks' (yaitu benih - benih yang dapat dikeringkan dan disimpan), harus memiliki kadar air rendah, sekitar 5-10% (f.wt basis). Sedangkan kadar air yang diinginkan untuk 'benih rekalsitran' (yaitu benih diperoleh dari proses pengeringan, dan dengan suhu terkadang di bawah 15 0 C, cenderung dapat mematikan benih) bervariasi tergantung jenisnya. Beberapa spesies rekalsitran menjadi mati apabila mc / kadar air menurun sampai 60%, sedangkan jenis lain masih bisa hidup sampai penurunan mc / kadar air di bawah 40%. Dalam kasus benih ortodoks kadar air rendah menandakan karena tidak perlu mengurangi air, benih cenderung menurun sebelum kita terima dan itu merupakan kondisi yang baik serta dianjurkan untuk penyimpanan. Dalam kasus benih rekalsitran kadar air rendah adalah pertanda buruk, kita mungkin membeli benih yang sudah mati. Metode ISTA untuk menentukan mc / kadar air benih tanaman pada dasarnya i) berat benih; ii) memanaskan benih pada C selama 17 jam atau + 1 jam; iii) menimbang benih kembali ; iv) menghitung % mc / kadar air. Bagian (ISTA Rules, 1996) spesifik untuk pengujian kadar air maka sampel yang digunakan dianjurkan 100 g spesies yang harus dihaluskan atau dipotong selama penentuan kadar air, dan 50 g untuk jenis lainnya. Pada merekomendasikan persiapan perlakuan penggilingan atau pemotongan untuk semua 'sejumlah besar benih tanaman' (benih 'besar' digambarkan sebagai 'kurang dari benih per kg' - setara dengan tpsw dari 200 g atau lebih, atau berat masing-masing benih dengan bobot di atas 0,2 g). Tujuan penggilingan atau memotong benih besar, pada prinsipnya untuk memastikan bahwa sampel yang digunakan untuk pengujian akan lebih cepat kering dan seragam daripada benih utuh. Perbedaan antara 100 g dan 50 g sampel yang diambil adalah kemungkinan untuk mendapatkan berat sampel yang lebih berat daripada benih 'besar', dan dengan demikian memastikan bahwa setidaknya ada sejumlah benih yang disetujui pada semua sampel. Akan tetapi tidak ada panduan/ patokan jumlah yang pasti tentang jumlah benih yang memadai. Hal ini juga agak membingungkan bahwa tujuan dari ukuran sampel yang diajukan lebih besar untuk benih contoh kerja`. Meskipun pada menetapkan bahwa berat kadar air benih contoh kerja antara '4-5 g' atau '10 g, pilihan antara dua bobot sampel ini tidak tergantung pada ukuran benih, hanya' diameter wadah 'yang akan digunakan dalam pengujian.

6 Banyak tanaman tropis memiliki benih dengan perbandingan yang signifikan dari bobot sampel dan bahkan beberapa melebihi. Hal ini jelas dibutuhkan saran praktis untuk perbaikan pemilihan sampel standar dan sesuai antara ukuran benih contoh kirim' dan 'contoh kerja' untuk penentuan kadar air pada Marge '(> 0,2 g) benih. Tabel 2 dimaksudkan untuk menawarkan bimbingan tersebut. Tabel telah disusun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Apakah tersedia bukti tentang jumlah minimum benih sesuai untuk penentuan kadar air? Berapa besar ukuran masing-masing benih dari spesies yang bersangkutan? 'Apakah spesies yang bersangkutan memiliki benih dengan ukuran yang sangat besar dimana sampel mengandung jumlah minimum benih dengan ukuran sangat besar atau mengeluarkan biaya mahal untuk proses pengiriman, pengerjaan atau pengeringan langsung? Apakah ada persetujuan yang masuk akal antara akurasi yang diperlukan dalam penentuan kadar air dan kendala praktis pada ukuran sampel? Ada sangat sedikit informasi yang dipublikasikan tentang jumlah minimum benih yang diperlukan untuk penentuan kadar air. Bonner (1981) merekomendasikan bahwa 'berat sampel (untuk jenis benih besar) harus setara dengan berat 5 benih'. Chin (1988) dan Berjak (1989) telah menyarankan (minimal 20 benih). Tapi saran ini sebagian besar didasarkan pada 'pengalaman' dari para peneliti yang bersangkutan. Mungkin pekerjaan yang paling ketat asal dari ukuran sampel minimum ditemukan oleh Krishnapillay dan Marzalina (1993). Mereka berusaha melakukan pendekatan statistik untuk menentukan ukuran sampel, mengevaluasi ukuran daya tumbuh, berat dan kadar air dari tiga populasi of Shorea leprosula dan S. parviflora. Penemuan mereka kemudian disempurnakan oleh Huhn (1994) dan menghasilkan sebuah (tabel yang merinci secara luas jumlah benih yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat yang berbeda dari kadar air presisi dengan probabilitas yang diketahui. Sebuah kesimpulan praktis yang dapat disimpulkan dari tabel ini adalah bahwa (ketepatan persentase kadar air yang diperoleh dari 30 sampel benih memiliki 99% probabilitas yang berada dalam 2 standar deviasi dari 1% kadar air dengan kata lain 30 benih harus memberikan tingkat akurasi dan bisa cukup diadopsi sebagai ukuran minimum kadar air contoh benih kerja. Tapi harus dimengerti secara jelas bahwa rekomendasi ini didasarkan pada satu studi, dua spesies, dengan berat masing-masing benih bervariasi antara 0,2-1,10 g. Banyak benih tanaman tropis memiliki bobot jauh lebih besar dari ini. Tabel 2 menggunakan 30 benih sebagai penentuan kadar air minimum yang diinginkan, dan menggabungkan rekomendasi dari Bonner (1981) untuk minimal 5 benih di mana berat benih individu melebihi 20 g. Dalam prakteknya beberapa pengujian benih di laboratorium telah ditemukan bahwa tidak praktis untuk mengeringkan sampel lebih dari 10 g secara seragam. Oleh karena itu berat sampel benih contoh kerja yang disarankan harus sub-sampel sebanyak dua ulangan dari 10 g kering. Diterjemahkan oleh : Nugraheni (PBT Balai Besar PPMB-TPH)

7

8

EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST

EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST Salah satu persyaratan akreditasi laboratorium pengujian benih oleh ISTA (International Seed Testing Association) adalah analis laboratorium

Lebih terperinci

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH Satriyas Ilyas 1.1. Program Sertifikasi Produksi benih memerrlukan jaminan dari pihak ketiga sehingga lahirlah program sertifikasi benih. Sertifikasi benih adalah

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya Kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak

Lebih terperinci

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 )

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Muda) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. PENDAHULUAN SNI

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN Siti Saniah dan Muharyono Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih

Lebih terperinci

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) A. PENDAHULUAN Oleh : EKO PURDYANINGSIH(PBT Ahli Madya) Balai Besar Perbenihan

Lebih terperinci

Teknik Pengambilan Contoh Benih Kapas dalam Kemasan Plastik Di PT. Nusafarm Intiland corp Asembagus Jawa Timur

Teknik Pengambilan Contoh Benih Kapas dalam Kemasan Plastik Di PT. Nusafarm Intiland corp Asembagus Jawa Timur Teknik Pengambilan Contoh Benih Kapas dalam Kemasan Plastik Di PT. Nusafarm Intiland corp Asembagus Jawa Timur Sri Rahayu, SP (PBT Ahli Muda) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan - Surabaya

Lebih terperinci

Kajian Penggunaan Wadah Sampel (Crucible dan Aluminium Foil) Pada Metode Pengujian Kadar Air Jarak Pagar

Kajian Penggunaan Wadah Sampel (Crucible dan Aluminium Foil) Pada Metode Pengujian Kadar Air Jarak Pagar Kajian Penggunaan Wadah Sampel (Crucible dan Aluminium Foil) Pada Metode Pengujian Kadar Air Jarak Pagar Oleh : Amalia Farra Sabrina, S.TP dan Nur Fatimah, S.TP (PBT Ahli BBPPTP Surabaya) Ringkasan BBPPTP

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh:

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh: PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN Oleh: Diana Kustantini, SP / PBT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya

Lebih terperinci

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN METODE TA 2017

EVALUASI KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN METODE TA 2017 EVALUASI KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN METODE TA 2017 Puncak evaluasi kegiatan pengembangan metode dilaksanakan melalui pemaparan seminar hasil pengembangan dan validasi metode TA 2017 yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PELATIHAN ANALISA MUTU BENIH DENGAN UJI TETRAZOLIUM

PELATIHAN ANALISA MUTU BENIH DENGAN UJI TETRAZOLIUM PELATIHAN ANALISA MUTU BENIH DENGAN UJI TETRAZOLIUM Dalam rangka mendukung penyediaan benih kedelai bersertifikat tahun 2017 dan 2018 untuk mendukung swasembada kedelai tahun 2018, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

Benih lada (Piper nigrum L)

Benih lada (Piper nigrum L) Standar Nasional Indonesia Benih lada (Piper nigrum L) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu...

Lebih terperinci

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU Diah Pratiwi, S.P., M.P PBT Pertama BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan salah satu tanaman rempah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.)

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) Standar Nasional Indonesia Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih Produksi benih non hibrida meliputi : inbrida untuk tanaman menyerbuk sendiri bersari bebas/open bebas/open pollinated (OP) untuk tanaman menyerbuk silang Proses produksi lebih sederhana, karena hampir

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih. Tahapan di Pertanaman Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam Tahapan Pasca Panen Pengawasan Pengolahan Benih 5-7 hari Pemeriksaan Dokumen 1 hari Pembuatan Kelompok Benih Pengawas Benih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 78/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) 1 R184 - Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) 2 R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) Rekomendasi mengenai Kerja Rumahan Adopsi: Jenewa, ILC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman buah semangka Citrullus vulgaris Schard. yang termasuk tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman buah semangka Citrullus vulgaris Schard. yang termasuk tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman buah semangka Citrullus vulgaris Schard. yang termasuk tanaman keluarga Cucurbitaceae (labu-labuan) berasal dari Afrika, kemudian menyebar ke India dan Cina.

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR Oleh :EkoPurdyaningsih, SP (PBT AhliMadya) BalaiBesarPerbenihan Dan ProteksiTanaman Perkebunan Surabaya I. PENDAHULUAN Berdasarkan Permentan

Lebih terperinci

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Vigor benih menunjukkan potensi benih untuk tumbuh dan berkembang dari kecambah normal pada berbagai

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Benih kapas ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu... 4 4 Pemeriksaan

Lebih terperinci

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN NITRIT SARANG WALET UNTUK PENGELUARAN KE NEGARA REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan, tepung tapioka dikondisikan dengan menempatkan sampel ini di dalam wadah yang berisi larutan garam jenuh dan disimpan

Lebih terperinci

5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to

5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to IV. Suhu dan Kelembaban Udara - Pengertian Suhu - Variasi suhu - Pengaruh Suhu terhadap pertanian - Pengertian Kelembaban - Variasi Kelembaban - Pengaruh Kelembaban terhadap pertanian SUHU / TEMPERATUR

Lebih terperinci

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BUTIR BENIH

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BUTIR BENIH PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BUTIR BENIH Pengujian kemurnian benih merupakan pengujian untuk menghasilkan benih berkualitas tinggi secara fisik, selain itu digunakan juga untuk mengetahui

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsiona! Non Peneliti 1997 Bahan Mated Pakan Ternak (Homogen) IKadar Air I Bahan Kering Kandungan Organik Abu (An-Organik) I Mikro Mineral

Lokakarya Fungsiona! Non Peneliti 1997 Bahan Mated Pakan Ternak (Homogen) IKadar Air I Bahan Kering Kandungan Organik Abu (An-Organik) I Mikro Mineral Lokakarya Fungsional Non Peneiit1 1997 MODIFIKASI FAKTOR SUHU DAN WAKTU PADA METODA PENETAPAN KADAR ABU Endang Nugraha Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Bahan organik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

10 Tips memulai pembibitan

10 Tips memulai pembibitan 10 Tips memulai pembibitan Bagian 1 Bagaimana pembibit mendapat bibit awal yang sehat Beberapa tujuan yang dikejar para pecinta berkebun adalah sebagai penghargaan mempunyai tumbuhan yang ditanam dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat peting, selain padi dan gandum. Jagung juga berfungsi sebagai sumber makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N KONSEP DASAR PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep dasar pengeringan dan proses Sub Pokok Bahasan Konsep dasar pengeringan Proses

Lebih terperinci

Pengujian Daya Berkecambah

Pengujian Daya Berkecambah Pengujian Daya Berkecambah Siti Fadhilah, SP., M.Si Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 2018 Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Petugas Pengambilan Contoh dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG FORMULIR No. Formulir FOR-APL 02 ASESMEN MANDIRI Edisi 1 Revisi 2 Berlaku Efektif Februari 2016 Nama Peserta : Tanggal/Waktu :, Nama Asesor : TUK : Sewaktu/Tempat

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Daun kelapa yang masih muda dapat digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH PROGRAM DIPLOMA IPB 2012

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH PROGRAM DIPLOMA IPB 2012 PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH PROGRAM DIPLOMA IPB 2012 Halaman 1 PENJABARAN DESKRIPSI GENERIK (LEARNING OUTCOMES

Lebih terperinci

Harga tiap varietas dan ukuran Ikan Maskoki berbeda-beda. Namun yang paling menentukan

Harga tiap varietas dan ukuran Ikan Maskoki berbeda-beda. Namun yang paling menentukan Persiapan untuk mengadopsi Ikan Maskoki Ikan Maskoki adalah hewan yang hidup di dalam air. Untuk memeliharanya, Anda tentu membutuhkan sebuah wadah untuk tempat pemeliharaan; serta air sebagai medium kehidupannya.

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas n Pengeringan Biomass Biogasdigestate Serpih kayu Lumpur limbah Kotoran unggas Limbah sisa makanan, dll. n Kompak dan fleksibel n Mesin pelet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN Kelompok biji-bijian meliputi : 1. kelompok serealia 2. kelompok kacang-kacangan Karakteristik biji-bijian yang erat kaitannya dengan penyimpanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

PENGARUH SORTASI BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.)

PENGARUH SORTASI BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) PENGARUH SORTASI BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) Oleh : Eliya Suita Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX. 105 Bogor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut. 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Pelaksanaan percobaan berlangsung di Kebun Percobaan dan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN 33 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN Untuk mengeringkan jahe perlu diturunkan kandungan airnya hingga 5-10%. Alat pengering yang akan direncanakan menampung 0.5 kg jahe

Lebih terperinci

PENGARUH WADAH, RUANG DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KILEMO (Litsea cubeba Persoon L.)

PENGARUH WADAH, RUANG DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KILEMO (Litsea cubeba Persoon L.) PENGARUH WADAH, RUANG DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KILEMO (Litsea cubeba Persoon L.) Oleh : Eliya Suita Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX.

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief: Pengaruh Lama Penyimpanan PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros

Lebih terperinci

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 4482:2013  Standar Nasional Indonesia Durian  ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Durian ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

PENGENALAN METODE PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENGUJIAN LABORATORIUM

PENGENALAN METODE PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENGUJIAN LABORATORIUM PENGENALAN METODE PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENGUJIAN LABORATORIUM Oleh: Ayutia Ciptaningtyas Putri, S.Si PMHP Pertama Suatu laboratorium pengujian perlu penerapan sistem manajemen yang sesuai dan diakui

Lebih terperinci

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering)

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering) Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering) Hingga saat ini di sebagian besar wilayah, rekomendasi pemupukan untuk tanaman pangan lahan kering masih bersifat umum baik

Lebih terperinci

Pbaik agar menghasilkan benih bermutu.

Pbaik agar menghasilkan benih bermutu. 3 Penanganan Benih Teknik Penanganan Benih Rekalsitran 11 25 Teknik Penanganan Benih Ortodok penanganan benih adalah proses penting yang harus dilakukan dengan Pbaik agar menghasilkan benih bermutu. Benih

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan Standar Nasional Indonesia Benih tebu ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu bibit... 3 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENGUJIAN NEMATODA APHELENCHOIDES BESSEYI TERBAWA BENIH PADI TAHUN 2016

VERIFIKASI PENGUJIAN NEMATODA APHELENCHOIDES BESSEYI TERBAWA BENIH PADI TAHUN 2016 VERIFIKASI PENGUJIAN NEMATODA APHELENCHOIDES BESSEYI TERBAWA BENIH PADI TAHUN 2016 Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci