JENIS SENYAWA ORGANIK SUPLEMEN PADA MEDIUM KNUDSON C UNTUK PERTUMBUHAN PROTOCORM LIKE BODIES DENDROBIUM BERTACONG BLUE X DENDROBIUM UNDULATUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang populer di

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

III. METODE PENELITIAN A.

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

Substitusi Medium Sintetik dengan Pupuk Daun, Air Kelapa dan Ekstrak Nabati pada Subkultur Anggrek Cattleya pastoral Innocence secara In Vitro

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PERBANYAKAN IN VITRO PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca Var. Sapientum L.) PADA MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN PENAMBAHAN BENZYLAMINOPURIN

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin


HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH KULTUR JARINGAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Pengaruh Formulasi Media dan Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan Protokorm Anggrek Phalaenopsis In Vitro

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

PERBANYAKAN TUNAS APIKAL KRISAN (Chrysanthemum morifolium Ram.) DENGAN PENAMBAHAN NAA, BAP DAN AIR KELAPA SECARA KULTUR IN VITRO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang megabiodiversity

METODE PENELITIAN. I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN A.

TUGAS AKHIR (SB )

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB III METODE PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

Pupuk Daun dan Air Kelapa Sebagai Medium Alternatif untuk Induksi Tunas Anggrek Dendrobium Whom Leng in vitro

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

MULTIPLIKASI PROPAGULA PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca L.) DARI BERBAGAI JUMLAH TUNAS, DALAM MEDIA MS YANG DIBERI BAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KADAR PISANG DAN UBI JALAR PADA PERTUMBUHAN KULTUR TIGA JENIS PHALAENOPSIS

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

Transkripsi:

JENIS SENYAWA ORGANIK SUPLEMEN PADA MEDIUM KNUDSON C UNTUK PERTUMBUHAN PROTOCORM LIKE BODIES DENDROBIUM BERTACONG BLUE X DENDROBIUM UNDULATUM The Organic Compound Supplement in Knudson C Medium on The Growth of Protocorm Like Bodies of Dendrobium Bertacong Blue X Dendrobium Undulatum Syammiah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ABSTRACT The aim of this research was to find out the best modification on Knudson C medium for the growth of protocorm like bodies of Dendrobium bertachong blue X Dendrobium undulatum in vitro. Research has been done for three months from April to July 2005. Completely Randomized Design with 6 treatments and 4 replications was applied. The treatments were Knudson C medium added with: 15% of coconut liquid endosperm, 7.5% of banana juice, 0.2% of yeast extract, 15% of potato juice, 5% of aloe juice, and 5% of tomato juice. The results showed that 5% of tomato juice was the fastest for shoot forming and 5% of aloe juice was the best medium supplement for the colour of protocorm like bodies. Key words: Knudson C medium, tissue culture organic compound supplements, protocorm like bodies, sub culture, Dendrobium PENDAHULUAN Anggrek Dendrobium adalah salah satu jenis anggrek yang terbesar populasinya di dunia. Diperkirakan anggrek ini terdiri dari 1.600 spesies (Lestari, 1985). Perbanyakan anggrek Dendrobium dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya secara generatif melalui penebaran biji, secara vegetatif dapat melalui pemisahan rumpun (splitting) dan anakan (keiki). Perbanyakan melalui splitting memerlukan banyak tanaman induk, sedangkan dengan cara keiki perlu waktu yang lama karena anakan jarang muncul pada ruas tanaman anggrek. Oleh karena itu, teknik perbanyakan secara in vitro menjadi penting dalam perbanyakan Dendrobium. Kelebihan perbanyakan secara in vitro adalah kemampuan memperoleh eksplan yang tepat sesuai keinginan. Selain itu, keseragaman tanaman dapat dipertahankan serta mampu dengan cepat diperoleh bibit untuk skala besar bila diiringi dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat. Menurut Gunawan (1995), kelebihan kultur jaringan adalah hasil perbanyakan pertama, baik berupa biji dan mata tunas, dapat langsung digunakan untuk perbanyakan selanjutnya. Penggunaan media tumbuh anggrek saat ini sangat bervariasi. 86

Variasi media tersebut biasanya dalam bentuk modifikasi komponen penting dalam media yaitu dengan menambahkan zat-zat lainnya pada media yang mungkin dapat meningkatkan pertumbuhan eksplan, seperti menambahkan zat-zat pengatur tumbuh, vitamin, air kelapa, asamasam amino, maupun jus buah-buahan. Modifikasi terhadap beberapa media standar Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Vacin dan Went (VW) telah dicoba diteliti. Misalnya penelitian Apriani (1996) menggunakan MS + air kelapa, jus pisang dan tomat, dan penelitian Yulinda (2003) menggunakan VW + air kelapa, bubur pisang, bubur ubi kayu, ragi dan ampas kedelai. Mereka menghasilkan modifikasi yang cukup baik. Namun belum ada data atau penelitian yang menggunakan media standar Knudson C dengan modifikasi tambahan seperti media di atas. Menurut Sagawa dan Shogi (1977), media Knudson C dapat memberikan pengaruh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. Demikian pula penambahan senyawa organik memiliki peran penting, karena pada setiap bahan alami ini banyak terkandung unsur hara, vitamin, asam amino, asam nukleat, fosfor dan zat tumbuh seperti auksin dan giberelin yang berfungsi sebagai perangsang perkecambahan dan pertumbuhan (Widiastoety, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi modifikasi media Knudson C yang terbaik bagi pertumbuhan sub kultur protocorm like bodies (plb) silangan Dendrobium bertacong blue x Dendrobium undulatum. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari 6 Mei hingga 20 Juli 2005. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial yang terdiri atas 6 perlakuan. Setiap perlakuan diulang 4 kali dengan sampel eksplan sebanyak 3 plb per botol. Eksplan plb berasal dari eksplan pucuk yang ditumbuhkan dalam medium Knudson C cair berumur satu bulan, yaitu dari jenis hibrida Dendrobium bertacong blue x Dendrobium undulatum. Perlakuan yang diteliti adalah: E = Knudson C + air kelapa 15% (v/v), E = Knudson C + jus pisang 7.5% (v/v), E3= Knudson C + ekstrak ragi 0.2% (v/v), E4= Knudson C + jus kentang 15% (v/v), E5= Knudson C + jus lidah buaya 5% (v/v), E6= Knudson C + jus tomat 5% (v/v). Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan metode non parametrik dengan uji chi square (Chi) 2. Parameter yang diamati adalah waktu terbentuk tunas dan warna plb. Pelaksanaan penelitian meliputi sterilisasi peralatan secara fisik dan kimia, pembuatan larutan stok (medium Knudson C), pembuatan medium kultur, dan penanaman. Sterilisasi Ruangan dan isinya disterilkan dengan lampu UV selama 3 jam. Laminar air flow cabinet (LAFC) disterilkan dengan penyemprotan alkohol 70% pada setiap dinding bagian dalamnya. Peralatan disterilkan dengan autoklaf selama 30 menit ( 17 Psi dan 121 o C). Botol-botol yang berisi eksplan plb dan media 87

Waktu terbentuk tunas (hari) Syammiah (2006) J. Floratek 2 :86 92 perlakuan disemprot dengan alkohol lalu dimasukkan ke dalam LAFC. Pembuatan Larutan stok Larutan Knudson C dibuat berdasarkan prosedur standar yang diperkenalkan Knudson, sedangkan perlakuan campuran media Knudson C dibuat sesuai perlakuan yang digunakan. Pembuatan Media dan Penanaman Semua komponen larutan stok dipipet sesuai komponen yang dibutuhkan, ditambah 20 g gula dan 150 ml akuades. Pencampuran dilakukan di dalam gelas baker, lalu ditambahkan akuades hingga volumenya mencapai 1.000 ml. Keasaman medium diatur hingga mencapai ph 5,8, ditambahkan agaragar, lalu dididihkan dengan menggunakan hot magnetik stirer. Larutan media selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol kultur, masing-masing 25 ml. Botolbotol ini selanjutnya ditutup rapat dengan aluminium foil dan plastik wrap, disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit (17 Psi dan 121 o C), lalu disimpan selama 7 hari pada suhu ruangan untuk memastikan ada tidaknya kontaminasi. Eksplan ditanam pada permukaan media, lalu botol-botol ini ditempatkan pada ruang kultur. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Waktu Terbentuk Tunas Hasil pengamatan terhadap waktu terbentuk tunas menunjukkan bahwa penambahan suplemen organik pada media Knudson C tidak berpengaruh nyata terhadap waktu terbentuk tunas (data disajikan pada Gambar 1). 60.00 50.00 40.00 53.67 46.50 56.00 33.46 44.17 38.17 30.00 20.00 10.00 0.00 Air Kelapa Pisang Ekstrak Ragi Kentang Lidah Buaya Berbagai jenis suplemen organik Tomat Gambar 1. Diagram Batang Penambahan Berbagai Jenis Suplemen Organik Terhadap Waktu Terbentuk Tunas Penambahan 15% jus kentang adalah perlakuan yang paling cepat untuk pertumbuhan tunas tetapi bukan perlakuan terbaik, karena pada minggu ke-2 penelitian menunjukkan gejala klorosis dan pada akhir penelitian menjadi browning, sehingga hanya beberapa tanaman saja yang dapat diamati. Hal ini disebabkan tidak adanya zat pengatur tumbuh di dalam media. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara, 88

yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan (Abidin, 1990). Perlakuan terbaik untuk waktu terbentuk tunas adalah 5% jus tomat. Hal ini menunjukan bahwa penambahan jus tomat telah memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh plb. Menurut Yusnita (2003) jus tomat berperan sebagai sumber berbagai senyawa seperti karbohidrat, vitamin, lemak, protein, dan zat pengatur tumbuh alami yang mendorong pertumbuhan plb dalam kultur jaringan. Karbohidrat terutama gula merupakan komponen penting dalam budidaya jaringan, karena selain sebagai sumber energi juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotik media (Gunawan, 1987). Thiamin yang terkandung dalam buah tomat merupakan vitamin yang esensial dalam budidaya jaringan dimana fungsinya sebagai koenzim yang membantu reaksi kimia dalam proses metabolisme. Selain itu pada bagian biji buah tomat mengandung auksin. Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) auksin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan sintesis protein, dan melunakkan dinding sel. Dengan adanya kenaikan sintesis protein maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan. Terhambatnya pertumbuhan plb membentuk tunas terjadi pada perlakuan 0,2% ekstrak ragi, diduga karena ragi yang digunakan tidak mengandung unsur yang cukup untuk membentuk tunas. 2. Warna plb Pengamatan terhadap warna plb Dendrobium sp. dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke- 12. Penambahan suplemen organik memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap warna plb Dendrobium sp. Diketahui bahwa 5% jus lidah buaya, 5% jus tomat dan 7,5 % jus pisang menunjukan warna yang lebih hijau dari pada 15% air kelapa, 0,2% ekstrak ragi dan 15% jus kentang seperti terlihat pada Gambar 2. Perbedaan warna ini berhubungan dengan aktivitas plb Dendrobium sp. dalam menyerap hara dari media tumbuhnya, kerena plb tersebut tidak memiliki cadangan makanan untuk pertumbuhan awal dan tergantung pada hara yang terdapat di sekitar media tumbuh yakni Knudson C yang ditambahkan suplemen organik yang akan menjadi sumber protein bagi plb untuk melakukan proses pertumbuhan termasuk pembentukan klorofil. Menurut Dwidjoseputro (1990), klorofil merupakan butir hijau daun yang berfungsi penting dan terlibat langsung dalam fotosintesis. 89

Skor warna plb 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2.83 Air Kelapa 3.16 Pisang 2.75 2.75 Ekstrak Ragi Kentang Lidah Buaya Berbagai jenis suplemen organik 4.00 3.50 Tomat 4: Hijau tua 3: Hijau 2: Hijau muda 1: Putih kehijauan 0: Putih Gambar 2. Penambahan berbagai jenis suplemen organik terhadap warna plb Menurut Darmawan dan Baharsjah (1983), untuk mendukung pembentukan klorofil diperlukan unsur-unsur yang terkandung di dalam sukrosa seperti karbon, oksigen, dan hidrogen. Ditambahkan oleh Dwidjoseputro (1990), bahwa karbohidrat terutama dalam bentuk sukrosa dapat membantu dalam pembentukan klorofil pada daun-daun yang tumbuh karena kekurangan sinar matahari. Tanpa pemberian sukrosa, daun-daun tersebut tidak mampu menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lainnya mencukupi. Pada 0,2% ekstrak ragi dan 15% air kelapa terjadi perubahan warna menjadi hijau kekuningan/klorosis. Hal ini terjadi karena proses plb menyerap unsurunsur hara dari media berjalan lambat, dan plb tidak mampu membentuk klorofil. Pada perlakuan 15% jus kentang, plb mengalami perubahan warna pada minggu ke-2 dan pada akhir penelitian menjadi browning. Browning merupakan suatu proses oksidasi larutan fenol menjadi larutan berwarna coklat yang disebut quinon yang bersifat toksik, dalam budidaya jaringan larutan quinon akan terakumulasi dalam media di sekitar plb sehingga meracuni plb itu sendiri. Pada 7,5% jus pisang dan 5% jus tomat, diperoleh skor warna plb yang lebih tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa keadaan budidaya jaringan berlangsung dengan baik sedangkan pada 5% jus lidah buaya, terlihat warna plb hijau tua, karena lidah buaya mengandung unsur-unsur yang diperlukan plb dalam jumlah yang sesuai untuk membentuk klorofil yaitu unsur magnesium dan besi. Menurut Dwijoseputro (1990) magnesium dan besi penting untuk pembentukan klorofil, jika kekurangan salah satu unsur tersebut mengakibatkan klorosis. Selain itu vitamin B 1 yang berperan sebagai koenzim dalam reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat yang ada pada lidah buaya tersebut, serta vitamin C-nya yang dapat mencegah terjadinya browning. Berdasarkan pengamatan skor terlihat bahwa plb pada 5% jus lidah buaya memperlihatkan warna yang lebih hijau dibandingkan perlakuan lainnya. Keadaan ini disebabkan di dalam media Knudson C yang ditambahkan dengan jus lidah buaya 90

mengandung senyawa yang lengkap yang diperlukan untuk sintesis klorofil dalam proses fotosintesis sehingga plb kelihatan lebih hijau, karena gel lidah buaya selain mengandung auksin dan sitokinin juga mengandung Zn, Fe, Vit.B1, B2, B3, C, inositol, dan asam folat. Juga mengandung Ca, K, Na, Cu dan Mg, sebagai unsur penting dalam pembentukan klorofil. SIMPULAN DAN SARAN Media Knudson C yang ditambahkan dengan 15% jus kentang merupakan media tercepat untuk pertumbuhan plb, penambahan 5% jus tomat merupakan media terbaik dalam waktu terbentuk tunas dan penambahan 5% jus lidah buaya pada media dasar memberikan hasil terbaik terhadap warna plb. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut uji berbagai dosis pemberian suplemen organik untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan plb. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1990. Dasar Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa Bandung.. 1995. Teknik Kultur in vitro dalam Hortikultura. Penebar Swadaya. Jakarta. Hendaryono, D. P. S. dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif- Modern. Kanisius. Yogyakarta. Lestari, S. S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Aneka Ilmu. Semarang. Sagawa, J dan T. Shogi. 1977. Clonal Propagation of Dendrobium Through Shoot Meristem Culture. Orchid Soc. Bulletin. America. Widiastoety. 2001. Penambahan Persenyawaan Organik Kompleks dalam Media Kultur in vitro pada Anggrek. East Java Orchid Show. Jawa Timur. Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Apriani, E. 1996. Respon Pemberian Air Kelapa, Juice Pisang dan Tomat Terhadap Pertumbuhan Eksplan Pisang (Musa paradisiaca). Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pontianak. Tidak dipublikasi. Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Lab Bioteknologi PAU. IPB Bandung. 91

LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN a. 15 % air kelapa b. 7,5 % jus pisang c. 0,2 % ekstrak ragi d. 15 % jus kentang e. 5 % jus lidah buaya f. 5 % jus tomat Gambar. (a, b, c, d, e, f) diambil pada akhir penelitian 92