VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO

dokumen-dokumen yang mirip
VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

Seluk-Beluk Jasa Pengiriman Barang yang Perlu Diketahui

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

4 KAJIAN RISIKO KPIH Opened Hull

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB II LANDASAN TEORI

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

SYARAT & KETENTUAN PENGGUNAAN JADIPERGI.COM

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup manusia. Jika pada zaman dahulu manusia lebih terbiasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Alat Transportasi Masa Lalu dan Masa Kini

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

Uji Model Pemetaan Kerentanan Fungsi Jalan

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

FINAL KNKT

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB IX ASURANSI ANEKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dunia bisnis saat ini, persaingan merupakan hal yang perlu

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG]

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO 7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional Usaha pemasaran benih ikan patin sering kali dihadapkan pada risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat digunakan sebagai petunjuk strategi penanganan risiko. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko, dapat diketahui mana saja risiko-risiko yang besar dan mana saja yang kecil. Sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko-risiko mana yang perlu diprioritaskan. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) dapat dihitung melalui persentase mortalitas benih pada tiap transaksi. Persentase mortalitas benih ini didapat dari data pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh PT MMN pada periode September 2010 hingga Januari 2011. Perbedaan jumlah pembelian dengan penjualan yang dilakukan mengindikasikan adanya risiko dalam usaha pemasaran benih ini. Perbedaan jumlah tersebut kemudian dijadikan dalam bentuk persen karena jumlah pengiriman benih yang dilakukan tidak sama setiap bulan, sehingga untuk menyamakan ukuran kerugian, angka tersebut diubah menjadi persen. Risiko yang ada pada kegiatan pemasaran benih ikan patin yang dilakukan oleh PT MMN adalah risiko operasional yang disebabkan oleh sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses. Analisis probabilitas risiko dilakukan dengan membandingkan tingkat probabilitas antara faktor-faktor penyebab terjadinya risiko operasional. Hasil perhitungan probabilitas risiko operasional pada faktor penyebab risikomenunjukkan seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut pada PT MMN sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Probabilitas Sumber Risiko No. Sumber Risiko Kemungkinan (%) 1 Risiko Sumberdaya Manusia 22,4 2 Risiko Teknologi 0,05 3 Risiko Alam 48,4 4 Risiko Proses 41,7

Nilai probabilitas pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai probabilitas tertinggi dari keempat penyebab risiko operasional (sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses) adalah pada risiko alam (48,4) dan nilai probabilitas terendah adalah risiko teknologi (0,05). Tingkat kematian benih yang ditoleransi oleh perusahaan adalah sebesar 2 persen pada setiap pengiriman yang dilakukan PT MMN. Jadi selama persentase kematian benih ikan patin yang dikirim berkisar 2 persen dianggap wajar. Probabilitas atau kemungkinan tingkat mortalitas benih yang dikirim lebih dari 2 persen dapat diketahui dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Hasil perhitungan nilai z adalah sebesar 0,04. Nilai z positif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan dari rata-rata distribusi normal karena nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama dengan nol (0). Nilai z sebesar 0,04 pada tabel z menunjukkan nilai sebesar 0,484. Nilai 0,484 menunjukkan bahwa alam memiliki kemungkinan 48,4 persen sebagai faktor penyebab tingkat mortalitas benih ikan patin pada tiap pengiriman diatas 2 persen. Kemungkinan terjadinya risiko alam menandakan usaha ini bergantung pada alam. Kegiatan penanganan dan distribusi sangat akrab dengan risiko alam. Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengadapi alam. Alam bisa menjadi sumber risiko menyangkut bencana alam (banjir yang bisa menyebabkan sarana umum rusak), kondisi alam (panas, lembab, perubahan suhu), dan makhluk alam (jamur dan protozoa yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup ikan). Alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan benih ikan patin antara lain pesawat terbang, bus, mobil, dan motor. Pengiriman melalui jalur udara sangat tergantung dengan kondisi cuaca baik di daerah pengiriman maupun tujuan. Terganggunya jadwal pesawat akibat adanya hujan, angin kencang, maupun kondisi cuaca lain yang menyebabkan pesawat tersebut tidak dimungkinkan untuk terbang membuat pengiriman tertunda. Tertudannya waktu pengiriman membuat benih ikan yang sudah dikemas memiliki kemungkinan untuk mati dijalan karena sudah melebihi perkiraan waktunya. Bencana alam yang pernah membuat jembatan putus pada jalur lintas sumatera membuat pengiriman via jalan darat tidak dapat dilakukan.

Adanya deviasi waktu membuat perkiraan waktu bertahan benih ikan dalam kemasan tidak lagi sesuai sehingga tingkat mortalitas benih menjadi tinggi. Nilai probabilitas risiko yang disebabkan oleh proses adalah 41,7 persen. Risiko sumberdaya manusia memiliki kemungkinan terjadinya terbesar ketiga yaitu sebesar 22,4 persen. Tingginya kemungkinan terjadinya risiko yang disebabkan oleh sdm menunjukkan bahwa sumberdaya manusia (sdm) merupakan aset terpenting dalam perusahaan, namun manusia dapat pula menjadi sumber risiko. Hasil perhitungan nilai z untuk tingkat mortalitas diatas 2 persen yang disebabkan oleh sdm adalah -0,758. Nilai z ini menunjukkan nilai probabilitas pada tabel z sebesar 0,224 dan berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Dengan kata lain, kemungkinan atau probabilitas kematian benih yang dikirim lebih besar dari 2 persen pada tiap pengiriman yang disebabkan oleh manusia adalah 0,224 atau 22,4 persen. Selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, probabilitas risiko juga dapat dihitung berdasarkan risiko per kejadian dalam risiko teknologi, alam, sdm, dan proses pada penanganan dan distribusi benih ikan patin sebagaimana pada Tabel 10. Tabel 10. Probabilitas Risiko berdasarkan Risiko per Kejadian No. Risiko (Kejadian yang Merugikan) Kemungkinan (%) Risiko Sumberdaya Manusia 1 Kelalaian 37,4 2 Ketidaktelitian dalam melakukan sampling 21,2 3 Kecelakaan 37,4 4 Pemilihan kendaraan yang salah 38,6 Risiko Teknologi 1 Teknologi penanganan tidak sesuai standar 21,5 Risiko Alam Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat (delay) 1 karena kondisi cuaca 6,4 2 Bencana alam 41,3 Risiko Proses Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan 1 proses) 25,5 2 Proses pengiriman terhambat kondisi jalan (macet dan jalanan berlubang) 9,9

Pada probabilitas risiko per kejadian, bencana alam, kesalahan penggunaan kendaraan, dan kecelakaan merupakan kejadian yang memiliki probabilitas terbesar. Kemungkinan tingkat mortalitas benih pada saat pengiriman diatas 2 persen yang disebabkan oleh bencana alam adalah sebesar 41,3 persen. Bencana alam yang terjadi disini adalah hujan besar yang terjadi di sumatera pernah menyebabkan jembatan lintas Sumatera putus, sehingga menimbulkan kemacetan dan kendaraan tidak dapat bergerak sama sekali. Tertahannya kendaraan membuat pengiriman tidak dapat dilakukan tepat waktu sehingga benih ikan tidak mampu bertahan dan mati. Kesalahan penggunaan kendaraan juga merupakan salah satu kejadian yang menyebabkan tingkat mortalitas benih pada waktu pengiriman lebih dari 2 persen. Alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan benih ikan patin antara lain pesawat terbang, bus, mobil, dan motor. Penggunaan kendaraan menjadi sumber risiko apabila kendaraan yang dipilih untuk mengantarkan pesanan benih ternyata tidak dapat mengantarkan pesanan sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan bus dipilih menjadi kendaraan pengangkut benih selain dapat menjangkau banyak wilayah di pulau jawa, tarif yang dikenakan juga lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan operasional perusahaan. Namun penggunaan bus menjadi risiko ketika bus tidak sampai di tempat tujuan tepat waktu. Adanya deviasi waktu membuat banyak benih ikan tidak mampu untuk bertahan. Begitu pula untuk penggunaan mobil, waktu tempuh yang sudah diperkirakan sebelumnya bisa berubah ketika jalanan macet dan waktu tempuh benih tentu saja akan lebih lama. Jika tanpa penanganan, dengan selisih waktu tempuh antara 1-2 jam benih ikan masih aman, untuk 2 hingga 4 jam akan terjadi kematian sedang, 4-6 jam jumlah kematian benih sudah masuk tahap parah, dimana benih ikan yang dikirim sudah lebih dari setengahnya mati, dan kematian total terjadi ketika deviasi waktu tempuh melenceng selama lebih dari 6 jam. Terkait dengan penggunaan kendaraan, hal lain yang dapat menjadi sumber risiko adalah kecelakaan. Kecelakaan menjadi sumber risiko yang memiliki kemungkinanan sebesar 37,4 persen penyebab tingkat mortalitas benih ikan patin lebih dari 2 persen. Pada kecelakaan besar yang terjadi di bulan Januari ini,

97.000 benih ikan patin mati dan supir yang membawa mobil ini juga ikut meninggal. 7.2 Analisis Dampak Risiko Operasional Pada saat terjadi risiko, maka akan memberikan dampak kerugian. Analisis dampak risiko menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian ketika risiko terjadi. Perbandingan dampak terjadinya risiko pada kegiatan pemasaran dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Dampak Terjadinya Risiko Terhadap Perusahaan No. Sumber Risiko Dampak (Rp) 1 Risiko Sumberdaya Manusia 3.442.607 2 Risiko Teknologi 143.967,78 3 Risiko Alam 1.296.249,57 4 Risiko Proses 7.464.425,27 Dampak atau kerugian terbesar terjadi pada risiko proses. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi risiko proses, maka perusahaan akan mengalami kerugian terbesar jika dibandingkan dengan terjadinya risiko lainnya. Pada risiko proses, hal yang dianggap merugikan adalah jika ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumberdaya dan perubahan lingkungan karena serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang jelas untuk mencapai hasil yang diinginkan tidak terlaksana dengan baik. PT Mitra Mina Nusantara menetapkan 2 persen dari total pengiriman menjadi jumlah maksimal mortalitas benih yang dikirim. Jika pada proses pengiriman terjadi kematian lebih dari 2 persen maka hal ini dianggap sebagai kejadian yang berisiko. Kegiatan proses mulai dari penanganan hingga distribusi mengalami kerugian karena melebihi jumlah kematian yang ditoleransi terjadi sebanyak lima kali. Besarnya kerugian yang disebabkan oleh proses dengan menggunakan metode VaR sebesar Rp 7.464.425,27. Tingkat keyakinan yang dipakai adalah 95 persen. Hal ini berarti dengan tingkat keyakinan 95 persen, kerugian yang diderita maksimal Rp 7.464.425,27 namun ada 5 persen kemungkinan lebih besar dari Rp 7.464.425,27. Dengan kata lain bisa dinyatakan dengan VaR Rp 7.464.425,27 at 5 persen.

Dampak dari terjadinya risiko sumberdaya manusia merupakan dampak kerugian terbesar kedua setelah proses dengan kerugian sebesar Rp 3.442.607. Besarnya dampak yang disebabkan risiko sdm terjadi karena manusia merupakan asset terpenting perusahaan. Jika terjadi risiko karena faktor sdm, maka dampaknya akan sangat mempengaruhi perusahaan. Dampak dari terjadinya risiko yang disebabkan oleh alam menempati urutan ketiga. Jika dibandingkan dengan probabilitasnya, alam mempunyai kemungkinan terjadinya risiko terbesar akan tetapi dampak yang disebabkannya tidak sebesar proses dan sdm. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang disebabkan oleh alam mempunyai kemungkinan terjadi paling besar namun dampak yang ditimbulkan tidak sebesar risiko yang disebabkan oleh proses dan sdm. Dampak dari terjadinya risiko terkecil terjadi pada risiko teknologi. Selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, dampak terjadinya risiko juga dapat dihitung berdasarkan risiko per kejadian dalam risiko teknologi, alam, sdm, dan proses pada penanganan dan distribusi benih ikan patin sebagaimana pada Tabel 12. Tabel 12. Dampak Terjadinya Risiko Berdasarkan Risiko per Kejadian No. Risiko (Kejadian yang Merugikan) Dampak (Rp) Risiko Sumberdaya Manusia 1 Kelalaian 2.400.000 2 Ketidaktelitian dalam melakukan sampling 2.757.867,93 3 Kecelakaan 6.740.000 4 Pemilihan kendaraan yang salah 2.031.312,98 Risiko Teknologi 1 Teknologi penanganan tidak sesuai standar 143.967,78 Risiko Alam Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat (delay) 1 karena kondisi cuaca 1.390.950 2 Bencana alam 990.000 Risiko Proses Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan 1 proses) 9.013.170,82 2 Proses pengiriman terhambat kondisi jalan (macet dan jalanan berlubang) 625.000

Pada dampak terjadinya risiko risiko per kejadian, penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses), kecelakaan, dan ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang memiliki dampak terbesar. Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan prosedur) memberikan dampak sebesar Rp 9.013.170,82 merupakan dampak atau kerugian terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi risiko kesalahan prosedur dimana penanganan tidak dilakukan dengan baik maka perusahaan akan mengalami kerugian terbesar jika dibandingkan dengan risiko lainnya pada tingkat keyakinan 95 persen. Kecelakaan merupakan kejadian yang memberikan dampak atau kerugian terbesar kedua. Besarnya dampak adalah Rp 6.740.000 dengan tingkat keyakinan 95persen. Probabilitas terjadinya kecelakaan juga cukup besar, artinya selain memiliki kemungkinan terjadinya besar, dampak yang ditimbulkan jika hal ini terjadi juga besar. Ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang memberikan kerugian terbesar ketiga sebesar Rp 2.757.867,93. Ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang disebabkan oleh manusia. Ketidaktelitian dalam sampling berarti pekerja PT MMN tidak memilih benih ikan dengan baik sehingga benih yang dikirim tidak semua dalam kondisi baik. Hal ini menyebabkan benih yang dikirim akan sangat rentan dan kemungkinan besar akan mati pada saat pengiriman. 7.3 Status Risiko Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko. Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai yang paling tidak berisiko. Status risiko didapat dari perkalian antara probabilitas dengan dampak. Metode nilai standar digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dan metode VaR untuk menghitung dampak terjadinya risiko. Status risiko untuk risiko operasional dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Status Risiko Risiko (Kejadian yang Probabilitas Dampak Merugikan) Persen Rp Status Risiko Sumberdaya Manusia 22,4 3.442.607 771.143,97 Risiko Teknologi 0.05 143.967,78 71,98 Risiko Alam 48.4 1.296.249,57 627.384,79 Risiko Proses 41,7 7.464.425,27 3.112.665,34 Nilai status di Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai status tertinggi dari keempat faktor penyebab risiko operasional (proses, alam, sdm, dan teknologi) adalah pada risiko proses (3.112.665,34). Nilai status terendah adalah risiko teknologi (71,98). Hal ini berarti risiko proses merupakan sumber risiko paling besar dan teknologi merupakan sumber risiko paling rendah. Status risiko juga dihitung berdasarkan risiko per kejadian, selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, yaitu risiko teknologi, alam, sdm, dan proses pada penanganan dan distribusi benih ikan patin sebagaimana pada Tabel 14. Tabel 14. Status Risiko per Kejadian Risiko No. Risiko (Kejadian yang Merugikan) Risiko Sumberdaya Manusia Kemungkinan Persen Dampak Rp Status 1 Kelalaian 32.6 2.400.000 897.600 2 Ketidaktelitian dalam melakukan sampling 21,2 2.757.867,93 584.668 3 Kecelakaan 37.4 6.740.000 2.520.760 4 Pemilihan kendaraan yang salah 38.6 2.018.912,50 784.086,81 Risiko Teknologi 779.098,33 1 Teknologi penanganan tidak sesuai standar 21,5 143.967,78 30.953,07 Risiko Alam 1 Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat delay) karena kondisi cuaca 6.4 1.390.950 89.020,80 2 Bencana alam 41.3 990.000 408.870 Risiko Proses 1 Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses) 25,5 9.013.170,82 2.298.358,56 2 Proses pengiriman terhambat kondisi jalan (macet dan jalanan berlubang) 9.9 625.000 61.875

Status risiko tertinggi terdapat pada risiko sumberday manusia yaitu pada risiko kecelakaan dengan nilai sebesar 2.520.760 kemudian disusul oleh penanganan tidak dilakukan dengan baik pada risiko proses yang memiliki status risiko sebesar 2.298.358,56. Posisi ketiga status risiko ditempati oleh kelalaian sebesar 897.600 juga berasal dari risiko sumberdaya manusia. Kecelakaan, penanganan yang tidak dilakukan dengan baik, dan kelalaian memiliki nilai status tinggi disebabkan oleh nilai probabilitas dan dampak yang besar. Prioritas utama yang perlu dipertimbangkan untuk menghindari kerugian besar adalah penanganan pada kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya manusia yang memiliki risiko terbesar. Penanganan risiko kemudian berlanjut hingga pada risiko dengan nilai status terendah, yaitu kegiatan yang disebabkan oleh teknologi. Setelah diketahui status risiko untuk masing-masing risiko, diperlukan alternatif penanganan yang tepat berdasarkan pemetaan risiko. Alternatif penanganan risiko dapat dijadikan rekomendasi bagi perusahaan untuk menangani risiko sesuai dengan prioritas utamanya. 7.4 Pemetaan Risiko Sebelum dapat menangani risiko, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah membuat peta risiko. Batas antara kemungkinan besar dan kecil serta batas dampak besar dan kecil dari suatu risiko ditentukan dari rata-rata probabilitas dan dampak risiko yang terjadi pada PT Mitra Mina Nusantara. Penentuan menggunakan rata-rata ini dilakukan agar batasan risiko dapat lebih objekif dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Berdasarkan rata-rata probabilitas risiko, batasan antara risiko yang memiliki probabilitas besar dan kecil adalah 28,1. Risiko-risiko yang probabilitas terjadinya 28,1 persen atau lebih adalah kemungkinan besar sedangkan dibawah 28,1 persen merupakan kemungkinan kecil. Demikian halnya dengan dampak, batas Rp 3.086.812 adalah dampak besar dan dampak dibawah Rp 3.086.812 merupakan dampak kecil. Peta risiko untuk risiko operasional yang terjadi pada PT MMN dapat dilihat pada Gambar 15.

Probabilitas (%) Kuadran Risiko Teknologi I Kuadran II Besar Risiko Alam Risiko Proses 28,1 % Kecil Kuadran III Risiko Teknologi Kuadran IV Risiko SDM Kecil Rp 3.086.812 Besar Dampak (Rp) Gambar 15. Peta Risiko PT Mitra Mina Nusantra Risiko alam berada pada kuadran I yang berarti risiko tersebut dihuni oleh berbagai risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Namun biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul. Risiko proses berada pada kuadran II, merupakan area yang dihuni oleh risiko dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran II terdiri dari risiko-risiko yang masuk dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Risiko teknologi berada pada kuadran III dengan skala prioritas rendah. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun terjadi, dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk dalam kuadran III cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut namun manajemen tetap perlu memonitor risiko dalam kuadran III. Suatu

risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk ke dalam kuadran III bisa pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal secara signifikan. Risiko sumberdaya manusia berada pada kuadran IV. Risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas rendah namun dampaknya tinggi bila risiko menjadi kenyataan. Artinya risiko SDM pada kuadran ini jarang terjadi, mungkin hanya sesekali namun apabila terjadi maka tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, pemetaan risiko juga dapat dipetakan berdasarkan risiko per kejadian dalam risiko proses, alam, sdm, dan teknologi seperti tercermin pada Gambar 16. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Bencana alam Kelalaian Pemilihan kendaraan yang salah Kecelakaan Kuadran II 28,1 % Kecil Kuadran III Ketidaktelitian dalam melakukan sampling Teknologi penanganan tidak sesuai standar Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat Proses pengiriman terhambat kondisi jalan Kuadran IV Penanganan tidak dilakukan dengan baik Kecil 3.086.812 Dampak (Rp) Besar Gambar 16. Peta Risiko Berdasarkan Risiko per Kejadian

Berdasarkan peta risiko per kejadian pada Gambar 16, dapat dilihat bahwa risiko yang dipetakan per kejadian menyebar ke dalam empat kuadran seperti halnya risiko berdasarkan keempat faktor penyebab risiko operasional. Risiko yang berada pada kuadran I, II, III, dan IV ini kemudian dapat dipisahkan berdasarkan penyangga utamanya. a. Risiko SDM berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko SDM terdiri dari kejadian-kejadian yang disebabkan oleh sumberdaya manusia dan merugikan perusahaan. Sumber-sumber risiko ini diidentifikasi dan dipetakan berdasarkan kejadian yang terjadi serta probabilitas dan dampak yang ditimbulkannya. Risiko sdm yang paling berisiko adalah kelalaian. Kelalaian menjadi salah satu kejadian berisiko yang disebabkan oleh manusia. Kelalaian ini terjadi terutama pada proses penanganan benih. Penanganan benih disini juga dapat berarti proses penanganan benih yang dilakukan di farm ketika supplai benih di petani berlebih. Penanganan benih yang tidak hati-hati akan meningkatkan risiko rusak dimana benih ikan akan lecet dan mati. Ketidaktelitian dalam melakukan sampling benih ikan berada pada kuadran III dimana probabilitasnya terjadinya rendah begitu pula dengan dampaknya. Ketidaktelitian ini berwujud pada benih ikan yang dikirim tidak dalam kondisi baik 100 persen, sehingga benih ikan akan mati pada proses pengiriman. Ketidaktelitian sampling juga membuat pelanggan akan mendapatkan ukuran yang tidak sama untuk beberapa benih ikan. Kecelakaan yang terjadi akibat manusia yang tidak berhati-hati berada pada kuadran II. Sedangkan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I dimana risiko ini memiliki probabilitas tinggi namun dampak yang ditimbulkan dari risiko ini kecil. Karyawan PT MMN perlu mengetahui dan memiliki budaya sadar risiko serta lebih teliti dan berhati-hati dalam bekerja. b. Risiko Teknologi berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko teknologi merupakan potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. Teknologi bisa menjadi sumber risiko pada PT MMN dalam hal kesesuaian teknologi yang digunakan saat ini

tidak lagi dapat memberikan hasil yang maksimal, misalnya teknologi pengepakan yang sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Perubahan kualitas dan spesifikasi benih juga dapat menyebabkan teknologi pengemasan saat ini tidak lagi sesuai. Penurunan kualitas pada penerapan teknologi karena teknologi yang digunakan tidak sesuai standar dapat menimbulkan risiko pada perusahaan karena tidak sesuai dengan kondisi internal maupun eksternal perusahaan (lingkungan, keadaan di jalan). Risiko per kejadian dalam risiko teknologi berada dalam kuadran III. Risiko yang berada pada kuadran III tersebut adalah teknologi yang digunakan tidak sesuai standar. c. Risiko Alam berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan perusahaan dalam menghadapi alam. Alam bisa menjadi sumber risiko ketika kondisi alam atau cuaca mempengaruhi kegiatan pemasaran yang dilakukan PT MMN. Bencana alam menjadi sumber risiko ketika bencana tersebut mempengaruhi kegiatan di PT MMN. Pengiriman via udara sedikit banyak sangat dipengaruhi kondisi cuaca. Tertundanya pengiriman akan membuat benih ikan yang sudah dikemas memiliki kemungkinan untuk mati. Kedua risiko per kejadian pada risiko alam tersebar ke dalam kuadran I dan III. Bencana alam memiliki probabilitas tinggi namun memiliki dampak rendah sedangkan terganggunya jadwal keberangkatan pesawat karena kondisi cuaca memiliki probabilitas rendah dan dampaknya juga rendah. d. Risiko Proses berdasarkan Risiko per Kejadian Peta risiko proses menggambarkan posisi atau letak risiko per kejadian dalam risiko proses dan melihat penyebarannya. Risiko proses merupakan sumber risiko yang memiliki status risiko tertinggi. Hal ini juga tidak jauh berbeda jika risiko proses dipisah berdasarkan risiko per kejadian. Risiko per kejadian dalam risiko proses yang memiliki tingkat risiko paling tinggi adalah penanganan tidak dilakukan dengan baik.

Pemetaan risiko per kejadian ini akan memberikan alternatif penanganan yang lebih sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Prioritas penanganan risiko berdasarkan risiko proses, alam, teknologi, dan sdm tetap didasarkan pada nilai status risiko. 7.5 Strategi Penanganan Risiko PT Mitra Mina Nusantara belum menerapkan manajemen risiko perusahaan secara efektif. Manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risikorisiko tertentu saja. Strategi penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh PT MMN untuk memperkecil risiko adalah berdasarkan pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Strategi penanganan risiko operasional yang terjadi pada PT MMN berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko yang ada dalam usaha pemasaran benih ikan patin dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran peta risiko. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu: 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Tindakan preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko (Kountur, 2008). Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran I & II sehingga bergeser ke kuadran III dan kuadran IV. Strategi preventif diharapkan mampu memperkecil kemungkinan terjadinya risiko yang ada pada kuadran I dan II. Strategi preventif yang umum dilakukan untuk mengendalikan risiko diantaranya membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan sumberdaya manusia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Penanganan risiko berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa risiko yang kemungkinan terjadinya besar karena tidak mempunyai sistem dan prosedur yang jelas. Risiko alam yang berada pada kuadran I dapat ditangani dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumberdaya manusia. Pada risiko proses yang berada pada kuadran II

penyebabnya sedikit banyak dikarenakan sistem prosedur yang sudah ada belum maksimal dan masih harus diperbaiki. Strategi preventif risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 17. Probabilitas (%) Kuadran I Risiko Alam Kuadran II Risiko Proses PREVENTI Kuadran III Kuadran IV Kecil Rp 5 jt Dampak (Rp) Besar Gambar 17. Strategi Preventif Risiko Operasional Strategi penanganan risiko dapat dilakukan untuk semua risiko di PT Mitra Mina Nusantara yang teridentifikasi dan terpetakan, baik risiko secara keseluruhan maupun risiko berdasarkan kejadian kegiatan. Tujuannya agar penanganan bisa dilakukan dengan lebih terarah, maka strategi disesuaikan dengan risiko per kejadian seperti pada Gambar 18. Bencana alam, kelalaian, dan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I yang memiliki probabilitas tinggi namun berdampak kecil. Strategi preventif akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko yang ada di kuadran I akan bergeser ke kuadran III. Preventif untuk risiko yang ada di kuadran ini dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem dan prosedur. Ada banyak risiko yang disebabkan oleh manusia yang tidak kompeten, lalai, atau dengan sengaja melakukan hal-hal yang merugikan. Jika dengan sengaja melakukan atau kelalaian, bisa diperkecil dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur. Kelalaian biasanya dipicu oleh keaadaan dimana seorang karyawan merasa tidak diawasi dengan seksama atau deskripsi pekerjaan yang harus dilakukannya

terlupakan. Sistem dan prosedur yang dapat diperbaiki berupa pemberian secara tertulis deskripsi pekerjaan yang harus dilaksanakan serta pengawasan yang lebih ketat pada karyawan terutama ketika proses penanganan. Probabilitas (%) Kuadran I Bencana alam Kelalaian Pemilihan kendaraan yang salah Kecelakaan Kuadran II PREVENTIF Kuadran III Kuadran IV Kecil Rp 5 jt Dampak (Rp) Besar Gambar 18. Strategi Preventif Berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko bencana alam dan pemilihan kendaraan yang salah dapat diminimalisir jika dibuat sistem pencatat transportasi yang tertata rapi dimana dalam sistem tersebut tertera berbagai macam kendaraan yang biasa dipakai untuk mengirim benih lengkap dengan estimasi ditambah deviasi waktunya. Sistem ini akan lebih baik jika selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi sekitar. Kondisi yang dimaksud dapat berupa kondisi cuaca beberapa hari terakhir sebelum pengiriman serta kondisi jalan yang akan dilewati pada proses pengiriman. Apabila cuaca sedang buruk dan jalan yang akan dilewati rawan bencana,

sebaiknya menunda pengiriman. Sistem ini juga dilengkapi dengan informasi mengenai kondisi jalan. Pengiriman via jalur darat menyesuaikan dengan keadaan di masyarakat dimana ketika libur, jalan menuju tempat wisata akan padat. Jalan yang digunakan untuk wilayah pengiriman yang sekiranya melewati tempat wisata sebaikya dihindari. Pada kuadran II terdapat risiko kecelakaan. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko ini adalah perbaikan sistem dan prosedur. Kecelakaan merupakan risiko yang memiliki kemungkinan dan dampak besar. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan adalah perbaikan prosedur pengiriman. Prosedur yang sudah dilaksanakan diantaranya menanyakan kondisi supir dan mengingatkannya untuk berhati-hati di jalan, memberikan surat jalan, laporan perjalanan, mengalihkan tanggung jawab kepada supir, memastikan supir membawa stnk, sim, surat jalan, nomor telepon penerima di daerah, dan terakhir menanyakan kondisi mobil (terakhir ganti oli, ban, rem, dongkrak, ban cadangan dalam kondisi baik dan pastikan ada dalam mobil). Sekian banyak prosedur yang harus dilakukan sebelum melakukan pengiriman belum menjamin proses pengiriman akan berjalan lancar. Prosedur ini harus didukung dengan sistem pencatat transportasi yang terdiri dari beberapa informasi serta sumberdaya manusia yang mendukung. Adanya prosedur ini diharapkan mampu meminimalisir tingkat kecelakaan yang terjadi. 2. Mitigasi Risiko Jika terjadi risiko di PT Mitra Mina Nusantara, maka perusahaan akan mengusahakan sedemikian rupa sehingga dampak yang ditimbulkan seminimal mungkin, yaitu dengan strategi penanganan secara mitigasi. Penanganan risiko yang selama ini dilakukan perusahaan adalah mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat adanya risiko. Strategi mitigasi yang dilakukan adalah dengan melakukan negosiasi dengan plasma dan pelanggan sehingga dampak kerugian dapat ditekan. Negosiasi dilakukan bila pengiriman benih terjadi dengan keberhasilan 0 persen, dimana semua benih ikan mati. PT MMN mensiasatinya dengan bernegosiasi dengan petani plasma untuk mendapatkan benih dengan pembayaran dimuka 30 persen, dimana dengan jumlah ini petani masih bisa

berproduksi. Benih tersebut kemudian dikirim kepada pelanggan dengan pembayaran 50-50. Semua risiko yang berada pada kuadran II dan IV termasuk risiko yang memiliki dampak besar dan mengakibatkan kerugian ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran II dapat bergeser ke kuadran I, dan risiko-risiko yang berada pada kuadran IV dapat bergeser ke kuadran III sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 19. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kuadran II Risiko Proses 28,1 % Kecil Kuadran III Kuadran IV Risiko SDM Kecil 3.086.812 Besar Gambar 19. Strategi Mitigasi Risiko Operasional MITIGASI Hasil pemetaan risiko menunjukkan kuadran yang memiliki dampak besar terisi oleh risiko proses dan sumberdaya manusia. Risiko yang berada pada kuadran II ini mempunyai kemungkinan terjadinya besar dan memiliki dampak yang besar. Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumberdaya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan. Risiko sumberdaya manusia berada pada kuadran IV. Risiko ini memiliki probabilitas rendah namun memiliki dampak besar.

Strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko pada kuadran II dan IV adalah dengan melakukan diversifikasi. Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Strategi diversifikasi yang selama ini dilakukan oleh PT MMN adalah dengan mengusahakan ikan jenis lain yaitu nila, mas, bawal, dan lele. Hal ini dilakukan untuk pencegahan kehilangan semua aset bila pengiriman ikan patin gagal. Bentuk diversifikasi lain yang dilakukan oleh PT MMN adalah dengan menjual benda mati berupa sarana produksi perikanan seperti peralatan yang berhubungan dengan ikan (pemotong kaca, akuarium, peralatan akuarium, ayakan, plastik, dan lain-lain) obat-obatan, dan pakan ikan. Strategi penanganan risiko dapat dilakukan untuk semua risiko di PT Mitra Mina Nusantara yang teridentifikasi dan terpetakan, baik risiko secara keseluruhan maupun risiko berdasarkan kejadian kegiatan. Tujuannya agar penanganan bisa dilakukan dengan lebih terarah, maka strategi disesuaikan dengan risiko per kejadian seperti pada Gambar 20. Berdasarkan risiko per kejadian, risiko yang berada pada kuadran II adalah kecelakaan dan risiko yang berada pada kuadran IV adalah penanganan tidak dilakukan dengan baik. Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Maksud dari pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko ke pihak lain sehingga jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugiannya. Pengalihan risiko yang dipakai adalah asuransi. Kecelakaan membuat perusahaan merugi akibat rusaknya kendaraan operasional yang digunakan. Asuransi akan membuat dampak yang diterima perusahaan lebih sedikit dari jumlah seharusnya sehingga risiko yang berada pada kuadran II akan bergeser ke kuadran I. Risiko penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses) merupakan risiko yang terkait dengan kesalahan proses atau prosedur untuk menangani produk lebih lanjut di dalam perusahaan selama proses penanganan benih berlangsung hingga kegiatan distribusi benih. Perwujudan risiko proses pada unit pemasaran di PT MMN adalah tidak lengkapnya informasi yang diterima mengenai benih. Hal ini dapat menyebabkan tidak diketahuinya keadaan

mengenai benih, apakah benih ini sehat atau tidak sehingga menyebabkan kematian benih di tempat tujuan. Tingginya tingkat kepadatan pengiriman semakin mendukung kesalahan proses yang dilakukan. Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani dengan diversifikasi dimana makhluk hidup yang menjadi sumber risiko digabungkan dengan pengiriman benda mati sehingga apabila benih yang dikirim tidak dapat bertahan karena kesalahan penanganan maka perusahaan masih memiliki sumber pendapatan lain. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kecelakaan Kuadran II 28,1 % Kecil Kuadran III Kuadran IV Penanganan tidak dilakukan dengan baik Kecil 3.086.812 Besar MITIGASI Gambar 20. Strategi Mitigasi Risiko per Kejadian Strategi lain dapat digunakan selain menerapkan strategi preventif dan mitigasi risiko. Risiko operasional pada kegiatan pemasaran yang dilakukan PT MMN tersebar pada kuadran I, II, III, dan IV. Berdasarkan Hanafi (2006) dalam Trangjiwani (2008) memberikan alternatif strategi untuk menghadapi risiko dimana kuadran I termasuk dalam tahap monitor atau pengawasan terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko tersebut. Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko yang ada pada kuadran ini untuk memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal. Kuadran II memiliki probabilitas besar dan dampak besar, atau berada pada tahap prevent at source. Tipe risiko ini jelas menunjukkan bahwa perusahaan tidak lagi bisa

mengendalikan risiko dan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kuadran III termasuk kategori low control dimana PT MMN dapat menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada kategori ini. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika PT MMN tidak perlu melakukan pengawasan yang berlebihan. Kuadran IV termasuk kategori detect dan monitor dimana perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar. Penanganan secara low control pada kuadran ini diprioritaskan pada risiko dengan nilai status tertinggi terlebih dahulu dilanjutkan pada risiko terendah. Dengan adanya prioritas penanganan ini diharapkan penanganan risiko dapat ditangani berdasarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko.